Anda di halaman 1dari 7

MATERI KE 6

Tindakan atau wewenang yang dilakukan oleh penyidik untuk melakukan pengekangan
sementara kemerdekaan dan/atau hak dari seorang tersangka untuk kepentingan penyidikan agar
membuat terang suatu peristiwa pidana yang diduga dilakukan oleh terdakwa, yang dapat
berupa: Penangkapan, Penahanan, Penggeledahan, Penyitaan, Pemeriksaan Surat.

1. Penangkapan
Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu
kebebasan tersangka/ terdakwa apabila cukup bukti guna kepentingan penyidikan/penuntutan
dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam UU ini. Dasar hukum
penangkapan Pasal 1 butir 20. KUHAP, pasal 3 KUHAP, dan Pasal 16-19 KUHAP.
Yang berhak melakukan penangkapan:
 Pada intinya penyidik (pasal 7 KUHAP)
 Dalam prakteknya dimungkinkan penyidik pembantu dapat melakukan
penangkapan dengan dasar pelimpahan (pasal II jo. Pasal 7 ayat (1))
 Juga penyelidik (pasal 16 jo. Pasal 5)

Pedoman/ukuran dapat melakukan penangkapan (keberadaan aparat dapat melakukan


penangkapan), yaitu :
 Adanya bukti permulaan yang cukup, minimal 2 (saksi, surat-surat, petunjuk)
 Adanya dugaan keras seseorang melakukan tindak pidana

Jadi tidak boleh hanya dengan dugaan saja orang dapat melakukan penangkapan, harus ada bukti
awal :
 Bukti permulaan
Adalah bukti-bukti yang diperoleh dari TKP/ dari interogasi awal
 Bukti awal yang cukup
Mengandung penafsiran yang subjektif dan objektif agar tidak terjadi penafsiran
yang berbeda seperti ini, maka dalam KUHAP menganut asas “UNUS TESTIS
NULLUS TESTIS” yaitu keterangan satu saksi tanpa didukung oleh alat bukti
yang lain sama artinya dengan kosong
Mengapa demikian? Karena sistem pembuktian kita dalam KUHAP harus ada 2
alat bukti. Dalam hal ini keterangan satu saksi bukannya tidak sah, tapi untuk
menunjang keterangan ini didukung oleh bukti yang lain

Kapan penangkapan dikatakan sah menurut hukum?


1. Harus ada surat perintah penangkapan,
2. Harus ada surat tegas bila penangkapan dilakukan oleh kepolisian
3. Bila tertangkap tangan tidak perlu ada surat penangkapan ini.
Dalam hal ini siapa saja dapat melakukan penangkapan setelah itu harus diserahkan kepada
aparat penegak hukum, baik tersangka maupun barang buktinya. Logikanya adalah karena
keadaan yang mendesak.

Kewenangan penangkapan hanya diberikan dalam waktu 1 x 24 jam tidak kurang/lebih (pasal 19
ayat 1)
Persoalan hukum adalah dalam kenyataanya ketentuan ini terkadang tidak dapat dipenuhi
karena terjadinya tindak pidana tidak hanya terjadi pada kota-kota besar, tapi dapat pula
terjadi pada daerah terpencil yang mana daerahnya cukup sulit untuk dijangkau, sehingga
waktu yang diperlukan melebihi dari ketentuan yang telah ditetapkan Dalam hal ini
bagaimana cara untuk menjembataninya agar ketentuan 1 x 24 jam ini dapat terpenuhi?
Menurut pembentuk UU, kelebihan masa penangkapan dianggap sebagai penahanan yang
nantinya kelebihan ini akan mengurangi pidananya.

2. Penahanan
Suatu tindakan penyidikan menempatkan tersangka / terdakwa ditempat-tempat tertentu,
apabila terdapat bukti-bukti permulaan yang cukup guna kepentingan penyidikan, penuntutan
dan pemeriksaan di depan sidang pengadilan menurut hal dan cara yang diatur oleh UU.
Hal-hal yang berkaitan dengan penahanan ini diatur dalam Pasal 20-30 KUHAP dan
Pasal 122-124 KUHAP, Pasal 1 butir 21 KUHAP.
Pejabat yang berwenang melakukan penahanan adalah :
 Penyidik
 Jaksa/Penuntut Umum
 Hakim

Apakah berdasarkan kewenangan tersebut diatas, maka para pejabat tersebut dapat
dengan sewenang-wenang menahan seseorang? Tidak!!!
Dalam hal bagaimana dilakukan penahanan? Syarat umum keadaan seseorang dapat
ditahan :
a. Bilamana seseorang diduga keras melakukan tindak pidana dengan sebelumnya
ada bukti permulaan yang cukup.
b. Orang yang melakukan percobaan.
Percobaan dipidana karena niat pelaku untuk mengurungkan, melakukan tindak
pidana bukan kemauannya sendiri melainkan karena faktor-faktor diluar dirinya
( misalnya karena dilihat orang lain) ini disebut DELIK TIDAK SELESAI.
c. Orang yang memberikan bantuan untuk melakukan suatu tindak pidana
(penyertaan, pembantuan).
d. Karena tersangka melakukan tindak pidana, diancam pidana penjara 5 tahun/
melakukan tindak pidana tertentu sebagaimana disebut pada “ Pasal 21 ayat 4 sub.
B KUHAP”

Landasan hukum untuk dapat dikenakan penahanan


1. Dasar menurut hukum
Penahanan dapat dilakukan kalau tindak pidana yang dilakukan
tersangka/terdakwa diancam pidana diatas 5 tahun.
2. Dasar menurut kepentingan.
Adanya suatu keadaan yang menimbulkan kekhwatiran bahwa kemungkinan
tersangka akan melarikan diri/melenyapkan/merusak barang bukti, sehingga
menyulitkan untuk melakukan penyidikan/ tersangka mengulangi lagi melakukan
tindak pidana.
Berapa lama aparat penegak hukum diberi kewenangan penahanan? Ada
gradasi/perbedaan untuk setiap tingkat :
1. Penyidik
a. 20 hari
Kenyataan dalam praktek waktu ini tidak cukup kalau ternyata dalam waktu
yang telah ditentukan tersebut penyidikan belum selesai, UU disini bersifat
fleksibel. Penyidik dalam hal ini dapat melakukan permohonan kepada jaksa
untuk melakukan perpanjangan penahanan selama 40 hari. Kalau masa waktu
ini telah habis, maka konsekuensinya si tersangka harus dikeluarkan demi
hukum.
b. Pasal 24 KUHAP
 Pembebasan : ada proses pembuktian apa seseorang telah melakukan tindak
pidana / tidak
 Pengeluaran : disini tetap dilakukan proses penyidikan, tapi mungkin
mekanismenya sulit.
2. Kejaksaan
20 hari (pasal 25)
Apabila masa waktu ini telah habis, sedangkan penyidikan belum selesai, jaksa
dapat mengajukan permohonan kepada ketua P.N. untuk melakukan perpanjangan
penahanan selama 30 hari. Apabila selama 50 hari jaksa belum melimpahkan
perkara ke pengadilan, maka konsekuensinya tersangka akan dikeluarkan demi
hukum.
3. Pengadilan Negeri Tingkat I
30 hari (pasal 26)
Ketentuan ini dapat diperpanjang oleh ketua P.N. selama 60 hari.
4. Pengadilan Negeri Tingkat II
Sama dengan pengadilan negeri tingkat 1
5. MA
50 hari
Ketentuan ini dapat diperpanjang oleh ketua MA selama 60 hari.
PASAL 29 KUHAP
Dalam setiap penahanan pada setiap tingkat tersebut diatas dimungkinkan diberikan
perpanjangan lagi selama 2 x 30 hari, karena :
a. Tersangka / terdakwa menderita gangguan fisik atau mental yang berat, yang
dibuktikan dengan surat keterangan dokter.
b. Kepentingan pemeriksaan didasarkan permintaan objektif/kepentingan Negara.
c. Berkaitan dengan perkara yang diancam pidana lebih dari 9 tahun.

Hakim tidak dapat dituntut apabila tersangka tidak dapat dibuktikan melakukan perbuatan
pidana, dia hanya boleh mengajukan ganti rugi/rehabilitasi.

Bentuk Penahanan
1. Penahanan Rutan ( Rumah Tahanan Negara )
Menempatkan tersangka/ terdakwa dirumah tahanan Negara yang pengawasan dan
kordinasinya diserahkan kepada instansi terkait.
2. Penahanan Rumah
Melakukan pengawasan terhadap rumah tinggal tersangka untuk menghindari segala
sesuatu yang dapat menyulitkan pemeriksaan selanjutnya.
3. Penahanan Kota.
Pada umumnya si tersangka wajib lapor setiap minggu, dia tidak boleh keluar kota.

Dalam kaitannya dengan pemahaman yang berhak melakukan penangguhan penahanan


menurut pasal 31 adalah :
1. Tersangka/terdakwa
2. Jaksa
3. Penyidik
4. Hakim
Dalam hal ini penagguhan ini terdapat unsur perjanjian / jaminan dari pemohon/ pemberi
penangguhan yang berupa uang atau orang.
Apakah orang yang menjamin bisa menggantikan kedudukan orang yang ditahan? Tidak,
karena hal ini sesuai dengan asal GEENSTRAFT ZONDER SCHULD.
3. Penggeledahan
Dalam kaitannya dengan penyidikan, dalam hal-hal tertentu penyidik melakukan
pengeledahan terhadap tersangka/terdakwa untuk kepentingan pembuktian. Menurut
KUHAP, ada 2 penggeledahan, yaitu :
a. Penggeledahan rumah
Tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat kediaman atau tempat tertutup
lainnya untuk melakukan tindakan-tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan
atau penangkapan dalam hal dan menurut cara yang diatur UU.
b. Penggeledahan badan
Tindakan penyidik untuk melakukan pemeriksaan badan/pakaian tersangka untuk
mencari barang-barang yang diduga keras ada pada tersangka untuk disita.
Dasar hukum dari penggeledahan terdapat dalam Pasal 32-37 KUHAP, Pasal 1 angka 17
dan 18 KUHAP dan Pasal 125-127 KUHAP.

Kalau dilihat dari sudut keadaan dilakukannya penggeledahan


a. Penggeledahan yang dilakukan dalam keadaan normal selalu harus ada ijin dari
pengadilan negeri disamping adanya ijin harus ada surat penggeledahan yang
dikeluarkan oleh penyidik. Yang harus diperhatikan dalam tata cara penggeledahan :
 Adalah setiap penyidik melakukan penggeledahan ditempat rumah tersangka
harus disaksikan oleh dua orang saksi, jika tersangka menyetujui
dilakukannya penggeledahan.
 Sebaliknya apabila tersangka tidak mengijinkan penyidik melakukan, maka
penggeledahan tetap dilakukan namun harus disaksikan oleh kepala desa/lurah
setempat dan ditambah 2 orang saksi.
b. Penggeledahan dalam keadaan yang mendesak tidak diperlukan ijin dari ketua
pengadilan negeri maupun tidak perlu adanya surat penggeledahan dari penyidik.
c. Dalam keadaan yang memaksa
Karena adanya suatu kekhawatiran tersangka akan melarikan diri/merusak barang
bukti/mengulangi lagi melakukan suatu tindak pidana.
Sedangkan dilain pihak ijin dari Ketua Pengadilan Negeri tidak memungkinkan diperoleh
dalam waktu yang relatif singkat. Kalau penggeledahan dilakukan dalam hal tertangkap
tangan :
 Tidak diperlukan ijin dari Ketua Pengadilan Negeri dan tidak diperlukan surat
penggeledahan.
 Kecuali dalam hal tertangkap tangan penyidik tidak boleh melakukan
penggeledahan di ruang sidang, misal sidang MPR, sidang pengadilan, acara-
acara keagamaan .
Dalam halnya penyidik melakukan penggeledahan diluar daerah hukumnya, syarat yang
harus dipenuhi oleh penyidik adalah :
a. Penyidik harus mendapat ijin dari ketua P.N. dari daerah hukum itu sendiri.
b. Tata cara penggeledahan harus memperhatikan pasal 33 KUHAP.
c. Pada waktu pelaksanaan penggeledahan dilakukan harus diketahui oleh ketua P.N.
dan disamping oleh penyidik/penyidik pembantu dari daerah hukum dimana
penggeledahan itu dilakukan/ dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai