Anda di halaman 1dari 20

Meningkatkan Nilai Karakter Budi-Pekerti Melalui Media Wayang Prabu

Puntadewa Pada SMP N 1 Polanharjo tahun pembelajaran 2021.


Pembelajaran Seni Pertunjukan

Dosen: Prof, Dr. Slamet Subiyantoro M.Si

Oleh:

Nanang Sulistiyono
S0052102004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA

2021
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wayang merupakan kesenian pertunjukan tradisional Indonesia yang
berkembang pesat di wilayah Jawa. Selain itu wayang juga berkembang
dibeberapa daerah di Indonesia seperti Sumatra dan Bali, namun tidak sejauh
wilayah Jawa. Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang lahir dari akar-
akar budaya nenek moyang sejak dahulu.
Wayang sebagai kreasi fisik seni, bisa berubah dalam penampilan dan cara
menyatakan diri. Bisa mengambil dari media seabgai alat peraga dan
pertunjukannya, sesuai dengan kebutuhan dan kehidupan alami manusia yang
harus terbuka pada perubahan (Bakar, 1974:02). Di Indonesia sendiri memiliki
bermacam-macam jenis kesenian wayang yaitu: wayang kulit, wayang golek,
wayang wong, wayang purwa, wayang klasik, atau wayang modern. Akan tetapi,
apapun namanya image dan landasan ideal wayang hampir selamanya satu falsafat
dasar antara idea jahat dan kontra idea baik (Bakar, 1974:02). Dalam buku bahan
ajar mata kuliah teori pedalangan disebutkan, ketika pertunjukan “Tuhan” atau
“Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat
dari kulit sapi, dimana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja.
Wayang inilah yang sekarang dikenal dengan istilah wayang kulit (Suyanto,
2017:95).
Dalam dunia pakeliran dan pedalangan, jumlah cerita-cerita wayang kulit
mencapai ratusan. Cerita-cerita dalam dunia pakeliran dan pedalangan lebih
dikenal dengan isitilah “lakon”. Dalam lakon wayang kulit sebagian besar masih
berupa cerita yang hidup dalam dunia kesadaran kolektif para dalang, sedang
sebagian kecil berupa kitab yang berisi cerita-cerita tersebut (Wahyudi,
2012:XV).
Wayang kulit merupakan kesenian yang berkembang mengikuti alur
perkembangan zamannya. Perkembangan wayang kulit bisa dilihat dari kemasan
2

cerita, pembawaan karakter, sabeten, gojegan, bahasa, dan masih banyak lainnya.
Perkembangan zaman tidak hanya berdampak terhadap kesenian wayang kulit itu
sendiri. Akan tetapi, perkembangan zaman juga berdampak kepada pendukung
sajian wayang kulit tersebut. Hal yang demikian bisa dilihat dari instrumen
pendukung iringan, gending-gending pendukung iringan, kelir yang digunakan,
dan lain sebagainya. Perkembangan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan diri
terhadap zamannya supaya wayang kulit masih tetap eksis. Akan tetapi,
perkembangan wayang kulit dengan mengikuti alur zamannya tidak merubah dua
fungsi utama wayang kulit yaitu wayang sebagai tontonan dan tuntunan.
Melalui pertunjukan wayang kulit manusia dapat mengambil pelajaran
hidup, karena seni pertunjukan wayang kulit pada hakikatnya adalah cerminan
pendidikan yang dibutuhkan oleh kehidupan manusia (Suyanto, 2013:02). Belajar
melalui dunia wayang, manusia juga dianggap berpartisipasi dalam
mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam dunia wayang tersebut
menjadi nilai budaya yang digunakan dan dikembangkan dalam kehidupan sehari-
hari dan lebih lanjut untuk kehidupan dimasa depan. Salah satu pelajaran hidup
yang dapat diambil dalam pertunjukan wayang kulit adalah pendidikan budi
pekerti.
Budi-pekerti merupakan bagian dari kebudayaan yang mencerminkan
kualitas moral dan kepribadian setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat
(Suyanto, 2013:01). Dewasa ini, nilai-nilai moral budi-pekerti pada anak-anak
mulai berkurang, hal itu bisa dilihat dari siswa-siswi SMK Warga Surakarta.
Berkurangnya nilai moral budi pekerti pada siswa-siswi berdampak pada
kanakalan remaja.
Akibatnya dari kenakalan remaja sendiri bermacam-macam. Siswa siswa
SMP 1 Polanharjo banyak yang melakukan tindakan-tindakan yang kurang
senonoh. Siswa-siswi SMP sering mengolok-olok temannya, sering menggunakan
kata-kata yang kurang baik terhadap gurunya, kurang sopan terhadap
lingkungannya, sering kebut-kebutan di jalan raya, dan tidak jarang siswa sering
berkelahi baik sama teman sekolahnya maupun sama teman beda sekolah. Dari
3

permasalahan tersebut terfikirkan metode baru dengan harapan bisa


menyelesaikan masalah tersebut.
Dipilihnya wayang kulit Prabu Puntadewa untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Permasalahan tersebut diatasi dengan cara memperkenalkan dan
menjelaskan sifat-sifat Prabu Puntadewa. Karena Prabu Puntadewa memiliki sifat
yang sangat baik, dipandang sebagai sumber dan model seluruh kebajikan di
bumi, memiliki rasa iklas dan penyerahan diri yang melebihi tokoh lain.
Ketulusan rasa kasih sayangnya terhadap sesama ditegaskan oleh ketidak
sediaannya untuk perang bahkan menyakiti hati orang pun selalu dihindari
(Wahyudi, 2013:73)

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa wayang Prabu Puntadewa digunakan untuk meningkatkan nilai


karakter budi-pekerti siswa SMP 1 Polanharjo?
2. Bagaimana penerapan wayang Prabu Puntadewa mampu meningkatkan
nilai karakter budi-pekerti siswa SMP 1 Polanharjo?
3. Apakah penerapan wayang Prabu Puntadewa mampu meningkatkan nilai
karakter budi-pekerti?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan peran wayang Prabu Puntadewa terhadap nilai


karakter budi-pekerti siswa SMP 1 Polanharjo.
2. Untuk mengetahui pengaruh peran wayang Prabu Puntadewa terhadap
nilai karakter budi-pekerti siswa SMP 1 Polanharjo.

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat bagi siswa

a. Dapat memperbaiki masalah-masalah yang dihadapi siswa


b. Dapat meningkatkan nilai karakter budi-pekerti siswa
4

2. Manfaat bagi guru

a. Dapat memperbaiki dan meningkatkan metode pembelajaran yang


dilakukan oleh guru.
b. Dapat meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas guru dalam proses
pembelajaran.
c. Dapat menerapkan peran wayang Prabu Puntadewa terhadap nilai karakter
budi-pekerti.

3. Manfaat bagi sekolah

a. Dapat memberi nilai positif terhadap sekolah.


b. Dapat meningkatkan kuwalitas dan prestasi sekolah.
5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Pendidikan adalah sarana untuk melakukan transformasi sikap dan


karakter seseorang menjadi semakin dewasa (Suyanto, 2013:01). Tujuan dari
pendidikan adalah membuat seseorang untuk menjadi lebih pintar dan membantu
manusia supaya menjadi lebih baik.
Karakter adalah hasil dari pertumbuhan, bukan produk cetakan (Hughes,
dkk. 2015:225). Manusia memiliki dua jenis karakter yaitu karakter baik dan
buruk. Pada hal ini menekankan bahwa seorang pendidik harus membantu siswa
didik untuk membentuk karakter yang lebih baik. Karakter adalah ciri khas setiap
individu berkenaan dengan jati dirinya, yang merupakan saripati kualitas batiniah,
cara berfikir, dan cara berperilaku, seseorang (Maksudin, 2013:03). Karakter
merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk jati diri seseorang.
Pengertian karakter ini berkaitan dengan budi-pekerti, akhlak mulia, moral, dan
bahkan dengan kecerdasan ganda (Maksudin, 2013:03).
Budi-pekerti merupakan bagian dari kebudayaan yang mencerminkan
kualitas moral dan kepribadian setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat
(Suyanto, 2013:01). Pendapat ini menekankan bahwa budi-pekerti selalu
mencerminkan kualitas moral dan kepribadian individu.
Prabu Puntadewa adalah salah satu dari lima Pandawa dan sekaligus
seorang raja dari kerajaan Hastinapura. Prabu Puntadewa memiliki sifat yang
sangat baik, dipandang sebagai sumber dan model seluruh kebajikan di bumi,
memiliki rasa iklas dan penyerahan diri yang melebihi tokoh lain. Ketulusan rasa
kasih sayangnya terhadap sesama ditegaskan oleh ketidak sediaannya untuk
perang bahkan menyakiti hati orang pun selalu dihindari (Wahyudi, 2013:73).
Pendapat ini menekankan bahwa seorang siswa harus memiliki karakter budi-
6

