ILEUS OBSTRUKTIF
Disusun oleh:
dr. Gabriela
JAKARTA
LAPORAN KASUS
1.1IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Wanita
Tanggal Lahir : 01-Jul-1961
Usia : 59 tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Rekam Medis : 10-61-04-xx
1.2 ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis di IGD RS pada tanggal 23 Februari 2021, Jam
14:10 WIB.
Keluhan Utama
Tidak dapat buang air besar (BAB) sejak 4 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan tidak dapat BAB sejak 4 hari SMRS. Tidak
dapat BAB disertai dengan tidak bisa buang angin. Pasien juga mengeluhkan
perutnya membesar selama 4 hari SMRS dan merasa mual. Pasien juga terkadang
merasakan nyeri seperti melilit pada perutnya. Nyeri tidak dapat ditunjuk,
dirasakan diseluruh area perut, muncul kurang lebih 10 menit hilang-timbul, tidak
menjalar. Tidak ada yang meringankan atau memperparah rasa nyeri. Skala nyeri
4/10.
Awalnya pasien masih dapat BAB sejak 1 bulan yang lalu; namun mulai
kesulitan dan selalu merasa tidak tuntas. BAB sering keluar sedikit-sedikit
berbentuk bulat-bulat kecil. Pasien kemudian seringkali berobat ke klinik; namun
tidak membaik.
Pasien menyangkal adanya muntah, bengkak di kedua kaki, sesak nafas,
nyeri dada, batuk, dan demam. Pasien juga mengeluhkan adanya penurunan nafsu
makan dan penurunan berat badan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien tidak
mempunyai riwayat darah tinggi dan tidak mengonsumsi obat. Pasien menyangkal
adanya kencing manis, kolestrol, dan riwayat keganasan. Pasien menyangkal
riwayat operasi sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama. Riwayat
keganasan disangkal.
Riwayat Sosial, Kebiasaan, dan Pola Hidup
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasien tidak merokok, tidak
mengonsumsi alkohol dan menggunakan obat-obat terlarang.
Status Generalis
Kepala dan Rambut Normal
Wajah
Kulit Kulit normal, rash (-), massa (-), deformitas (-),
sianotik (-), ikterik (-), edema (-)
Fungsi Pergerakkan normal tanpa adanya keterbatasan
range of motion
Mata Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-/-),
pupil bulat isokor (3mm/3mm), refleks cahaya langsung dan
tidak langsung (+/+), lensa keruh (-/-), jarak antar mata
simetris
Hidung Simetris, bentuk dan ukuran normal, deviasi (-), perdarahan
(-), sekret (-), deformitas (-)
Telinga Bentuk dan ukuran normal, simetris, sekret (-/-), perdarahan
(-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan
mastoid (-/-), battle sign (-/-)
Mulut Mukosa lembab dan oral hygiene baik, bibir tidak sianosis
Leher Leher normal, pembesaran tiroid (-), pembesaran KGB leher
dan supraklavikular (-), nyeri tekan (-), lesi (-), keterbatasan
ROM (-)
Thorax Pectus excavatum (-), pectus carinatum (-),
barrel chest (-), spider naevi (-), massa (-), lesi
(-), scar (-)
Jantung Inspeksi Ictus cordis (-),
Palpasi Ictus cordis tidak teraba
Perkusi Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi S1-S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Paru Inspeksi Gerakan nafas simetris tidak ada yang
tertinggal,
Palpasi Tactile fremitus (+/+), simetris di kedua lapang
