BURST ABDOMEN
Oleh:
Supervisior Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
komplikasi serius dari tindakan post operatif yang dapat meningkatkan morbiditas
dan mortalitas. Terpisahnya jahitan luka pada abdomen secara partial atau
komplit salah satu atau seluruh lapisan dinding abdomen pada luka post operatif
30%.
Pada tahun 1972 terdapat 18 (3%) kasus burst abdomen diantara 593
operasi yang terjadi pada anak-anak. Pada orang dewasa terdapat 45 kasus
diantara 5156. Dari 45 kasus, 80% terjadi pada lansia. Saat ini insiden burst
abdomen tidak berbeda jauh dengan tahun 1972. Insiden sebanyak 0,2% - 6%
dengan tingkat kematian 10% - 30%. Burst abdomen yang tidak ditangani dengan
meningkatkan resiko kematiaan. Apabila insiden ini terus berlanjut dan tidak ada
perhatian dari masyarakat tentang kasus ini, maka akan ada kemungkinan
DAFTAR ISI
A. Definisi
usus, hal ini merupakan salah satu komplikasi post operasi dari penutupan
luka di perut. Meskipun kasus ini jarang ditemukan di Indonesia namun tidak
B. Etiologi
a. Pre operasi
pasien.
1. Jenis kelamin
meningkat pada pria yang mana berbanding 3:1. Hal ini dapat dipicu karena
faktor merokok, pada pria sering mengalami batuk persisten sehingga dapat
2. Umur
abdomen pada pasien yang berumur <45 tahun sebesar 1,3%, sedangkan pada
pasien >45 tahun sebesar 5,4%. (Schwartz et al, Principles Of Surgery) Burst
abdomen sering terjadi pada usia >60 tahun. Hal ini dikarenakan sejalan
degenerasi dan otot dinding rongga perut melemah. (Lotfy, 2009) Hal ini
berulang.
3. Anemia
(<10mg mg/dl) merupakan salah satu faktor resiko terjadinya burst abdomen.
4. Hipoproteinemia
5. Defisiensi vitamin C
6. Kortikosteroid
makrofag, proliferasi kapiler, dan fibroblast. Selain itu juga kortikosteroid dapat
7. Merokok
abdomen.
amino diperlukan. Asam amino membantu dalam pembentukan RNA dan DNA.
burst abdomen. Hal ini mungkin lebih disebabkan karena keadaan hemodinamik
pasien yang tidak stabil dibandingkan dengan persiapan operasi yang terencana
(elektif).
10. Diabetes (GDP > 140 mg/dl atau GDA> 200 mg/dl)
ikat hal tersebut tentu saja amat sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh
resiko.
b. Operasi
1. Tipe insisi
Midline incision memiliki insiden terjadinya burst abdomen lebih besar
daripada transverse incision. Midline incision tidak anatomis karena incisi ini
untuk membantu penutupan luka. Pada midline incision, kontraksi ini dapat
menyebabkan adanya luka baru pada lateral jahitan, sedangkan pada transverse
dengan teknik ini lapangan pandang saat operasi menjadi lebih luas untuk
melakukan explorasi.
2. Jahitan luka
terjadinya burst abdomen lebih besar yaitu sebesar 14,8% sedangkan pada teknik
c. Post operasi
Peningkatan tekanan ini dapat disebabkan oleh batuk, muntah, ileus, dan
retensi urine. Setelah beberapa operasi intra abdomen, kejadian ileus tidak dapat
dielakkan. Tekanan intra abdomen yang tinggi mungkin disebabkan pada pasien
obstruksi usus post opersi, obesitas, dan cirrhosis dengan adanya ascites.
akan menyebabkan putusnya benang pada jahitan luka operasi dan keluarnya
menyebabkan burst abdomen. Selain itu terjadinya burst abdomen atau wound
dehiscence dapat disebabkan oleh beberapa factor sistemik dan local yang
a. Faktor Sistemik
Burst abdomen jarang diderita pada pasien dibawah usia 30 tahun tetapi
b. Faktor Lokal
Burst abdomen lebih sering terjadi karena kombinasi ketiga factor tersebut
dibandingkan bila hanya muncul salah satu saja. Jenis incise pada saat
operasi seperti incise transversal maupun longitudinal sampai saat ini tidak
Penutupan yang adekuat dari luka operasi merupakan salah factor yang
kekuatan pada saat penutupan, dan ketika fascia terbuka atau rusak (disrupts)
luka akan terbuka dan menjadi rusak. Keakuratan penutupan pada lapisan
anatomi sangat penting untuk penutupan luka yang adekuat. Banyak luka-luka
kedalam fascia. Untuk pencegahan masalah ini meliputi bentuk irisan operasi
yang bagus dan bersih, devitalisasi dari fascia yang sangat diperhatikan selama
operasi, penempatan dan penautan jahitan yang tepat, dan pemilihan material
jahitan yang sesuai. Jahitan ditempatkan 2-3 cm dari tepi luka dan kira-kira
sepanjang 1 cm. Luka dehiscence sering disebabkan karena jahitan bekas operasi
yang terlalu melekat dan rapat pada tepi fascia. Pada pasien dengan factor resiko
terjadinya luka dehiscence, para ahli bedah harus melakukan penutupan yang
kedua pada operasi pertama, dan melakukan perawatan ekstra untuk mencegah
terjadinya luka dehiscence. Bahan untuk jahitan sintetik yang modern seperti
dari bahan polypropylene lebih resisten terhadap degradasi dari pada benang
asam polyglycolic serta rata-rata yang rendah terhadap terjadinya luka yang
rusak. Komplikasi luka menurun dengan adanya obliterasi pada daerah “dead
space”. Ostomies dan drain setelah operasi ditempatkan diluar dari incise operasi
terjadinya luka karena rusak. Adanya drain, seroma, dan luka hematom juga
ridge” ( penebalan kira -kira 0,5 cm dari masing-masing sisi jahitan) tampak
pada akhir dari minggu pertama setelah operasi. Jika muncul jenis luka seperti
ini maka secara klinis penyembuhan luka berjalan dengan baik dan adekuat, dan
5. Terapi radiasi
C. Faktor Resiko
yaitu jenis operasi, status nutrisi, anemia, hipoalbumin, infeksi luka operasi,
dehiscence terjadi pada pasien yang memiliki lebih dari 3 faktor risiko dan
operasi wound dehiscence pada pasien pasca bedah laparatomi. Hal yang dapat
infeksi serta hal lain yang dapat dilakukan adalah melibatkan keluarga
pasien sudah mendapat penkes yang tepat untuk mencegah wound dehiscence
di rumah.
D. Patofisiologi
Burst Abdomen bisa disebabkan oleh faktor pre operasi, operasi dan
post operasi. Pada faktor pre operasi, hal-hal yang berpengaruh dalam factor pre
operasi ini adalah usia, penyakit diabetes mellitus, dan malnutrisi. Pada umur tua
otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ
abdomen sering terjadi pada umur > 50-65 tahun. Selain itu adanya anemia,
protein serum di bawah 6 g / dl. Untuk perbaikan jaringan, sejumlah besar asam
dengan delapan kali lipat peningkatan dalam insiden wound dehiscence. Seng
adalah co-faktor untuk berbagai proses enzimatik dan mitosis (Saktya, 2011).
Untuk factor operasi, tergantung pada tipe insisi, penutupan sayatan, penutupan
tekanan tinggi di daerah lateral pada saat penutupan. Pada insisi midline, ini
kontraksi. Otot perut rektus segmental memiliki suplai darah dan saraf. Jika
irisan sedikit lebih lateral, medial bagian dari otot perut rektus mendapat
dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut,
dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup
mengangkat beban berat, batuk dan bersin yang kuat, mengejan akibat
tarik. Pada pasien post operasi abdomen yang memiliki penurunan kemampuan
penyembuhan luka, maka akan beresiko mengalami burst abdomen. Pasien burst
nafsu makan dan terjadi anoreksia. Luka insisi pada pasien burst abdomen dapat
sekitar luka. dan memiliki resiko tinggi terjadi infeksi (Medical Journal, 2011).
