Anda di halaman 1dari 1

PENGATURAN HUKUM TERKAIT PINJAM MEMINJAM SECARA ONLINE ATAU

P2P LENDING

Tingginya kebutuhan masyarakat dalam hal finansial membuat teknologi finansial (sering
disingkat dengan Fintech) semakin bertumbuh pesat. Masalah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
pembiayaan semakin mendesak sehingga dibutuhkan alternatif sumber-sumber pembiayaan. Proses yang
rumit dan lama menjadi alasan masyarakat memilih meminjam secara online dari pada secara tradisional
yang selama ini masih didominasi oleh perbankan. Salah satu yang paling diminati saat ini adalah Peer to
Peer Lending atau sering disingkat dengan P2P Lending. Dengan demikian berdampak banyak berdirinya
perusahaan P2P Lending di Indonesia, sebut saja Kredivo, Danamas, Koinworks dan lain sebagainya,
yang menarik minat investor untuk menamkan modal disektor ini.

Pengertian P2P Lending sendiri adalah penyelenggara layanan jasa keuangan untuk
mempertemukan pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman dalam rangka melakukan perjanjian
pinjam meminjam menggunakan sistem internet. Sederhananya P2P Lending adalah wadah bertemunya
Pemberi pinjaman dan Penerima pinjaman yang dilakukan secara online.

Saat ini pendirian suatu layanan P2P Lending di Indonesia terbilang tidaklah mudah, meskipun
disetiap sosialisasi dari OJK mereka menerapkan prinsip light touch regulation dan safe harbour policy
yang artinya pemerintah tidak ikut campur dan mencoba meregulasi segala hal, namun sampai dengan
artikel ini diterbitkan dari banyaknya perusahaan P2P Lending yang terdaftar baru kira-kira 113
perusahaan P2P Lending yang mendapatkan izin.

Dalam mendirikan suatu layanan P2P Lending terdapat beberapa hal lain yang harus diltaati oleh
penyelengara seperti Kepemilikan saham asing maksimal 85 %, Modal minimal Rp 2,5 miliar, Batas
maksimal pinjaman dan bunga, dan Keharusan pembuatan escrow account yang membatasi pihak
penyelenggara P2P Lending tidak dapat menggunakan dana pinjaman yang mengalir dari pemberi
pinjaman kepada penerima pinjaman, dan sebaliknya. Mereka hanya boleh menerima komisi dari setiap
transaksi pinjaman yang terjadi di platform mereka.

Dari semua peraturan yang diterbitkan oleh OJK ada hal-hal pokok yang harus dipenuhi
diantaranya haruslah Berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan juga terdaftar di asosiasi Fintech resmi yang
sudah diakui oleh OJK yaitu Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), dan yang penting
adalah batasan hukum yang disediakan oleh undang-undang bagi penyelengara, dan perizinan apa saja
yang harus dimiliki oleh penyelenggara, sehingga penting bagi para pelaku bisnis dibidang P2P Lending
untuk mematuhi segala persyaratan yang diwajibkan agar izin yang harus di miliki nantinya betul-betul di
dapatkan.

Anda mungkin juga menyukai