Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM SATUAN OPERASI I


KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DALAM PERCOBAAN

Oleh
PIPIT SAVITRI
05031382126082

TEKNOLOOGI HASIL PERTANIAN


TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengukuran merupakan salah satu hal penting dalam melakukan pengamatan.
Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang
diukur dengan alat ukur yang menentukan suatu ukuran. Dalam fisika,
pengukuran adalah hal yang sangat lumrah untuk dilakukan. Bahkan dalam
kehidupan sehari-haripun kita memerlukan pengukuran. Mengukur gula yang
akan kita masukkan ke dalam teh, mengukur tinggi tubuh, mengukur berat beras
dan lain sebagainya.
Memahami suatu pengukuran dan besarnya terhadap benda perlu dilakukan
hal yang spesifik. Besaran suatu benda dapat diketahui dengan menggunakan alat
ukur yang sesuai dengan benda yang akan diukur. Jenis alat ukur yang digunakan
dalam pengukuran berpengaruh terhadap keakuratan atau tingkat ketelitian suatu
perhitungan. Ukuran benda dapat ditentukan dari skala yang terdapat pada alat
ukur yang digunakan. Paham mengenai pengukuran merupakan suatu hal yang
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu untuk memahami
mengenai pengukuran karena pengukuran dibutuhkan dalam banyak hal
(Mikrajudin, 2016). Praktikum “ketidakpastian pengukuran dalam percobaan”
kali ini akan mengenalkan beberapa alat ukur dan cara pengukuran terhadap suatu
benda dengan menggunakan alat ukur yang sesuai.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini agar praktikan dapat mengetahui
ketidakpastian pengukuran dalam percobaan atau kesalahan (error) dalam suatu
percobaan serta mengetahui kesalahan-kesalahan dalam perhitungan.

1 Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran
Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu
objek secara sistematik. Pengukuran memegang peranan penting, baik untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun untuk penyajian
informasi. pengukuran adalah suatu proses pemberian angka kepada suatu atribut
atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang,hal atau objek tertentu menurut
aturan atau formulasi yang jelas. penting untuk mengetahui apa penyebab dan
seberapa besar ketidakpastian yang terdapat dalam suatu hasil ukur agar dapat
menghindari sebanyak mungkin penyebab ketidakpastian dan menekannya sekecil
mungkin, sesuai dengan yang dibenarkan. hasil pengukuran harus memiliki
kesalahan sekecil mungkin. Tingkat kesalahan ini berkaitan dengan kehandalan
alat ukur. Alat ukur yang baik memberi hasil yang konstan bila digunakan
berulang-ulang, asalkan kemampuan yang diukur tidak berubah (Nasution, 2019).
2.2 Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur dimensi yang mampu mengukur jarak,
kedalaman, dan diameter dalam suatu objek. Digunakan di berbagai bidang
industri teknik, mulai dari proses desain, manufaktur, hingga pengecekan akhir
produk. Alat ini dipakai luas karena mudah digunakan, dibawa-bawa, dan tidak
membutuhkan perawatan khusus. Jangka sorong memiliki ketelitian mencapai
seperseratus milimeter (Mulyadi dkk, 2020).
Jangka sorong memiliki banyak nama antara lain : jangka geser, mistar geser,
mistar sorong, mistar ingsut, jangka ingsut, sigmat, scuiffmacth, vernier caliper.
Jangka sorong memiliki beberapa tingkat ketelitian, yaitu : 0,1 mm ; 0,05 mm ;
0,02 mm dan 0,01 mm (Azharis and Fahriza Tri Rizki, 2019). Beberapa model
jangka sorong diantaranya ada yang dilengkapi dengan jam ukur dan dilengkapi
dengan pembaca secara digital.
Nilai skala terkecil pada jangka sorong, yakni perbandingan antara satu nilai
skala utama dengan jumlah skala nonius. Skala nonius jangka sorong pada gambar
di atas memiliki jumlah skala 20 maka skala terkecil dari jangka sorong tersebut

2 Universitas Sriwijaya
3

adalah 1 mm 20 = 0,05 mm. Nilai ketidakpastian jangka sorong ini adalah


setengah dari skala terkecil sehingga jika dituliskan secara matematis, diperoleh
∆X= ½ x 0,05 mm = 0,025 mm (Nurafni, 2018:38-39).
Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang terdapat
pada jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat digerakkan
sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang hendak diukur
panjangnya atau diameternya maka objek akan dijepit diantara 2 penjepit (rahang)
yang ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat ditentukan secara langsung
dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm (0,1cm) kemudian
menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai seperseribu cm
(0,001cm) (Riskawati dkk, 2019:39).
2.3 Penggaris atau mistar
Mistar merupakan alat ukur panjang yang sering kita gunakan. Ada dua jenis
mistar yang kita gunakan di sekolah, yaitu mistar kayu dan mistar plastik. Skala
terkecil pada mistar kayu adalah 1 cm, sedangkan skala terkecil pada mistar
plastik adalah 1mm. Panjang minimal yang dapat diukur dengan teliti oleh mistar
kayu adalah 1 cm. Panjang minimal yang dapat diukur dengan telti oleh mistar
plastik adalah 1 mm. Dengan kata lain, ketelitian mistar kayu adalah 1 cm,
sedangkan ketelitian mistar plastik adalah 1 mm (Mukhlis, 2017).
Mistar atau penggaris merupakan alat ukur panjang yang paling sederhana dan
sudah lumrah dikenal orang. Ada dua jenis mistar yang sering digunakan, yaitu
stik meter dan mistar metrik. Stik meter memiliki panjang 1 meter dan memiliki
skala desimeter, sentimeter, dan milimeter. Sedangkan panjang mistar metrik 30
sentimeter dengan skala pengukuran terkecil 1 milimeter dan ketelitiannya
setengah dari skala terkecil tersebut yaitu 0,5 milimeter, atau l (Sutowo dkk, 2020).
2.4 Kesalahan Pengukuran
Kesalahan atau error dalam suatu percobaan dapat dibagi atas dua golongan
yaitu :
1. Kesalahan Bersistem (Systematic error)
Kesalahan yang bersumber pada alat pengukuran yang dipakai besarannya,
kesalahan biasanya konstan sehingga seringkali dinamakan sebagai kesalahan
konstan (Constan error).Kesalahan yang bersistem ini dapat terjadi karena :

Universitas Sriwijaya
4

a. Kesalahan titik nol (zero error)


b. Kesalahan pada kalibrasi alat pengukur
c. Kesalahan orangnya (pengamat), kesalahan ini disebabkan oleh kebiasaan
seorang pengamat. Misalnya seorang pengamat seringkali membuat
kesalahan karena kedudukan matanya terlampau rendah atau terlampau tinggi
sewaktu membaca tinggi kolam air didalam pipa yang tegak dan kesalahan ini
disebut parallaks.
d. Terjadinya gesekan dan fatique (kelelahan) pada alat yang sering dipakai
e. Kondisi percobaan, jika sebuah alat digunakan dengan kondisi percobaan
yang berbeda dengan kondisi sewaktu kalibrasi maka akan menghasilkan
suatu kesalahan.
f. Gangguan teknis, misalnya pada waktu pengukuran terjadi gangguan seperti
adanya gangguan-gangguan kebocoran yang akan mengganggu sistem dan
menyebabkan kesalahan.

2. Kesalahan Random
Kesalahan karena pengulangan pengukuran selalu memberikan hasil yang
berbeda-beda, maka harga tersebut juga akan berbeda dengan harga yang
sebenarnya. Kesalahan ini dinamakan kesalahan Random atau kesalahan
Kebetulan yang terdiri atas :
a. Kesalahan penafsiran, kebanyakan alat pengukuran memerlukan suatu
penafsiran pada bagian skala tertentu dan penafsiran ini dapat berubah dari
waktu ke waktu yang lain.
b. Keadaan menyimpang, seperti suhu, tekanan udara, atau tegangan listrik
c. Gangguan, misalnya adanya getaran mekanis atau pengaruh putaran motor
dari alat listrik
d. Definisi, walaupun proses pngukuran telah sempurna, pengulangan
pengukuran yang sama selalu akan memberikan penyimpangan, besaran yang
diamati tidak terdefinisikan secara tetap
Misalnya :
Panjang suatu meja persegi bukanlah suatu besaran yang terdefinisi secara eksak.
Hal ini disebabkan jika kita teliti, sisi meja tidaklah rata ataupun mungkin tidak

Universitas Sriwijaya
5

tepat sejajar. Sehingga walaupun kita menggunakan alat ukur yang sangat baik
untuk mengukur meja tersebut, harga yang diperoleh selalu berubah-ubah
tergantung penampang panjang yang kita ukur.

3. Kesalahan-kesalahan lain
Kesalahan lain yang tidak termasuk butir 1 dan 2 yang perlu diperhatikan
adalah :
a. Kekeliruan membaca alat/skala alat dan mengatur kondisi percobaan.
Kesalahan ini dapat diatasi dengan cara melakukan percobaan seteliti
mungkin atau bila mungkin mengulangi percobaan dan perhitungannya.
b. Kesalahan perhitungan yaitu kesalahan memasukkan harga/angka-angka
perhitungan menggunakan kalkulator, alat-alat logaritma, dan sebagainya.

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 25 Februari 2022. Pada
pukul 13.30-15.10 WIB melalui zoom meeting di rumah masing-masing.

3.2 Alat dan bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah: 1) jangka sorong, dan 2)
penggaris.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah: 1) penghapus, 2)
lembaran berbagai kemasan.

3.3 Cara kerja


Cara kerja praktikum kali ini adalah:
1. Seluruh praktikan diberikan penjelasan dari asisten tentang penggunaan
jangka sorong.
2. Penjelasan tersebut dicatat oleh masing-masing praktikan.
3. Salah satu praktikan ditunjuk untuk menjelaskan kembali tentang penggunaan
jangka sorong.
4. Masing-masing kemasan yang praktikan diukur dengan jangka sorong,
dengan berbagai ketebalan. Ulangi perlakuan sebanyak 3 kali.
5. Hitung data berdasarkan ketidakpastian pengukuran dalam percobaan.

6 Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1.1 Pengukuran dengan menggunakan mistar
No Nama Benda Sesatan Tafsiran Pengukuran
panjang
1 Pensil |∆t / t| × 100% 16, 2 cm
|∆t / t| = 0,5/162 × 100%
= 0,308%
2 Pena |∆t / t| × 100% 15,3 cm
|∆t / t| = 0,5/ 153× 100%
= 0,306%
3 Penghapus |∆t / t| × 100% 6 cm
|∆t / t| = 0,5/60× 100%
= 0,83%
4 Koin |∆t / t| × 100% 2,5 cm
|∆t / t| = 0,5/25 × 100%
= 2%
5 Baterai |∆t / t| × 100% 6,3 cm
|∆t / t| = 0,5/63 × 100%
= 0,793%

7 Universitas Sriwijaya
8

Tabel 4.1.2 Pengukuran menggunakan jangka sorong


No Nama Benda Pengukuran Pengukuran
panjang
Skala utama Skala Nonius
1 Koin 0,2 cm SN = ketelitian x SU+SN
jumlah garis =2+0,5
= 0,05x10 =2,5 mm
=0,5 mm
2 Baterai 1,3 cm SN = ketelitian x SU+SN
Jumlah garis =13+0,8
= 0,15 x 16 =13,8 mm
= 0,8 mm

Universitas Sriwijaya
9

4.2 Pembahasan
Alat ukur yang digunakan pada praktikum ini yaitu mistar atau penggaris.
Sedangkan benda yang dilakukan pengukuran terdiri dari pensil, pena, penghapus,
koin dan baterai. Setiap pengukuran dapat memiliki kesalahan yang berbeda-beda,
tergantung kepada keadaan alat ukur, perbedaan tingkat ketelitian alat ukur,
metode yang digunakan dalam mengukur, dan kemampuan orang yang
mengukurnya. Kesalahan dalam menggunakan mistar adalah keterbatasan
keterampilan pengamatan serta tidak menggunakan titik ukur dari nol. Terdapat
perbedaan beberapa milimeter perbedaan hasil pengukuran menggunakan mistar
dan jangka sorong. Disebabkan tingkat ketelitian atau ketidakpastiannya berbeda-
beda. Jangka sorong memiliki tingkat ketelitian 0,005 cm sedangkan mistar
memiliki tingkat ketelitian 0,05 cm. Jadi, jangka sorong memiliki tingkat
ketepatan lebih tinggi dibandingkan mistar.
Cara melakukan pengukuran benda dengan mistar yaitu Tempatkan skala nol
pada mistar sejajar dengan salah satu ujung benda. Perhatikan ujung benda
lainnya, kemudian bacalah skala pada mistar yang sejajar dengan ujung benda
tersebut. Untuk membaca skala pada mistar, matamu harus melihat tegak lurus
dengan tanda garis skala yang akan kamu baca seperti yang diilustrasikan pada
gambar berikut ini. Hal ini untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil
pengukuran akibat beda sudut kemiringan dalam melihat atau disebut dengan
kesalahan paralaks. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam membaca
skala mistar adalah mengenai angka pasti dan angka taksiran. Angka pasti adalah
angka yang terbaca oleh skala alat ukur. Sedangkan angka taksiran adalah angka
yang tidak terbaca oleh skala alat ukur. Angka taksiran ini diperlukan ketika ujung
salah satu benda tidak tepat berhimpit dengan skala, sehingga kita memerlukan
angka taksiran. Angka taksiran diperoleh dari setengah kali skala terkecil mistar.
Angka taksiran ini disebut juga sebagai nilai ketelitian dari suatu alat ukur. Skala
mistar setiap 1 sentimeter memiliki 10 garis dengan lebar 1 mm atau 0,1 cm,
berarti skala terkecil mistar tersebut adalah 0,1 cm = 1 mm. Dengan demikian kita
peroleh angka taksiran sebesar ½ × 1 mm = 0,5 mm = 0,05 cm. Dari hasil
pengukuran dengan mistar diperoleh sesatan tafsiran pada pensil 0,308%, pena
0,306% , penghapus 0,83% , koin 2% , dan baterai 0,793%.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. setiap pengukuran dapat memiliki kesalahan yang berbeda-beda, tergantung
kepada keadaan alat ukur, perbedaan tingkat ketelitian alat ukur, metode yang
digunakan dalam mengukur, dan kemampuan orang yang mengukurnya.
2. Penggunaan alat ukur dapat disesuaikan dengan bentuk benda yang akan
diukur dan batas ketelitian alat ukur yang digunakan.
3. Penggaris plastik digunakan untuk mengukur panjang dan lebar suatu benda,
nilai skala terkecilnya adalah 0,1 cm dan tidak akurat untuk benda yang kurang
datar.
4. Jangka sorong digunakan untuk mengukur ketebalan, diameter dalam benda,
diameter luar benda, nilai skala terkecilnya adalah 0,1 cm, nilai skala
noniusnya adalah 0,05 mm, dan tingkat akurasinya tinggi.
5. Dengan dilakukannya praktikum ini dapat diketahui perbedaan ketelitian pada
jangka sorong dan mistar untuk melakukan pengukuran pada suatu benda.

10 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, S.W.R., 2019. Pengaruh Penguasaan Pengukuran Terhadap Hasil


Belajar Fisika Siswa Pada Materi Besaran Dan Satuan. Jurnal Education
and development .7(4), 175-179.

Nurafini. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap


Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Pada Materi Pengukuran di
Kelas X SMAN 1 Baitussalam Aceh Besar. Online. Tersedia Pada:
http://docplayer.info/89715827-Skripsi-diajukan-oleh-nur-afni-nim-
mahasiswi-fakultas-tarbiyah-dan-keguruan-program-studi-pendidikan-
fisika.html. Diakses Pada Tanggal 03 Maret 2022.

Mikrajuddin, Abdullah. 2016. Fisika Dasar.Bandung: Institut teknologi Bandung.

Mukhlis., 2017. Pembelajaran Model Inquiri Terbimbing Pada Materi Besaran


Dan Satuan Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Hasil
Belajar Mahasiswa. Lantanida Journal, 5(1), 30-40.

Mulyadi, Djuhana, Astuti, E.T, & Sunardi., 2020. Pelatihan Penggunaan Alat
Ukur Dimensi Jangka Sorongdan Mikrometer Skrup Di Smk Sasmita
Pamulang. Prosiding Seminar Nasional, 1(1), 1420-1424.

Riskawati, dkk. 2019. Alat Ukur dan Pengukuran. Makassar: LPP Unismuh
Makassar.

Sutowo, C., Sulanjari., Setiyono, J., Sjahmanto, M., Pengemanan, A.S., 2020.
Pelatihan Penggunaan Alat Ukur Dua Dimensi Pada Santri Pondok
Pesantren Dan Panti Asuhan Nurul Ihsan Kota Tangerang Selatan. Jurnal
Pengabdian kepada Masyarakat, 1(1), 1-9.

11 Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai