Anda di halaman 1dari 2

Budaya 

atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan


bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal),[1] diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal
dari bahasa Latin yaitu cultura.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang,
serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Seseorang bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaan di antara mereka, sehingga membuktikan bahwa budaya bisa
dipelajari

kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide
atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sementara itu, perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni,
dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

Wayang klithik adalah wayang yang terbuat dari kayu. Berbeda dengan wayang golek yang mirip


dengan boneka, wayang klitik berbentuk pipih seperti wayang kulit.
Wayang ini pertama kali diciptakan oleh Pangeran Pekik, adipati Surabaya, dari bahan kulit dan
berukuran kecil sehingga lebih sering disebut dengan wayang krucil
epertoar cerita wayang klitik diambil dari siklus cerita Panji dan Damarwulan.
Cerita yang dipakai dalam wayang klithik umumnya mengambil dari zaman Panji
Kudalaleyan di Pajajaran hingga zaman Prabu Brawijaya di Majapahit. Namun, tidak menutup
kemungkinan wayang krucil memakai cerita wayang purwa dan wayang menak, bahkan dari Babad
Tanah Jawi sekalipun.
Gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang ini amat sederhana,
berlaras slendro dan berirama playon bangomati (srepegan). Adakalanya wayang klithik
menggunakan gending-gending besar.

enurut masyarakat setempat, seni ini merupakan bentuk ucapan syukur pada Dewi Sri, yang
dikenal sebagai Dewi Padi, atas melimpahnya panen yang didapatkan. Tak hanya itu, gejog
lesung pun dulunya juga kerap dimainkan saat gerhana tiba.

ari Lurik Asri tidak lepas dari gagasan bapak Sumarsana selaku pendiri Sanggar Bandung Bondowoso, bekerja
di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta sebagai staf bagian Pranata Laboraturium Fakultas Seni Pertunjukan
dan pengajar karawitan.

Bapak Sumarsana kemudian memilih bapak Hartanto untuk menjadi koreografer tari Lurik Asri. Beliau adalah
seniman yang bergelut di bidang tari. Ia lulusan dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan bekerja sebagai
dosen seni tari di ISI Surakarta.

Adapun unsur-unsur dalam tari Lurik Asri yang menonjolkan lurik :


1. Gerak : terdapat ragam-ragam gerak meliputi njereng kain, rampak, narik benang, menenun, lampah
kemayu, egolan lurik, dan kebyak egol lurik.
2. Iringan : menggunakan gamelan laras slendro pathet manyuro, terdapat tembang Ngagem Lurik dan
Jineman Lurik.
3. Properti : kain lurik yang berbentuk persegi panjang seperti selendang digunakan pada saat menari
untuk memamerkan lurik hasil kerajinan Kabupaten Klaten.
4. Kostum : kostum tari berbahan lurik untuk menggambarkan keindahan dan keanggunan
mengenakan busana lurik.
5. Rias : tata rias menggunakan rias cantik yang menggambarkan seseorang yang cantik, anggun, dan
indah serasi dengan keindahan busana lurik
6. Sejarah Ki Ageng Perwito
7. Ki Ageng merupakan ank ke-4 dari Sultan Trenggono yang Bergelar Syeh Alam Akbar Ke-
3,sesurutnya kerajaan Demak beliau mengabdi sebagai Pujangga & Panglima Perang Kerajaan
Pajang,Sultan Hadiwijaya yang merupakan adik iparnya.
8. Pada waktu Danang Sutawijaya mengadakan makar terhadap kerajaan Pajang,beliau diutus
untuk menyelesaikn masalah tersebut,sehingga terjadi perang tanding. Karena sama-sama
saktinya maka tidak ada yang menang.
9. pada waktu samadi beliau kemudian ketemu Kanjeng Sunan Kalijaga, sehingga beliau diutus
untuk mendiami suatu daerah di timur delanggung besar kemudian dikenal Delanggu,yaitu desa
Ngreden.
10. Disana beliau kemudian madeg menjadi juru kasepuhan hingga akhir hayatnya. Yaitu menjalani
tapa ngluweng selama 4 tahun 41 hari sampai beliau muksa.
11. Beliau meninggalkan pesan sebagai berikut: "Sapa wae anak cucuku sing nandang kasusahan
maraa mrene bakal dakwenehi pepadang tak suwunake Pangeran lantaran sliraku."
12.

Anda mungkin juga menyukai