Anda di halaman 1dari 8

Open Jurnal Kreatif Online (JKO)

Access Vol. 9, No. 1, pp. 56-63, March 2021


http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO ©2020 The Authors
ISSN 2354-614X

Penerapan Model Problem Based Learning dalam Mata Pelajaran


Teknik Las SMAW untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas XI LAS SMKN 3 Palu
Application of Problem Based Learning Model in the Subject of SMAW Welding
Techniques to Improve Student Learning Outcomes in Class XI LAS
at SMKN 3 Palu

Yacob Rombe
SMK Negeri 3 Palu
Jln. Tanjung Santigi No. 19 Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan
menerapkan model Problem Based Learning pada mata pelajaran teknik las SMAW pada
siswa kelas XI pengelasan SMKN 3 Palu. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini terdiri dari
2 siklus yang masing-masing siklus melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi
dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah 32 siswa kelas XI Las SMKN 3 Palu tahun
pelajaran 2018/2019. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes. Hasil penelitian
siklus I, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 20 orang dengan rata-rata hasil belajar 72,06
dan persentase klasikal 62,50. Terjadi peningkatan pada siklus II dengan siswa yang
tuntas belajar meningkat menjadi 27 siswa, rata-rata hasil belajar 85 dan persentase
klasikal 84,37%. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas XI Las dengan persentase
peningkatan sebesar 21,87% dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar ini terjadi
akibat penerapan model pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran teknik
pengelasan SMAW pada siswa kelas XI pengelasan di SMKN 3 Palu.

Kata Kunci Pembelajaran berbasis masalah, teknik pengelasan SMAW, Sekolah kejuruan

Abstract The purpose of this study was to determine the increase in student learning outcomes by
applying the Problem Based Learning model to the subjects of the shield metal arc-
welding technique in class XI welding SMKN 3 Palu. This classroom action research
(CAR) consists of 2 cycles, each of which goes through the stages of planning,
implementing, observing and reflecting. The subjects of this study were 32 students of
class XI Las SMKN 3 Palu in the 2018/2019 academic year. The research instrument
used was a test. The results of the research in the first cycle, the number of students who
completed as many as 20 people with an average learning outcome of 72.06 and a
classical percentage of 62.50. There is an increase in cycle II with students who complete
learning has increased to 27 students, the average learning outcome is 85 and the classical
percentage is 84.37%. There was an increase in the learning outcomes of class XI Las
students with an increase in the percentage of 21.87% from cycle I to cycle II. The
increase in learning outcomes occurred due to the application of the problem based
learning model in the subject of SMAW welding techniques in class XI welding at SMKN
3 Palu.

Keywords Problem based learning, SMAW welding technique, Vocational schools

Corresponding Author*
E-mail: yacobbro@gmail.com
Received 07 January 2020; Revised 01 February 2020; Accepted 03 March 2021; available Online 18 March 2021
doi:

56
Jurnal Kreatif Online (JKO) Vol. 9, No. 1, pp. 56-63, March 2021

1. Pendahuluan
Membangun suatu bangsa diperlukan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam menciptakan SDM yang
berkualitas. Pendidikan abad 21 merupakan konsep pendidikan yang banyak
dikembangkan oleh berbagai instansi pendidikan di seluruh dunia, demikian pula di
Indonesia. Pendidikan abad 21 memngusung konsep bahwa siswa tidak hanya dibekali
kemampuan kognitif saja karena melihat perkembangan persaingan dunia kerja. Sekolah
sebagai pelaksanan pendidikan harus membenahi sistem pendidikannya yang akan
mampu memenuhi tantangan dunia kerja abad 21.
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pendidikan kejuruan, dalam hal
ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berperan dalam menyiapkan sumber daya
manusia khususnya tenaga kerja tingkat menengah. Untuk mewujudkan hal tersebut maka
perlu adanya peningkatan kualitas belajar mengajar. Hasil belajar merupakan salah satu
indicator adanya peningkatan kualitas belajar mengajar. Faktor yang mempengaruhi hasil
belajar antara lain factor dari luar (eksternal) dan factor dari dalam (internal). Salah satu
factor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah model pembelajaran.
Model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan
penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan peserta didik berinteraksi sehingga
terjadi perubahan atau perkembangan pada diri peserta didik (Sobandi, 2008). Maka guru
harus mampu memilih model pembelajaran yang cocok dengan karakteristik materi yang
akan disampaikan. Model pembelajaran akan mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran, termasuk dalam mata pelajaran Teknik Las SMAW.
Standar kompetensi teknik pengelasan SMAW yang diterapkan untuk tingkat
siswa SMK jurusan Teknik Pengelasan yaitu didasarkan pada silabus Las Busur
Manual yang mengacu pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Teknik
Pengelasan Busur Manual. Pada kurikulum Teknik Pengelasan Busur Manual terdapat
4 Kompetensi Inti yang dibagi menjadi 11 Kompetensi Dasar. Salah satu Kompetensi
Dasar Las Busur Manual (SMAW) pada poin 4.1 adalah melakukan pengelasan pelat
dengan pelat pada sambungan sudut dan tumpul posisi di bawah tangan, posisi
mendatar dan posisi vertikal dengan las busur manual (SMAW).Kompetensi tersebut
merupakan kompetensi dasar untuk menjadi seorang pengelas yang berkompetensi
dengan tingkat siswa SMK. Sehingga kompetensi tersebut sangat penting untuk
dikuasai bagi seorang welder dengan tingkat siswa SMK. Namun kenyataannya siswa
belum memiliki kemampuan dalam kompetensi teknik pengelasan SMAW yang
berdampak pada hasil belajar yang belum optimal.
Observasi yang dilakukan di pada siswa kelas XI Las SMKN 3 Palu, pada proses
pembelajaran teknik Las SMAW guru masih menerapkan model pembelajarn ceramah
(konvensional) dan bersifat teacher centered dalam hal ini guru sebagai satu-satunya
sumber informasi belajar dan aktif menyampaikan informasi kepada siswa. Pembelajaran
cenderung monoton, siswa terlihat pasif dan pembelajarn menjadi kurang menarik.
Akibatnya kemampuan siswa memahami materi sangat rendah dan siswa tidak menguasai
mata pelajaran teknik Las SMAW yang diikutinya. Kondisi pembelajaran yang monoton
membuat siswa akan menjadi jenuh dan bosan serta tidak aktif dalam mengikuti
pembelajaran. Sehingga berdampak pada hasil belajar yang ditunjukan yaitu 80% siswa
mendapatkan nilai dibawah kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75.

57
Jurnal Kreatif Online (JKO) Vol. 9, No. 1, pp. 56-63, March 2021

Pentingnya mata pelajaran teknik Las SMAW maka diperlukan suatu upaya
perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran tersebut. Perbaikan yang akan membuat
siswa mampu memahami materi yang diberikan serta menjadikan siswa aktif dalam
pembelajaran Teknik las SMAW. Dengan demikian guru dituntut untuk kreatif dan
inovatif dalam mendesain pembelajaran agar peserta didik termotivasi dan merasa senang
selama pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, harus ada upaya-upaya dari guru
tentang bagaimana mengembangkan pembelajaran agar pembelajaran menjadi menarik,
menyenangkan, memotivasi siswa untuk belajar mandiri. Salah satunya adalah dengan
menggunakan model Problem based learning. Problem Based Learning merupakan salah
satu motode pembelajaran yang layak dikembangkan seiring dengan tuntutan
pembelajaran dalam penerepan kurikulum 2013 (Sofyan & Komariah, 2016)
Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan
salah satu jenis ciri dari pendekatan kontekstual, yang mana konsep belajarnya adalah
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu, dengan menerapkan
Problem Based Learning, masalah yang digunakan dapat membantu siswa untuk belajar
berpikir kritis dan terampil dalam pemecahan masalah, sehingga mereka memperoleh
pengetahuan dan konsep-konsep esensial dari materi pembelajaran (Abidin, 2009).
Penerapan Problem Based Learning memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan minat dan perhatiannya, sehingga dalam proses pembelajarannya siswa
akan terlibat intensif dan aktif, yang pada akhirnya bisa membuat siswa untuk terus
belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar.
Penerapan Problem Based Learning pada mata pelajaran Teknik Las SMAW
merupakan salah satu upaya agar siswa mudah memahami dan menguasai materi yang
diajarkan, dimana guru dalam proses pembelajaran memberikan materi berdasarkan
permasalahan yang konkret/nyata yang dikaitkan dengan kompetensi keahliannya. Siswa
dimungkinkan belajar secara bermakna yang dapat mengembangkan kemampuan
berpikirnya melalui pemecahan masalah dan timbulnya kemampuan siswa untuk
membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar. Model pembelajara
Problem Based Learning dapat memberikan pelatihan dan kemampuan setiap individu
untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mardiah et al. (2016) menyatakan bahwa
adanya peningkatan hasil belajar siswa yang lebih baik pada kelas yang menerapkan
model Problem Based Learning. Siswa lebih bersemangat dan termotivasi dalam
mengikuti proses pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar. Dalam
model Problem Based Learning terjadi proses pembelajaran dimana siswa dijadikan
subjek utama. Manfaat yang diperoleh dalam model pembelajaran Problem Based
Learning dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik, menumbuhkan
minat dan tidak membuat bosan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sofyan dan
Komariah (2016) menyatakan bahwa model Problem Based Learning layak diterapkan
di setiap mata pelajaran dalam implementasi kurikulum 2013, selain itu Problem Based
Learning mampu meningkatkan kompetensi siswa dalam aspek kemampuan maupun
sikap.

58
Jurnal Kreatif Online (JKO) Vol. 9, No. 1, pp. 56-63, March 2021

Berdasarkan uaraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan
hasil belajar siswa kelas XI Las pada mata pelajaran Teknik Las SMAW melalui
penerapan model Problem Based Learning.

2. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Reseach). Menurut Arikunto (2014) penelitian tindakan kelas adalah
“suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki dasar pemikiran dan
kepantasan dari praktikpraktik belajar-mengajar, memperbaiki pemahaman dari praktik
belajar-mengajar, serta memperbaiki situasi atau lembaga tempat praktik tersebut
dilakukan”. PTK bertujuan untuk melihat aktivitas belajar siswa yang telah dilakukan
dikelas.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Las SMKN 3 Palu yang berjumlah 32
siswa. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode tes dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan dan pemahaman siswa pada mata pelajaran teknik Las SMAW.
Instrumen yang digunakan adalah lembar tes dengan bentuk pilihan ganda.
Penelitian ini menggunakan model rancangan dari Kemmis dan Mc.Taggart yang
terdiri dari dua siklus dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Adapun prosedur penelitian ini pada tahap perencanaan: menyusun Rencana
pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisikan langkah-langkah proses pembelajaran
dengan model Problem Based Learning, menyusun LKPD, menyusun soal tes yang akan
diberikan pada akhir siklus. Tahap tindakan dan observasi: dilakukan secara bersamaan.
Guru melakukan tindakan dengan menyampaikan pembelajaran berdasarkan RPP yang
telah disusun yaitu memberikan memberikan perlakuan dengan menerapkan
pembelajaran problem based learning. Pada tahap refleksi dilakukan analisis data,
kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan dengan melihat
apa yang masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan
Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis hasil belajar siswa kelas XI Las
SMKN 3 Palu. Hasil belajar siswa memenuhi kriteria apabila sesuai dengan KKM yang
telah ditentukan yaitu ≥ 75 dikategorikan tuntas belajar. Secara klasikal diharapkan siswa
memahami materri yang dipelajari dengan pencapaian 75% siswa dapat tuntas pada
kompetensi dasar yang diberikan (Gumrowi, 2016). Pengukuran persentase ketuntasan
hasil belajar secara klasikal menggunakan rumus :
∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖 𝐾𝐾𝑀
Hasil belajar = ∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
x 100%

3. Hasil dan Pembahasan


Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran
problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

59
Jurnal Kreatif Online (JKO) Vol. 9, No. 1, pp. 56-63, March 2021

Tabel 1. Hasil Belajar siswa


Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai tertinggi 80 95
Nilai terendah 45 70
Jumlah Siswa 32 32
Jumlah siswa Tuntas 20 27
Rata-rata hasil belajar 72,06 85
Persentase Klasikal 62,50% 84,37%
Peningkatan - 21,87%

Berdasarkan tabel diatas terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus
I ke siklus II. Pada siklus I nilai tertinggi siswa adalah 80 dan nila terendah 45, jumlah
siswa yang tuntas sebanyak 20 orang dengan rata-rata hasil belajar 72,06 dan persentase
klasikal sebesar 62,50. Dari hasil analisis pada persentase klasikal yang diperoleh pada
siklus I maka proses pembelajaran dengan menerapkan model problem based learning
belum mencapai kriteria ketuntasan yaitu ≥ 75%. Hasil refleksi pada siklus I, guru masih
kurang maksimal dalam menjelaskan model pembelajaran Problem Based learning pada
siswa dan pada tahap mengorganisasikan siswa dalam belajar atau dalam pembagian
kelompok. Dalam tahap ini siswa mencari temannya sendiri untuk berada dalam satu
kelompok. Dari hasil evaluasi tersebut maka dilakukan perbaikan yang akan diterapkan
pada siklus II yaitu menjelaskan dengan baik kepada siswa sintak-sintak problem based
learning dan guru membagi kelompok siswa beradasarkan tingkat kemampuan yang
heterogen
Hasil refleksi dan perbaikan diatas digunakan untuk siklus II maka peningkatan
terjadi pada siklus II dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 70, siswa yang tuntas
belajar mengalami kenaikan menjadi 27 orang siswa, rata-rata hasil belajar 85 dan
persentase klasikal 84,37%. Persentase klasikal yang diperoleh menunjukan sudah berada
diatas kriteria ketuntasan yang diterapkan. Sedangkan Peningkatan hasil belajar siswa
kelas XI Las dengan peningkatan persentase sebesar 21,87% dari siklus I ke siklus II.
Peningkatan ketuntasan belajar siswa secara klasikal dapat dilihat pada gambar 1 dibawah
ini.

100
80
60
40
20
0
Siklus I Siklus 2
Persentase
62.5 84.37
klasikal(%)

Gambar 1. Peningkatan ketuntasan belajar siswa

Grafik diatas menjelaskan bahwa terjadi kenaikan hasil belajar siswa pada siklus I
sebesar 62,5% dan naik pada siklus II menjadi 84,37%. Terjadi kenaikan ketuntasan

60
Jurnal Kreatif Online (JKO) Vol. 9, No. 1, pp. 56-63, March 2021

belajar siswa sebesar 21,87%. Peningkatan ini disebabkan karena penerapan model
Problem based learning dalam mata pelajaran teknik Las SMAW pada siswa kelas XI
Las SMKN 3 Palu
Pembahasan
Penerapan model problem based learning pada mata pelajaran teknik las SMAW
meningkatkan hasil belajar siswa. Ditunjukan dengan adanya peningkatan persentase
ketuntasan belajar dari siklus I sebesar 62,5% ke siklus II sebesar 84,37%. Terjadi
peningkatan sebesar 21,87% dari siklus I ke siklus II. Ketuntasan belajar yang mengalami
kenaikan menunjukan bahwa penguasaan dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi
yang diajarkan semakin meningkat karena menggunakan model problem based learning.
Materi pembelajaran yang mudah dipahami akan membuat siswa menjadi termotivasi
dalam mengikuti proses pembelajaran, dengan penguasaan materi yang optimal, maka
hasil belajar yang diinginkan akan tercapai (Trianto, 2007). Hasil penelitian ini didukung
oleh peneltian yang juga dilakukan oleh Boboy dan Wiyono (2016), yang menyatakan
bahwa penerapan model problem based learning meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Gambar Konstruksi bangunan. Hal tersebut mendukung bahwa Model
Problem Based Learning sangat cocok diterapkan pada mata pelajaran kejuruan di SMK
demikian pula pada mata pelajaran teknik las SMAW.
Pada siklus I ketuntasan yang diperoleh hanya sebesar 62,5%, nilai ini masih
dibawah kriteria ketuntasan yang diharapkan yaitu ≥ 75%. Refleksi yang dilakukan pada
siklus I, guru kurang maskimal dalam menjelaskan model problem based learning
sehingga siswa masih terlihat bingung dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu pada
sintak mengorganisasikan siswa untuk belajar yaitu dalam pembagian kelompok, guru
memberi kesempatan pada siswa untuk memilih kelompoknya sehingga siswa cenderung
memilih kelompok yang menurutnya setara dengan kemampuannya, artinya siswa yang
punya kemampuan tinggi memilih siswa yang berkemampuan tinggi. Sehingga pada
refleksi ini dilakukan perbaikan pada scenario pembelajaran pada siklus II yaitu guru
akan menjelaskan lebih detail tentang sintak-sintak dalam model problem based learning.
Sedangkan untuk pengorganisasian siswa atau pembagian kelompok dilakukan oleh guru
deengan membagi kelompok diskusi secara heterogen yaitu dimasukan dalam satu
kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal yang dilakukan ini juga
didukung oleh penelitian dari Wibowo (2015) yang menyatakan bahwa siswa
berkemampuan tinggi tidak akan menurun jika harus bekerja sama dengan siswa yang
berkemampuan rendah, demikian pula siswa yang berkemampuan sedang dapat bekerja
sama dengan maksimal asalkan mereka berada dalam satu kelompok dengan kemampuan
yang berbeda.
Siklus II yang dilaksanakan berdasarkan perbaikan-perbaikan dari siklus I. Hasil
belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I. Ditunjukan dengan
persentase klasikal yang diperoleh 84,37% dan nilai ini telah memenuhi ketuntasan
klasikal yang diharapkan. Ketuntasan klasikal tersebut mengalami kenaikan sebesar
21,87% dari siklus I ke siklus II. Kegiatan diskusi siswa lebih terlihat aktif dibandingkan
siklus I karena pembagian kelompok yang dilakukan oleh guru berdasarkan kemampuan
heterogen. Melalui kerja kelompok tersebut siswa dapat mengatasi kesulitan belajarnya.
Lewat pengalaman nyata yang dialami siswa dalam pemecahan masalah melalui diskusi

61
Jurnal Kreatif Online (JKO) Vol. 9, No. 1, pp. 56-63, March 2021

kelompok maka konsep yang dipelajari lebih tertanam dalam ingatan siswa. Hal ini
didukung oleh peneltian yang dilakukan Novita et al. (2015) yang menyatakan bahwa
model Problem Based Learning memiliki kelebihan yaitu lebih ingat dan meningkatkan
pemahamannya atas materi ajar, meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan,
mendorong untuk berpikir, membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan
sosial, membangun kecakapan belajar, memotivasi pembelajar, realistik dengan
kehidupan siswa.
Penelitian yang dilakukan ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh
Samsiah (2017) yang menemukan bahwa penerapan model pembelajaran problem based
learning (pbl) untuk meningkatkan prestasi belajar dengan ketuntasan mencapai 63,56%
pada siklus I dan 88,20% pada siklus II.
Pendapat Sofyan dan Komariah (2016) menyatakan bahwa Problem based
Learning sangat potensial diterapkan dalam kurikulum 2013 di SMK. Penerapan model
problem based learning di kelas XI Las SMKN 3 Palu memberikan manfaat diantaranya
membuat proses pembelajaran menjadi menarik, menumbuhkan minat belajar dan tidak
membuat siswa bosan. Penerapan model problem based learning membuat siswa terlibat
aktif pada proses pembelajaran, sehingga siswa semangat untuk mengikuti pembelajaran
dan pada akhirnya meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI
Las SMKN 3 Palu pada mata pelajaran teknik las SMAW. Hasil penelitian pada siklus I,
jumlah siswa yang tuntas sebanyak 20 orang dengan rata-rata hasil belajar 72,06 dan
persentase klasikal sebesar 62,50. Ada peningkatan pada siklus II dengan siswa yang
tuntas belajar mengalami kenaikan menjadi 27 orang siswa, rata-rata hasil belajar 85 dan
persentase klasikal 84,37%. Terjadi Peningkatan hasil belajar siswa kelas XI Las dengan
peningkatan persentase sebesar 21,87% dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar
terjadi karena penerapan model problem based learning dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberi saran agar dapat menerapkan
model problem based learning sebagai alternative pilihan model pembelajaran dalam
mengajarkan mata pelajaran kejuruan di SMK. Selain itu dalam penerapan perlu
diperhatikan cara mengelola waktu dengan baik dan maksimal. Pengelolaan waktu yang
baik dapat membantu siswa dalam menyelesaikan tiap-tiap pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2009). Guru dan Pembelajaran Bermutu. Bandung, Indonesia: Rizqi Press
Arikunto, S. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta, Indonesia: Bumi Aksara.
Boboy, Y.P., & Wiyono, A. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui
Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Mata
Pelajaran Menggambar Konstruksi Bangunan Kelas XI TGB di SMK Negeri 1
Mojokerto. Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan, 2(2), 94 – 106 .

62
Jurnal Kreatif Online (JKO) Vol. 9, No. 1, pp. 56-63, March 2021

Gumrowi. A. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar Listrik Dinamik Menggunakan Strategi


Pembelajaran Team Assisted Individualization Melalui Simulasi Crocodile
Physics. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 5(1), 105-111.
Mardiah, E., Hamdani, A., & Komaro, M. (2016). Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Leraning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK. Journal
of Mechanical Engineering Education, 3(1), 52 – 58.
Murni., Atma., Yusra, N., & Solfitri, T. (2010). Penerapan Metode Belajar Aktif tipe
Group to Group Exchange (GGE) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas X IPS1MAN 2 Model Pekanbaru. Jurnal Penelitian Pendidikan,
11(2), 1-10.
Novitasari, D., Wahyuni, D., & Prihatin J. (2015). Pembelajaran Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dilengkapi Teknik Mind Mapping
Terhadap Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMAN 1 Pakusari
Jember Pokok Bahasan Jamur Kelas X Semester Gasal Tahun Ajaran 2013/2014,
Jurnal Pancaran, 4(2), 35-47.
Samsiah. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi Pada Materi Mengelola Kartu Piutang
Siswa Kelas XI Akuntansi 1 Smk Negeri 1 Meulaboh Tahun Ajaran 2014/2015.
Jurnal Variasi, 9(4), 23 – 29.
Sobandi, B. (2008). Model Pembelajaran Kritik dan Apresiasi Seni Rupa. Solo,
Indonesia: Maulana Offset.
Sofyan, H., & Komariah, H. (2016) Pembelajaran Problem Based Leraning Dalam
Impementasi Kurikulum 2013 di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 6(3), 260–271.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta, Indonesia: Prestasi Pustaka.
Wibowo, D. H. (2015). Penerapan Pengelompokan Siswa Berdasarkan Prestasi di Jenjang
Sekolah Dasar. Jurnal Psikologi Undip, 14(2), 148-159.

63

Anda mungkin juga menyukai