Anda di halaman 1dari 12

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

M. Yasin al Arif, S.H., M.H


myasinalarif@gmail.com
https://myasinalarif.wordpress.com/
Ide Terbentuknya BPK

cikal bakal pembentukan Bada Pemeriksa Keuangan berasal dari Raad van
Rekenkamer pada zaman Hindia Belanda. Keberadaannya sangat penting dalam
rangka kepanjangan tangan fungsi pengawasan terhadap kinerja Gubernur Jenderal
di bidang keuangan

Setelah Merdeka, melalui penyususan UUD sebagai konstitusi Indonesia, dibentuklah


lembaga serupa dengan Raad van Rekenkamer yaitu Badan Pemeriksa Keuangan yang
menjalankan pemeriksaan terhadap keuangan negara.
Untuk memahami konsep BPK maka perlu dipahami dua hal

Pertama, harus memahami dengan tepat, apa yang dimaksud dengan pemeriksaan.
Kedua, harus memahami dengan tepat, apa yang dimaksud dengan keuangan negara.

Pemeriksaan adalah terjemahan dari auditing yang memang lazim dalam sistem
administrasi dan manajemen keuangan modern. Di zaman modern tidak ada pengelolaan
keuangan yang dapat dibebaskan dari keharusan auditing sebagai jaminan bahwa
pengelolaan keuangan itu memang sesuai dengan norma-norma aturan yang berlaku (rule
of games).

Pemeriksaan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari fungsi pengawasan
terhadap kinerja pemerintahan secara umum. Auditing atau pemeriksaan tidak selalu
bertujuan mencari kesalahan, melainkan juga meluruskan yang bengkok (tidak pas) dan
memberikan arah dan bimbingan agar pelaksanaan tugas-tugas dan fungsi-fungsi
kelembagaan dapat tetap berada di dalam koridor yang berlaku
Keuangan Negara

Uang negara menurut pengertian asli UUD 1945 adalah “uang milik negera yang
bukan milik pribadi siapa-siapa yang terkait dengan anggaran pendapatan dan
belanja negara sebagaimana ditentukan dalam UUD 1945”

Pasal 23 UUD 1945 asli (sebelum perubahan)

(1) “anggaran pendapatan dan belanja negara ditetapkan tiap-tiap tahun


dengan undang-undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak
menyetujui anggaran yang disusulkan pemerintah, maka pemerintah
menjalankan anggaran tahun lalu”

(5) “untuk memeriksa tanggung jawab negara diadakan suatu Badan Pemeriksa
Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan UU. Hasil
pemeriksaan itu diberitahukan kepada DPR”
Sebelum perubahan UUD 1945, konsep keuangan negara hanya mencakup APBN di
tingkat pusat. Sehingga BPK hanya melakukan pemeriksaan terhadap keuangan negara
tingkat pusat. Sehingga organisasi BPK hanya terdapat ditingkat pusat.
Setelah perubahan UUD 1945, pengertian keuangan negara meluas tidak hanya mencakup
pengertian uang negara dalam konteks APBN tetapi mencakup juga uang milik negara yang
terdapat dalam atau dikuasai oleh subjek hukum badan perdata.

Disamping itu, pengertian uang dan keuangan negara itu menurut Pasal 23 UUD 1945
setelah perubahan tidak hanya terbatas kepada pengertian APBN tetapi juga dalam konteks
APBD, sehingga BPK berada pada setiap Provinsi

Pasal 23G

(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara, dan memiliki
perwakilan di setiap provinsi.*** )
Kedudukan BPK

Kedudukan BPK dalam struktur kelembagaan negara merupakan bersifat auxiliary terhadap
fungsi DPR dibidang pengawasan terhadap kinerja pemerintah.

Dikatakan bersifat auxiliary karena BPK melakukan pemeriksaan terhadap keuangan negara
yang berbentuk APBN yang digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan
pemerintahannya dan Anggaran tersebut harus mendapatkan persetujuan DPR melalui
undang-undang.
Pasal 23

1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara
terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.*** )
2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh
Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. ***)
3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan
dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.***)
Pasal 23E ayat (1) UUD 1945 menentukan,

“Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab tentang


keuangan negara, diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan
yang bebas dan mandiri.”
UU NO. 15 Tahun 2006 tentan BPK

Pasal 6 ayat 1

BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan


negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara,
Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau
badan lain yang mengelola keuangan negara.
Bagaimana tindak lanjut atas temuan BPK ?

hasil pemeriksaan keuangan negara oleh BPK menurut Pasal 23E ayat
(2) UUD 1945, “... diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD, sesuai
dengan kewenangannya”. Bahkan ditegaskan pula dalam Pasal 23E ayat
(3), “Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan
dan/atau badan sesuai dengan undangundang”

Artinya, meskipun BPK tidak diwajibkan untuk atas inisiatifnya sendiri


menyampai- kan hasil pemeriksaan keuangan negara itu kepada lembaga
penegak hukum, tetapi jika terdapat dugaan adanya tindak pidana dalam hasil
pemeriksaan tersebut, lembaga-lembaga penegak hukum yang sah menurut
ketentuan undang-undang, dapat saja berinisiatif untuk menindaklanjuti
temuan- temuan BPK itu
Pasal 8
UU BPK
Ayat 3

Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK


melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan
paling lama 1 (satu) bulan sejak diketahui adanya unsur
pidana tersebut.
Pasal 4
Laporan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dijadikan
dasar penyidikan oleh pejabat penyidik yang berwenang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Fungsi BPK

Sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara, dalam menjalankan tugasnya, BPK


mempunyai 3 (tiga) fungi yaitu fungsi operatif, fungsi yusitisi, dan fungsi advisory.

(i) fungsi operatif berupa pemeriksaan, pengawasan, dan penyelidikan atas


penguasaan, pengurusan dan pengelolaan kekayaan negara;

(ii) fungsi yudikatif berupa kewenangan menuntut perbendaharaan dan tuntutan


ganti rugi terhadap ben- daharawan dan pegawai negeri bukan bendahara yang
karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang
menimbulkan kerugian keuangan dan ke- kayaan negara; dan

(iii)fungsi advisory yaitu memberikan pertimbangan kepada pemerintah mengenai


pengurusan dan pengeloaan keuangan negara.

Anda mungkin juga menyukai