pekerti yang lebih baik dan berharap dapat memiliki karakter seperti yang dimiliki
oleh Prabu Puntadewa.

B. Penelitian yang Relevan

Dari refrensi yang ada, peneliti belum menemukan penelitian yang serupa
yaitu menggunakan media wayang kulit Prabu Puntadewa sebagai media
meningkatkan nilai budi-pekerti siswa.

Suyanto (2013) dengan judul penelitiannya, “Pertunjukan Wayang sebagai


Salah Satu Bentuk Ruang Mediasi Pendidikan Budi-Pekerti” dari Journal Seni dan
Panggung (Volume 23 No.1 Tahun 2013). Dari penelitian yang dilakukan oleh
Suyanto terdapat peningkatan pendidikan budi-pekerti melalui pertunjukan
wayang.

Jaka Rianta dan Titin Masturoh (2013) dengan penelitiannya, “Penanaman


Budi Pekerti Melalui Pertunjukan Wayang Golek Garap Padat” dari Jurnal Seni
dan Budaya: Gelar ( Volume 11 No.1 Tahun 2013). Dari penelitian yang
dilakukan oleh Jaka dan Titin terdapat penanaman budi-pekerti melalui
pertunjukan wayang golek.

C. Kerangka Berfikir

Kondisi : Siswa-siswi sering mengolok-olok temannya, sering menggunakan kata-


kata yang kurang baik terhadap gurunya, kurang sopan terhadap lingkungannya,
sering kebut-kebutan di jalan raya

Tidakan yang akan dilakukan oleh peneliti : memberikan penjelelasan mengenai


niali karakter budi pekerti melalui media wayang Prabu Puntadewa, tentang
karakter wayang, kepada siswa.

Hasil : Siswa dapat meningkatkan nilai budi pekerti, dapat menerapkan teori yang
dipelajarinya mengenai budi-pekerti.
7

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP N 1 Polanharjo, Klaten, Jawa


Tengah . Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan pembelajaran (satu semester),
berkisar dari bulan Agustus-Februari.

B. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah kegiatan belejar-mengajar dalam


meningkatkan nilai karakter budi-pekerti melalui media wayang Prabu Puntadewa
pada kelas VIII SMP N 1 Polanharjo.

C. Data dan Sumber Data

Data adalah sesuatu yang diolah. Data merupakan sumber informasi yang
digunakan sebagai bahan kajian dalam satu penelitian. Data dalam meningkatkan
nilai karakter budi-pekerti melalui media wayang prabu puntadewa pada SMP 1
Polanharjo adalah teks-teks tentang nilai karakter budi-pekerti pada tokoh wayang
Prabu Puntadewa.

Sumber data adalah subjek penelitian darimana seorang peneliti


mendapatkan informasi tentang siswa SMP 1 Polanharjo. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini berasal dari sumber data primer dan sumber data
sekunder.