E. Manifestasi Klinis
Klinis awal yang terlihat jelas pada burst abdomen adalah luka terbuka
atau dehiscence, penyembuhan yang buruk setelah operasi yang biasanya terjadi
kehangatan dan nyeri yang lebih berlebihan yang melampaui hari pasca operasi.
Seringkali disertai perut yang distended (membesar dan tegang) yang menandai
adanya infeksi di daerah tersebut. Palpasi sayatan dan daerah sekitarnya dapat
menimbulkan rasa hangat dan akumulasi cairan di sebagian atau seluruh sayatan
Tanda pasti pada burst abdomen juga didapatkan area pemisahan margin luka
yang bervariasi dari ukuran yang kecil hingga area yang lebih besar yang
pengeluaran isi. Pada pasien dengan sayatan pada perut, dehiscence dapat diikuti
dengan episode muntah, muntah, atau batuk. Pasien dapat merasakan sensasi
tertarik atau robek di area sayatan. Tanda klasiknya adalah tonjolan baru dari
luka dan rembesan cairan serosa merah muda atau darah dari luka.
Burst abdomen dapat terjadi kapan saja setelah operasi, dari satu hari
hingga lebih dari 20 hari setelah operasi, tetapi umumnya terjadi pada hari ke 4-
F. Pemeriksaan Diagnostik
kreatinin, dan urea. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat
Namun pada beberapa kasus pada area dehiscence yang bertambah besar
sendi prostetik.
Untuk kasus dengan infeksi tempat operasi yang bersamaan, swab luka harus
G. Penatalaksanaan
1. Terapi non-operatif
Terapi ini dilakukan bila keadaan umum pasien stabil dan tidak disertai
luka dapat menutup kembali, atau jika keadaan pasien sudah membaik, maka
a. Inform Consent
e. Dilakukan rawat luka pada abdomen dengan teknik steril selama dua hari
sekali.
f. Perlu diperhatikan juga tentang nutrisi pasien. Pemberian nutrisi tinggi protein
2. Terapi operatif
Tindakan yang harus segera dilakukan oleh ahli bedah bila menjumpai
adanya burst abdomen adalah dngan memperbaiki kembali luka operasi yang
harus dilakukan dalam keadaan steril (diatas meja operasi) dan dengan anastesi
yang mengalami burst, kemudian explore bagian terdalam dari luka yang rusak
dengan jari yang menggunakan sarung tangan steril sampai bagian jahitan yang
terbuka kemudian evaluasi apa yang terjadi apakah terdapat sumber infeksi.
Operasi Pembedahan
infeksi luka dan dehisensi yang rendah. Jahitan kontinu memiliki keunggulan
tegangan yang merata di seluruh garis jahitan dan menghemat waktu, tetapi
pada tepi jahitan. Paska operasi semua pasien diberikan dengan antibiotic
intravena. Luka dirawat dengan pembalut antiseptic setiap hari selama 10 hari,
Komplikasi
a. Perdarahan
termasuk juga instrumentasi.
Merupakan infeksi yang terjadi pada kurun waktu 30hari paska operasi
dan infeksi tersebut hanya melibatkan kulitdan jaringan subkutan pada tempat
jika tidak menggunakan implan atau dalamkurun waktu 1 tahun jika terdapat
tempat insisi dengan setidaknya terdapat salah satutanda :
b) Dehidensi dari fasia atau dibebaskan oleh ahli bedahkarena ada tanda
inflammasi.
jika tidak menggunakan implan atau dalamkurun waktu 1 tahun jika terdapat
melibatkan suatu bagian anotomi tertentu (contoh, organ atau ruang) pada
Peritoneum adalahselaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan
E. Kebocoran usus
H. Prognosis
abdomen secara partial atau komplit salah satu atau seluruh lapisan dinding
abdomen pada luka post operatif tidaks egera ditangani maka pasien tersebut