Anda di halaman 1dari 14

TEKNIK PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN SPAT TIRAM MUTIARA (PINCTADA MAXIMA ) SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI MUTIARA

Aprisanto Dwi L, Wildan dan Ir. H. Sarifin, M.S

I.

PENDAHULUAN

Pembenihan dan pendederan spat tiram mutiara merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam usaha budidaya mutiara. Pada saat ini hasil pandederan mamiliki nilai ekonomis dan banyak di butuhkan perusahaan mutiara untuk meningkatkan target produksi mutiaranya. Akan tetapi, kendala yang dihadapi pada kegiatan pendederan adalah tingginya mortalitas secara masal hingga mencapai 98 % mulai dari awal pemeliharaan di laut hingga mencapai ukuran 7 8 cm. Tolak ukur untuk meningkatkan tingkat kehidupan (SR) dari hasil pendederan adalah kualitas spat hasil dari laboraturium pembenihan itu sendiri. Teknik pembenihan yang tepat dan sealami mungkin mulai dari pemilihan induk daan tingkat kematangan gonadnya, persiapan air media pemeliharaan, pemijahan ( spawning ) serta pemberian pakan di harapkan dapat menghasilkan benih spat tiram mutiara yang unggul dan terbiasa dengan kondisi alam yang sesunggguhnya. Sebab pada kegiatan pendederan di laut masih belum ada pemberian obat ataupun multi vitamin untuk meningkatkatkan tingkat kehidupannya.

II.

KEGIATAN PEMBENIHAN

2.1.

Pemeliharaan Induk Induk tiram mutiara yang terdapat di Balai Budidaya Laut Lombok berasal dari

alam maupun hasil budidaya. Pemeliharaan induk dilakukan dengan tujuan menunggu agar induk matang gonad dan siap dipijahkan. Induk dipelihara di rakit apung maupun long line bersamaan dengan kegiatan pendederan dengan menggunakan pocket keranjang atau poket net.

2.2

Seleksi Tingkat Kematangan Gonad Seleksi kematangan gonad dilakukan setiap 1 bulan sekali untuk memastikan

bahwa induk tersebut siap dipijahkan atau tidak. Seleksi dilakukan dengan cara membuka mantel bagian dalam dan akan terlihat pada bagian pangkal gonad apakah terdapat sperma atau sel telur. Sampling dilakukan dengan menggunakan baji, forshape, dan spatula. pada induk betina akan terlihat berwarna kekuningan dan induk jantan akan terlihat berwarna putih susu.

2.3

Teknik Rangsangan dan Pemijahan Teknik yang dipergunakan untuk merangsang pemijahan tiram mutiara adalah

metode kejut suhu (thermal shock). Induk ditempatkan dalam pocket keranjang dan direndam di dalam box Styrofoam I yang berisi pakan berupa campuran fitoplankton. Volume fitoplankton dan air laut dalam box Styrofoam adalah 1:1. Suhu Styrofoam I adalah 23 oC, sedangkan suhu awal styrofoam II adalah 28 oC.kemudian Suhu Styrofoam II ditingkatkan sampai 32 0C-33 0C dengan cara memasukkan air panas, jika pemijahan secara alami tidak dapat dilakukan. Adapun suhu air media penetasan dalam bak fiber 3 ton dibiarkan dalam suhu ruang, yaitu 28
0

C.Pemijahan dilakukan dengan cara

memindah-mindahkan induk dalam pocket keranjang dari Styrofoam I ke styrofoam II. Selanjutnya dipindahkan ke bak fiber.