D. Teknik Pengumpulan Data

Alat pengumpul data yang memiliki nilai tertinggi, yaitu alat pengumpul
data yang berupa catatan lapangan (Sukardi, 2015:47). Catatan lapangan bisa
diperoleh dari catatan-catatan yang dimiiki oleh guru dan catatan pribadi siswa
SMK Warga Surakarta. Dalam proses pengumpulan data ini, guru dapat mencatat
situasi yang terjadi didalam kelas dan membuat catatan pribadi untuk siswa SMP
8

1 Polanharjo guna mencatat situasi yang terjadi di luar kelas atau


mendokumentasi situasi. Catatan pribadi siswa, bisa berisi tentang reaksi siwa dan
umpan balik siswa seperti usulan mengenai proses penelitian tersebut.
Dokumentasi dilakukan untuk mengetahui data tentang nilai karakter budi-pekerti
siswa SMP 1 Polanharjo.

Terkait dengan objek penelitian tersebut, maka peneliti menggunakan dua


teknik pengumpulan data yaitu: 1. Angket, 2. Wawancara 3. Observasi.

1. Angket

Teknik angket juga digunakan dalam teknik pengumpulan data. Teknik


angket dilakukan dengan cara siswa SMP 1 Polanharjo diberi lembaran-lembaran
kertas yang berisi soal. Lembaran-lembaran soal tersebut digunakan sebagai alat
pengumpulan data dalam mengukur hasil belajar siswa SMP 1 Polanharjo.

2. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mencari informasi tentang karakter budi-


pekerti siswa SMK Warga Surakarta. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti
adaalah dengan cara mewawancarai guru dengan tujuan mendapatkan informasi
mengenai siswa SMK Warga Surakarta dan mewawancarai Siswa SMK Warga
Surakarta dengan tujuan mendapatkan informasi secara langsung.

3. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara peneliti mengamati karakter siswa SMK


Warga Surakarta secara langsung. Observasi langsung dilakukan dengan cara
peneliti mengamati situasi dan perilaku siswa SMK Warga secara langsung.
Kemudian peneliti membuat catatan atau merekam situasi tersebut sebagai materi
yang akan dianalisis.

E. Uji Validitas Data


9

Untuk menguji Validitas data, maka peneliti menggunakan teknik


trianggulasi data. Teknik trianggulasi adalah suatu cara untuk mendapatkan
informasi yang akurat dengan menggunakan beberapa metode agar informasi itu
dapat dipercaya kebenarannya sehingga peneliti tidak salah mengambil keputusan
(Sanjaya, 2009:112)

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara menyaring data-data dari


pengumpulan data yang telah teruji validitasnya.

G. Indikator Kerja Penelitian

Indikator siswa yang tuntas dalam meningkatkan nilai karakter budi-


pekerti melalui media wayang prabu puntadewa adalah 80%. Jika indikataor
sudah mencapai 80% peningkatan yang dicapai maka siklus penelitian bisa
dikatakan sudah selesai.

H. Prosedur Penelitian

Pada penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan tiga siklus atau tiga
kali penelitian. Langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari; perencanaan,
tindakan, obeservasi, dan refleksi.

Siklus I

Langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus pertama adalah


perencanaan (planning). Perencanaan dalam siklus pertama meliputi:

1. Mengidentifikasi masalah
2. Mengannalisis dan merumuskan masalah
3. Merencanakan metode pembelajaran
4. Merencanakan media pembelajaran
5. Merencanakan tugas siswa

Langkah-langkah dalam melakukan tindakan:


10

1. Melakukan tindakan dari perencanaan.


2. Melakukan pembelajaran sesuai metode perencanaan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam observasi:

1. Melakukan pengamatan terhadap pembelajaran siswa.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam refleksi:

Merevisi proses pembelajaran tentang hal-hal yang dianggap sulit atau


kurang menarik oleh siswa dan memikirkan kembali solusi yang digunakan untuk
mengatasinya.

Siklus II

Siklus II merupakan lanjutan dari siklus I, hasil dari siklus I digunakan


sebagai referensi untuk melanjutkan pada siklus II dengan cara memperbaiki
kembali kekurangan dan kelemahan pada siklus I. Pada siklus II ini, indikator
pencapaian harus mencapai 80%. Jika indikataor sudah mencapai 80%
peningkatan yang dicapai maka siklus penelitian tidak dilanjutkan kembali atau
bisa dikatakan sudah selesai.

Langkah-langkah yang digunakan pada tahap perencanaan sebagai berikut:

1. Merencanakan kembali metode pembelajaran yang baru.


2. Merencanakan kembali tugas siswa yang baru.
3. Mencari solusi dari kendala yang dihadapi siswa

Langkah-langkah dalam melakukan tindakan:

1. Melakukan tindakan kembali dari perencanaan yang baru.


2. Melakukan pembelajaran kembali sesuai metode perencanaan dan solusi
siswa..

Langkah-langkah yang dilakukan dalam observasi:


11

1. Melakukan pengamatan terhadap pembelajaran siswa.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam refleksi:

1. Menganalisis hasil proses pembelajaran tentang budi-pekerti.


2. Rekomendasi
12

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian
Data penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan dari siswa SMK Warga
Surakarta yang terdapat dari dua siklus yang setiap siklusnya memiliki empat
tahapan yakni: 1. Perencanaan. 2. Tindakan, 3. Observasi 4. Refleksi

No. Nama Nilai Sebelum Penelitian Keterangan


1. Miftahul Irsan 45 Belum
2. Muhammad Jumari 60 Belum
3. Dimas Wanda 70 Tuntas
4. Nanang Dwi Bagus 65 Belum
5. Eko Tri Yulianto 65 Belum
6. Via Ramadhani 70 Tuntas
7. Dewi Nur Hidayah 60 Belum
8. Wiwik Ernawati 55 Belum
9. Siska Wulandari 70 Tuntas
10. Lilis Arselia 60 Belum
11. Deny Wulan 70 Tuntas
12. Amara Aninda 65 Belum
13. Riski Ananda 55 Belum
14. Dian Anggraini 65 Belum
15. Novia Ningsih 60 Belum

Pada tabel tersebut menunjukan hasil belajar budi pekerti siswa sebelum
dilakukan pembelajaran menggunakan media wayang Prabu Puntadewa. Nilai
yang dapat siswa siswi SMK Warga Surakarta rata-rata dibawah KKM yaitu 70.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa-siswi memiliki
permasalahan dalam pembelajarannya. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti
13

mencoba memecahkannya dengan menerapkan pembelajaran dengan media


wayang Prabu Puntadewa. Berdasarkan pembelajaran yang dilakukan
menggunakan wayang Prabu Puntadewa dihasilkan sebagai berikut:

a. Siklus ke-1
1. Perencanaan

Perencanaan pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus ke-1


mengacu pada hasil observasi yang dilakukan pada pembelajaran budi-pekerti
sebelumnya. Dari hasil observasi pertama, masalah-masalah yang ditemui adalah

1) Siswa kurang memahami materi yang diajarkan


2) Pembelajaran masih terfokus kepada guru.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran siklus pertama dilakukan pada tanggal 6


Desember 2017. Pembelajaran tersebut dilaksanakan dalam waktu 2 x 45 menit
atau 2 jam pelajaran.

1) Pertemuan awal
Kegiatan awal pertemuan diawali dengan pembukaan terlebih dahulu.
Sebelum melakukan perkenalan, guru mengawali dengan mengucapkan salam
terlebih dahulu. Setelah salam dan berdoa, kemudian guru memanggil satu-
persatu siswanya untuk memperkenalkan diri.
Setelah selesai melakukan pembukaan, kemudian masuk pada
pembelajaran inti. Seorang guru mengambil tokoh wayang Prabu Puntadewa
kemudian memperkalkan tokoh wayang tersebut kepada siswa-siswai SMK
Warga Surakarta, setelah itu guru menjelaskan sifat-sifat Prabu Puntadewa. Guru
memberi pengarahan terhadap siswa-siswi umtuk mengikuti sifat-sifat Prabu
Puntadewa. Penggunaan media wayang Prabu Puntadewa diharapkan memberi
tanggapan baik kepada siswa-siswi SMK Warga Surakarta. Ketika pembelajaran
sudah memasuki menit ke 60, siswa-siswi diberi soal untuk dikerjakan dalam
14

waktu 20 menit. Ketika waktu tinggal 10 menit dimanfaatkan untuk melakukan


tukar pendapat antara siswa-siswi dan gurunya.

