Anda di halaman 1dari 5

Nama : I Gusti Ayu Pramita Agastyari

NIM : 1914101052

Kelas :3B

HUKUM DAN HAM

SOAL :

1. Berikan rasional bahwa semakin banyak peraturan, ternyata pelanggaran hukum semakin
banyak!
2. Sebutkan ciri-ciri Indonesia sebagai negara hukum!
3. Apakah hukuman bagi koruptor sudah sesuai dengan perbuatannya?

JAWABAN :

1. Peraturan merupakan suatu patokan yang dibuat untuk membatasi tingkahlaku seseorang
dalam suatu lingkup atau organisasi tertentu dan apabila hal tersebut dilanggar tentunya akan
dikenakan sanksi. Bermula dari adanya suatu perbuatan yang menyimpang serta melanggar hal
yang berhubungan dengan hukum, tidak lain dapat dikatakan sebagai perbuatan melanggar
hukum. Pelanggaran yang terjadi tentu dapat mengganggu ketentraman serta keharmonisan
dalam kehidupan bermasyarakat. Dimana pelanggaran ini dapat menjadi ancaman apabila tidak
ditindaklanjuti. Oleh karena itu, peraturan merupakan peranan yang sangat penting agar dapat
mengatasi serta menangani pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Akan tetapi, dengan
dibentuknya suatu peraturan belum juga dapat meminimalisir pelanggaran-pelanggaran yang
ada. Peraturan yang sudah dilahirkan tidak spontan ditaati oleh masyarakat. Hal ini
dikarenakan masyarakatnya yang kurang disiplin atau rendahnya rasa taat pada hukum. Dapat
dilihat dari pelanggaran-pelanggaran yang secara terus-menerus berulang, serasa tidak adanya
efek jera. Seperti pelaku tindak pidana korupsi yang terus bertambah bahkan disiplin budaya
masker pada masa pandemi saja masih banyak dilanggar. Pepatah mengatakan “Mati satu
tumbuh seribu”. Peraturan yang dibuat semata-mata sebagai pajangan akan tetapi tidak diresapi
arti dan juga maknanya. Rasa semangat membuat peraturan belum bisa mematahkan rasa takut
pada hukum. Memang dibutuhkan kesadaran dalam diri sendiri untuk bersikap lebih bijak serta
rasa bertanggung jawab atas perbuatan yang telah dilakukan guna terciptanya rasa nyaman,
tentram dan harmonis.
2. Negara Hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan
atas hukum. Dimana negara hukum tersebut dalam kekuasaaan menjalankan pemerintahan
menggunakan kedaulatan hukum (supremasi hukum) sebagai tujuan menjalankan ketertiban
hukum. Kejelasan Indonesia sebagai negara hukum terjadi pasca perubahan UUD 1945.
Tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa
“Indonesia adalah negara hukum”. Ketentuan ini bersumber dari penjelasan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang “diangkat” ke dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam hal ini negara hukum yang dimaksud
ialah negara yang menegakkan supremasi hukum yang berlandaskan kebenaran dan keadilan
serta tidak ada kekuasaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga dengan
demikian, Indonesia sebagai negara hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
a. Adanya perlindungan serta pengakuan terhadap Hak Asasi Manusia
Berakar dari penghormatan atas martabat manusia (human dignity). Maka dari itu Hak
Asasi Manusia menjadi hal yang paling mendasar serta sebagai pilar yang paling
penting dalam setiap negara hukum. Jika dalam suatu Negara, hak asasi manusia
terabaikan atau dilanggar dengan sengaja dan penderitaan yang ditimbulkannya tidak
dapat diatasi secara adil, maka Negara yang bersangkutan tidak dapat disebut sebagai
Negara Hukum dalam arti yang sesungguhnya.
b. Adanya supremasi hukum serta sistem peradilan yang bebas dan tidak memihak
Supremasi hukum yang dimaksud bahwa tidak diperbolehkan adanya kesewenang-
wenangan. Sehingga seseorang hanya boleh dihukum apabila melanggar hukum
dengan bukti yang jelas dan konkrit. Serta ditetapkan sistem Peradilan yang bebas dan
tidak memihak (independent and impartial judiciary). Dalam hal ini hakim sebagai
“mulut” Undang-Undang haruslah bersikap adil serta selalu menjunjung tinggi serta
memihak pada kebenaran.
c. Terdapat Sistem Ketatanegaraan
Harus adanya sebuah sistem kelembagaan yang mengatur urusan kenegaraan. Dimana
setiap Lembaga-lembaga ini memiliki peranan serta tugasnya masing-masing.
d. Pemisah atau Pembagian kekuasaan
Ditujukan untuk menjamin Hak Asasi Manusia yang dikenal dengan Trias Politica
