Anda di halaman 1dari 19

RINGKASAN MATERI KULIAH

PEDOMAN DAN TATA CARA MENDIRIKAN KOPERASI

MATA KULIAH : KOPERASI DAN UMKM

DOSEN : I KETUT SUNARWIJAYA, SE, M.Si.

KELOMPOK 13

KELAS A - REGULER MALAM

1. IDA AYU TARA LAKSITA ( 1902622010162/04 )

2. NI NYOMAN AYU SUTARIYANTI ( 1902622010176/18 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2020 / 2021
1. Dasar Hukum Pembentukan Koperasi

Dalam pelaksanaan koperasi, perlu adanya dasar hukum untuk mengaturnya. Dasar

hukum Koperasi Indonesia adalah UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Di

dalamnya mengatur tentang fungsi, peran, dan prinsip koperasi. Undang-undang ini

disahkan di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 1992, di tandatangani oleh Presiden RI

Soeharto, Presiden RI pada masa itu dan di umumkan pada Lembaran Negara RI Tahun

1992 Nomor 116. Dan demikian dengan terbitnya UU Nomor 25 Tahun 1992 maka UU

Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian, Lembaran Negara RI Tahun

1967 Nomor 23 dan Tambahan Lembaran Negara RI Tahun 1967 Nomor 2832, yang

sebelumnya dipergunakan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Koperasi Indonesia berdasarkan UU No. 25 tahun 1992, koperasi suatu badan usaha

yang dipandang oleh undang-undang sebagai suatu perusahaan. Dimana dibentuk oleh

anggota-anggotanya untuk melakukan kegiatan usaha dan menunjang kepentingan

ekonomi anggotanya.

Dasar hukum koperasi Indonesia adalah:

a. Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

b. Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara

Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.

c. Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh

Pemerintah.

d. Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam

oleh Koperasi.

e. Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1998 tentang Modal Penyertaan pada Koperasi.

f. Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan PPK No. 36/Kep/MII/1998 tentang

Pedoman Pelaksanaan Penggabungan dan Peleburan Koperasi.

1
g. Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan PKM No. 19/KEP/Meneg/III/2000

tentang Pedoman kelembagaan dan Usaha Koperasi.

h. Peraturan Menteri No. 01 tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan,

Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.

2. Syarat dan Tata Cara Pembentukan Koperasi

Pasal 12 Permen Koperasi dan UKM No. 9/2018 tentang Penyelenggaraan dan

Pembinaan Perkoperasian telah mengatur mengenai persyaratan pendirian Koperasi di

Indonesia. Pendirian koperasi dilakukan dengan mengadakan rapat pendirian koperasi

yang harus dihadiri oleh para pendiri, dan juga dihadiri oleh pejabat yang berguna untuk

melakukan penyuluhan terkait koperasi.

Syarat- syarat pendirian koperasi Indonesia adalah:

a. Koperasi primer harus didirikan oleh minimal 20 orang yang punya kegiatan dan

kepentingan ekonomi yang sama. Sedangkan pendiri koperasi sekunder minimal 3

badan hukum Koperasi.

b. Para Pendiri atau kuasa pendiri koperasi mengajukan permintaan pengesahan akta

pendirian koperasi secara tertulis dan/atau secara elektronik kepada Menteri Koperasi

dan UKM.

c. Pengajuan pengesahan akta pendirian koperasi perlu melampirkan: 2 rangkap akta

pendirian koperasi dan satu di antaranya bermaterai; berita acara Rapat Pendirian

Koperasi, termasuk pemberian kuasa untuk mengajukan permohonan pengesahan;

surat bukti penyetoran modal yang paling sedikit sebesar simpanan pokok; dan

rencana awal kegiatan usaha Koperasi.

d. Berita acara Rapat Pendirian Koperasi harus dilengkapi: daftar hadir rapat pendirian;

foto copy KTP pendiri sesuai daftar hadir; surat kuasa pendiri; surat rekomendasi

instansi terkait dengan bidang usaha yang akan dijalani.

2
e. Untuk koperasi sekunder harus ditambahkan dokumen: Hasil berita acara rapat

pendirian koperasi dan surat kuasa koperasi primer dan/atau koperasi sekunder untuk

pendirian koperasi sekunder; Keputusan pengesahan badan hukum koperasi primer

dan/atau sekunder calon anggota; Koperasi primer dan/ atau sekunder calon anggota

melampirkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) aktif.

f. Ada syarat tambahan untuk pendirian koperasi simpan pinjam dan koperasi simpan

pinjam syariah (bisa dilihat di pasal 10 ayat 5 dan 6 Permen Koperasi dan UKM

9/2018).

Mengenai tahapan dan tata cara pendirian koperasi sesuai diatur Permen Koperasi dan

UKM Nomor 9 Tahun 2018 adalah:

a. Perencanaan Pendirian Koperasi

1. Ada minimal 20 anggota (koperasi primer).

2. Menentukan tempat kedudukan koperasi.

3. Punya modal sendiri (minimal dari simpanan pokok, bisa ditambah simpanan

wajib, hibah).

4. Tentukan nama koperasi (paling sedikit 3 kata setelah frasa koperasi).

5. Buat rencana awal usaha Ada calon pengurus dan pengawas.

b. Penyampaian rencana dan konsultasi ke dinas (daerah) atau pusat (Kementerian)

c. Rapat Pendirian Koperasi

1. Dihadiri calon pendiri, minimal 20 orang (untuk koperasi primer).

2. Dihadiri pejabat penyuluh dari dinas atau kementerian.

3. Dapat dihadiri notaris.

4. Rapat pendirian koperasi dipimpin oleh pimpinan dan sekretaris yang ditunjuk

para pendiri.

5. Rapat memilih pengurus dan pengawas serta menentukan masa bhaktinya.

3
6. Rapat pendirian koperasi membahas rancangan anggaran dasar.

7. Hasil rapat dibuat dalam notulen rapat dan/atau Berita Acara Rapat.

8. Notulen rapat atau berita acara rapat dituangkan dalam rancangan Anggaran Dasar

Koperasi.

9. Notaris mencatat kesepakatan tentang pokok-pokok hasil pembahasan dalam rapat

pendirian.

10. Pokok-pokok hasil pembahasan dirumuskan dalam Akta Pendirian Koperasi.

d. Verifikasi Nama Koperasi

1. Notaris mengonfirmasi penetapan nama koperasi pada Sistem Administrasi

Layanan Badan Hukum Koperasi (Sisminbhkop).

2. Koperasi yang telah memperoleh persetujuan nama wajib mengajukan

permohonan Akta Pendirian di dalam waktu paling lama 30 hari.

e. Pengajuan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi

1. Untuk mendapatkan pengesahan akta pendirian Koperasi, pendiri atau kuasa para

pendiri mengajukan permintaan pengesahan secara tertulis kepada menteri melalui

Sisminbhkop.

2. Permintaan pengesahan diajukan dengan melampirkan: 2 rangkap akta pendirian

Koperasi, dan satu di antaranya bermaterai cukup; Berita acara rapat pendirian

Koperasi, termasuk pemberian kuasa untuk mengajukan permohonan pengesahan

apabila ada; bukti penyetoran modal minimal sebesar simpanan pokok; dan

rencana awal kegiatan usaha Koperasi.

f. Verifikasi Dokumen Permohonan

1. Lampiran permohonan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi yang diajukan oleh

pemohon dilengkapi persyaratan dan berkas dokumen pendukung (untuk

memenuhi syarat pendirian koperasi)

4
2. Dokumen diserahkan pemohon untuk diperiksa dan diteliti oleh pejabat

berwenang melalui Sisminbhkop.

3. Pejabat yang berwenang menerbitkan tanda terima kepada pemohon, setelah

dokumen dinyatakan lengkap dan memenuhi persyaratan.

4. Berkas dokumen dan surat tanda terima disimpan oleh Notaris.

g. Pengesahan Pendirian Koperasi

1. Menteri menerbitkan keputusan pengesahan Akta Pendirian koperasi dalam

jangka waktu paling lama 7 hari terhitung sejak pengisian format isian akta

pendirian dan dokumen yang diunggah dinyatakan telah dipenuhi secara lengkap

dan benar.

2. Keputusan Menteri disampaikan kepada Pemohon secara elektronik.

3. Notaris bisa langsung mencetak Surat Keputusan Menteri tentang pengesahan

Akta Pendirian Koperasi.

4. Keputusan pengesahan Akta Pendirian Koperasi dihimpun Kementerian Koperasi

dan UKM dan dicatat dalam Buku Daftar Umum Koperasi dan dapat dibuat secara

elektronik.

5. Kementerian Koperasi dan UKM wajib menyampaikan salinan keputusan

pengesahan Akta Pendirian Koperasi kepada Dinas (provinsi/kabupaten/kota) di

lokasi kedudukan koperasi.

3. Tingkatan Koperasi dan Daerah Kerja Koperasi

Di dalam Undang-undang N0.12 tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian

dikenal adanya Koperasi Primer, Koperasi Pusat, Koperasi Gabungan, dan Koperasi

Induk seperti yang dikemukakan dalam struktur intern organisasi koperasi. Dilihat dari

segi pemusatan, maka Koperasi Pusat, Koperasi Gabungan, dsn Koperasi Induk itu

disebut Koperasi Sekunder.

5
a. Koperasi primer

Primary Society (Koperasi Primer) sekurang-kurangnya dapat dibentuk oleh 20

orang perorangan (individual) yang masing-masing memenuhi syarat sebagai

berikut:

1. Mampu untuk melakukan tindakan hukum

2. Menerima landasan idiil, azas dan sendi dasar koperasi

3. Sanggup dan bersedia melakukan kewajiban-kewajiban dan hak sebagai anggota,

sebagaimana tercantum dalam UU no. 12 tahun 1967, Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga serta peraturan koperasi lainnya.

Daerah kerja Koperasi Primer terbatas pada satu lingkungan tempat tinggal

(pedesaan) atau lingkungan tempat bekerja (perkantoran, pabrik, kampus, sekolah,

dan lain sebagainya).

Dengan demikian merupakan suatu pelanggaran peraturan kalau dalam satu

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan tempat kerja terdapat 2 atau lebih koperasi

yang sejenis atau yang sama usahanya. Terdapatnya 2 atau lebih Koperasi Primer

yang sejenis dalam satu daerah kerja (desa, perkantoran dan lain-lain) dapat

menimbulkan beberapa kesulitan (dampak negatif), antara lain:

1. Dapat menimbulkan persaingan yang akan menjadikan usaha koperasi itu tidak

sehat.

2. Dapat menimbulkan terpecah-pecahnya potensi ekonomi dan produksi yang

terdapat dalam satu daerah kerja, sehingga efektivitas dan efisiensi sulit atau

bahkan tidak akan mungkin tercapai.

6
b. Koperasi sekunder

Koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh anggotanya yang terdiri

dari beberapa koperasi yang berbadan hukum Tentang tingkatan koperasi ini sangat

berkaitan dengan keanggotaan koperasi yang terdiri dari badan-badan hukum

koperasi, yaitu:

1. Pusat Koperasi

Pusat koperasi adalah sebuah koperasi dapat disebut sebagai pusat koperasi

apabila koperasi tersebut beranggotakan sekurang-kurangnya lima koperasi primer

yang sudah berbadan hukum dan wilayah kerjanya satu kota/kabupaten.

2. Gabungan Koperasi

Gabungan koperasi adalah sebuah gabungan koperasi apabila koperasi terdiri dari

minimal tiga pusat koperasi yang berbadan hukum dan wilayah kerjanya satu

provinsi.

3. Induk Koperasi

Pengertian induk koperasi adalah sebuah koperasi dapat dikatakan sebagai induk

koperasi apabila koperasi tersebut terdiri dari minimal tiga gabungan koperasi

yang berbadan hukum dan wilayah kerjanya di seluruh Indonesia.

Kesemuanya di atas pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan dari Koperasi

Primer yang tidak dapat dipisahkan. Sesuai dengan azas demokrasi, tata kehidupan

koperasi ditentukan oleh anggota-anggotanya, dilihat dari sudut tata laksana, koperasi

harus memiliki kebijaksanaan yang mengikat antara koperasi bawahan dengan

koperasi atasan dan sebaliknya, rentetan kegiatan-kegiatan usaha ekonominya

merupakan rentetan kegiatan yang terintegrasi dengan maksud agar kebutuhan-

kebutuhan para anggotanya dapat dipenuhi secara maksimal dan seekonomis

mungkin, dengan lain kata yaitu untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi.

7
Dalam tingkatan-tingkatan ini, sehubungan dengan dimilikinya kebijaksanaan

yang mengikat antara koperasi tingkat bawah dengan koperasi tingkat atasnya secara

timbal-balik tanpa mengurangi hak koperasi tingkat bawah untuk mengawasi koperasi

tingkat atasnya, merupakan kewajiban dan wewenang koperasi tingkat atasnya untuk

memberikan bimbingan dan pemeriksaan terhadap koperasi tingkat bawahnya, hal

demikian dimaksudkan agar koperasi yang sehat dapat terjaga pertumbuhannya.

Adapun tanggungjawab mengenai jalannya koperasi bawahan tetap pada koperasi

bawahan yang bersangkutan.

Kesemuanya ini hanya berlaku pada tiap-tiap jenis koperasi, jadi pada suatu desa

kemungkinan untuk berdirinya 2 atau 3 Koperasi Primer yang berlainan jenis tetap

saja terbuka, karena tugas-tugasnya berlainan dan tidak akan bertabrakan. Jelasnya

sebagai berikut:

1. Di Pedesaan ada: Koperasi Primer Kopra, dan Koperasi Primer Batik.

2. Di Kabupaten ada: Koperasi Pusat Perkantoran dan Koperasi Pusat Pembatikan.

3. Di Provinsi ada: Koperasi Gabungan Perkopraan dan Koperasi Gabungan

Pembatikan.

Menurut pasal 16 UU no. 12 Tahun 1967, daerah kerja koperasi Indonesia pada

dasarnya didasarkan pada ketentuan wilayah adminstrasi pemerintahan dengan

memperhatikan kepentingan ekonomi, di dalam hal di mana ketentuan tersebut tidak

dapat dipenuhi, menteri menentukan lain. Dalam hal ini kita perhatikan misalnya

KUD yang merupakan koperasi serba usaha yang mempunyai sub unit peternakan,

sub unit sayur mayur (palawija), sub unit susu (sapi), yang kemungkinan masing-

masing sub unit berada pada desa-desa tertentu, maka daerah kerjanya tentu akan

8
lebih luas, lazimnya meliputi daerah kecamatan.Di Indonesia ada: Koperasi Induk

Perkopraan dan Koperasi Induk Pembatikan.

Menyinggung tentang hak suara bagi anggota-anggota koperasi, dalam Koperasi

Primer seorang anggota mempunyai satu suara. Dalam hubungannya dengan

terwujudnya pemusatan-pemusatan Koperasi Primer ke tingkat lebih atas, karena

dalam hal ini anggota-anggota koperasi adalah badan hukum, untuk mendekati dasar

demokrasi dilakukan menurut suara yang berimbang (vide pasal 20 ayat (4) UU no.

12 Tahun 1967). artinya anggota-anggota badan hukum masing-masing mempunyai

hak suara yang proporsional (sebanding) dengan jumlah anggota perorangannya,

tetapi dengan ketentuan bahwa untuk menghindarkan terjadinya "pemborongan suara"

oleh anggota badan hukum yang jumlah anggotanya terlalu banyak, selanjutnya

diadakan pembatasan maksimum suara bagi anggota badan hukum semacam itu.

4. Struktur Intern Organisasi Koperasi

Intern organisasi koperasi yaitu organisasi di dalam setiap tubuh koperasi, baik di

dalam koperasi primer, koperasi pusat, koperasi gabungan maupun koperasi induk. Intern

organisasi Koperasi terdiri dari 3 unsur yaitu :

a. Unsur alat-alat perlengkapan organisasi

1. Rapat anggota

Rapat Anggota ini merupakan kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan koperasi,

yang dalam pengejawantahannya merupakan rapat anggota dari para pemilik

koperasi tersebut yang masing-masing anggota mempunyai hak atas satu suara.

Yang di maksud dengan anggota yang sah yang berhak atas satu suara tersebut,

adalah para anggota yang namanya telah tercantum dalam Buku Khusus atau

Daftar Anggota, yang artinya pula telah memenuhi segala persyaratan bagi

keanggotaan koperasi. Sesuai dengan dasar Pancasila yang dianut oleh bangsa

9
Indonesia dan ketentuan-ketentuan yang murni dari UUD 1945 yang harus

dijalankan oleh segenap rakyat Indonesia, maka dalam rapat anggota koperasi

tersebut "musyawarah dan mufakatlah" yang harus diutamakan.

Rapat Anggota Koperasi Indonesia karena sifatnya terlalu penting, maka tidak

dibenarkan adanya anggota-anggota yang mewakilkan dirinya kepada orang lain,

jelas dalam hal ini demokrasi yang murni sangat dijunjung tinggi. Rapat anggota

ini diadakan sehubungan dengan adanya hal-hal yang demikian penting dan hal-

hal yang mendesak, seperti antara lain:

a. Untuk menetapkan anggaran dasar,

b. Untuk menetapkan kebijaksanaan umum serta pelaksanaan keputusan-

keputusan koperasi yang lebih atas,

c. Untuk menyelenggarakan pemilihan/pengangkatan/pemberhentian pengurus

dan badan pemeriksa/penasihat,

d. Untuk menetapkan rencana kerja, anggaran belanja, pengesahan neraca dan

kebijaksanaan pengurus dalam bidang organisasi dan perusahaan,

e. Untuk memutuskan tentang pembubaran koperasi apabila memang koperasi

tersebut tidak dapat dipertahankan lagi.

2. Pengurus

Pengurus dipilih dari dan oleh Anggota Koperasi, dan berperan mewakili anggota

dalam menjalankan kegiatan organisasi maupun usaha koperasi. Fungsi dan Peran

Pengurus:

a. Pengurus sebagai pusat pengambilan keputusan tertinggi.

b. Fungsi sebagai penasihat.

c. Pengurus sebagai pengawas.

d. Pengurus sebagai penjaga kelangsungan hidup organisasi.

10
Akan tetapi apabila menurut kenyataan di antara para anggota koperasi itu

kurang sekali terdapat anggota yang memiliki kesanggupan atau keahlian yang

diperlukan untuk memimpin koperasi, maka untuk maksud inilah dimugkinkan

untuk mengangkat seseorang yang benar-benar memiliki kesanggupan dan

keahilian walaupun yang bersangkutan bukan termasuk anggota koperasi tersebut.

Dengan ketentuan bahwa pengambilan tenaga yang cakap ini tidak akan melebihi

jumlah sepertiga dari keseluruhan jumlah anggota pengurus, dan lagi agar

kedudukan ketua koperasi tetap berada di tangan tenaga yang cakap yang menjadi

anggota koperasi yang bersangkutan.

Tentang pengangkatan anggota pengurus sebagai dimaksud di atas, bagi suatu

koperasi yang berkembang dengan baik, jelas hanya merupakan kebijaksanaan

sementara, karena selanjutnya koperasi harus mampu mendidik kader-kader

pengurus, sehingga pada kesemoatan rapat anggota tentang pemilihan anggota

pengurus kurun waktu yang akan datang, staf pengurus harus dijabat oleh para

anggotanya sendiri yang terpilih.

Tergantung kewajiban pengurus koperasi menurut pasal 23 UU no. 12 Tahun

1967 adalah sebagai berikut:

a. Memimpin organisasi dan usaha koperasi,

b. Mewakili organisasi koperasinya baik di luar maupun di muka sidang

pengadilan, terutama dalam urusan-urusan yang menyangkut keperdataan,

c. Menyampaikan segaa laporan pemeriksaan atas tata kehidupan koperasi

kepada rapat anggota (khusus mengenai laporan tertulis dari badan pemeriksa,

pengurus wajib, menyampaikan salinannya kepada pejabat),

11
d. Memberikan bantuan dan kemudahan kepada pejabat dalam rangka

pelaksanaan tugasnya,

e. Wajib menyelenggarakan rapat tahunan sesuai dengan ketentuan yang

tercantum dalam anggaran dasarnya,

f. Wajib mengadakan Buku Daftar Anggota Pengurus sesuai dengan ketentuan

yang ditetapkan pejabat,

g. Menjaga kerukunan para anggota koperasinya, melayani para anggotanya

yang mengajukan pendapat dan atau saran-saran bagi penyempurnaan jalannya

koperasi serta hasil pengawasan anggota terhadap jalannya koperasi.

Sebagai di muka telah dijelaskan bahwa setiap anggota pengurus koperasi

harus mempunyai kejujuran, kecakapan dan leadership, hal ini penting sekali

karena perbaikan nasib atau kehidupan para anggotanya tergantung kepada gerak

langkah dan kebijaksanaan para pengurusnya, dengan lain perkataan dapat pula

dinyatakan bahwa berhasil atau tidaknya koperasi sangat tergantung dari

pengemudian anggota-anggota pengurus.

Pertanggungjawaban pengurus ternyata meliputi pula pertanggungjawaban

dalam hal terjadinya kerugian usaha koperasinya, dalam hal ini baik pengurus

tersebut secara bersama-sama ataupun secara perorangan (sendiri-sendiri), baik

kerugian akibat kelalaiannya maupun kerugian yang timbul karena kesengajaan.

jika kerugian itu terjadi karena memang setiap usaha di lapangan perekonomian

tidak bisa diharapkan selamanya akan berhadil, sehubungan dengan

tanggungjawabnya maka ada dua kemungkinan untuk membebankan

pertanggungannya, sebagai berikut:

12
a. Yaitu kepada pengurus (termasuk juga anggotanya secara sendiri-sendiri);

b. Atau kepada koperasi sebagai badan hukum.

Jika koperasi sendiri sebagai badan hukum ternyata tidak dapat menutupi

kerugian, maka anggota-anggota dapat dibebani tanggungan, baik bersifat terbatas

ataupun tidak terbatas, akan tetapi apabila di antara para anggota penanggung

kerugian ini ternyata ada yang kurang mampu, maka menjadi kewajiban angggota

lainnya untuk menunjang yang kurang mampu.

3. Pengawas

Pengawas sebagai salah satu perangkat organisasi koperasi diangkat dari dan oleh

Anggota dalam Rapat Anggota Tahunan, sesuai pasal 38 UU No. 25 Tahun 1992.

Keterkaitan antara peran pengawas dan pengurus adalah dalam hal pelaporan

adalah dalam hal pelaporan hasil audit. Pengawas melaporkan hasil audit dan

rekomendasi pelaksanaan kebijakan dan Keputusan Rapat Anggota dan telah di

laksanakan oleh pengurus koperasi baik audit berkala maupun audit akhir tahun

buku. Hasil audit dilaporkan dari pengawas adalah mengenai kesesuaian dan

kebenaran data, informasi dilaporkan dari pengawas adalah mengenai kesesuaian

dan kebenaran data, informasi dilaporkan Pengurus koperasi dengan bukti – bukti

pendukung koperasi.

Adapun beberapa hasil audit dilaporkan pengawas adalah :

a. Pelaksanaan Anggaran Dasar di Koperasi;

b. Pelaksanaan Kepeutusan RAT;

c. Audit manajemen (pelaksanaan Standar Operasional Produser, deskripsi

jabatan, dan disiplin kerja);

d. Audit keuangan (ada atau tidak penyimpangan keuangan oleh Pengurus);

e. Audit fisik (inventaris, dan kas).

13
Pengurus yang diserahi memimpin koperasi beserta segala usahanya perlu

mendapat pengawasan dari rapat anggota. Ketatalaksanaan tanpa dibarengi

dengan pengawasan yang memadai akan dapat menyebabkan timbulnya hal-hal

yang tidak wajar yang pada akhirnya akan melahirkan kerugian-kerugian. Akan

tetapi, pengawasan tersebut tidaklah mungkin dilaksanakan oleh para anggota

secara bersama-sama, sebab cara demikian selain tidak praktis adalah juga karena

kemampuan anggota dalam hal teknik-teknik pengawasan tidak sama atau

mungkin ada yang awam sama sekali. Karena itulah maka dibentuklah sebuah

badan pemeriksa yang dipilih dari dan oleh anggota di dalam suatu rapat anggota.

Jumlah anggota badan pemeriksa tergantung dari kebutuhan, tetapi yang lazim

bagi suatu Koperasi Primer yang sedang adalah 3 orang. Jabatan sebagai anggota

badan pemeriksa tidak boleh dirangkap dengan jabatan pengurus, dengan

demikian secara tegas dapat dipisahkan antara tugas pengawasan dengan tugas

pelaksanaan. Secara kasarnya tugas badan ini terutama menyangkut pemeriksaan

terhadap tata kehidupan koperasi, terhadap pekerjaan pengurus.

Pemeriksaan/pengawasan yang dilakukan oleh koperasi sendiri biasanya

disebut "pemeriksaan intern", sedang pemeriksaan/pengawasan yang dilakukan

petugas-petugas Departemen Koperasi yang berwenang (vide pasal 39.UU no. 12

Tahun 1967) disebut "pemeriksaan ekstern".

Adapun tugas Badan Pemeriksa Koperasi dapat meliputi:

a. Melakukan pemeriksaan terhadap tata kehidupan koperasi (termasuk

organisasi usaha-usaha dan pelaksanaan kebijaksanaan pengurus);

b. Membuat laporan tertulis tentang hasil pemeriksaan.

Wewenang yang diperolehnya, yaitu:

14
a. Untuk sewaktu-waktu meneliti segala catatan tentang serta seluruh harta

kekayaan koperasi dan kebenaran pembukuan;

b. Mengumpulkan segala keterangan yang diperlukan dan siapa pun.

Segala hasil tugas dan wewenangnya itu harus dirahasiakan terhadap pihak

ketiga. Sesuai dengan dasar swadaya, swakarta dan swasembada koperasi, maka

sudah sepatutnya kalau tiap-tiap koperasi lebih mengutamakan pemeriksaan

/pengawasan intern daripada pemeriksaan intern. Apabila pemusatan-pemusatan

koperasi telah terbentuk, maka merupakan bagian dari tugas idiilnya, Gabungan

Koperasi atau induk Koperasi mempunyai aktivitas untuk melakukan pemeriksaan

terhadap tata kehidupan koperasi-koperasi yang menjadi anggotanya.

Untuk kepentingan mendidik pada anggota dan agar kesegaran tugas

pengawasan dapat terjamin, sudah selayaknya kalau masa jabatan badan

pemeriksa diatur lebih pendek daripada masa jabatan pengurus koperasi.

b. Unsur dewan penasehat atau penasehat

Kalau kita dalami kedudukan dewan penasihat ini, dapatlah dikatakan bahwa

dewan ini sebenarnya tidak tergolong sebagai alat perlengkapan koperasi. Para

anggota dewan ini bukan anggota-anggota koperasi yang bersangkutan, melainkan

tenaga-tenaga ahli dalam bidang perkoperasian yang disetujui oleh rapat anggota

untuk secara tetap memberikan nasihat-nasihat kepada pengurus bagi kelancaran

jalannya koperasi serta usahanya. Anggota-anggota dewan penasihat tidak

mempunyai hak suara baik dalam rapat anggota, maupun dalam rapat pengurus.

15
c. Unsur pelaksanaan-pelaksanaan yaitu manajer dan staf pegawai koperasi lain.

Merupakan tenaga-tenaga yang diangkat oleh pengurus dengan tugas sehari-

hari membantu pekerjaan pengurus. Tenaga-tenaga ini karenanya bertanggungjawab

kepada pengurus.

16
DAFTAR PUSTAKA

Yaqutul, Affaf . 2016. Dasar Hukum dan Syarat dan Tata Cara Pembentukan Koperasi.

http://affafyaqutul.blogspot.com/2016/12/dasar-hukum-syarat-dan-tata-cara.html?

m=1 (Diakses pada 1 Maret 2021).

Idhom, Addi M. 2019. Tahapan Pendirian Koperasi dan Syarat Pengesahan Badan

Hukumnya. https://tirto.id/tahapan-pendirian-koperasi-dan-syarat-pengesahan-

badan-hukumnya-ekom (Diakses pada 1 Maret 2021).

Erika. Tingkatan Koperasi dan Daerah Kerja Koperasi.

https://www.scribd.com/document/371864085/Tingkatan-Koperasi-Dan-Daerah-

Kerja-Koperasi. (Diakses pada 1 Maret 2021).

Ekonomi, Guru. Tingkatan Koperasi dan Derah Kerja Koperasi.

https://ekonomisajalah.blogspot.com/2015/05/tingkatan-koperasi-dan-daerah-

kerja.html (Diakses pada 1 Maret 2021).

Mruf, 2017. 4 Tingkatan Koperasi di Indonesia ( Struktur dan Usahanya) Lengkap.

https://www.akuntansilengkap.com/ekonomi/4-tingkatan-koperasi-di-indonesia-

struktur-dan-usahanya-lengkap/ (Diakses pada 1 Maret 2021).

Citra, Fegyana. 2016. Struktur Organisasi Koperasi.

https://fegyanacitra.wordpress.com/2016/12/20/struktur-organisasi-koperasi/ (Diakses

pada 1 Maret 2021).

17
Ekonomi, Guru. 2015. Struktur Intern Organisasi Koperasi.

https://ekonomisajalah.blogspot.com/2015/05/struktur-intern-organisasi-koperasi.html

(Diakses pada 1 Maret 2021).

18

Anda mungkin juga menyukai