Anda di halaman 1dari 22

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
VULNUS APPERTUM

1. Latar Belakang

Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkat pesat.

Kemajuan di bidang teknologi membawa manfaat yang besar bagi manusia. Penambahan jalan raya

dan penggunaan kendaraan bermotor yang tidak seimbang menyebabkan jumlah korban kecelakaan

lalu lintas meningkat, tetapi peningkatan jumlah tertinggi lebih banyak terjadi di Negara

berkembang. Tingginya angka kecelakaan menyebabkan angka kejadian vulnus appertum grade I

semakin tinggi, dan salah satu kondisi vulnus appertum grade I yang paling sering terjadi termasuk

dalam kelompok besar kasus yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dan harus menjalani

perawatan yang lebih lanjut (Robbert, 2012).

Vulnus appertum grade I merupakan hilangnya dan rusaknya sebagian jaringan tubuh yang

pada umumnya banyak dialami seseorang dalam kecelakaan lalu lintas. Post kecelakaan

menimbulkan rasa nyeri akibat adanya vulnus appertum. Rasa nyeri merupakan stresor yang dapat

menimbulkan stress dan ketegangan dimana individu dapat berespon secara biologis dan perilaku

yang menimbulkan respon fisik dan psikis Vulnus appertum grade I bisa disebabkan oleh trauma

benda tajam atau tumpul (Potter dan Perry, 2010). Vulnus appertum merupakan terjadinya

gangguan kontinuitas suatu jaringan sehingga terjadi pemisahan jaringan yang semula normal, luka

robek terjadi akibat kekerasan yang hebat sehingga memutuskan jaringan.

Secara umum vulnus appertum dapat dibagi menjadi dua yaitu simple bila hanya melibatkan

kulit, dan kompukatum, bila melibatkan kulit dan jaringan dibawahnya. Trauma arteri umumnya

dapat disebabkan oleh trauma benda tajam (50%) misalnya karena tembakan, luka-luka tusuk,

trauma kecelakaan kerja atau kecelakaan lalulintas (Robert, 2010).

1
Vulnus appertum grade I merupakan vulnus yang terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Pada

umumnya vulnus appertum ini berukuran besar dan dalam sehingga membutuhkan waktu

penyembuhan yang lama. Pasien yang beristirahat total dalam waktu lama maka akan mengganggu

pasien dalam beraktivitas dan dapat menurunkan kualitas hidup pasien, menimbulkan

ketergantungan, meningkatkan kebutuhan akan perawatan atau pelayanan dan meningkatkan biaya

perawatan (Robert, 2012).

Vulnus appertum grade I memiliki efek salah satunya adalah nyeri, dengan semakin

majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, tak luput juga kemajuan ilmu dibidang kesehatan dan

semakin canggihnya teknologi banyak pula ditemukan berbagai macam teori baru, penyakit baru

dan bagaimana pengobatannya. Manajemen nyeri merupakan salah satu cara yang digunakan

dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien. Untuk menilai derajat nyeri

pada pasien dengan vulnus appertum post kecelakaan lalu lintas maka menggunakan skala numerik

verbal, dimana skala ini lebih bermanfaat pada pasien yang sadar penuh karena secara alami

verbal/katakata tidak terlalu mengandalkan koordinasi visual dan motorik. Skala verbal

menggunakan kata-kata dan bukan garis atau angka untuk menggambarkan tingkat nyeri mulai dari

angka 1 sampai angka 10. Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada nyeri (0), nyeri ringan (1-

3), nyeri sedang (4-6), nyeri yang berat (7-10).

Teknik relaksasi merupakan alternatif non obat-obatan dalam strategi penanggulangan nyeri.

Relaksasi nafas dalam merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress, karena

dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif pasien. Teknik relaksasi nafas dalam

membuat pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan

emosi pada saat nyeri (Potter & Perry, 2010). Carpenito (2011) kebutuhan rasa nyaman adalah suatu

keadaan yang membuat seseorang merasa nyaman, terlindungi dari ancaman psikologis, bebas dari

rasa sakit terutama nyeri.

2
Rasa nyeri merupakan stresor yang dapat menimbulkan stress dan ketegangan dimana

individu dapat berespon secara biologis dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan psikis.

Respon fisik meliputi perubahan keadaan umum, wajah, denyut nadi, pernafasan, suhu badan, sikap

badan, dan apabila nafas makin berat dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan syok,

sedangkan respon psikis akibat nyeri dapat merangsang respon stress yang dapat mengurangi sistem

imun dalam 4 peradangan, serta menghambat penyembuhan respon yang lebih parah akan

mengarah pada ancaman merusak diri sendiri (Corwin, 2011)

Diperoleh data untuk luka bedah ada 110.30 juta kasus, luka trauma 1.60 juta kasus,luka

lecet ada 20.40 juta kasus, luka bakar 10 juta kasus, ulkus dekubitus 8.50 juta kasus, ulkus vena

12.50 juta kasus, ulkus diabetik 13.50 juta kasus, amputasi 0.20 juta pertahun, karsinoma 0.60 juta

pertahun, melanoma 0.10 juta, komplikasi kanker kulit ada sebanyak 0.10 juta kasus (Diligence,

2009). Di DKI Jakarta kecelakaan lalu lintas tahun 2014 terjadi sebanyak 1.396 kasus dengan

kejadian vulnus appertum sebanyak 1.732 kejadian.

Untuk itu saya tertarik membuat Asuhan Keperawatan Kepada Tn Adi Wahyu umur 70

Tahun dengan Vulnus Appertum di puskesmas Buleleng I Singaraja Bali.

2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses asuhan

Keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada

pasien dengan Vulnus Appertum.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran tentang kasus Vulnus Appertum yang dialami oleh

pasien.

2. Untuk mengetahui alternatif pengobatan pada pasien dengan Vulnus Appertum..

3
3. Metode pembahasan

a. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan kasus nyata pada

klien dengan Vulnus Appertum di Puskesmas Buleleng I Singaraja Bali

b. cara mendapatkan data :

1)   Wawancara langsung dengan pasien atau keluarga pasien

2) Melakukan pengamatan langsung dan pemeriksaan fiisik

c. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan mempelajari buku-buku sumber yang berhubungan dengan kasus yang

dialami.

4. Manfaat

a. Secara Teoritis

Penulisan ini untuk meningkatkan pemahaman mengenai Vulnus Appertum serta diagnosa

keperawatan yang dialami pada Tn Adi Wahyu

b. Secara Praktis

1) Puskesmas

Tulisan ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pelayanan kesehatan terutama

puskesmas Buleleng I dalam meningkatkan pelayanannya

2) Pada Klien

Memberikan pengetahuan khusus tentang penyakit Vulnus dan penanganannya pada saat

klien mengalami permasalahan tersebut.

3) Untuk Penulis

4
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan profesi untuk melengkapi

persyaratan melengkapi Dupak

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi
 Luka : adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh
 Vulnus appertum adalah luka dengan tepi yang  tidak bersturan atau compang-camping
biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul
 Vulnus appertum adalah luka robek merupakan luka terbuka yang terjadi kekerasan tumpul
yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot

B.     Klasifikasi Luka
1.       Ekskoriasi atau luka lecet
2.       Vulnus scisum atau luka sayat akibat benda tajam. Pinggir lukanya terlihat rapi
3.       Vulnus laseratum atau luka robek akibat terkena mesin atau benda laiinya yang menyebabkan
robeknya jaringan rusak dalam
4.       Vulnus punctum atau luka tusuk
5.       Vulnus morsum atau luka karena gigitan binatang
6.       Vulnus combotio atau luka bakar
7.       Vulnus contusum atau luka memar karena cidera pada jaringan bawah kult akibat benda
tumpul
8.       Vulnus sclopetorum atau luka tembak  (Hidayat alimul aziz, 2008, ketrampilan dasar untuk
praktik klinik kebidanan, jakarta salemba medika )

5
C.     Etiologi
1. Kecelakaan
2. Benda runcing atau benda tajam
3. Benda tumpul
4. Gigitan binatang
5. Perang

D.    Fase peyembuhan Luka


1.      Fase Inflamasi : berlangsung mulai terjadi luka sampai hari ke 5
Terjadi akibat sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang
meningkatkan permiabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penumpukan sel radang
disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan yang ditandai dengan
warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor) dan
pembengkakan (tumor).
2.      Fase Proliferasi / Fibroplastic / Granulasi :
Terjadi mulai akhir fase inflamasi sampai akhir minggu ke 3. Pada fase ini luka dipenuhi sel
radang, fibroblast dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang
berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. Proses ini baru berhenti setelah ephitel saling
menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka.
3.      Fase penyudahan / Pematangan.
Fase ini berlangsung berbulan bulan dan dinyatakan berakhir jika semua tanda radang telah
hilang. Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri penyerapan kembali jaringan yang
berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya grafitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang
baru dibentuk.

E.      Klasifikasi Penyembuhan
1.      Penyembuhan Primer (sanatio per primam intentionem)
Didapat bila luka bersih, tidak terinfeksi, dan dijahit dengan baik.
2.       Penyembuhan sekunder (sanatio per secundam intentionem)
a.       Didapat pada luka yang dibiarkan terbuka
b.      Luka diisi jaringan granulasi dimulai dari dasar terus naik sampai penuh

6
c.       Ephitel menutup jaringan granulasi mulai dari tepi
d.      Penyembuhan
3.       Penyembuhan Primer tertunda atau Penyembuhan dengan jaringan tertunda
a.       Luka dibiarkan terbuka
b.      Setelah beberapa hari ada granulasi baik dan tidak ada infeksi
c.       Luka dijahit
d.      Penyembuhan

F.      Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis karena merupakan
suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi saling berkesinambungan. Proses penyembuhan
luka tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal saja pada luka, namun
dipengaruhi pula oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik
1.      Faktor vaskularisasi mempengaruhiluka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah
yang baik untuk pertumbuhan dan perbaikan sel.
2.      Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel membutuhkan
kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu, orang yang mengalami kekuragan kadar Hb dalam
darah akan mengalami proses penyembuhan lama
3.      Usia keepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau kematangan usia
seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan dapat menurunkan sistem perbaikan sel
sehingga dapat memperlambat poses penyembuhan luka
4.      Penyakit lain. Mempengaruhi proses penyembuhan luka. Adanya penyakit, seperti diabetes
melitus dan ginjal, dapat memperlambat proses penyebumbuhan luka
5.      Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membantu perbaika sel, terutama karena kandungan
zat gizi yang terdapat di dalamnya. Sebagai contoh, vitamin A diperlukan utuk membantu
proses epitelisasi atau penutupan luka dan sintesis kalogen: Vitamin B kompleks sebagai
kofaktor pada sistem enzim yang mengatur metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak:
vitain c dapat berfungsi sebagai fibroblas da mencegah adanya infeksi serta membentuk
kapiler-kapiler darah: dan vitamin K yang membantu sintesis protombin dan befungsi sebagai
zat pembekuan darah
6.      Kegemukan, obat-obatan, merokok dan stres, mempengaruhi proses penyembuhan luka.
Orang yang terlalu gemuk, banyak mengkonsumsi obat-obatan, merokok atau stres akan

7
mengalami proses penyembuhan luka yang lebih lama (Hidayat alimul aziz, 2008,
ketrampilan dasar untuk praktik klinik kebidanan, jakarta salemba medika )

G.     Penatalaksanaan Luka
Teknik Perawatan Luka
1.      Desinfeksi
Adalah tindakan dalam melakukan pembebasan bakteri dari lapangan operasi dalam hal ini
yaitu luka dan sekitarnya.
Macam bahan desinfeksi:
- Alkohol 70%,
- Betadine 10%,
- Perhidrol 3%,
- Savlon (Cefrimid +Chlorhexidine),
- Hibiscrub (Chlorhexidine 4%)
Teknik : Desinfeksi sekitar luka dengan kasa yang di basahi bahan desinfeksan. Tutup dengan doek
steril atau kasa steril.Bila perlu anestesi Lido/Xylo 0,5-1%

