Anda di halaman 1dari 3

Peran Generasi Milineal terkait Meningkatnya Minat terhadap Budaya Luar di

Era New Normal

Covid-19 sudah lama menghantui masyarakat Indonesia, pemerintah banyak


melakukan upaya-upaya untuk mencegah virus tersebut menyebar. Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) telah dilakukan terus-menerus di seluruh wilayah Indonesia,
larangan mudik pun diberlakukan untuk mengantisipasi kenaikan pemudik karena
akan memperbesar resiko penularan. Namun upaya-upaya tersebut membuat
pertumbuhan ekonomi di Indonesia cenderung menurun, oleh karena itu pemerintah
mencoba untuk melakukan relaksasi pembatasan sosial untuk mencegah situasi
ekonomi indonesia yang semakin hari semakin tidak kondusif.

Dalam rapat terbatas pada tanggal 27 Mei 2020, Presiden Jokowi meminta agar
dilakukannya sosialisasi kepada masyarakarat tentang protokol tananan normal baru
agar mobilitas masyarakat diatur dengan protokol yang sesuai dan aman.
Diterapkannya kebijakan ini pemerintah mengharapkan masyarakat dapat melakukan
kegiatannya seperti biasa namun tetap menjaga protokol kesehatan.

Dengan diberlakukannya kebijakan new normal di Indonesia, masyarakat banyak


dihadapkan dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang tentu saja jarang dilakukan oleh
sebagian masyarakat sebelumnya.. Seperti budaya mudik yang selalu dilakukan oleh
masyarakat Indonesia saat memperingati hari raya Idul Fitri, kini di era new normal
hal tersebut harus dipertimbangkan secara situasional dan fungsional.

Sehingga karena pemberlakuan kebijakan new normal, masyarakat banyak berdiam


diri dirumah dan banyak pekerja yang work from home. Tentu saja karena hal tersebut
penggunaan internet semakin meningkat, internet menjadi salah satu hal yang sangat
diperlukan di era new normal. Hampir semua aktivitas menggunakan internet seperti
mengirim file pekerjaan, rapat yang diselengarakan secara online, sekolah daring,
memesan barang melalui plaftrom online, dan banyak hal lain yang dilakukan secara
online di era new normal.

Hal ini menyebabkan generasi milenial menjadi bosan karena diharuskan untuk
dirumah saja, dimana kita tau bahwa kebanyakan generasi milenial selalu
produktivitas dalam kesehariannya. Banyak dari mereka memiliki hobi-hobi baru
karena kebijakan new normal, seperti meningkanya minat generasi milenial terhadap
budaya luar ; Musik kpop, drakor, drachin, series thailand, anime, film hollywood dan
musik western. Tentu saja hal ini menimbulkan dampak negatif dan positif bagi
kebudayaan di Indonesia

Dampak negatif yang dapat dilihat yaitu sebagian dari mereka cenderung sudah
melupakan kebudayaan bangsa sendiri, seperti cara berpakaian, pergaulan bebas dan
gaya hidup yang menyimpang baik secara agama dan sosial. Kebanyakan generasi
milenial di Indonesia berperilaku ikut-ikutan tanpa adanya filterisasi.

Namun tidak semua menimbulkan dampak negatif, adapun dampak positif dari
meningkatnya minat generasi milenial terhadap budaya luar seperti mereka yang
cenderung memiliki minat yang sama akan membuat sebuah komunitas fandom, yang
tentu saja komunitas tersebut dari berbagai suku bangsa. Hal ini bisa dikaitkan dengan
komunikasi antar budaya, menurut Liliweri komunikasi antar budaya adalah interaksi
antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang dan
kebudayaan yang berbeda. Dimana meskipun tidak bertemu face to face mereka dapat
berbincang dengan nyaman seolah sudah dekat sekali, walaupun adanya perbedaan
kebudayaan mereka dapat bersatu karena adanya minat yang sama dan komunikasi
yang baik

Selain itu adapula dampak positif yang ditimbulkan yaitu adanya pertemanan antar
negara, dimana hal tersebut mengharuskan kita untuk meningkatkan komunikasi lintas
budaya. Menurut Tatjana Takseva Chorney komunikasi lintas budaya adalah
komunikasi yang terjadi diantara anggota yang berbeda budaya yang mana setiap
nilai, pola berpikir, komunikasi dan perilakunya seringkali berlawanan dengan nilai-
nilai, pola berpikir, komunikasi dan perilaku yang lain. Perlunya memahami konteks
komunikasi lintas budaya agar saat berteman maupun berkomunikasi dengan orang
dari negara lain, kita dapat mencegah pandangan individu mengenai etnosentrisme.
Dimana hal tersebut adalah anggapan bahwa budaya nya lebih baik dari budaya orang
lain, dengan adanya komunikasi antar budaya kita dapat saling menghargai dan
toleransi antar sesama karena semua budaya memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing.
Untuk itu generasi milenial dalam menghadapi meningkatnya minat terhadap budaya
luar harus di iringi dengan meningkatkannya komunikasi antarbudaya dan komunikasi
lintas budaya. Dimana dua hal tersebut sangatlah penting melihat bahwa generasi
milenial tidak hanya berteman sesama suku maupun sesama negara. Karena
menyadari, mengenal dan memahami perbedaan-perbedaan budaya yang adalah hal
terpenting. Setiap budaya memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri, berbeda
bahasa berarti berbeda budaya. Hapuslah prasangka, streotyping dan etnosentrism.
Tingkatakan kepekaan budaya bersikap terbuka terhadap perbedaan.

Referensi
https://www.kemenkopmk.go.id/budaya-baru-sebuah-keniscayaan-di-era-new-norma
https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/upaya-dan-kebijakan-pemerintah-
indonesia-menangani-pandemi-covid-19?status=sukses_login&status_login=login
Rinjani Bahri, Subhani, 2017. Komunikasi Lintas Budaya. Lhokseumawe : Penerbit
Unimal Press. https://repository.unimal.ac.id/4207/1/%5BRinjani,%20Subhani%5D
%20%20Komunikasi%20Lintas%20Budaya.pdf

Penulis
Anita Ashari Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman

Anda mungkin juga menyukai