Anda di halaman 1dari 13

TEKNIK PEMBESARAN IKAN 

SIDAT
Posted on Januari 17, 2013 by subqii

Pembesaran merupakan kegiatan pemeliharaan benih dari hasil pendederan yaitu ukuran
100 gr dengan panjang ±36 cm sampai mencapai ukuran konsumsi( 250 gr sampai 1.000
gr). Padat tebar yang ideal untuk sidat yaitu 3-4 ekor/m². Masa pembesaran dari ukuran
100 gr hingga mencapai ukuran konsumsi berkisar 3 – 11 bulan (Sumber : BLUPPB
Karawang). Pembesaran sidat air tawar dilakukan terhadap benih hasil panen dari kolam
pendederan.   

3. 1.Persiapan Lahan

            Sebelum benih sidat ditebar dalam media pembesaran terlebih dahulu dilakukan
persiapan lahan. Lahan  yang digunakan adalah kolam tanah berukuran 500 m² – 2.000 m²
dengan kedalaman 1 meter. Persiapan lahan dimulai dari pengangkatan lumpur dasar, Perbaikan
pematang, penjemuran lahan, pemasangan dan perbaikan saluran inlet dan outlet, setting sistem
aerasi, pemasangan jembatan anco, pemasangan shelter, dan pemasangan bioscurity dengan
ketinggian 1 meter.

3.1.1 Pengangkatan Lumpur Dasar

            Sebelum kolam digunakan untuk media pembesaran sidat pengangkatan lumpur dasar
menjadi kegiatan awal yang dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan alat bantu
berupa cangkul. Lumpur merupakan suatu endapan atau kotoran yang tertinggal pada dasar
media pada siklus sebelumnya. Untuk itu sisa lumpur yang ada pada dasar media harus diangkat
agar kualitas air media dapat optimal sehingga kadar amoniak pada media dapat diminimalisir.

Tujuan dari pengangatan lumpur yaitu :

 Sisa  kotoran atau feses yang mengendap di dasar dapat terbuang dan terangkat sehingga
media menjadi optimal.
 Mengangkat karier-karier pathogen yang terdapat pada lumpur sehingga pada saat
dilakukan penebaran benih untuk siklus selanjutnya media menjadi bersih.
 Meminimalisasikan kadar amoniak pada media pemeliharaan.

3.1.2. Perbaikan Tanggul

            Bertujuan untuk mengantisipasi terhadap terjadinya kebocoran pada saat operasional
dilakukan.
3.1.3. Penjemuran Lahan

            Tahapan selanjutnya dari persiapan lahan adalah proses pengeringan media. Pengeringan
yang dilakukan dengan cara penjemuran media. Proses penjemuran ini dilakukan selama 2-3 hari
atau tergantung cuaca dari proses pengangkatan lumpur. Penjemuran dilakukan sebagai langkah
untuk membasmi dan mengurangi atau memutus mata rantai hama dan penyakit yang berpotensi
menyerang ikan sidat pada masa pemeliharaan.

            

Gambar 1. Pengeringan Lahan

3.1.4. Pemasangan Inlet dan Outlet

            Pemasangan inlet dan outlet marupakan sarana untuk pemasukkan dan pengeluaran air
pada media pembesaran sidat. Inlet dan outlet yang digunakan berupa paralon. Inlet dan outlet
berada pada tempat yang berbeda. Untuk lebih jelas letak inlet dan outlet dapat dilihat pada
gambar sebagai berikut :
              

                a. Inlet                                                      b. Outlet

                                           Gambar 2.Inlet dan Outlet

3.1.5. Setting aerasi

Aerasi  digunakan sebagai penambahan kadar oksigen terlarut pada media pemeliharaan. Aerasi
yang digunakan berasal dari blower yang dirangkai dengan pipa paralon. Pipa-pipa paralon
tersebut diletakkan dalam kolam setinggi 50 cm dari dasar kolam. Dalam satu kolam
pemeliharaan terdapat satu rangkaian aerasi yang didistribusikan dengan menggunakan paralon
berukuran 1 inchi.
       

         a. Sistem Aerasi                                              b.Blower

Gambar 3. Aerasi

3.1.6. Pemasangan Jembatan Ancho

            Berfungsi sebagai tempat meletakkan ancho, pengecekan dan pemberian pakan harian,
tempat pengambilan sampel sidat dan kualitas air.

3.1.7. Pemasangan Shelter

      Berdasarkan sifatnya sidat tergolong hewan nokturnal yang artinya aktif pada malam hari.
Oleh karena itu untuk melindungi dari teriknya sinar matahari pada siang hari maka pada setiap
media pemeliharaan diberikan satu shelter yang berfungsi sebagai pelindung atau rumah lindung.
Shelter yang digunakan terbuat dari anyaman jerami yang letaknya berdekatan dengan jembatan
ancho. Bentuk shelter dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4. Rumah Lindung (Shelter)

3.1.8. Pemasangan Pagar Bioscurity

Pagar Biosecurity adalah suatu sistem pengamanan pada media pemeliharaan yang bertujuan
untuk menghalangi predator ataupun hama masuk ke dalam kolam budidaya. Pagar Biosecurity
ini terbuat dari bambu setinggi 1 meter dan waring hitam yang kemudian dipasang mengelilingi
area kolam budidaya dengan jarak ½ meter dari tepi kolam.

Gambar 5. Pemasangan Pagar Biosecurity

3.2 Persiapan Air Media

3.2.1. Pemasukkan Air Tandon

            Pendistribusian air media pemeliharaan berasal dari sungai dan sumur bor yang
dimasukkan kedalam tandon penampungan. Di dalam tandon ini air diendapkan, didiamkan
terlebih dahulu dan setelah melalui proses pengecekan kualitas air barulah air dalam tandon
dialirkan ke petak budidaya. Proses penampungan air ini juga bertujuan untuk menampung air
sehingga pasokkan air untuk media pemeliharaan dapat terpenuhi dan untuk mempertahankan
kelayakan kualitar air.
 

Gambar 6. Tandon Penampungan Air

3.2.2. Pemasukkan Air ke Kolam Pemeliharaan

            Setelah air media siap digunakan, air tersebut lalu dimasukkan pada media pemeliharaan.
Pemasukkan air ke dalam media pemeliharaan dengan menggunakan pompa air yang
dihubungkan dengan paralon ke dalam inlet kolam.

Gambar 7.pemasukan air

3.3 Penebaran Benih

            Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari dimana suhu tidak terlalu tinggi. Benih
yang diaklimatisasikan terlebih dahulu dengan cara kantong  plastik yang berisi benih diletakkan
di atas permukaan kolam dan didiamkan sampai terdapat embun di dalam kantong, hal ini berarti
bahwa suhu di dalam kantong telah sama atau beradaptasi terhadap suhu air kolam. Bila suhunya
sudah sesuai benih yang ada dikantong plastik ditebar secara perlahan-lahan dengan cara
dimiringkan. Ukuran benih yang ditebar mempunyai bobot 50-100 gr/ekor dengan padat tebar 3-
4 ekor/m2. Benih sidat yang berkualitas memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

–        Gerakan tubuhnya lincah dan agresif

–        Penampilan sehat yang dicirikan dengan permukaan tubuh mulus, tidak lemas jika
dipegang,
Gambar 8.penebaran sidat

3.4 Pemeliharaan dan menajemen pemberian pakan

Karena Sepanjang hidupnya, terutama di air tawar, sidat  bersifat karnivora yaitu pemakan
daging. Maka pakan yang dibutuhka harus memiliki kandungan protein yang optimal untuk
pertumbuhannya. Sidat juga termasuk hewan kanibal.

Ikan sidat tergolong juga ikan omnivora. Pakan yang digunakan umumnya terdiri dari pakan
buatan dan pakan segar. Pakan buatan untuk sidat sebaiknya mengandung protein yang tinggi
minimal 25% bahan yang digunakan untuk pakan buatan berasal dari bahan nabati dan hewani.
Bahan nabati yaitu dedak halus, tepung daun, tepung jagung, dan tepung kedelai. Bahan hewani
yaitu tepung tulang, tepung ikan, minyak ikan, dan minyak hati.

Pakan segar adalah pakan yang tersedia disekitar kita yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan
ikan, dan memiliki kandungan protein dan gizi yang cukup untuk memacu pertumbuhan ikan
misalnya ikan rucah, keong mas.bangkai binatang yang ada di perairan. Tanda lain yang
menyatakan sidat bersifat karnivora, yaitu panjang ususnya hanya sekitar 60 % dari panjang
tubuhnya.

A. Pemberian pakan

Pakan yang diberikan pada tahap pembesaran sidat berukuran 250 -300 gr/ekor adalah  pakan
jenis pellet kakap KPA., diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 07.00 – 08.00 dan pkl.
17.00 – 18.00. Dosis pakan yang diberikan 2 – 5 % dari total bobot per hari. Frekuensi
pemberian pakan pada fase pembesaran dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Pemberian pakan pada ikan sidat ukuran konsumsi

Sumber data:BLUPPB karawang

No. Ukuran sidat (gr/ekor) Nomor pakan Frekuensi pemberian pakan


1 100 Pakan kakap KPA No.3 2 kali sehari
2 200 Pakan kakap KPA No. 3 2 kali sehari
3 300 Pakan kakap KPA No. 5 2 kali sehari
4  > 400 Pakan kakap KPA No. 5 1 kali sehari

           

            Dalam pemeliharaannya sidat diberikan pakan utama berupa pellet. Pakan pellet yang
diberikan dari jenis KPA 3 dan KPA 5 sesuai dengan bukaan mulut benih. Frekuensi pemberian
pakan dilakukan sebanyak 1 kali sehari yaitu sore hari yaitu pukul 15.30 WIB. Dengan FR
(Feeding Rate) 3-5 % dari total biomassa. Pemberian pakan dilakukan dengan menebar pakan
pada anco dan di area sekitar shelter. Hal ini ditujukan agar lebih mudah dalam pengontrolan
pakan yang diberikan. Jenis pakan dan cara pemberian pakan dapat dilihat pada gambar  berikut :

         a                            b                            c                                d

Gambar 9. Proses pemberian pakan

Keterangan :

(a) Jenis Pakan Pellet  kakap

(b) Penimbangan Pakan

(c) Pemberian pakan di anco

(d) Pemberian pakan


3.4.1. Sampling Pertumbuhan

Sampling dilakukan setiap 1 bulan sekali, bertujuan untuk mengetahui penambahan panjang dan
bobot tubuh sidat. Sampling dilakukan dengan mengambil sampel  10% dari jumlah seluruh
populasi yang ada dalam satu kolam. Sampling dilakukan menggunakan alat sampling berupa
penggaris, timbangan, jaring, baskom, es balok, dll. Pada saat sampling pertumbuhan ini juga
dilakukan pengontrolan kesehatan sidat. Adapun langkah – langkah sampling adalah sebagai
berikut :

a. Menyiapkan anco dan serok yang akan digunakan untuk sampling

b. anco di berikan pellet kemudian anco di tenggelamkan

c. Setelah anco di tenggelamkan beberapa saat, anco di angkat setelah sidat nampak banyak
berkumpul di atas anco.

d. Sampel sidat yang tertangkap kemudian di masukkan kedalam wadah(styrrefoam) yang telah
di isi es balok. Hal ini di lakukan untuk membuat sidat pingsan agar memudahkan  dalam
pengukuran.

e. Pengukuran di lakukan  terhadap parameter panjang dan berat rata – rata

f. Sidat yang telah di ukur di masukkan kembali ke dalam kolam secara perlahan – lahan

g. Hasil pengukuran di gunakan untuk menentukan pertumbuhan (ADG), FCR.

3.4.2. Monitoring  kesehatan sidat

 Monitoring di lakukan pada saat sampling pertumbuhan, dan saat pemberian pakan.
 Pengamatan di lakukan dengan memperhatikan organ tubuh, warna tubuh,parasit, tingkah
laku sidat.
 Sampling untuk mengetahui kesehatan sidat dilakukan 15 hari sekali.
 Pengamatan sampel ikan sidat dilakukan baik secara visual dan mikroskopik di
laboratorium

3.4.3. Pengukuran kualitas air

Pengukuran  kualitas air dilakukan setiap hari yaitu pada pagi hari dan sore hari. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas kelayakan air ang digunakan selama proses budidaya.
Adapun parameter yang diukur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Parameter Kualitas Air Untuk Budidaya Sidat

Parameter Kisaran
Suhu 26 – 300 C
Oksigen Minimal 4 ppm
pH 7–8
Ammoniak Maksimal 0,1 ppm
Alkalinitas 50 – 300 ppm
Karbondioksida Maksimal 25 ppm

a)                  Suhu

Pengukuran suhu air dilakukan dengan menggunakan DO Meter. Pengukuran dilakukan 2 kali
sehari yaitu pada pagi dan sore hari,tujuan dari penguukuran suhu ini adalah untuk mengetahui
perubahan fluktuasi suhu yang terlalu jauh sehingga bila terjadi perubahan drastis maka dapat
segera ditangani.

b)                  Nilai pH

Derajat keasaman atau pH, selama kegiatan budidaya sidat pH nya harus tetap optimal yaitu 5 –
7 (Roy. R., 2009). Alat yang digunakan untuk mengukur pH yaitu hand refraktometer, dengan
cara memasukkan alat ke dalam air sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).

3.4.4. Pertumbuhan

1. Pertumbuhan Panjang Sidat (Anguilla sp)

              Pengukuran dilakukan dengan mengukur panjang total tubuh sidat. Pengukuran
dilakukan setiap 1 bulan sekali dengan cara mengambil sidat dari media pembesaran.
Pertambahan panjang sidat dapat dihitung menggunakan rumus ( Effendi., 1997) yaitu :

                              L = Lt – Lo

            Keterangan :

L                  : Pertambahan panjang (cm)

Lt                            : Panjang rata-rata pada akhir pemeliharaan (cm)

Lo                : Panjang rata-rata pada awal pemeliharaan (cm)

1. Pertumbuhan Bobot Benih

            Menurut Effendi, (1997) pengukuran bobot menggunakan timbangan Ohaus yang
dilakukan di akhir pemeliharaan yaitu sebagai berikut :

W = Wt – Wo

Keterangan :

W                : Pertumbuhan Berat (gr)


Wt               : Berat rata-rata akhir ( gr )

Wo              : Berat rata-rata awal ( gr )

1. c.           Survival Rate ( SR )

            Jumlah sidat yang masih hidup (setelah panen) dengan jumlah pada saat tebar kemudian
dikalikan 100%. Tingkat kelangsungan hidup dihitung dengan persamaan (Effendi, 1978) yaitu :

SR       =      × 100%

            Keterangan :

                SR               : Kelangsungan Hidup (ekor)

                Nt                : Jumlah Pada Akhir Pemeliharaan (ekor)

                No               : Jumlah pada Awal Pemeliharaan (ekor)

3.5  Hama dan penyakit

Hama merupakan biota pengganggu ikan yang di pelihara yang bisa di lihat dengan kasat mata
dan pada umumnya sering menyerang sidat pada saat sidat berukuran kecil/baru tebar. Salah satu
cara mengatasinya ialah dengan cara memasang waring, mempertahankan kualitas air dan
melakukan monitoring setiap hari.

Penyakit yang disebabkan oleh parasit yaitu berupa parasit argulus yang menempel pada
permukaan tubuh sidat. Timbulnya argulus akibat kualitas air yang rendah, cara penangananya
dengan menggunakan garam dapur (NaCl), air es atau Oxytetracyclin. Argulus dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :

Gambar 10. Argulus

 
3.6. Pemanenan

Pemanen sidat dapat di bagi 2 macam yaitu :

v  Pemanenan selektif

v  Pemanenan total

Pemanenan sidat secara selektif dapat dilakukan dengan beberapa cara, yang dianggap mudah
dan cukup efektif yaitu dengan jaring badut (gilnet) pada pagi hari, secara pelan-pelan
menggiring sidat ke happa yang sudah di siapkan sehingga mudah ditangkap dengan scoop net.

Gambar 11. Pemanenan secara selektif

Pemanenan sidat secara total sebaiknya dilakukan dengan pengeringan kolam. Pada prinsipnya,
alat yang digunakan untuk pemanenan sidat secara selektif total adalah sama yaitu dengan
menggunakan jaring badut. Pada saat akan melakukan pemanenan sidat, yang perlu selalu
diperhatikan adalah :

 Perubahan suhu secara tiba-tiba sebaiknya dihindari sebab akan mempengaruhi sidat
yang dipanen
 Meningkatnya populasi sidat dalam wadah terbatas selama pemanenan akan
menyebabkan sidat kekurangan oksigen.

Gambar 12. Pemanenan secara total


3.7. Pasca Panen

Perlakuan yang dilakukan dalam pasca panen yaitu pemberokan selama 24-36 jam. Selama
proses pemberokan sidat tidak diberi pakan,adapun tujuan pemberokan adalah untuk
mengosongkan isi lambung sidat yang akan didistribusikan kepada konsumen.

3.6.1. Packing

            Pengangkutan sidat dapat dilakukan dengan berbagai cara,tergantung pada jatrak tempuh
dan biaya yang tersedia. Adapun pengangkutan dengan jarak jauh (20-30 jam) sidat dipacking.

Cara packing sidat :

1. Siapkan kantong plastik packing dengan panjang 1,2 meter dan berdiameter 0,5 cm.
2. Langkah pembiusan yaitu dengan cara masukkan sidat yang telah diberok kedalam box
styrefoam yang telah diisi es balok dan air dengan suhu 13º C.
3. Bila sidat yang telah tampak lemas angkat segera dan masukkan segera kedalam
keranjang untuk ditimbang.
4. Sidat yang telah ditimbang dimasukkan secara perlahan-lahan kedalam kantong plastik
packing yang telah diisi dengan 1 kg es balok dan 2 liter air.
5. Masukkan oksigen kedalam kantong plastik packing yang telah berisi sidat dan ikat
segera dengan menggunakan karet gelang.
6. Kantong plastik packing sidat yang telah siap,dimasukkan kedalam wadah styrefoam,dan
diberi es pada 2 sudut styrefoam yang telah dibungkus dengan kertas koran, kemudian
styrefoam disoletip,sidat siap didistribusikan.

Gambar 13. Packing

Anda mungkin juga menyukai