DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Assalamu’alaikum.Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T yang telah
memberikan segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah tentang prosedur pemeriksaan visus pada anak-anak dan
dewasa untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
dengan waktu yang tepat. Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Supardi,
MSc. selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III yang
telah membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini dengan baik.
Terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah memotivasi dan
memberikan semangat serta kerjasama yang baik selama ini. Semoga makalah
yang kami susun ini bermanfaat bagi kalangan pembaca sehingga bisa menambah
pengetahuan serta wawasan ilmu yang luas.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan kemungkinan
masih terdapat kekurangan ataupun kesalahan dalam penyusunan
maupun ketepatan informasi. Maka kami menerima saran dan kritik secara
terbuka dari pembaca yang bersifat membangun guna memperbaiki penyusunan
makalah di masa mendatang.
Terimakasih.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................
BAB 1...........................................................................................................................................................
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................
C. TUJUAN...........................................................................................................................................
BAB II...........................................................................................................................................................
TINJAUAN TEORI.......................................................................................................................................
A. MATA...............................................................................................................................................
a) Definisi..........................................................................................................................................
b) Bagian-bagian mata.......................................................................................................................
c) Fisiologi pengelihatan....................................................................................................................
d) Kelainan refleksi............................................................................................................................
B. PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN PADA ANAK............................................................
a) Definisi..........................................................................................................................................
b) Teknik pemeriksaan tajam pengelihatan pada anak.......................................................................
c) Refraksi siklopegik........................................................................................................................
BAB III.........................................................................................................................................................
PEMBAHASAN...........................................................................................................................................
A. Prosedur visus pada anak-anak..........................................................................................................
B. Prosedur visus pada dewasa...............................................................................................................
BAB III.........................................................................................................................................................
PENUTUP.....................................................................................................................................................
A. KESIMPULAN.................................................................................................................................
B. SARAN.............................................................................................................................................
BAB IV.........................................................................................................................................................
PENUTUP.....................................................................................................................................................
A. KESIMPULAN.................................................................................................................................
B. SARAN.............................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan yang penting,
terutama pada anak, mengingat 80% informasi selama 12 tahun pertama
kehidupan anak didapatkan melalui penglihatan (Ester, 2013, Fauziah,
dkk, 2015 dalam Rika, 2016). Penglihatan yang baik pada anak-anak dan
remaja menentukan perkembangan fisik dan perkembangan kognitif yang
normal. Gangguan ketajaman penglihatan pada anak akan menghambat
perkembangan anak secara umum. Anak yang mengalami gangguan
penglihatan, kemampuan berkomunikasi akan terhambat dan juga akan
mengalami gangguan perkembangan kognitif. Pada anak usia 5-16 tahun,
tajam penglihatan dapat diperiksa menggunakan visus.
Menurut laporan WHO, pada tahun 2012 sekitar 285 juta penduduk dunia
mengalami gangguan penglihatan dimana 39 juta di antaranya mengalami
kebutaan dan 246 juta penduduk mengalami penurunan penglihatan (low
vision). Sembilan puluh persen kejadian gangguan penglihatan terjadi di
negara berkembang. Secara umum, kelainan refraksi yang tidak dapat
dikoreksi (rabun jauh, rabun dekat, dan astigmatisme) merupakan
penyebab utama gangguan penglihatan, sedangkan katarak merupakan
penyebab utama kebutaan di negara berpendapatan sedang dan rendah.
(Kemenkes RI, 2014). Studi yang dilakukan American Optometric
Association (AOA) menyebutkan bahwa radiasi dari pancaran monitor
komputer maupun layar telepon genggam dapat menyebabkan kelelahan
mata dan gangguan mata lainnya seperti pandangan menjadi kabur atau
dapat disebut gangguan ketajaman penglihatan (Suryadi, 2016 dalam
Anggi andrianti, 2017). apabila ketajaman visusnya normal, pemeriksaan
ketajaman penglihatan baik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana prosedur pemeriksaan visus pada anak-anak?
2. Bagaimana prosedur pemeriksaan visus pada orang dewasa?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara melakukan pemeriksaan visus pada
anak-anak.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara melakukan pemeriksaan visus pada
orang dewasa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MATA
1. DEFINISI
Mata merupakan alat indra penglihatan yang terdapat pada manusia.
Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk,
memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan
gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.
3. FISIOLOGI PENGLIHATAN
Proses melihat dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada
retina dan menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Jika
sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan
pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi
dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah
dan ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek
yang dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki
mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada kemampuan
refraksi mata.
Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa
hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata
terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami
refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam
proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial
yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi
pada retina. Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina,
sinyal yang terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm,
optic tract, lateral geniculate dari thalamus, superior colliculi, dan
korteks serebri.
4. KELAINAN REFRAKSI
Mata normal memiliki susunan pembiasan oleh media refraksi
dengan panjang bola mata yang seimbang. Hal ini memungkinkan bayangan
benda setelah melalui media tersebut tepat dibiaskan di retima pada mata
yang tidak mengalami akomodasi atau istirahat untuk melihat jauh, sehingga
memiliki tajam penglihatan 6/6.
a) Observasi
Pada metode ini kita dapat mengamati apakah anak tampak
melihat atau peduli terhadap lingkungan sekitarnya? Apakah anak
respon terhadap lingkungan sosial seperti mengenali wajah
pemeriksa atau anggota keluarganya.? Apakah anak melihat jari
tangan dan kakinya sendiri? Adanya pengenalan dan perhatian
anak menunjukkan tajam penglihatannya baik. Metode ini sulit
dinilai pada anak yang keterbelakangan mental, karena mungkin
anak tersebut melihat, tetapi tidak respon terhadap sekitar.
c) Oftalmoskopi
Oftalmoskopi langsung atau pun tidak langsung dipakai
untuk mengetahui keadaan media mata dan mempelajari
karakteristik fisik dari retina dan nervus optikus. Terdapatnya
media yang jernih dan retina yang utuh dengan nervus optikus
yang yang normal dapat menunjukan bahwa tajam penglihatan
baik.
d) Reflek Pupil
Adanya reflek langsung dan tidak langsung pupil terhadap
cahaya menunjukkan bahwa jalur aferen dan eferen reflek pupil
baik. Cara sederhana yang dipakai untuk memeriksa reflek ini
dapat digunakan untuk menilai keadaan saraf penglihatan bagian
depan. Tapi respon normal dari pemeriksaan ini belum
mengindikasikan bahwa pasien dapat melihat, hanya menunjukan
penyampaian sinyal ke korteks. Jika cahaya senter pada satu mata
menyebabkan konstriksi pada kedua pupil berarti retina, nervus
optikus, traktus optikus berfungsi baik.
a. Allen Card
Allen Card berupa gambar yang sudah dikenal oleh anak-
anak misalnya gambar mobil, pohon natal, boneka beruang,
telepon dan kue ulang tahun. Allen card digunakan pada usia
anak 2,5 tahun. Pemeriksaan dilakukan dengan jarak 3 meter.
b. The Stycard Test (HOTV card)
Pada pemeriksaan ini digunakan satu set simbol dengan
ukuran yang bertingkat, dan satu set simbol yang masing-
masing bertuliskan Huruf H,O,T,V sebagai interpretasi dengan
meminta anak menunjukan huruf yang sama dengan yang
ditunjuk oleh pemeriksa. HOTV card digunakan pada usia anak
30-54 bulan. Pemeriksaan dilakukan dengan jarak 3 meter.
c. LEA symbol
Lea symbol terdiri atas 4 buah gambar yaitu apel, rumah,
lingkaran, dan persegi empat. LEA symbol digunakan pada
anak usia 3-3,5 tahun. Anak diminta untuk mengenal masing-
masing gambar kemudian anak menunjukkan gambar yang ada.
Nilai berapa visus anak sesuai dengan angka yang berada di
samping LEA symbol.
d. E chart
Pemeriksaan dengan metode ini hampir sama dengan
pemeriksaan kartu snellen, bedanya pemeriksan ini hanya
menggunakan satu huruf “E” dengan berbagai ukuran dan
posisi. Tanyakan kepada anak kemana arah dari kaki Huruf ‘E’
apakah ke bawah, ke atas, ke kiri atau ke kanan. E chart dapat
digunakan pada usia di atas 4 tahun.
3) REFRAKSI SIKLOPEGIK
Refraksi siklopegik merupakan gold standard pemeriksaan refraksi
pada anak karena dapat mencegah akomodasi sehingga dapat
menghindari terjadinya kesalahan hasil pemeriksaan refraksi pada
anak.
DAPUS
Basuki B Purnomo. 2003. Dasar-Dasar Urologi. Malang : Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
Saladin, Kenneth S. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function,
2nd
ed. New York
Ilyas Sidarta, 2012. Ilmu Penyakit Mata. Ed Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Junqueira, 2007, Histologi Dasar: teks dan atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC Penerbit
Buku Kedokteran
Vaughan DQ Asbury T, and Eva PR. 2007. Oftalmologi Umum. Ed 16. Jakarta:
Widya Med ika
Jones & Luensmann, 2012. The Prevalence dan Impact of High Myopia. 38 (3).