2.      Irigasi
Adalah mencuci bagian luka, Bahan yang di gunakan :
- Perhidrol,
- Savlon,
- Boor water,
- Normal Saline,
- PZ
Bilas dengan garam faali atau boor water

3.      Debridement (Wound Excision)


Adalah membuang jaringan yang mati serta merapikan tepi luka, Memotong dengan
menggunakan scalpel atau gunting, Rawat perdarahan dengan meligasi menggunakan cat gut

8
4.      Perawatan perdarahan
Adalah suatu tindakan untuk menghentikan proses perdarahan. Yaitu dengan kompresi lokal
atau ligasi pembuluh darah atau jaringan sekitar perdarahan

5.      Penjahitan Luka
Penjahitan luka membutuhkan beberapa persiapan baik alat, bahan serta beberapa peralatan
lain. Urutan teknik juga harus dimengerti oleh operator serta asistennya.
a.       Alat, bahan dan perlengkapan yang di butuhkan
1.      Naald Voeder ( Needle Holder ) atau pemegang jarum biasanya satu buah.
2.      Pinset Chirrurgis atau pinset Bedah satu buah
3.      Gunting benang satu buah.
4.      Jarum jahit, tergantung ukuran cukup dua buah saja.
5.      Bahan yang dibutuhkan :
6.      Benang jahit Seide atau silk
7.      Benang Jahit Cat gut chromic dan plain.
Lain-lain :
1.      Doek lubang steril
2.      Kasa steril
3.       Handscoon steril
4.      Operasi teknik
            Urutan teknik penjahitan luka ( suture techniques)
1. Persiapan alat dan bahan
2. Persiapan asisten dan operator
3. Desinfeksi lapangan operasi
4. Anestesi lapangan operasi
5. debridement dan eksisi tepi luka
6. penjahitan luka
7. perawatan luka

9
6.      Bebat Luka
Setelah luka di jahit dengan rapi di bersihkan dengan desinfeksan (beri salep), Tutup luka
dengan kasa steril yang dibasahi dengan betadine, Lekatkan dengan plester atau hipafix ( bila perlu
diikat dengan Verban)

7.      Angkat Jahitan
Adalah proses pengambilan benang pada luka
Berdasarkan lokasi dan hari tindakan:
a.       Muka atau leher hari ke 5
b.      Perut hari ke7-10
c.      Telapak tangan 10
d.      Jari tangan hari ke 10
e.       Tungkai atas hari ke 10
f.       Tungkai bawah 10-14
g.      Dada hari ke 7
h.      Punggung hari ke 10-14

10
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERWATAN
PADA PASIEN VULNUS APPERTUM

1.      Kasus
Seorang Mahasiswa X, 20 tahun habis jatuh setelah pulang dari Kuliah dengan mengendarai sepeda
ontel. Terdapat luka pada paha kaki kanan kurang lebih 6 cm, datang dengan keluhan nyeri pada
paha, keadaan sadar, tidak muntah, tidak ada cidera kepala, Tensi 110/70 mmhg, Nadi 100x/mnit

ANALISA DATA
Data Masalah Etiologi
DS Gangguan rasa nyaman Kerusakan
·         Pasien mengeluh nyeri nyeri kontinuitas jaringan
DO
·         Terdapat luka terbuka pada paha
kanan sekitar 6 cm
·         Wajah tampak kesakitan
·         Nadi 100x/menit
·         Skala nyeri 6

DS Ansietas Kurangnya
·         pasien mengataka takut kalau pengetahuan tentang
bekas luka heacting tidak bisa sembuh proses penyembuhan
seperti kulit biasa luka

DO
·         Terdapat luka bekas heacting
·         Luka tertutup kassa
·         Nadi 100xm

11
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl
& Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
No
1 Gangguan rasa nyaman Tujuan : Nyeri berkurang, 1.  Bina hubungan saling
nyeri berhubungan dengan Kriteria : percaya
kerusakan kontinuitas ·         Klien tidak 2.  kaji keadaan nyeri yang
jaringan mengeluh nyeri. meliputi : lokasi, intensitas,
·        Pembengkakan skala
hilang atau berkurang. 3.  Ajarkan pasien tehnik
·         Ttv dalam batas relaksasi nafas dalam dan
normal tehnik distraksi untuk
mengurangi rasa sakit
4.  Observasi vital sign
5.  Kolaborasi dalam
pemberian terapi analgesik
6.  Berikan He tentang
prosedur tindakan heacting
7.  Kolaborasi dalam
tindakan heacting
2 Cemas berhubugan dengan Tujuan : cemas berkurang 1.  Bina hubungan saling
kurangnya pengetahuan Kriteria : percaya
·         Terdapat luka bekas 2.  Obs penyebab cemas
heacting 3.  Berikan He tentang
·         Luka tertutup kassa prosedur pelaksanaan
·         Ttv dalam batas 4.  Berikan He tentang
normal proses penyembuhan luka
·         Pasien tidk lagi 5.  Observasi vital sign
bertanya2

12
TINDAKAN KEPERAWATAN
No. Tgl. Jam Tindakan Keperawatan
1. 1.  Membina hubungan saling percaya
2.  Mengkaji keadaan nyeri, nyeri pada luka di paha, skala nyeri 6
3.  Mengajarkan pasien tehnik relaksasi nafas dalam dan tehnik
distraksi untuk mengurangi rasa sakit
4.  Observasi vital sign
Tensi 100/70 mmhg
Nadi 100x/mnit
5.  Kolaborasi dalam pemberian terapi analgesik ketorolac 3x30 mg
6.  Memberikan He entang prosedur pelaksaan tindakan heacting
7.   Kolaborasi dalam tindakan heacting

2 1.  Membina hubungan saling percaya


2.  mengobservasi penyebab cemas, yaitu pasien takut kalau bekas
luka tidak bisa sembuh sperti semula
3.  memberikan He tentang prosedur pelaksanaan tindakan medis
4.  memberikan He tentang proses penyembuhan luka
5.  Observasi vital sign
Tensi 100/70 mmhg
Nadi 100x/mnit

EVALUASI
No Tgl. Diagnosa Catatan Perkembangan
1. 1 S : Pasien mengeluh nyeri
O
·         Terdapat luka terbuka pada paha kanan sekitar 6 cm
·         Wajah tampak kesakitan

13
·         Nadi 100x/menit
·         Skala nyeri 6
A:  gangguan rasa nyaman nyeri
P:  Teruskan rencana intervensi.

2. S
pasien mengataka takut kalau bekas luka heacting tidak bisa sembuh
seperti kulit biasa
O
·         Terdapat luka bekas heacting
·         Luka tertutup kassa
·         Nadi 100xm
·         Pasien bertanya2 tentang bukas luka yang ada
A:  Cemas
P:  Teruskan rencana intervensi.

14
BAB III
TINJAUAN KASUS

1  . PENGKAJIAN

A.Identitas Pasien
Nama pasien : Adi Wahyu
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 70 Tahun
Alamat : Banyuasri
Agama : Hindu
Pekerjaan : Pensiunan
Suku bangsa : Bali
Diagnosa medic : Vulnus
No.Cm : A/06043403
Tgl Pengkajian : 9 Januari 2021

Keluhan Utama : Kontrol luka hecting hari ke-3


Riwayat Keluhan Utama
Klien datang dengan keluhan kontrol luka hecting di pelipis kanan. Luka dijarit 3
hari yang lalu di Rumah Sakit Umum Kab.Buleleng karena terpeleset dan dahi terbentur di meja.
Luka masih terasa nyeri.

TTV : TD: 120/80 mmHg


S : 36 ºC
P : 25 x/menit
N : 80 x/menit

15
Pengkajian Primer
Airway : Jalan napas patent (tidak ada sumbatan/sekret)
Breathing : bunyi napas (vesikuler), Pergerakan dada (normocest),gerakan dada simetris tidak
ada retraksi, bunyi napas tambahan (-),pernapasan 25x/menit
Circulation : arteri karotis berdenyut kuat,CRT : < 2 detik,nadi 100x/menit
Disability : compos mentis (GCS:E:3,M:5,V:5)

Pengkajian Sekunder
1. Sistem Pernafasan
a. Hidung : Bentuk hidung normal
b. Leher : Tidak ada pemebesaran kelenjar tyroid dan tumor, tidak terdapat pembesaran
kelenjar limfe di sub mandibula.
c. Dada :
-    Bentuk dada : Normal
-    Gerakan dada : simetris, tidak terdapat retraksi
-     Suara nafas : vesikuler
-     Suara nafas tambahan : tidak terdengar

2. Sistem kardiovaskuler :
a. Conjungtiva : bibir : pucat/cyanosis dan bengkak, arteri carotis : berisi reguler , tekanan vena
jugularis : tidak meninggi
b. Ukuran Jantung : tidak ada pembesaran
c. Suara jantung : Tidak ada bunyi abnormal

3. Sistem Pencernaan
a. Skelera : tidak ikterus, Bibir : kering dan pucat
b. Mulut : Tidak normal : bengkak
c. Gaster : normal
d. Abdomen : tidak kembung
e. Anus : tidak dikaji.

16
4. System indra
a. Mata : normal
b.Hidung : normal
c.Telinga : normal

5.    Sistem MuskuloSkeletal


a.    Kepala : Ada hematom pada daerah dahi dan dagu
b.    Vertebrae : tidak ada kelainan
c.    Pelvis : Tidak ada kelainan
d.   Lutut : Tidak ada kelainan
e.    Kaki : Tidak ada kelainan
f.     Tangan : Tidak ada luka

6.    Sistem Integumen


a. Rambut : warna : kehitaman
b. Kulit : warna : Sawo matang, temperatur : normal , kelembaban dingin
c. Kuku : pendek, bersih

7.    Sistem Endokrine :


a. Kelenjar thyroid : tidak membesar
b. Ekskresi urine : tidak berlebihan
c. Tidak ada riwayat urine dikelilingi semut
d. Sistem perkemihan ( semua normal bak lancar )

8.    Sistem imun


Tidak ada riwayat alergi.

9. Pengkajian Karakteristik Luka


Luka hecting di daerah pelipis kanan, jumlah jaritan : 3 jaritan, luka masih tampak basah,
warna kemerahan disekitar jaritan. Perban belum pernah diganti semenjak 3 hari. Saat ditanya
apakah luka pernah dirawat? Klien mengatakan perbannya belum pernah diganti karena tidak tahu
bagaimana cara perawatan dan pengobatannya dirumah.

17
Terapi Medikasi
a. Amoxcillin 3 X 500mg
b. Asam Mefenamat 3 X 1
c. Vit C 3 X 1

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d diskontuinitas jaringan.
DS : klien mengeluh masih merasa nyeri pada area luka jaritan, klien mengatakan skala nyeri 5
(sedang)
DO : - Klien tampak meringis kesakitan saat luka dirawat
- tampak luka jaritan warna kemerahan pada pelipis kanan klien

2. Resiko infeksi b/d kerusakan pada integritas kulit


DS : Klien mengatakan perban tidak pernah diganti semenjak 3 hari yang lalu
DO : Luka tampak kemerahan dan basah, perban kotor bekas darah yang mengering.

Rencana Tindakan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d diskontinuitas jaringan
a. Tujuan: Nyeri bisa berkurang bahkan hilang
b. Rencana Tindakan:
1)  Kaji tanda-tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui Tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
2)   Evaluasi rasa nyeri secara reguler dan mencatat karakteristik , lokasi dan intensitas
nyeri
Rasional: Untuk mengetahui tingkat skala nyeri
3)  Mengajarkan penggunaan teknik relaksasi
Rasional: Mengalihkan rasa nyeri
4)  Kolaborasi pemberian Beri obat pengurang rasa nyeri
Rasional: Mengurangi rasa nyeri

18
2. Resiko infeksi b/d kerusakan pada integritas kulit
a. Tujuan: Infeksi dapat dicegah dan luka bersih
b. Rencana Tindakan:
1) Lakukan perawatan luka dengan tekhnik aseptik
Rasional : mencegah luka terinfeksi dan cepat sembuh
2) Ajarkan perawatan luka dirumah
Rasional : agar luka dirawat dan diobati secara teratur dan perban yang kotor diganti
dengan
yang baru secara teratur sehingga luka dalam keadaan bersih dan tidak terinfeksi.
3)  Kolaborasi pemberian Beri obat antibiotik
Rasional: Mencegah infeksi pada luka

Implementasi Keperawatan
DX I :
1. Mengkaji tanda-tanda vital
Hasil : TD: 120/80 mmHg
S : 36 ºC
P : 25 x/menit
N : 80 x/menit
2. Mengevaluasi rasa nyeri, lokasi dan intensitas nyeri.
Hasil : Lokasi pada area luka dijarit dengan intensitas skala 5 ( sedang )
3. Mengajarkan penggunaan teknik relaksasi
Hasil : Klien tampak kooperatif
4.  Kolaborasi Memberi obat pengurang rasa nyeri
Hasil : Pemberian Asam Mefenamat 3 X 1
DX II :
1. Lakukan perawatan luka dengan tekhnik aseptik
Hasil : Luka dibersihkan menggunakan cairan Infus NaCl, dikeringkan, kemudian diberi
betadine kemudian luka ditutup kembali. Luka bersih.
2. Ajarkan perawatan luka dirumah

19
Hasil : Ajarkan cara perawatan dirumah agar luka selalu bersih dan terawat. Klien kooperatif dan
mampu menjelaskan kembali cara-cara yang telah diajarkan.
3. Kolaborasi pemberian Beri obat antibiotik
Hasil : Pemberian antibiotik Amoxcillin 3 X 500mg

Evaluasi/SOAP
DX I :
S : Klien mengatakan masih nyeri
O : Klien nampak meringis dan kesakitan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
-          ingatkan klien untuk mempraktekan tekhnik relaksasi di rumah
-          Beri obat pengurang rasa nyeri
DX II :
S : Klien mengatakan mengerti tentang cara perawatan luka dirumah
O : Luka tampak bersih
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
-          ingatkan klien untuk perawatan lluka dirumah secara teratur dengan tekhnik aseptik.
-          Beri obat antibiotik.
- Ingatkan klien untuk kontrol ulang kembali

20
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan Asuhan keperawatan pada Tn Adi dengan Vulnus didapatkan

kesimpulan bahwa dalam pengkajian telah dilakukan anamnesa yang meliputi data subjektif dan

obyektif. Dari pengkajian tersebut diambil suatu diagnosa dan masalah berdasarkan data yang

menunjang untuk diambil suatu diagnosa. Setelah melakukan pengkajian pada Tn Adi didapatkan

diagnosa bahwa Tn Adi dengan diagnosa medis Vulnus didapatkan diagnosa Gangguan Rasa

Nyaman dan Resiko Infeksi.

Intervensi diberikan berdasarkan NIC NOC, sedangkan dalam penerapannya disesuaikan

dengan situasi dan kondisi Klien. Evaluasi dilakukan setelah implementasi dilakukan. Dalam

evaluasi Tn Adi menunjukkan bahwa Klien mengatakan akan meminum obat secara teratur serta

4.2 Kritik dan Saran

Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesalahan. Maka dari itu saya mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaa penulisan askep yang akan datang.

Terima kasih

21
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Pediatrik Klinis. (terjemahan) Edisi 6.
EGC: Jakarta.

Chada, P.V. 1993. Catatan Kuliah Ilmu Forensik & Teknologi (Terjemahan). Widya Medika:
Jakarta.

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien (Terjemahan). Edisi EGC: Jakarta.

Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). Edisi 9. EGC: Jakarta

Mansjoer,A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Medika Auskulapius FKUI: Jakarta.

Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika: Jakarta.

Willson.J.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7. EGC: Jakarta.

Tucker.S.M. 1998. Standar Keperawatan Pasien Proses Keperawatan Diagnosa dan Evaluasi
(Terjemahan). Volume 2. Edisi 2. EGC: Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai