Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIPERTIROID

OLEH
KELOMPOK II

Komang Deni Septarini Kp.06.13.067


Haryva Riscar Dhiana Kp.06.13.068
Ni Luh Made Mas Kharisma Gina Kp.06.13.069
Andris Ghora Randy Alfatikh Kp.06.13.070
Ni Kadek Desy Sugitawati Kp.06.13.071
Indra Yuntari Kp.06.13.072

Akademi Keperawatan Kesdam IX/Udayana


Tahun Akademik 2014/2015
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTIROID

A.    PENGERTIAN
          Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap pengaruh
metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson: 337)

Hipertiroid adalah ketidakseimbangan metabolic yang merupakan akibat dari


produksi hormone tiroid yang berlebihan. (Doengoes, E. Marilynn. 2000:708)

          Hipertiroidisme adalah kadar TH yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat


terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. (Elizabeth J. Corwin:
296).

B.     ETIOLOGI
          Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan
TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya.
Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH
yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang tinggi
disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
1. Penyebab Utama 
          a. Penyakit Grave
          b. Toxic multinodular goitre
          c. ’’Solitary toxic adenoma’’
2. Penyebab Lain
           a. Tiroiditis
           b. Penyakit troboblastis
           c. Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
           d. Pemakaian yodium yang berlebihan
           e. Kanker pituitari
           f. Obat-obatan seperti Amiodarone

C.    PATOFISIOLOGI
           Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali
dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel
folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan
sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
           
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi
TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar
tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu
jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga
menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
          
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk
akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik,
sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau
diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem
kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang
mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot  ekstraokuler, akibatnya bola mata
terdesak keluar.

D. KLASIFIKASI
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) di bagi dalam 2 kategori:
1.  Kelainan yang berhubungan dengan Hipertiroidisme
2.  Kelainan yang tidak berhubungan dengan Hipertiroidisme
Klasifikasi lain:
1.  Goiter Toksik Difusa (Graves’ Disease)
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh
dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar tiroid
untuk memproduksi hormon tiroid terus menerus.
Graves’ disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya dapat
timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20 – 40 tahun. Faktor keturunan juga
dapat mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu
dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu sendiri.
2.  Nodular Thyroid Disease
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak disertai
dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya timbul
seiring dengan bertambahnya usia.
3.  Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan
mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah.
Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada
beberapa orang.
4.  Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 – 6 bulan pertama setelah melahirkan dan
terjadi selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahan-
lahan

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves yaitu penyakit autoimun yang tidak
diketahui penyebabnya. Tetapi ditemukan faktor pencetus seperti :

a.    Aktivitas hormon tiroid yang berlebihan

b.   Adanya edenoma tiroid yang tumbuh didalam jaringan tiroid.

Dan faktor predisposisinya adalah :

a.    Riwayat keluarga yang biasanya tinggal didaerah pegunungan yang airnya kurang
mengandung yodium

c.   Penghambat sintesa hormon oleh zat kimia seperti obat-obatan

F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:


a.       Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat
atau kelenjar tiroid.
b.      TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
c.       Bebas T4 (tiroksin)
d.      Bebas T3 (triiodotironin)
e.       Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan
pembesaran kelenjar tiroid
f.       Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
g.      Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia.
G.  PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang
berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid
(yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
Obat antitiroid. Digunakan dengan indikasi:
 Terapi untuk memperpaqjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada
pasien muda    
                  dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikusis
 Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase seblum pengobatan, atau sesudah
pengobatan pada pasien yg mendapt yodium radioaktif
 Persiapan tiroidektomi
 Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
 Pasien dengan krises tiroid

Pada pasien hamil biasanya diberikan propiltiourasil dengan dosis serendah


mungkin yaitu 200 mg/hari atau lebih lagi. Hipertiroidisme kerap kali sembuh spontan
pada kehamilan tua sehingga propiltiourasil dihentikan. Obat-obat tambahan sebaiknya
tidak diberikan karena T4, yang dapat melewati plasenta hanya sedikit sekali dan tidak
dal mencegah hipotiroidisme pada bayi yang baru lahir. Pada masa laktasi juga diberikan
propiltiourasil karena hanya sedik:it sekali yang keluar dari air susu ibu. Dosis ya;
dipakai 100-150 mg tiap 8 jam: Setelah pasien eutiroid, secara Minis dan laboratorim
dosis diturunkan dan dipertahankan menjadi 2 x 50 mg/hari. Kadar T4 dipertahank pada
batas atas normal dengan dosis propiltiaurasil 

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
    Aktivitas / Istirahat
Gejala : Insomnia, sensitivitas meningkat ; Otot lema, gangguan koordinasi ;
Kelelahan berat
Tanda       : Atrofi Otot
     Sirkulasi
Gejala        : Palpitasi, nyeri dada ( angina )
Tanda        : Disritmia ( vibrilasi atrium ), irama gallop, murmur ; Peningkatan
tekanan darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia ; Sirkulasi
kolaps,syok ( krisis tirotoksikosis ) 
     Integritas Ego
Gejala     : Mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik
Tanda     : Emosi labil ( euforia sedang sampai delirium ), depresi

b.     Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )


a.   Pernafasan B1 (breath)
sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis), frekuensi pernafasan
meningkan,dipneu,dipsneu,dan edema paru.
b. Kardiovaskular B2 (blood)
hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung, limfositosis, anemia,
splenomegali, leher membesar.
c. Persyarafan B3 (brain)
Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti:
bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium,psikosis, stupor,
koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak –
sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
d.   Perkemihan B4 (bladder)
oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti
e. Pencernaan B5 (bowel)
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan
banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Rasa lemah, kelelahan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan keletihan otot pernafasan.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay
dan kebutuhan oksigen.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1.Pola napas tidak efektif berhubungan dengan keletihan otot pernafasan.


Tujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Kriteria Hasil : pernafasan dalam rentang normal (16-20 x/mnt)
Intervensi:
 Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas
darah arterial.
Rasional : Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan
selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.
 Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk.
Rasional : Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat.
 Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati.
Rasional : Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat
gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.
 Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan
ventilasi jika diperlukan.
Rasional : Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin
diperlukan jika terjadi depresi pernapasan.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam suhu tubuh normal
Kriteria Hasil: Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,mukosa bibir lembab
Intervensi:
 Berikan kompres air hangat sesuai kebutuhan
Rasional : Dapat membantu penurunan panas yang dialami pasien
 Anjurkan klien menggunakan baju yang dapat menyerap keringat
Rasional : karena kondisi tubuh yang lembab memicu pertumbuhan jamur
sehingga beresiko menimbulkan komplikasi.
 Pertahankan lingkungan yang sejuk
Rasional : untuk membantu menjaga suhu tubuh pasien agar dalam keadaan
normal
 Kolaborasi dengan TIM medis dalam pemberian obat
Rasional :  membantu menuunkan  suhu tubuh  pasien
3.  Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplay dan
kebutuhan oksigen.
.
Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
Kriteria Hasil : klien dapat melakukan aktivitasnya.
Intervensi:
 Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang
dapat ditolerir.
Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan
istirahat yang adekuat.
 Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas
perawatan mandiri.
 Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan
stress.
Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
 Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas.
Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau
kurang.
ILUSTRASI KASUS
Seorang wanita umur 30tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan merasa panas, sesak
sering merasa lelah saat beraktifitas, dari pemeriksaan fisik didapatkan mata menonjol,
tampak pembesaran kelenjar tiroid, TD: 140/80, S: 38,5C, N:86 x/mnt, R:28 x/mnt. Pasien
diterima di UGD RS Wangaya pukul 08.00
Pengkajian di ambil tanggal  : 16 Februari 2015 Jam : 09.00
Tgl Masuk Rumah Sakit         : 15 Februari 2015 No. RM : 30720
Ruangan /kelas : Ruang Belibis, kelas II
No Kamar : B6