3. Observaasi

Hasil pengamatan setelah dilakukan pelaksanaan siklus ke-1 sudah


dijalankan cukup baik, akan tetapi ada metode-metode yang harus diperbaiki.
Hasil dari siklus ke-1 terjadi kenaikan nilai dari beberapa siswa-siswa SMK
Warga Surakarta. Dari pembelajaran siklus ke-1 juga terdapat catatan bahwa
siswa-siswi SMK Warga Surakarta masih banyak yang sulit menerapkan sifat-
sifat dari Prabu Puntadewa, hal ini dikarenakan masih banyak siswa-siswi yang
kurang memahami tentang sifat-sifat dari Prabu Puntadewa.

Berikut adalah hasil dari pembelajaran budi-pekerti siswa-siswi setelah


melakukan pelaksanaan siklus ke-1 sebagai berikut:

No. Nama Nilai Sebelum Penelitian Keterangan


1. Miftahul Irsan 50 Belum
2. Muhammad Jumari 65 Belum
3. Dimas Wanda 70 Tuntas
4. Nanang Dwi Bagus 65 Belum
5. Eko Tri Yulianto 70 Tuntas
6. Via Ramadhani 70 Tuntas
7. Dewi Nur Hidayah 60 Belum
8. Wiwik Ernawati 65 Belum
9. Siska Wulandari 70 Tuntas
10. Lilis Arselia 55 Belum
11. Deny Wulan 70 Tuntas
12. Amara Aninda 65 Belum
13. Riski Ananda 55 Belum
14. Dian Anggraini 65 Belum
15. Novia Ningsih 65 Belum
15

4. Refleksi
Berdasarkan hasil dari pembelajaran dari siklus ke-1 diperoleh:
1) Kegiatan pembelajaran budi-pekerti dalam siklus ke-1 kurang efektif, dan
masih banyak metode-metode yang harus dibenahi.
2) Hasil observasi siswa meningkat sedikit dibandingkan dengan
sebelumnya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan siklus ke-2 yaitu dengan


memperjelas pembelajaran dengan harapan siswa bisa menjadi lebih baik dari
sebelumnya.

b. Siklus ke-1
1. Perencanaan

Perencanaan pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus ke-2


mengacu pada hasil observasi yang dilakukan pada pembelajaran budi-pekerti
siklus ke-1. Dari hasil observasi ke-2, masalah-masalah yang ditemui adalah

1) Siswa kurang memahami materi yang diajarkan

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran siklus pertama dilakukan pada tanggal 13


Desember 2018. Pembelajaran tersebut dilaksanakan dalam waktu 2 x 45 menit
atau 2 jam pelajaran.

Pertemuan ke-2

Kegiatan diawali dengan guru mengucapkan salam terlebih dahulu


kemudian dilanjutkan dengan membaca do’a. Setelah salam dan berdo’a,
kemudian guru memberi pertanyaan. Pertanyaan yang ditanyakan guru adalah
pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan pembelajaran sebelumnya.
16

Setelah selesai memberi pertanyaan, kemudian masuk pada pembelajaran


inti. Pembelajaran inti dilanjutkan dari pembelajaran sebelumnya, yakni
penjelasan mengenai sifat-sifat Prabu Puntadewa. Setelah menjelaskan sifat-sifat
Prabu Puntadewa dilanjut mengenai asal-usul dan riwayat hidup Raden
Puntadewa. Ketika pembelajaran sudah memasuki menit ke 60, siswa-siswi diberi
soal untuk dikerjakan dalam waktu 20 menit. Ketika waktu tinggal 10 menit
dimanfaatkan untuk melakukan tukar pendapat antara siswa-siswi dan gurunya.

3. Observaasi

Hasil pengamatan setelah dilakukan pelaksanaan siklus ke-2 sudah


dijalankan. Hasil dari siklus ke-2 terjadi kenaikan nilai yang sangat pesat oleh
siswa-siswa SMK Warga Surakarta. Hasil dari siklus ke-2 hampur seluruh siswa
mendapatkan nilai yang memuaskan.

Berikut adalah hasil dari pembelajaran budi-pekerti siswa-siswi setelah


melakukan pelaksanaan siklus ke-2 sebagai berikut:

No. Nama Nilai Sebelum Penelitian Keterangan


1. Miftahul Irsan 70 Tuntas
2. Muhammad Jumari 85 Tuntas
3. Dimas Wanda 80 Tuntas
4. Nanang Dwi Bagus 75 Tuntas
5. Eko Tri Yulianto 75 Tuntas
6. Via Ramadhani 80 Tuntas
7. Dewi Nur Hidayah 70 Tuntas
8. Wiwik Ernawati 65 Belum
9. Siska Wulandari 80 Tuntas
10. Lilis Arselia 65 Belum
11. Deny Wulan 70 Tuntas
12. Amara Aninda 70 Tuntas
13. Riski Ananda 70 Tuntas
17

14. Dian Anggraini 65 Belum


15. Novia Ningsih 80 Tuntas

4. Refleksi
Berdasarkan hasil dari pembelajaran dari siklus ke-1 diperoleh:
1) Kegiatan pembelajaran budi-pekerti dalam siklus ke-2 sudah efektif
2) Hasil observasi siswa meningkat sangat pesat dibandingkan dengan
peningkatan sebelumnya.
18

BAB V
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Setiap pembelajaran harus menggunakan media yang akurat dengan siswa


saasaran. Hasil pembelajaran menggunakan mendia wayang Prabu Puntadewa
yang dilakukan menghasilkan peningkat nilai budi-pekerti yang sangat tinggi. Hal
tersebut dapat dilihat dari kenaikan nilai dari siklus ke-1 dan ke-2. Dari hasil
tersebut menunjukan bahwa penelitian tindakan kelas tersebut bisa dikatakan
berhasil dan tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Pembelajaran
menggunakan media wayang Prabu Puntadewa tersebut dapat sangat cocok untuk
siswa-siswi SMK Warga Surakarta.

2. SARAN

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan terdapat beberapa saran yang
harus dilakukan untuk mendapatkan nilai yang lebih baik:

a. Guru
1. Dalam melakukan pembelajaran harus menggunakan metode yang sesuai
dengan kemampuan siswa.
2. Dalam melakukan pembelajaran harus ada musyawarah antara guru dan
siswa
3. Fokus pembelajaran harus terfoskuskan kepada siswa dan guru.
b. Peneliti Berikutnya
1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber refrensi untuk
meningkatkan pembelajaran siswa.
2. Seorang peneliti harus memikirkan metode pembelajaran yang tepat untuk
siswa yang akan diteliti
19

DAFTAR PUSTAKA

A. G. Hughes. E. H. Hughes. 2015. Psikologi pembelajaran: teori dan terapan.


Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia
Bakar. 1974. “Pewayang dan Dunia Remaja Kita”. Universitas Indonesia Jakarta

Riyanta, Jaka. Masturoh, Titin. 2013. Penanaman Budi Pekerti Melalui


Pertunjukan Wayang Golek Garap Padat. Jurnal Seni dan Budaya: Gelar
Vol. 11 No.1 Tahun. 2013:32-41.
Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup.
Sukardi,. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas:Implementasi dan
Pengembangannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Suyanto. 2013. Pertunjukan Wayang sebagai Salah Satu Bentuk Ruang Mediasi
Pendidikan Budi Pekerti. Jurnal Seni & Budaya Panggung. Vol. 23, No. 1,
Maret 2013: 1 – 108
2017. “Bahan Ajar Mata Kuliah Teori Pedalangan 1. ISI Surakarta.

Wahyudi, Aris. 2012. “Lakon Dewa Ruci: Cara Menjadi Jawa”. Yogyakarta:
Penerbit Bagaskara.

Anda mungkin juga menyukai