yaitu Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif.
e. Kedudukan yang sama di hadapan hukum serta memiliki kebebasan untuk
berpendapat
Berdasarkan pasal 27 ayat (1) UUD 1945 menegaskan bahwa semua warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum. Sehingga apabila melenceng dari aturan
hukum tidak memandang suku, agama dan ras maupun status sosialnya akan tetap
dikenakan sanksi. Begitu pula mengenai kebebasan berpendapat. Bebas berpendapat
dalam bentuk apapun asalkan demi perbaikan serta kemajuan bangsa dan negara.
f. Adanya Undang-Undang Dasar atau Konstitusi
Suatu negara hukum harus memiliki pedoman dalam berbuat dan bertingkahlaku.
Diperlukan adanya wadah yang menampung peraturan-peraturan yang tersusun
sedemikian rupa untuk memuat ketentuan tertulis tentang hubungan penguasa dengan
rakyat.
3. Pelaku Tindak Pidana Korupsi di Indonesia memang semakin meningkat. Walaupun sudah
tertera di dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2001 revisi atas Undang-Undang No. 31
tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi seolah-olah tidak memberikan
rasa takut bagi pelakunya. Banyaknya koruptor tentu berdampak pada kesejahteraan
masyarakat dan juga menghambat kemajuan negara. Dimana dana yang seharusnya di
alokasikan untuk kepentingan rakyat alhasil dijadikan konsumsi pribadi. Sesungguhnya
peraturan yang telah dibuat sudah cukup tegas, akan tetapi orang-orang yang menjadi
cerminan dari Undang-Undang yang tidak lain adalah aparat penegak hukum itu sendiri
yang harus bertindak adil dan tegas dalam menghadapi permasalahan ini. Tidak hanya itu
saja, perlu adanya kesadaran dari pelaku dan juga orang-orang yang ingin melakukan
tindak pidana korupsi, bahwa hal tersebut dapat merugikan banyak orang, bangsa dan juga
negara. Tidak jarang masyarakat berpendapat agar koruptor diberikan hukuman mati.
Hukuman mati sejatinya sudah diatur dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No. 20 tahun
2001 perubahan atas Undang-Undang No. 30 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Namun hukuman mati ini hanya bisa diberlakukan apabila suatu tindak
pidana korupsi dilakukan terhadap dana-dana yang diperuntukan bagi penanggulangan
keadaan bahaya, bencana alam nasional, penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang
meluas, penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan pengulangan tindak pidana
korupsi. Permasalahannya, apabila hukuman mati tersebut diimplementasikan maka akan
bertentangan dengan Hak Asasi Manusia. Sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 4
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Salah satu hal yang
tertuang dalam pasal tersebut adalah “setiap orang memiliki hak untuk hidup”. Dan jika
hukuman mati ditetapkan bagi koruptor belum bisa menjadi jaminan dalam mengantisipasi
orang-orang yang bermaksud melakukan tindak pidana korupsi.
TINJAUAN PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly. 2017. Gagasan Negara Hukum Indonesia. Diakses online pada https://pn-
gunungsitoli.go.id/assets/image/files/Konsep_Negara_Hukum_Indonesia.pdf tanggal 27
Septemer 2020 pukul 11.24
Paramita, Dian. 2018. 13 Ciri-ciri Negara Hukum Secara Umum di Indonesia. Diakses online pada
https://guruppkn.com/ciri-ciri-negara-hukum tanggal 27 September 2020 pukul 10.52 WITA
Pemerintah Indonesia. 1999. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Lembaran RI tahun 1999 No. 31. Jakarta: Sekretariat Negara
Pemerintah Indonesia. 2001. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Lembaran RI tahun 2001 No. 20. Jakarta: Sekretariat Negara
Setyawan, Wahyu Beny. Tanpa tahun. Peran Hakim dalam Penerapan Pasal 2 Undang-Undang
Tindak Pidana Korupsi pada Dakwaan Subsidaritas atau Alternatif. Diakses online pada
https://media.neliti.com/media/publications/220789-peran-hakim-dalam-penerapan-pasal-2-
unda.pdf tanggal 27 September 2020 pukul 13.14 WITA
Syamsuri, Rafli Fatahudin. 2018. Proses Pemeriksaan Pelanggaran Kode Etik Profesi Berupa
Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Anggota Kepolisian Republik Indonesia. Diakses online
pada http://eprints.umm.ac.id/42786/3/BAB%20II.pdf tanggal 26 September 2020 pukul
11.45 WITA

Anda mungkin juga menyukai