Anda di halaman 1dari 6

3.2.

1 Fasilitas Utama

3.2.1.1 Karamba Jaring Apung

Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut, Lampung memiliki dua jenis


Karamba Jaring Apung sebagai wadah pemeliharaan, yaitu KJA untuk
pembenihan dan KJA untuk budidaya atau pembesaran. Letak kedua KJA ini
berdekatan dan dihubungkan oleh rakit kayu berpelampung sebagai sarana
transportasi dari KJA pembenihan ke KJA pembesaran (Gambar 17). KJA
pembesaran terbuat dari bahan PVC dan sebagian ada yang terbuat dari kayu.
Gambar 15. Asrama: (a) asrama kakap, (b) asrama kerapu a b 17 Sebanyak 2
unit Karamba Jaring Apung di divisi budidaya digunakan untuk pemeliharaan ikan
kakap putih mulai dari ukuran 75 – 100 gram/ekor dan dipanen setelah mencapai
berat antara 500 – ± 2 kg gram/ekor.

3.2.1.2 Jaring Pemeliharaan

Ikan kakap putih dipelihara dengan metode monokultur didalam sebuah jaring
yang disesuaikan antara ukuran jaring dengan jumlah tebar ikan. Jaring
pemeliharaan tersebut terbuat dari bahan polyethylene (PE) dengan ukuran mata
jaring 1,25 inch digunakan untuk tahap pembesaran, sedangkan jaring dengan
ukuran ½ inch dan 2 /3 inch digunakan untuk penggelondongan. pada tahap
pendederan, waring merupakan bahan yang sangat cocok sebagai media
pemeliharaan, karena waring mempunyai ukuran mata 1 – 2 mm. Jaring yang
lebih tebal akan lebih tahan lama terhadap kemungkinan gangguan kepiting, ikan
buntal dan perlakuan mekanis. Jaring pemeliharaan dilengkapi juga dengan
penutup yang terbuat dari jaring ataupun waring. Ukuran jaring dan mata jaring
yang digunakan tergantung pada ukuran ikan yang dipelihara, seperti dijabarkan
pada Tabel 1.

3.2.1.3 Pelampung Konstruksi

Pelampung terbuat dari styrofoam yang dibentuk menyerupai drum dengan


volume 120 liter (Gambar 18). Pelampung diikatkan ke rangka dengan
menggunakan tali riss. Jumlah pelampung yang digunakan pada Karamba Jaring
Apung kayu adalah 75 pelampung per unit. Sedangkan untuk KJA yang terbuat
dari PVC tidak dilengkapi dengan pelampung karena bentuk karamba sudah
didesain sedemikian rupa agar bisa mengapung tanpa bantuan pelampung.
3.2.1.4 Pemberat Jaring

Pemberat jaring berfungsi untuk menjaga agar dasar jaring tetap membuka
sehingga membentuk ruang yang cukup untuk ikan agar dapat bergerak dengan
bebas (Gambar 19). Pemberat yang digunakan di Balai Besar Pengembangan
Budidaya Laut, Lampung terbuat dari beton dengan berat antara 5 - 10 kg.

3.2.1.5 Jangkar Konstruksi

Jangkar berfungsi agar seluruh sarana budidaya tidak berpindah dari tempatnya
akibat pengaruh angin arus ataupun gelombang. Pada daerah terlindung, satu
unit rakit memerlukan 4 buah jangkar dengan berat berkisar 2 - 4 ton, sedangkan
bila menggunakan dua unit rakit hanya diperlukan 6 buah jangkar. 19 Untuk KJA
yang diletakkan di daerah terbuka memerlukan jangkar yang beratnya lebih dari
10 ton. Untuk pemasangan jangkar perlu dilengkapi dengan tali jangkar yang
berdiameter 18 – 20 mm. Panjang tali jangkar yang digunakan biasanya 2,5 – 3
kali kedalaman perairan.

5.1 pembesaran

Kegiatan pembesaran merupakan salah satu tahapan kegiatan budidaya untuk


menghasilkan ikan ukuran konsumsi. Pada kegiatan ini, ikan didorong untuk
secara maksimal dapat mencapai ukuran panen dengan mengutamakan kualitas
dan kuantitas melalui penyedian lingkungan media hidup ikan yang optimal,
pemberian pakan yang tepat, serta pengendalian hama dan penyakit. Produksi
bomassa dapat diatur dan ditentukan dengan menggunakan pola tanam dalam
suatu wadah produksi. Pengaturan pola tanam yang baik juga dapat
memungkinkan pengelolaan kawasan budidaya secara efisien, mengingat
keterbatasan sumber daya air yang seringkali menjadi faktor pembatas produksi.
Tahapan-tahapan kegiatan pada pembesaran ikan kakap putih meliputi
persiapan wadah, penebaran benih, pemberian pakan, pencegahan hama dan
penyakit, pengelolaan kualitas air, sampling, pemanenan, pengepakan dan
transportasi.

5.1.1 Persiapan Wadah Budidaya / Jaring

Jaring yang digunakan dalam pemeliharaan ikan kakap putih memiliki ukuran
yang berbeda-beda sesuai dengan tahapan kegiatan yang dilakukan. Ukuran
jaring yang digunakan yaitu 1 x 1 x 1 m3 dan 3 x 3 x 3 m3 . Persiapan jaring
dimulai dengan penjemuran jaring pemeliharaan yang kotor selama beberapa
hari sampai kering. Pengeringan jaring akan memudahkan dalam tahap
pencucian jaring. Jaring yang sudah kering dikumpulkan dan dicuci di tempat
pencucian jaring yang berada terpisah dengan unit Karamba Jaring Apung
(Gambar 35a). Pencucian jaring dilakukan dengan menyemprotkan air ke semua
bagian jaring dengan menggunakan mesin penyemprot air. Jaring yang telah
dibersihkan selanjutnya dijemur selama beberapa hari sampai benar-benar
kering. Penjemuran jaring dilakukan dengan tujuan agar organisme yang masih
menempel pada jaring mati. Jaring yang telah kering kemudian digulung dan
dikumpulkan sesuai dengan ukuran mata jaring. Setelah itu jaring siap untuk
digunakan

Benih merupakan salah satu sarana produksi penting yang dibutuhkan dalam
kegiatan pembesaran, dan benih menjadi faktor pembatas produksi akuakultur.
Kebutuhan benih harus tepat jumlah, mutu, waktu, dan harga. Penebaran benih
bertujuan untuk menempatkan ikan pada wadah kultur dengan dengan padat
penebaran (stocking density). Padat penebaran benih adalah jumlah (biomassa)
benih yang ditebar persatuan luas atau volume. Padat penebaran benih akan
menentukan tingkat intensitas pemeliharaan. Semakin tinggi padat penebaran
benih berarti semakin tinggi intensitas pemeliharaannya.

Pada usaha pembesaran ikan kakap putih di Balai Besar Pengembangan


Budidaya Laut Lampung, penebaran benih dilakukan ketika benih sudah
dinyatakan siap untuk ditransfer dari nursery ke Grow Out. Penebaran benih
biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari, hal ini bertujuan untuk mengurangi
dampak stresor (suhu) pada benih pada saat penebaran. Ukuran benih dapat
digunakan untuk menentukan lama waktu pemeliharaan dan target ukuran
panen. Setelah ditebar, benih-benih tersebut dipelihara secara intensif selama ±
2 bulan hingga mencapai ukuran 50 gr. Setelah itu, benih tersebut akan
ditransfer ke unitunit lain untuk dipelihara hingga mencapai ukuran 2 kg

5.1.2 Pemberian Pakan

5.1.2.1 Jenis pakan

Pakan yang diberikan dalam proses pembesaran ikan kakap putih adalah 100%
pakan buatan berupa pellet. Tujuan pakan buatan adalah untuk meningkatkan
produksi dengan waktu pemeliharaan yang singkat, ekonomis, dan masih
memberikan keuntungan meskipun padat penebarannya tinggi (Mudjiman, 2004).
Jenis pakan yang digunakan di BBPBL Lampung adalah pellet Megami yang
diproduksi oleh PT. Matahari Sakti (Gambar 36). Jenis ikan kakap putih biasanya
menyukai makanan yang berupa cincangan atau gilingan daging segar, sehingga
untuk mengadaptasikannya dengan pakan pellet, dibutuhkan komposisi pakan
yang banyak mengandung bahan hewani dan aromanya cukup merangsang,
seperti tepung ikan, tepung cumi, tepung udang. Analisa kandungan gizi dari
pellet Megami yang digunakan sebagai pakan utama pada kegitaan pembesaran
ikan kakap putih dapat dilihat pada Tabel

Pellet Megami memiliki nilai konversi pakan (FCR) sebesar 1,5 yang artinya
setiap 1,5 kg pakan yang diberikan akan menghasilkan bobot daging sebesar 1
kg. Konversi pakan adalah jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1
kg daging atau rasio antara bobot pakan yang dibutuhkan dan bobot daging ikan
yang di produksi atau food convertion rate (FCR) (Effendi, 2004). Semakin
rendah nilai konversi pakan, artinya semakin efisien pakan yang digunakan
tersebut karena biaya produksi untuk pakan yang dibutuhkan pun semakin
rendah.

5.1.3 Penyimpanan Pakan

Penyimpanan pakan dilakukan didalam gudang yang terletak di darat atau di


lokasi balai tepatnya di bangsal pembuatan pakan, pakan-pakan yang terdapat
digudang utama ini merupakan stok yang akan digunakan ketika pemberian
pakan. Kondisi bangunan sangat baik, yakni tidak lembab, memiliki ventilasi di
atas dan di bawah. Bagian bawah diberi alas berupa papan dengan ketinggian
10 cm dari lantai, sehingga pakan tidak bersentuhan langsung dengan lantai

5.1.4 Pencegahan Hama dan Penyakit

Hama dapat berupa predator, kompetitor, atau perusak sarana budidaya. Hama
predator adalah organisme yang memangsa ikan budidaya, seperti ikan buas,
burung, ular. Sedangkan hama kompetitor adalah organisme yang masuk ke
dalam wadah budidaya dan bersifat menyaingi dalam mendapatkan pakan,
ruang dan oksigen, seperti kepiting dan benih-benih ikan liar. Pemberantasan
hama lebih ditekankan pada sistem pengendalian hama secara terpadu, yaitu
tindakan pencegahan yang tidak merusak ekosistem. Jenis hama predator yang
sering ditemukan adalah ikan barracuda. Ikan buas ini tidak hanya sebagai
predator, akan tetapi juga merusak sarana budidaya. Upaya yang dilakukan
untuk mengatasi ikan ini adalah melakukan pengontrolan wadah budidaya
secara rutin. Selain itu juga terdapat burung-burung pemangsa ikan, seperti
burung Raja Udang, burung blekok, dan burung elang laut yang menyerang ikan-
ikan diwadah budidaya. Upaya penanggulangan dilakukan dengan pemasangan
cover di setiap unit wadah budidaya. Hama kompetitor yang sering ditemukan
adalah kepiting bakau dan benihbenih ikan liar yang menjadi pesaing dalam
pakan. Upaya penanggulangan dilakukan dengan cara mengambil hama
tersebut dangan menggunakan serokan, kemudian dimusnahkan. Penyakit pada
ikan kakap putih didefinisikan dengan terjadinya gangguan suatu fungsi atau
struktur dari alat tubuh sebagian atau keseluruhan. Beberapa penyebab
timbulnya penyakit pada ikan yaitu tumbuhnya organisme biofoulling seperti alga
dan teritip yang membawa penyakit; handling yang kurang profesional pada saat
sampling, grading, transfer, dan panen; gesekan antar ikan ketika terjadi
perebutan makanan; mal-nutrisi atau kekurangan pakan; agen

penyakit berupa parasit (Benedenia sp, Trichodina sp, Schutia Sp, Dactylogyrus
sp), Bakteri gram (+) (Stretococcus sp) dan Bakteri Gram (–) (Tenacibaculum
maritimum sp). Pencegahan penyakit dilakukan dengan merendam ikan dalam
air tawar secara rutin. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan pergantian
jaring setiap satu minggu sekali. Perendaman air tawar dilakukan dengan
menggunakan ember dengan volume 20 liter. Ikan diangkat dengan
menggunakan keranjang lalu dimasukkan ke dalam ember yang berisi air tawar.
Perendaman ikan dilakukan selama 5 – 10 menit

5.1.5 Pengelolaan Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air sulit dilakukan pada sistem budidaya yang terbuka (open
system). Pengontrolan kualitas air hanya dilakukan dengan cara pengukuran
kualitas air yang dilakukan setiap minggu. Pengambilan sampel dilakukan di tiga
titik yang berbeda, yaitu titik pertama pada perbatasan antara perairan milik balai
dan perairan umum, titik kedua pada KJA, dan titik ketiga pada inlet pemasukan
air dari laut ke sarana pembenihan. Parameter kualitas air yang diukur yaitu
salinitas, DO, kecerahan, pH, suhu dan kedalaman dapat dilihat pada Tabel

5.1.6 Sampling Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup


Sampling pertumbuhan dilakukan untuk mendapatkan data terbaru mengenai
laju pertumbuhan, efisiensi pakan dan untuk menentukan jumlah pakan yang
akan diberikan pada masa pemeliharaan berikutnya. Sedangkan pemantauan
populasi bertujuan untuk mengetahui jumlah ikan yang hidup, sehingga dapat
diketahui tingkat kelangsungan hidup. Pemantauan dilakukan satu kali dalam
satu bulan. Teknis yang dilakukan dalam kegiatan pemantauan adalah sebagai
berikut: Penyempitan ruang gerak ikan dengan cara menyekat jaring;
pengambilan ikan dengan menggunakan serok atau keranjang, sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan; ikan dimasukkan ke dalam waring berukuran 30 x 30 cm
untuk penimbangan. Sebelumnya bobot wadah penampung dicatat, dan
penimbangan dilakukan satu persatu dengan cepat. Hasil data sampling dapat
dilihat pada Tabel

5.2 Pemanenan

Panen yang dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung


adalah panen hidup. Pada panen hidup biasanya ukuran ikan yang dipanen
hanya antara 300 gr – 400 gr, 400 gr – 700 gr, 700 gr – 1kg. Tahapan
pemanenan untuk panen hidup dimulai dengan menyekat jaring yang akan
dipanen untuk mempersempit ruang gerak ikan. Ikan diserok menggunakan
keranjang serok lalu dimasukkan ke dalam box fiber untuk dianastesi
menggunakan minyak cengkeh dengan dosis 25 ppm. Setelah itu ikan
dimasukkan ke dalam keranjang gantung untuk ditimbang.

Anda mungkin juga menyukai