paru
Perkusi Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi VBS (+/+), rhonchi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen Inspeksi Distensi abdomen, lesi (-), striae (-),
massa (-), caput medusae (-)
Auskultasi Bising usus menurun
Palpasi Nyeri tekan periumbilikal (+),
hepatosplenomegaly (-)
Perkusi Hipertimpani di 9 regio, shifting dullness (-)
Ano-Genital Inspeksi Perianal dan perineum tidak meradang, tidak
tampak massa -
Rectal Tonus sfingter ani cukup, ampula kolaps,
Touche mukosa licin, tidak teraba massa, nyeri (-)
Handscoen: Feces (-), darah (-), lendir (-)
Ekstremitas Atas Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
Bawah Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
Temuan:
Tampak dilatasi sebagian usus halus dan usus besar, sugestif ileus obstruksi
Tidak tampak batu opak di proyeksi traktus urinarius
CT Scan Abdomen Non-Contrast
Kesan: Wanita, 59 tahun dengan suspek obstruksi
Lab
Jenis Pemeriksaan Nilai Nilai Normal
Hemoglobin 12.4 11.70-15.50 g/dL
Jumlah Leukosit 12.8 4.0-10.0 x 103/L
Hitung Jenis
Basofil 0 0-1
Eosinofil 0 1-3
Neutrofil Batang 0 2-6
Neutrophil Segmen 80 50-70
Limfosit 12 25-40
Monosit 8 2-8
Limfosit Absolut 1.54
Neut. Lymphocyte 6.67
Ratio
Laju Endap Darah 74 0-20
Jumlah Eritrosit 4.86 4.20-5.40 x 106/L
Hematokrit 38.3 37.00-47.00 %
MCV 78.8 81.00-96.00
MCH 25.5 27.00-36.00
MCHC 32.4 31.00-37.00
Jumlah Trombosit 330 150-440 x 103/L
Jumlah Retikulosit
Persentase 0.92 0.50-1.50 %
Jumlah Absolut 45 25-75 x 103/uL
Koagulasi
PT
Kontrol 11.1 detik
Pasien 10.8 detik
ISI 1.05
INR 0.97
APTT
Kontrol 25.2 detik
Pasien 22.9 detik
SGOT (AST) 27 5-34 U/L
SGPT (ALT) 30 <55 U/L
Glukosa Darah Sewaktu 125 60-180 mg/dL
Ureum 32 10-50 mg/dL
Creatinine 0.60 0.6-1.1 mg/dL
eGFR 100.09 60 mL/mnt/1.73m2
Sodium (Na) 139 135-145 mmol/L
Potassium (K) 3.4 3.5-5.1 mmol/L
Chloride (Cl) 101 97-111 mmol/L
Serologi
CEA 24.70 0.00-5.20 ng/mL
Kesan:
Nodul mutltipel, tepi sebagian irreguler tersebar di kedua paru dengan ukuran
terbesar +/- 2,5 x 2,1 cm, suspek metastase.
Tidak tampak GGO yang mencurigakan typical viral pneumonia.
Lab
Swab Isothermal SARS Positif
CoV-2
Swab RT-PCR Positif
1.5 RESUME
Wanita berusia 59 tahun datang dengan keluhan obstipasi, nausea, nyeri dan
distensi abdomen sejak 4 hari SMRS. Sebelumnya terdapat perubahan ukuran dan
frekuensi defekasi. Pasien tampak sakit sedang, dengan tanda-tanda vital dalam
batas normal. Pemeriksaan fisik ditemukan distensi abdomen, nyeri tekan
periumbilical, bising usus yang menurun, dan hipertimpani. Pemeriksaan rectal
touche ditemukan ampula kolaps. Kesan foto polos abdomen tampak dilatasi
sebagian usus halus dan usus besar, sugestif ileus obstruksi. Sementara hasil CT
Scan Abdomen Non-Contrast didapatkan kesan dilatasi colon descendens sampai
dengan caecum, ileocecal dan sebagian usus halus mulai melebar, sesuai ileus
obstruksi ec. Penyempitan lumen di sigmoid suspect massa. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan leukositosis, peningkatan LED, peningkatan CEA. Hasil
swab isothermal dan RT-PCR didapatkan positif.
1.6 DIAGNOSA
Ileus obstruktif total ec suspek tumor sigmoid
COVID-19 confirmed
1.8 TATALAKSANA
Tatalaksana yang diberikan di IGD:
Non Per Oral, Pemasangan NGT dialirkan,
Ringer Lactate 20 tpm IV
Lansoprazole 1x30 mg IV
Konsul Sp. B, untuk tindakan laparatomi eksplorasi
Ceftriaxone 1x2 gr IV
Metronidazole 3x500 mg IV
Konsul Sp. B, untuk tindakan laparatomi eksplorasi
Screening COVID-19 untuk rencana tindakan dan rawat inap
ANALISA KASUS
Ekstrinsik
Adhesi peritoneal Sering terjadi Kurang umum
Hernia abdominal Sering terjadi Tidak umum terjadi
Tumor neuroendokrin Tidak umum terjadi Sangat langka
Intrinsik
Neoplasia Kurang umum Sering terjadi
Intususepsi Sering terjadi Kurang umum
Divertikulitis Sangat langka Sering terjadi
Penyakit Crohn Tidak umum terjadi Tidak umum terjadi
Intraluminal
Fecaloma Tidak bisa diterapkan Sering terjadi
Bezoar Tidak umum terjadi Tidak bisa diterapkan
Ileus batu empedu Tidak umum terjadi Tidak bisa diterapkan
Tabel 2. Insiden penyebab SBO dan LBO5
Gejala yang perlu diperhatikan pada pasien yang indikatif terhadap kanker
kolorektal adalah gejala spesifik dan gejala non-spesifik. Gejala spesifik terdiri
dari nyeri abdomen, perubahan pada tekstur feses, perubahan frekuensi BAB, dan
darah pada feces. Gejala non-spesifik meliputi penurunan berat badan dan lemas.
Gejala non-spesifik merupakan penanda penting pada pasien dengan kanker,
dimana 50% pasien kanker mengalami gejala tersebut sebelum akhirnya
didiagnosa.6
Ketika pasien datang ke IGD dengan gejala obstruksi usus maka sangat
penting untuk menentukan apakah kondisi pasien stabil atau tidak. Pada pasien
ini, tanda-tanda vital masih dalam batas normal, didapatkan skor Early Warning
Score 0/Alert. Selain itu kegawatdaruratan yang membutuhkan pembedahan
segera, seperti tanda-tanda perforasi/peritonitis, sepsis tidak ditemukan. Tanda-
tanda dehidrasi pada pasien seperti mukosa oral yang kering tidak ditemukan; hal
ini konsisten dengan hasil laboratorium pasien dimana tidak ditemukan gangguan
elektrolit.
Pada setting emergensi, tatalaksana utama yang perlu dilakukan adalah (1)
melakukan dekompresi abdomen dengan pemasangan NGT yang dialirkan
(terutama bila ada keluhan vomitus dan distensi, seperti halnya pada pasien ini)
(2) resusitasi cairan, (3) monitoring respons, serta (4) konsultasi untuk melakukan
pembedahan yang segera merupakan pelayanan emergensi yang terutama.
Pasien ini dipuasakan dan dilakukan pemasangan NGT yang dialirkan,
pemberian cairan Ringer Lactate 20 tpm IV (dikarenakan kondisi pasien stabil dan
tanda-tanda dehidrasi tidak ditemukan sehingga tidak perlu dilakukan resusitasi
cairan yang agresif), serta terapi medikamentosa Lansoprazole 1x30 mg IV,
Ceftriaxone 1x2 gr IV, Metronidazole 3x500 mg IV dan dikonsulkan kepada Sp.
B, untuk tindakan laparatomi eksplorasi. Hal ini sudah sesuai dengan panduan
tatalaksana yang ada. Pemberian antibiotik spektrum luas pada pasien ini
ditujukan untuk persiapan operasi dan untuk mengontrol translokasi bakteri.11
Selanjutnya pasien juga dilakukan pemeriksaan lanjutan dan didapatkan
peningkatan CEA sebesar 24.70 mg/dl. Adapun pemeriksaan kadar CEA adalah
untuk menentukan baseline value dan sebagai indikator monitoring untuk melihat
apakah ada rekurensi.12
Tatalaksana yang utama pada obstruksi usus adalah pembedahan, terutama
pada pasien yang dicurigai obstruksinya disebabkan oleh keganasan. Pasien ini
seharusnya dilakukan pembedahan secepatnya dikarenakan sudah memenuhi
indikasi absolut yaitu obstruksi total. Adapun indikasi absolut adalah bila
ditemukan strangulasi, tanda-tanda iskemia ataupun obstruksi total. Pada ileus
total yang dilakukan tatalaksana konservatif maka kemungkinan perlunya
dilakukan reseksi usus adalah sebesar 30%. Selain itu, resiko terjadinya
strangulasi pada pasien ini belum dapat diketahui, meski 2 dari 6 kriteria sudah
terpenuhi (nyeri abdomen lebih dari 4 hari dan leukosit>10,500). 1