Anda di halaman 1dari 4

Hukum pajak atau juga disebut hukum fiskal, adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan

yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan


menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas negara, sehingga ia
merupakan bagian dari hukum publik, yang mengatur hubungan-hubungan hukum antar
negara & orang-orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak (wajib
pajak).

Hukum pajak materil (Material tax law), yaitu memuat norma-norma yang
menerangkan antara lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek
pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif),
segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara
pemerintah dan Wajib Pajak.Contoh: Undang-undang Pajak Penghasilan dan pajak
pertambahan nilai (PPN). Hukum pajak materil PPh adalah UU No. 7 Tahun 1983
sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008, sedangkan untuk PPN adalah
UU No. 8 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 42 Tahun 2009.

Hukum pajak formil (Formal tax law), memuat bentuk/ tata cara untuk mewujudkan
hukum materil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materil). Hukum iini
memuat antara lain:
a. Tata cara penyelanggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak.
b. Hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para Wajib Pajak mengenai keadaan,
perbuatan dna peristiwa yang menimbulkan utang pajak.
c. Kewajiban Wajib Pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan/pencatatan, dan hak-hak
Wajib Pajak misalnya mengajukan keberatan atau banding. Contoh: Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.Contoh: UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (UU KUP) sebagaimana diubah terakhir dengan UU No16 Tahun 2009.
Artinya, kewajiban dan hak WP dalam urusan PPh dan PPN dapat kita temukan pada UU
KUP.

Yang menjadi subjek pajak adalah:

Jenis-jenis Subjek Pajak sebagaima diatur dalam Pasal 2 Undang-undang Pajak Penghasilan
1.    Orang Pribadi
Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun
di luar Indonesia. Pengertian orang pribadi menurut Rochmat Soemitro adalah manusia dari
daging, tulang, dan darah.
2.    Warisan belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak pengganti,
menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris, maksud warisan disini adalah warisan
yang menghasilkan atau masih ada pajak terutang yang ditinggalkan. Dalam menjalankan
kewajiban perpajakannya, warisan yang belum terbagi bisa diwakili oleh:
a.    Salah seorang ahli warisnya
b.    Pelaksana wasiatnya
c.    Pihak yang mengurus harta peninggalannya
3.    Badan
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap.
4.    Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan
puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha dan melakukan
kegiatan di Indonesia.

Tata Cara dan Waktu Penagihan Pajak

Menurut keputusan Menteri Keuangan No. 561/KMK.04/2000 menguraikan hal-hal yang


berkaitan dengan tata cara dan waktu penagihan pajak sebagai berikut:

1. Tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan penerbitan suratteguran


setelah 7 hari jatuh tempo pembayaran. Surat Teguran tidak diterbitkan terhadap
penanggung pajak yang telah disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajaknya.
2. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi olehpenanggung
pajak setelah 21 hari sejak diterbitkannya surat teguran, makaakan diterbitkan Surat
paksa

3. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar dilunasi olehpenanggung pajak
seteelah lewat waktu 2×24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan, maka segera akan
diterbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)

4. Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yang masih harus dilunasioleh
penanggung pajak setelah lewat dari jangka waktu 14 hari sejaktanggal pelaksanaan
penyitaan, maka akan dilaksanakan pengumumanlelang

5. Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yang masih harus dilunasioleh
penanggung pajak setelah lewat dari jangka waktu 14 hari sejakpengumuman lelang,
akan segera dilakukan penjualan barang

6. sitaan penanggung pajak melalui kantor lelang.

FISKUS

Jurusita atau fiskus adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan
seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan. Tugas
Jurusita Pajak:

1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus


2. Memberitahukan Surat Paksa
3. Melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan
4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.

Penagihan Pajak

Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak
dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan
seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan,
melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
Proses Penagihan Pajak sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa
1.    Dasar penagihan pajak adalah STP, SKPKB, SKPKBT, dll.
2.    Jatuh tempo STP, SKPKB, SKPKBT, dll. berbeda antara ketetapan dengan Tahun Pajak
2007 dan sebelumnya dengan Tahun Pajak 2008 dan seterusnya, maka untuk menentukan
tanggal terbit Surat Teguran antara Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya dengan 2008 dan
seterusnya sudah sama, yakni setelah lewat 7 hari sejak saat jatuh tempo
3.    Bila utang pajak yang tercantum dalam Surat Teguran tetap saja belum dilunasi oleh
Wajib Pajak atau Penanggung Pajak, maka setelah lewat 21 hari sejak tanggal Surat Teguran,
maka Surat Paksa diterbitkan atas Wajib Pajak yang bersangkutan
4.    Dalam waktu 2 X 24 jam setelah Surat Paksa yang telah diberitahukan belum juga
direspon oleh Wajib Pajak, maka Juru Sita Pajak dapat melakukan tindakan penyitaan
5.    Namun adakalanya Juru Sita Pajak tidak menemukan Objek sita yang akan disita, maka
tindakan pemblokiran nomor rekening, pencegahan, penyanderaan, dan pengumuman di
Media Massa dapat dilakukan. Walaupun tindakan penyitaan telah dilakukan bahkan
mungkin telah dilakukan lelang atas barang yang disita, akan tetapi tidak mencukupi untuk
melunasi utang pajak, maka tindakan pencegahan, dan lain-lain masih tetap dapat dilakukan
terhadap Penanggung Pajak
6.    Lelang Dalam jangka waktu paling singkat 14 (empat belas) hari setelah tindakan
penyitaan, utang pajak belum juga dilunasi akan dilanjutkan dengan pengumuman lelang
melalui media massa. Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 (satu) kali dan
untuk barang tidak bergerak dilakukan 2 (dua) kali. Penjualan secara lelang melalui Kantor
Lelang Negara terhadap barang yang disita, dilaksanakan paling singkat 14 (empat belas) hari
setelah pengumuman lelang. Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya pelaksanaan sita
belum dibayar maka akan dibebankan bersama-sama dengan biaya iklan untuk pengumuman
lelang dalam surat kabar dan biaya lelang pada saat pelelangan. Catatan Barang dengan nilai
paling banyak Rp.20.000.000,- tidak harus diumumkan melalui media massa.
7.    Penyitaan dapat dilakukan oleh Juru Sita Pajak apabila utang pajak yang tercantum
dalam Surat Paksa tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak
8.    Apabila setelah dilakukan penyitaan Penanggung Pajak masih tetap tidak melunasi utang
pajaknya maka pejabat akan membuat Pengumuman Lelang
9.    Pelaksanaan Lelang tetap masih dapat dilakukan apabila Penanggung Pajak masih tetap
tidak melunasi utang pajaknya
10.    Untuk barang bergerak, pengumuman lelang dilakukan satu kali dan untuk barang tidak
bergerak dilakukan dua kali
11.    Pencabutan sita dapat dilakukan Juru Sita Pajak apabila utang pajak dan biaya
penagihan pajak telah dilunasi oleh Penanggung Pajak
12.    Pencabutan sita juga dapat dilakukan oleh Juru Sita apabila ada putusan dari pengadilan

Anda mungkin juga menyukai