Anda di halaman 1dari 4

Nama : I Made Yogi Darmawan

NIM : 1914101010
Kelas : 4A
Mata Kuliah : Hukum Acara Pidana
Soal No. 1
Seseorang bernama A dilaporkan sebagai telah melakukan pemerkosaan dan kemudian oleh
Polisi A ditangkap dan ditahan dengan tanpa adanya surat perintah penangkapan / penahanan.
Si A dalam pemeriksaan Polisi berkeinginan untuk didampingi Pengacara/Advokat namun
ditolak dengan alasan bahwa A telah terbukti melakukan tindak pidana perkosaan sehingga
tidak perlu didampingi pengacara selama dalam proses penyidikan di Kepolisian.
Tugas :
Bagaimana pendapat saudara terhadap tindakan Kepolisian dalam kasus tersebut diatas
ditinjau dari asas-asas yang ada dan berlaku dalam hukum acara pidana.
Jawab :
Pendapat saya mengenai tindakan Kepolisian dalam kasus tersebut adalah polisi bertindak
sewenang-wenang atau bertindak tanpa mengikuti kaidah hukum. Jika dintinjau dari asas-
asas yang berlaku dalam hukum acara pidana, tindakan Kepolisian tersebut telah melanggar
setidaknya tiga asas dalam hukum acara pidana.
o Yang pertama telah melanggar Penangkapan, Penahanan, Penggeledahan, dan
Penyitaan Berdasarkan Perintah Tertulis. Seperti yang tertera pada pasal 18 KUHAP
yang menyatakan bahwa “Pelaksanaan tugas penangkapan. dilakukan oleh petugas
kepolisian negara Republik Indonesia dengan memperlihatkan surat tugas serta
memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan yang mencantumkan
identitas tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat perkara
kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa. Artinya, setiap tindakan
penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan hanya dilakukan berdasarkan
perintah tertulis oleh pejabat yang diberikan wewenang oleh undang-undang dan
hanya dalam hal serta dengan cara yang diatur oleh undang-undang. Pada kasus
tersebut pihak kepolisian melakukan penangkapan tanpa adanya surat perintah
penangkapan/penahanan yang mengartikan bahwa pihak Kepolisian sudah jelas
melanggar Penangkapan, Penahanan, Penggeledahan, dan Penyitaan Berdasarkan
Perintah Tertulis
o Yang kedua yakni telah melanggar Asas Tersangka/Terdakwa Berhak Mendapat
Bantuan Hukum. Asas ini mengartikan bahwa setiap orang yang tersangkut perkara
wajib diberi kesempatan memperoleh bantuan hukum yang semata-mata diberikan
untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya. Guna kepentingan
pembelaan, tersangka/terdakwa berhak mendapat bantuan hukum baik dari seorang
atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingat pemeriksaan,
menurut tatacara yang di atur dalam undang-undang ini. Pada kasus tersebut pihak
Kepolisian menolak ‘A’ untuk didampingi oleh Pengacara/Advokat yang mengartikan
pihak Kepolisian juga telah melanggar Asas Tersangka/Terdakwa Berhak Mendapat
Bantuan Hukum.
o Yang ketiga yakni telah melanggar Asas Praduga Tak Bersalah, yang berarti bahwa
Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan di
muka sidang pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan
pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.
Artinya, setiap orang yang menjalani proses perkara tetap dianggap sebagai tidak
bersalah sampai ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang
menyatakan kesalahannya. Pada kasus tersebut pihak Kepolisian menegaskan bahwa
si ‘A’ telah terbukti melakukan tindak pemerkosaan, yang dimana hal tersebut belum
dapat dipastikan secara jelas bahwa si ‘A’ benar-benar melakukan tindakan tersebut,
yang mengartikan bahwa pihak Kepolisian telah melanggar Asas Praduga Tak
Bersalah
Sudah dapat dipastikan tindakan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian pada kasus tersebut
merupakan tindakan yang sewenang-wenang, artinya pihak Kepolisian bertindak seenaknya
tanpa memperhatikan kaidah-kaidah hukum yang berlaku, salah satunya yakni
memperhatikan asas-asas hukum acara pidana. Jadi kesimpulannya, menurut pendapat saya
pihak Kepolisian telah melanggar setidaknya tiga asas yang berlaku pada hukum acara
pidana, yang pertama yakni telah melanggar Penangkapan, Penahanan, Penggeledahan, dan
Penyitaan Berdasarkan Perintah Tertulis, kedua telah melanggar Asas Tersangka/Terdakwa
Berhak Mendapat Bantuan Hukum, dan ketiga telah melanggar Asas Praduga Tak Bersalah

Soal No 2
Ada laporan bahwa ada orang bunuh diri dengan cara menggantung dirinya dengan seutas tali
di pohon mangga. Polisi kemudian mengadakan penyidikan akan kejadian tersebut. Akhirnya
berdasarkan atas pemeriksaan forensik ternyata bukan bunuh diri melainkan sebagai
pembunuhan yang mayatnya digantung. Pemeriksaan secara forensik tersebut adalah sebagai
membantu tugas kepolisian dalam melakukan penyidikan.
Tugas :
1. Ada berapa ilmu pembantu dalam hukum acara pidana.
2. Mengapa ilmu-ilmu tersebut disebut sebagai ilmu pembantu.
Jawab :
1. Setidaknya terdapat enam ilmu pembantu dalam hukum acara pidana, diantaranya yakni.
Logika, Logika diperlukan dalam menghubungkan keterangan yang satu dengan yang
lain seperti masalah pembuktian dan metode penyelidikan. Psikologi, ilmu tentang
perilaku memperlakuakan psikis seseorang secara lebih tepat (perkembangan kejiwaan).
Kriminalistik, ilmu yang mempelajari tentang perkembangan kejahatan (merupakan
suatu catatan), yang didalamnya terdapat informasi yang berdasarkan pada bukti-bukti
yang diungkap oleh ilmu pengetahuan lain (forensik, toksiologi, balistik, datcyloscopie).
Kriminologi, ilmu tentang sebab kejahatan dan penanggulangannya. Psikiatri, ilmu yang
mempelajari mengenai bentu-bentuk daripada sakit jiwa/bagaimana orang bisa cacat
pertumbuhan jiwanya dan Victimologi, Membahas mengenai sebab timbulnya kejahatan
berkaitan dengan peranan si korban.
Lalu, ilmu pembantu yang digunakan dalam kasus Soal No. 2 tersebut, menurut saya
adalah Logika dan Kriminalistik. Terlihat dalam kasus tersebut peran logika yakni
menghubungkan beberapa fakta dan juga data, seperti terdapat laporan orang bunuh diri
dan diketahui sebuah fakta bahwa itu bukan bunuh diri melainkan pembunuhan. Yang
kedua yakni Kriminalistik, terlihat jelas pada kasus tersebut peran ilmu pembantu ini
sangat penting. Seperti data yang dikemukakan berdasarkan pemeriksaan forensik, hal
tersebut jelas merupakan peran dari ilmu pembantu Kriminalistik.

2. Karena perkembangan dalam masyarakat baik dalam bidang tekhnologi informasi,


tekhnologi komunikasi dan pengetahuan pada umumnya, maka mempengaruhi
perkembangan perilaku manusia dan pemikiran manusia. Dikaitkan dengan tindak pidana
maka akan mempengaruhi atau menyebabkan meningkatnya kulitas atau mutu dari tindak
pidana itu sendiri yang berakibat atau mengakibatkan banyak kasus pidana yang tidak
dapat di selesaikan oleh hukum pidana dan hukum acara pidana, maka untuk mengungkap
atau menyelesaikan dibutuhkan displin ilmu lain sehigga upaya hukum acara pidana
untuk mencari kebenaran materiil lebih dapat diharapkan, karena Hukum Acara Pidana
bertugas mengungkap kebenaran yang utuh/selengkapnya. Jadi, alasan ilmu-ilmu tersebut
dikatakan sebagai ilmu pembantu yakni tak lain sebagai pembantu dalam mencari
kebenaran dalam Hukum Acara Pidana

Anda mungkin juga menyukai