2.4

Pemanenan larva Setelah induk tiram berhenti memijah, induk tersebut dipindahkan dari bak

penetasan ke dalam styrofoam dan selanjutnya dipelihara di rakit apung maupun long line. Adapun telur-telur yang dihasilkan dibiarkan terbuahi terlebih dahulu di dalam bak fiber. Segera setelah proses pemijahan berhenti dipasang aerasi sebanyak satu titik. Hal ini dilakukan agar peluang terjadinya pembuahan lebih besar. Setelah telur menetas selama kurang lebih 20 jam setelah terjadi pemijahan kemudian disaring dengan menggunakan saringan ukuran 40 dan 60 mikron.dan dipindahkan ke bak pemeliharaan larva dengan volume 3 ton..

Sampling jumlah telur dan larva dapat dilakukan dengan cara sampling basah adapun data yang diperoleh pada saat pemijahan bulan juni dengan menggunakan induk alam dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 2 adalah sebagai berikut : Jumlah Induk Jumlah Telur ( Butir ) 24.000.000 Data Perkembangan Larva Hari (ke-) Jumlah Larva ( Ekor ) 1 20.400.000 5 19.542.000 8 16.800.000 11 15.750.000 14 12.600.000 17 6.300.000 20 3.150.000 23 787.500 27 354.375 40 127.365 Ket HR : 85 %

5 betina dan 3 jantan

SR akhir 0,54%

2.5 2.5.1

Pemeliharaan Larva Pemberian pakan Larva mulai diberi pakan setelah mencapai fase D-Shape (D1). Pakan yang

diberikan berupa fitoplankton jenis Isochrysis galbana, Chaetocheros gracillis, dan Nannoclhoropsis sp.. Setelah mencapai fase umbo 3, pakan yang diberikan ditambah dengan fitoplankton jenis Nitzchia sp. dan Tetraselmis chuii. Dilakukan pengamatan terhadap larva dengan mikroskop sebelum dan 4 jam sesudah larva diberi pakan. Hal ini bertujuan untuk melihat kondisi larva, terutama isi perut. Fitoplankton yang diberikan berumur 4-5 hari. Larva diberi pakan sehari sekali, yaitu pada pagi hari jam 10.00. Pakan yang akan diberikan terlebih dahulu disaring dengan planktonet 10 m, kemudian ditampung dalam toples 15 liter. Di dalam toples tersebut kombinasi pakan yang akan diberikan dicampurkan. Setelah itu, pakan diambil dengan menggunakan teko berskala dan dimasukkan secara merata ke dalam bak pemeliharaan larva sesuai dengan jumlah pakan yang akan diberikan.

2.5.2 Pengelolaan kualitas air Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara mengganti air secara total 3-4 hari sekali. Selain penggantian secara total juga dilakukan penyiponan pada dasar bak dengan

tujuan larva yang kurang sehat yang mengendap pada dasar bak tidak tercampur dengan llarva yang sehat.. Air yang akan diganti disedot dengan menggunakan selang spiral 1 inchi secara bertahap dengan cara mengambil larva yang ada di permukaan air terlebih dahulu. Larva yang berada di atas cenderung lebih sehat, jika dibandingkan dengan larva yang berada di dasar. Saringan yang digunakan disesuaikan dengan ukuran larva. Yakni mulai dari 40 mikron, 80 mikron, 100 mikron, 120 mikron, 150 mikron, 180 mikron, 200 mikron, dan 250 mikron. Setelah larva tersaring, larva kemudian dimasukkan ke dalam bak 3 ton yang terisi air baru. Penggantian air ini dilakukan sampai larva siap menempel yakni masuk pada fase plantygrade dengan ukuran larva kurang lebih 200 250 mikron.

2.6

Pemeliharaan Spat Setelah melewati fase plantigrade, larva akan tumbuh menjadi spat. Mulai dari

penetasan sampai mencapai fase plantygrade tingkat kelangsungan hidup larva sanagt kecil yakni mencapai 5 10 %. Beberapa factor yang mempengaruhi SR adalah sebagai berikut: Tingkat kematangan induk, perlakuan saat pemijahan, kualitas pakan, dan kualitas air media pemeliharaan itu sendiri. Adapun parameter kualitas air yang media pemeliharaan yang baik sebagai berikut : Pada fase peralihan yakni fase plantygrade menjadi spat, sifat hidupnya akan cenderung menempel pada substrat. Oleh karena itu, larva yang mulai tumbuh menjadi spat harus diberikan substrat agar tidak menempel pada bak pemeliharaan. Substrat yang digunakan biasanya terbuat dari tali PE atau orcid net dengan kerapatan 80-90%.

2.6.1 Persiapan wadah Sama seperti wadah pemeliharaan larva, spat juga dipelihara di dalam bak fiber 3 m3. Persiapan wadah yang dilakukan sama seperti halnya yang telah dijelaskan di sub bab 1. Adapun untuk persiapan kolektor adalah kolektor dipotong berukuran 20x30 cm, diikat dengan tali, direndam di dalam air panas selama 1-2 menit, kemudian dipasangi pemberat timah di bagian bawahnya. Setiap dua buah kolektor tidak dipotong hingga putus, melainkan bagian tengahnya dibiarkan tetap menyatu. Hal in bertujuan agar panjang kolektor ketika dipasang sesuai dengan kedalaman bak sehingga tidak perlu

pengikatan kolektor kembali. Kolektor-kolektor tersebut digantung pada bambu yang dipasang melintang di permukaan bak fiber. Satu bak fiber 3 m3 dapat menampung kolektor sebanyak 500-700 buah yang disesuaikan dengan jumlah larva yang ditebar. Setelah kolektor dipasang, bak fiber diisi dengan air yang telah disaring melalui sand filter, catridge, dan filter bag. Sistem aerasi dipasang, jumlahnya disesuaikan dengan kepadatan kolektor. Biasanya aerasi dipasang sebanyak lima titik dan diletakkan menyebar.

2.6.2 Pemberian pakan Pemberian pakan baik waktu dan jenis fitoplankton yang diberikan pada spat sama seperti halnya dengan larva, hanya saja kuantitasnya lebih banyak dari larva.

2.6.3 Pengelolaan kualitas air Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara pergantian air. Pergantian air pada spat dilakukan dengan cara memindahkan kolektor ke bak fiber lain yang telah berisi air laut. Pada bak fiber lama air tetap dikuras dengan menggunakan selang spiral 1 inchi atau melalui saluran output bak yang ujungnya diletakkan saringan. Hal ini dilakukan untuk mengambil spat yang masih menempel pada dinding dan dasar bak. Sebelum dilakukan pergantian air total, biasanya dilakukan resirkulasi pada wadah pemeliharaan, resirkulasi dilakukan secara bertahap mulai dari 25 %, 50%, 75%, 100%, dan 150%. Suhu media dipertahankan dengan cara mengurangi kontak tempat pemeliharaan dengan udara luar, yaitu dengan cara menutup permukaan bak dengan plastik. Selain itu, kandungan oksigen terlarut harus dipertahankan dengan cara memberikan aerasi sebanyak 4-6 titik pada bak pemeliharaan spat.

2.7

Pemanenan dan pengepakan Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat kolektor dari bak pemeliharaan.

Adapun pengepakan dilakukan dengan metode kering. Untuk mengangkut spat diperlukan wadah berupa styrofoam yang besarnya disesuaikan dengan jumlah kolektor yang akan diangkut.pengepakan dilakukan dengan cara bagian dalam dasar styrofoam diberi handuk basah , kemudian kolektor disusun di atas handuk basah tersebut. Selain

itu, di sudut styrofoam diletakkan 1 botol plastic es batu yang terbuat dari air laut. Kemudian styrofoam ditutup rapat dengan plester dan dibungkus kembali dengan kardus.

III.