1.      DATA DASAR
A.    Identitas Pasien
Nama                   : Ny B
Jenis Kelamin                     : Perempuan
Usia : 30 Tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama                     : Hindu
       Suku / Bangsa                    : Indonesia
Pendidikan                         : SMA
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia dan Bahasa Bali
Pekerjaan                            : Ibu rumah tangga
 Alamat                                : Jl. Perintis Kemerdekaan 6 no 24
Diagnosa Medis : Hipertiroid
Sumber Biaya : Umum
Sumber Informasi : RM, pasien, dan keluarga pasien

Identitas Penaggung
Nama Lengkap                   : Tn A
 Jenis Kelamin                    : Laki-laki

Umur / Tanggal Lahir        : 38 tahun


Kawin / Belum Kawin       : Sudah Kawin
Agama                            : Hindu
Suku / Bangsa                    : Indonesia
Pendidikan                         : SMA
Pekerjaan                           : Wiraswasta
Alamat                               : Jl. Perintis Kemerdekaan 6 no 24

B. RIWAYAT KESEHATAN
1.    Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Alasan masuk rumah sakit : pasien mengalami nyeri pada leher.
b. Keluhan Utama : nyeri akut  
c. Kronologi keluhan : pasien mengatakan mengalami nyeri demam sejak tanggal 13
Februari 2015. Keluhan tersebut masih di alami sampai sekarang. Sebelumnya pasien
tidak dapat melakukan pengobatan.
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengatakan lupa dengan riwayat imunisasinya. Tidak memiliki riwayat alergi ,
pasien tidak memiliki riwayat kecelakaan.
3. Riwayat psikologi dan spiritual
Orang terdekat pasien adalah suaminya, komunikasi dalam keluarga terjalin dengan baik.
Keluarga cemas akan kondisi pasien saat ini karena sakit yang di deritanya tak kunjung
sembuh. Pasien dan keluarga selalu berdoa demi kesembuhan.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengdap penyakit yang sama.

C. DATA BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL

1. Bernafas
Sebelum sakit : pasien tidak mengalami kesulitan untuk bernafas.
Saat sakit : Pasien merasa sesak, sesak di rasa sejak menarik nafas, terpasang
O2 2 liter.
2. Makan
          Sebelum sakit Saat sakit   
Frekuensi :3x/hari 3x/hari
Jenis :Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur, buah
Porsi :1 piring 1  piring
Pantangan :tidak ada Tidak ada
Keluhan :Tidak ada Tidak nafsu makan dan sakit
saat menelan.
Pasien mengatakan bisa makan makanan yang diberikan rumah sakit dan hanya
habis setengah porsi. Pasien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan.
Pasien mengeluh kesulitan dalam menelan.
3. Minum
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi :7x/hari 5x/hari
Jenis :Air putih Air putih, susu
Porsi :1 gelas 1 gelas
Pantangan :Tidak ada Tidak ada
Keluhan :Tidak ada sakit saat menelan
4. Eliminasi BAB
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi              : 1x sehari 1x sehari
Warna                   : Kuning khas feses Kuning khas feses
Konsistensi           : Lunak Lunak
Keluhan                : Tidak ada Tidak ada

Eliminasi BAK
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi :4-5x /hari 5x/hari
Warna :Kuning jernih Kuning jernih
Konsistensi :Cair cair
Keluhan :Tidak ada tidak ada
Pasien mengatakan tidak mengalami masalah pada saat berkemih.

5. Gerak aktifitas
a. Kemampuan untuk ADL
1.Kemampuan untuk makan
Pasien mengatakan tidak mampu makan sendiri dan dibantu keluarga.
2. Kemampuan untuk mandi
Pasien mengatakan tidak mampu ke kamar mandi dibantu oleh keluarga.
Pasien mengatakan tidak mampu lap dirinya sendiri dikarenakan sebelah
tangannya terpasang infus.
3. Kemampuan toileting
Pasien mengatakan tidak mampu cebok sendiri.
4. Kemampuan untuk berpakaian
Pasien mengatakan tidak mampu berpakaian sendiri dan dibantu oleh
keluarga.
5. Kemampuan instrumentalia
Pasien mampu menggunakan telephone
b. Kemampuan untuk mobilisasi
Pasien mampu merubah posisi di tempat tidur, mampu duduk di tempat tidur,
tidak mampu berdiri lama, tidak mampu berjalan ke kamar mandi, mampu
berpindah.
6. Istirahat / tidur
Jumlah tidur dalam sehari 71/2 jam, pasien mengatakan tidurnya sedikit terganggu
dan merasa tidak nyaman.
7. Pengaturan suhu tubuh
Pasien mengalami masalah pada suhu tubuhnya dengan suhu tubuh 38,5C
8. Kebersihan diri
Keadaan pasien sedikit kotor karena selama sakit jarang mandi dan hanya di lap
seadanya oleh keluarganya.
9.Rasa nyaman
Pasien mengatakan merasa tidak nyaman di bagian leher, karena terjadi
pembengkakan yang terus membesar.
10. Rasa aman
a. Aman psikis
 ansietas : Pasien merasa cemas terhadap penyakitnya dan merasa tidak
berdaya, pasien tidak pelupa dan tidak mengalami penurunan konsentrasi
 Keputusasaan : Pasien tidak ada mengungkapkan rasa putus asa dan tidak
patah semangat terhadap penyakitnya.
 Ketakutan : Pasien mengungkapkan rasa takut dan merasa khawatir
terhadap penyakitnya.
 Mekanisme koping : Mekanisme koping pasien saat ini adalah mampu
mengatasi masalah secara konstuktif, tidak respon asertif, tidak ada
ungkapan kehilangan, merasa bersalah, merasa tidak berharga, atau pun
menyangkal masalah yang dihadapi.
 Konsep diri : Pasien mengatakan merasa malu dengan pembengkakan pada
leher karena penyakitnya.

b. Rasa aman fisik


Pasien mengatakan merasa kesulitan dalam menelan.
11. Sosial
a. Komunikasi : komunikasi pasien lancar, bisa mengerti pembicaraan orang,
mampu memberikan respon verbal, dan berbicara sesuai realita.
b. Sosialisasi : pasien mampu orientasi terhadap orang atau tempat atau waktu
yang baik, pasien mengatakan mampu mempertahankan hubungan sosial,
tidak mengalami lupa yang rasional, tidak mampu melakukan keterampilan
rutin, tidak merasa kesepian, pasien tidak kurang kontak.
12. Pengetahuan/ belajar
Pasien mampu mengerti tindakan keperawatan namun pasien kurang memahami
perjalanan penyakitnya.
13. Rekreasi
Hobby: pasien mengatakan tidak mempunyai hobby yang mengkhusus. Upaya
untuk mengatasi atau mengisi waktu luang di rumah sakit adalah menonton
televisi dan tidur.
14. Spiritual : Gangguan kesehatan yang dialami murni karena masalah medik.

D. PENGKAJIAN FISIK
1.Keadaan umum ( KU)
a. Kesan umum pasien lemah : Pasien tampak lemas dan pucat
b. Kesadaran : ( kualitatif) : Compos Mentis , ( kwalitatif) : E4 V5 M5
c. Bentuk tubuh : Bentuk tubuh pasien kurus
d. TB : 159 cm , BB sebelum sakit : 52 kg , BB saat sakitl : 50 kg.
e. Postur tubuh : pasien memiliki postur tegak
f. Warna kulit : Sawo matang , turgor kulit : < 3 detik
2. Gejala kardinal
Tekanan Darah           : 140/80  mmHg Nadi    : 86 x/menit
Respirasi                   : 28x/menit Suhu    : 38,5 0C
3. Keadaan Fisik :
a. Kepala : Kebersihan rambut dan kulit kepala pasien cukup bersih,
keadaan rambut pasien merata, sedikit kotor dan terdapat
ketombe, tidak
ada bekas operasi, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
b. Mata : Kelopak mata pasien tidak ada masalah, konjungtiva pucat,
sklera normal berwarna putih, pupil normal, bola mata
menonjol keluar, kornea pasien tidak ada masalah, tidak ada
secret.
c. Hidung : Bentuk hidung pasien simetris, bersih, tidak ada polip, tidak
ada secret, tidak ada cuping hidung.
d. Muka : Warna muka pasien pucat, bentuk muka simetris, keadaan
muka pasien tidak ada masalah.
e. Mulut dan gigi : Bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, lidah
kotor, gusi tidak berdarah, tidak terdapat pembesaran kelenjar
tonsil.
f. Leher : Adanya pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran
parotis, limfe dan vena jugularis.
g. Thorax : Bentuk Simetris, gerakan normal/simetris dan sedang
menggunakan alat bantu pernafasan, dan tidak terdapat nyeri
tekan, terdapat perubahan pola nafas, bunyi nafas ronchi,
nafas dangkal, inspirasi nafas pendek, dan vokal premitus
seimbang antara kanan dan kiri.
h. Payudara : Bentuk simetris, warna kecoklatan dan tidak terdapat nyeri
tekan.
i. Abdomen : Bentuk abdomen normal, keadaan kulit normal, tidak
terdapat nyeri tekan dan tidak ada pembesaran
hati(hepatomegali).
j. Ekstremitas
1. Keadaan ekstremitas atas normal
Terpasang infus di tangan kanan pasien dengan tidak terlihat komplikasi
seperti flebitis. Kekuatan otot normal :
555 555
555 555

 5 : Gerakan normal penuh menantang gravitasi dengan tekanan penuh.


2. Ekstremitas bawah normal
Gerakan ekstremitas bawah cepat kembali . Kekuatan otot normal.
k. Genetalia : Keadaan genetalia pasien normal, kebersihan genetalia pasien cukup
bersih.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan Laboratorium
a.       TSH serum (biasanya menurun)
b.      T3 danT4 serum : meningkat
c.       Tiroglobulin : meningkat
d.      Pemberian TRH
e.       Ambilan tiroid 131 : meningkat
f.       Ikatan protein sodium : meningkat
g.      Gula darah : meningkat ( kerusakan adrenal)
h.      Kortisol plasma : turun ( menurunnya pengeluaran oleh  adrenal)
i.        Pemerksaan fungsi hepar : abnormal
j.        Elektrolit : hiponatremi akibat respon adrenal atau efek delusi terapi cairan, hipokalemia
akibat dari deuresis dan kehilangan dari GI.
k.      Kateklamin serum : menurun
l.        kreatinin urin : meningkat
m.    EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek kardiomegali
2.      Radiologi
USG
F. PENATALAKSANAAN/ TERAPI MEDIS
1. carbimazole 3 X 500 mg
2. Paracetamol 3 X 500mg
3. Infus RL 20 tetes permenit.

. ANALISA DATA

No Tanggal Data Penyebab Masalah


1 Senin, 16 DS : - Pasien mengatakan Proses penyakit Hipertiroid
Feb 2015 merasa sesak saat bernafas.
09.00 wita DO :pasien terlihat sulit Keletihan otot
untuk bernafas, Suhu : 38,5 pernafasan
0
C,Nadi :86x/menit,
Respirasi : 28x/menit,
Pola nafas tidak
Tekanan Darah : 140/80
efektif
mmhg.
2 Senin, 16 DS: -Pasien mengatakan Proses penyakit Hipertiroid
Feb 2015 badannya merasa panas.
10.05 wita DO : Suhu : 38,5 0
Radang
C,Nadi :86x/menit,
Respirasi : 28x/menit,
Tekanan Darah : 140/80 Proses penyakit
mmhg.

Hipertermi
3 Senin, 16 DS : -Pasien mengatakan Perubahan Hipertiroid
Feb 2015 aktivitasnya dibantu oleh metabolism
10.05 wita keluarga dan mengatakan
Ketidakseimbangan
otot terasa lemas. kebutuhan dan
DO : suplay O2

- pasien tampak lemas


- pasien tampak tidak
intoleransi aktivitas
melakukan aktivitas.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No.Dx Tanggal Diagnosa Keperawatan Tanggal TTD
Muncul Teratasi
1 Senin, 16 Pola nafas tidak efektif berhubungan
Feb 2015 dengan keletihan otot pernafasan
10.30 wita ditandai dengan pasien mengatakan
merasa sesak saat bernafas, pasien
terlihat sulit untuk bernafas, Suhu : 38,5
0
C,Nadi :86x/menit, Respirasi :
28x/menit, Tekanan Darah : 140/80
mmhg.
2 Senin, 16 Hipertermi berhubungan dengan
Feb 2015 proses inflamasi ditandai dengan
10.30 wita pasien mengatakan badannya merasa
panas, suhu : 38,5 0 C.
3 Senin, 16 Intoleransi aktivitas berhubungan
Feb 2015 dengan ketidakseimbangan kebutuhan
10.30 wita asupan dan suplay O2 ditandai dengan
pasien mengatakan aktivitasnya
dibantu oleh keluarga dan mengatakan
otot terasa lemas, pasien tampak lemas

C. PERENCANAAN
RENCANA KEPERAWATAN
HARI/TGL No
Dx TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
Senin 23 1 Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui
Mei 2014 asuhan keperawatan perubahan kondisi
11.00 wita selama 2x24 jam pasien.
diharapkan 2. Beri posisi 2. Posisi semi fowler
pernafaan dalam senyaman mungkin dapat melonggaran
batas normal,dengan ( posisi semi jalan nafas.
kriteria hasil : fowler)

1. Respirasi dalam 3. Ajarkan tehnik 3. agar pasien dapat


batas normal nafas efektif. melakukan pola
( 16 – 20 x/ nafas efektif.
menit) 7. Kolaborasi 7. untuk memenuhi
2. Pasien tidak dengan dokter kebutuhan O2
mengeluh sesak dalam pemberian pasien.
O2.

Senin 23 2 Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. untuk mengetahui


Mei 2014 asuhan keperawatan perubahan suhu
11.10 wita selama 2x24 jam, pasien.
diharapkan suhu 2. anjurkan pasien 2. Memberikan rasa
tubuh turun. dengan untuk nyaman dan pakaian
kriteria hasil: menggunakan yang tipis dan mudah
1. suhu dalam pakaian yang menyerap keringat
rentan normal. tipis dan mudah sehingga tidak
( 36 – 37 C) menyerap merangsang
2. akral tidak keringat peningkatan suhu
teraba panas. 3. berikan kompres tubuh.
hangat. 3. mengurangi panas
dengan pemindahan
4. kolaborasi
secara evaporasi.
pemberian
4. pemberian cairan
cairan intravena
sangat penting bagi
dan pemberian
pasien dengan suhu
antipiretik serta
tubuh yang tinggi,
obat hipertiroid
anti piretik
menurunkan panas
tubuh pasien

Senin 23 3 Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk


Mei 2014 asuhan keperawatan mengetahui
11.20 wita selama 2x24 jam, perubahan kondisi
diharapkan pasien pasien.
menunjukkan 2. Evaluasi respon 2. Menetapkan
peningkatan terhadap kemampuan atau
toleransi terhadap aktivitas. kebutuhan pasien
aktivitas dengan 3. Ajarkan 3. Agar pasien
kriteria hasil : aktivitas yang mengetahui
1. Tidak ada dapat dilakukan batasan-batasan
kelemahan secara bertahap aktivitas yang
berlebih
2. TTV dalam rentang dapat dilakukan
normal

D. IMPLEMENTASI
TANGGAL JAM NO INTERVENSI RESPON PX TTD
DX
16 Feb 2015 11.00 1 Mengukur ttv S : 38,5
N : 86 x/menit
RR : 26 x/menit
TD : 140/80 mmhg

11.30 1 Berkolaborasi dengan Pasien koperatif


dokter dalam pemberian Pasien telah
O2 ( 2 liter) terpasang O2

2 Berkolaborasi dalam Pasien kooperatif,


pemberian obat obat telah diminun
12.00
antipiretik 3 x 500 dan pasien telah
500 mg dan terpasang infuse RL
carbemazole 3X 500 mg 20 tpm.
dan pemasangan infuse.

2 Melakukan kompres Pasien kooperatif.


14.00
hangat

1,2,3 Mengukur ttv S : 38


16.00 N : 84 x/menit
RR : 24 x/menit
TD : 140/80 mmhg

3 Mengajarkan aktivitas Pasien kooferatif


18.00 yang dapat dilakukan dan mampu
secara bertahap mendemonstrasikan
.

17 Feb 2015 05.00 1,2,3 Mengukur ttv S : 37,8


N : 82 x/menit
RR : 24 x/menit
TD : 130/80 mmhg

07.00 2 Berkolaborasi dalam Pasien kooperatif


pemberian antipiretik dan obat telah
dan carbimazole 3x 500 diminum
mg Pasien mengerti dan
08.00 1 mau melakukan
Mengajarkan nafas yang diintruksikan.
efektif

10.00 2 Pasien kooperatif


Memberikan kompres
hangat
11.00 1,2,3 S : 37,5
Mengukur ttv N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
TD : 120/80 mmhg

12.00 2 Pasien telah


Berkolaborasi dalam meminum obat yang
pemberian obat diberikan.
antipiretik dan
13.00 2 carbimazole 3 x 500 mg
Pasien telah
Menganjurkan pasien memakai pakaian
untuk memakai pakaian tipis
tipis dan mudah
16.00 1,2,3 menyerap keringat S : 37,2
N : 80 x/menit
Mengukur ttv pasien RR : 20 x/menit
TD : 120/80 mmhg

Pasien telah
20.00 1 meminum obat yang
Berkolaborasi dalam diberkan.
pemberian obat
antipiretik dan
carbimazole 3x 500 mg
18 Feb 05.00 1,2,3 Pemeriksan ttv S : 37
2015 N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
TD : 120/80 mmhg

08.00 2 Berkolaborsi dalam Pasien telah


pemberian obat meminum obat
antipiretik dan antipiretik dan
carbimazole 3 x 500 mg carbimazole 500 mg

E.EVALUASI ( Catatan Perkembangan)

No Hari / No. Jam Evaluasi TTD


Tanggal Dx
1 Rabu/ 18 1 09.00 S: Pasien mengatakan sesaknya sudah
Feb 2015 berkurang
O: TTV ( S : 37, N : 80 x/menit, RR : 20
x/menit, TD : 120/80 mmhg)

A:Masalah teratasi teratasi


P: pertahankan kondisi pasien
2 Rabu, 18 2 09.00 S: Pasien mengatakan badannya tidak
Feb 2015 terasa panas lagi
O: TTV ( S : 37, N : 80 x/menit, RR : 20
x/menit, TD : 120/80 mmhg)
A: Masalah teratasi
P: pertahankan kondisi pasien
3 Rabu, 18 3 09.00 S: Pasien mengatakan dapat melakukan
Feb 2015 aktifitas yang ringan.
O: pasien dapat melakukan aktifitaskan
yang disarankan
A: Masalah teratasi
P: pertahankan kondisi pasien

Anda mungkin juga menyukai