KEGIATAN PENDEDERAN Kegiatan pendederan merupakan kegiatan lanjutan dari pemeliharaan spat di

hatchery yang akan di lakukan di laut. Pendederan spat tiram mutiara dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode rakit dan metode long line. Dalam satu siklus pendederan memerlukan waktu selama 10 bulan dengan ukuran spat mencapai 6 8 cm.dengan laju pertumbuhan rata-rata 0,7 cm per bulan dengan SR sekitar 5 -10 %. Kecilnya SR pada saat pemeliharaan diduga karena adanya masa transisi dari pemeliharaan di hatchery yang kemudian di pindahkan ke laut..Banyak dijumpai kematian terjadi pada saat spat berukuran kurang dari 3 cm.

3.1

Teknik pemeliharaan Teknik pendederan meliputi penanganan awal sebelum spat diturunkan ke laut,

penanganan pada saat pemeliharaan di laut, dan penanganan pasca panen yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

Penanganan awal Sebelum spat tiram mutiara dari hasil pembenihan di laboraturium dipindahkan ke laut dilakukan penanganan awal mulai dari penempelan kolektor sebagi substrat pada pocket,pembungkusan dengan waring, aklimatisasi dengan sistem air mengalir pada bak penampungan, dan pengangkutan menuju penanganannya : -. Benih Spat tiram mutiara yang masih menempel pada kolektor diikat dengan posisi diapit diantara dua pocket net yang kemudian dibungkus dengan menggunakan waring dengan mess size 0,5 mm yang dalam satu pocketnya terdapat 4 kolector dengan asumsi kepadatan 300 ekor per kolektor. -. Aklimatisasi Awal dengan menempatkan pocket yang berisi kolektor pada bak penampungan dengan sistim sirkulasi air selama 1 jam. laut. Adapun langkah langkahnya

-. Pengangkutan dengan metode kering menggunakan speed boot yang kemudian digantung pada long line dengan kedalaman 3 5 m di bawah permukan air laut.

Penanganan saat pemeliharaan -. Pada saat spat berumur 1 minggu di lakukan pengontrolan pertumbuhan spat yang masih hidup dan menempel pada kolektor, apabila spat yang menempel pada kolektor banyak, setelah berumur 15 hari dilakukan penggantian waring dengan mess size 1 mm. -. 15 hari berikutnya dilakukan penggantian waring dengan mess size 2 mm -. Pada saat spat berukurn 1,5 -2 cm yakni setelah spat berumur 1,5 2 bulan dilakukan pembongkaran dengan cara melepaskan spat yang menempel pada kolektor dengan memotong bisus dengan menggunaan pisau tajam. -. Spat yang telah di lepaskan dari kolektor dibersihkan bagian permukaannya dengan menggunakan sikat gigi halus kemudian ditempatkan pada pocket timbangan dengan cara di tabur dengan kepadatan 50 60 ekor/pocket. Spat yang telah ditabur pada pocket timbangan digantung pada rakit apung pada posisi horisontal, dengan tujuan agar spat yang telah ditabur dapat menempel dan tidak mengumpul. -. Setelah 1 minggu spat digantung dengan posisi horisontal dan spat pada kondisi sudah menempel, kemudian penggantungan spat pada pocket timbangan dilakukan pada posisi vertikal seperti biasanya. -. 15 hari kemudian dilakukan penggantian waring dengan ukuran waring yang sama, dengan tujuan agar memperlancar sirkulasi air. -. Pemeliharaan spat pada pocket timbangan dilakukan hingga spat berukuran 3 cm dengan lama pemeliharaan 1 bulan. Kemudian spat dibongkar dan dibersihkan untuk dipindahkan ke pocket layar. -. Pada pemeliharaan spat di pocket layar setiap 2 minggu sekali dilakukan pembersihan dengan cara disemprot menggunakan mesin semprot bertekanan, lama pemeliharaan spat di pocket layar yakni 1 bulan.

-. Setelah pemeliharaan di pocket layar dilakukan pembongkaran dan pembersihan yang kemudian spat di tempatkan pada pocket net ukuran A14 dengan kepadatan 36 ekor/pocket -. Setelah spat ditempatkan pada pocket net, pembersihan dan penggantian pocket serta waring dilakukan setiap 1 bulan sekali tergantung tingkat kekotorannya. -. Spat yang sudah berukuran 6 8 cm dan siap jual di tempatkan pada pocket A18 dan tetap dibungkus dengan menggunakan waring mess size 2 mm

3.2

Metode pemeliharaan Pendederan spat tiram mutiara di BBL Lombok menggunakan dua metode yaitu

metode rakit dan longline. Metode rakit digunakan untuk menggantung sementara pocket yang berisi spat yang sudah dibersihkan hingga spat dapat menempel pada pocketnya. Sedangkan metode longline digunakan untuk menggantung spat mulai dari awal pemeliharaan hingga siap jual. Perlakuan yang dilakukan selama pemeliharaan spat tiram mutiara yaitu aklimatisasi yang dilakukan sebelum spat dipindahkan ke laut, pergantian waring pembungkus pocket, pembersihan spat, penjarangan dan seleksi menurut ukuran. Pada pendederan spat tiram mutiara (P. maxima) di Balai Budidaya Laut Lombok menggunakan dua metode yaitu : 1. Metode rakit : yaitu teknik pendederan dengan menggunakan rakit apung sebagai tempat untuk menggantung pocket yang berisikan kolektor spat dari hatchery hingga spat berukuran 1 cm dan siap dibongkar untuk dibersihkan dan dijarangkan. Rakit apung terbuat dari bambu/kayu dengan ukuran panjang 14 x 7m dilengkapi

dengan pelampung strofoam, tali gantungan yang terbuat dari Tali PE 7 mm dengan panjang 5 m yang diletakkan dengan jarak 1 m antara tali. 2. Metode longline : yaitu teknik pendederan dengan menggunakan longline sebagai tempat untuk menggantung pocket yang berisikan spat dari ukuran 1 cm yang baru di bongkar dari kolektor hingga ukuran siap panen. Longline terbuat dari tali PE 22mm dengan panjang 100 m dilengkapi bola pelampung sebanyak 20 buah dengan diameter 40 cm dengan jarak pemasangan setiap pelampung yaitu 5 m dan terdapat 5 tali gantungan berjarak antar tali 80 cm dengan panjang tali 6 m, jadi dalam 1 unit longline terdapat 100 tali gantungan pocket.

Adapun kegiatan yang harus dilakukan selama pemeliharaan adalah Pembersihan dan penjarangan serta seleksi menurut ukuran. Pembersihan dilakukan setiap bulan sekali setelah penebaran, pembersihan pertama dengan mengangkat spat dari kolektor dan cangkang dibersihkan dengan menggunakan sikat gigi halus. Setelah bersih spat kemudian ditempatkan pada pocket yang diselubungi waring dan digantung pada longline. Seleksi pada spat dilakukan dengan tujuan mengklasifikasikan spat sesuai dengan ukuran, antara spat yang cepat dan lambat dalam pertumbuhannya. Seleksi dilakukan pada saat penjarangan. Tujuan penjarangan adalah mengurangi tingkat kepadatan spat persatuan ruang. Penjarangan mulai dilakukan pada saat pembongkaran spat pada kolektor yang ukurannya sudah mencapai 1 cm. Seiring meningkatnya ukuran spat maka akan terjadi kompetisi terhadap ruang pemeliharaan dan pakan. Sering kali spat saling menempel antara satu dengan yang lain sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan spat yang tidak normal. Teknik penjarangan dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Mengangkat pocket dari laut yang diselubungi dengan waring. 2. Mengangkat spat yang masih menempel pada kolektor dengan cara memotong bisusnya dengan menggunakan pisau kecil secara hati-hati agar bisus tidak tertarik. Kemudian ditampung pada ember plastik yang berisi air laut yang mengalir. Air laut dipompa dengan mesin pompa air laut dan dialirkan pada bak penampungan. 3. Membersihkan kulit luar spat dengan menggunakan sikat gigi yang halus satu persatu dan kemudian spat dipelihara pada pocket dengan kepadatan 40 50 ekor per pocket. 4. Pocket yang sudah berisi spat tersebut dibungkus kembali dengan waring yang bermata jaring 2 mm, kemudian digantung sementara pada rakit apung. 5. Setelah semua siput selesai diseleksi, dibersihkan dan dijarangkan, pocket di angkat dan digantung pada longline.

IV.

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Pendederan pada tahun 2008 Hasil pendederan tiram mutiara pada kegiatan tahun 2008 dilakukan penebaran Dari hasil pemijahan pada bulan juli yakni 100 kolektor dengan asumsi 300 ekor per kolektor selama pemeliharaan 4 bulan diperoleh hasil akhir adalah sebagai berikut : Tabel 2. Hasil pendederan pada tahun 2008 Awal pemeliharaan ( Bulan ) 1 2 3 4 100 1 2 3 4 1500 2200 4300 2100 Jumlah kolektor Ukuran (cm) Jumlah tiram Keterangan

Sumber : data primer (2008)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat adanya perbedaan ukuran spat tiram mutiara dalam kurun waktu pemeliharaan yang sama. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : Kelimpahan pakan di alam, arus, penanganan spat, dan faktor genetik yang dipengaruhi induk. Ditinjau dari tingkat kelangsungan hidup hingga bulan oktober diperoleh hasil kurang lebih sebasar 10 %. Tingginya mortalitas spat biasa terjadi pada awal penebaran hingga mencapai ukuran 5 cm. Hal ini disebabkan karena kondisi spat yang masih sangat lemah terhadap perubahan lingkungan dan cangkang yang masih tipis sehingga mudah dimangsa oleh predator.

4.2 Penanganan Pasca Panen Ukuran panen tergantung pada permintaan pasar, mulai dari ukuran 7 8 cm. Spat akan dipanen dalam kondisi bersih dan tidak cacat. ( cangkang tidak pecah atau rusak ). Metode pengangkutan spat dapat dilakukan dengan metode kering. Adapun cara

pengangkutan dengan metode kering yaitu dengan menggunakan steroform. Pada dasar sterofom diberi rongga sebagai penampungan air dari pencairan es. Spat disusun secara berlapis dengan posisi tegak dan setiap lapisan diberi handuk yang telah dibasahi dengan air laut. Lapisan spat dalam sterofom maksimal 3 lapis dengan daya tahan spat pada saat pengangkutan kering berkisar antara 10 sampai12 jam.

V. 5.1 Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari kajian teknis dan hasil kerja yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa : 1. Keberhasilan pembenihan secara teknis dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pada kegiatan: a. Penyediaan pakan hidup b. Sterilisasi media pemeliharaan c. Tingkat kematangan induk d. Cara Pemijahan e. Perlakuan penetasan telur f. Pemberian pakan g. Pemeliharaan larva 2. Masa transisi yang cukup kritis dalam kehidupan spat terjadi setelah dipindahkan pemeliharaan di laut, sehingga tingkat hidup dari spat hasil pendederan masih sangat kecil 3. Pada kegiatan pendederan perlu dilakukan penjarangan dan pergantian waring dengan tujuan agar pertumbuhan spat tidak terhambat. Sebab seiring meningkatnya pertumbuhan akan terjadi kompetisi terhadap ruang pemeliharaan dan pakan

5.2

Saran Perlu dilakukan pengkajian pengkajian lebih lanjut pada setiap tahapan kegiatan dalam pembenihan tiram mutiara sehingga dapat meningkatkan hasil produksi benih. Serta mengantisipasi terjadinya kematian masal pada saat spat berukuran kecil. Sebab kematian banyak terjadi pada saat spat berukuran kurang dari 3 cm.

Anda mungkin juga menyukai