Anda di halaman 1dari 17

A.

Tinjauan teori
I. GAGAL GINJAL KRONIK
A. Pengertian
Gagal ginjal kronik( GGK ) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia. Sedangkan fungsi ginjal antara lain :
1. Membuang (ekskresi) zat yang tidak berguna keluar dari tubuh (ureum dan asam urat)
2. Mengatur keseimbangan air dan elektrolit (natrium, kalium, klorida, kalsium dan lain lain)
3. Mengeluarkan renin (mengatur tekanan darah)
4. Mengeluarkan eritropoetin (pembentukan eritrosit)
5. Menjaga keseimbangan pH darah
6. Mengeluarkan calcitriol (metabolit aktif vitamin D) untuk proses pembentukan tulang
B. Etiologi
1. Infeksi saluran kemih dan ginjal : pielonefritis
2. Penyakit peradangan : glumerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif : nefrosklerosis benigna dan maligna, stenosis arteri renalis
4. Gangguan jaringan penyambung: SLE, poli arteritis nodusa, sklerosis sistemik progresif
5. Gangguan kongenital dan herediter: penyakit ginjal polikistik, asidosis tubuler ginjal
6. Penyakit metabolik: DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidoisis
7. Hipertensi esensial
8. Uropati obstruktif
9. Nefropati diabetik
10. Nefritis esential:
a. Obat-obatan: analgetik, sulfonamid, penisilin, furosemid, tiazid fenindion difenilhidantoin
b. Asam urat: nefropati asam urat, kelainan hematologi
c. Penimbunan oksalat: herediter, obat anestesi (metoksifuran), etilin glikol
d. Logam berat: timah hitam, kadmium, tembaga, uremium
C. Patofisiologi
 Berbagai penyebab

Massa ginjal berkurang

Hipertrofi nefron (struktural dan fungsional) mengalami kompensasi

Maladaptasi (sklerosis nefron yang tersisa)

Penurunan fungsi nefron yang progresif

Stadium gagal ginjal (dialisis)

 Asimtomatik peningkatan ureum/creatinin dengan gejala dan tanda


D. Gejala dan tanda
1. Sindrom uremia: fatique, anoreksia, mual-muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (edema
kelopak mata, edema paru, dan edema tungkai), neuropati perifer, pruritus, bau nafas uremik,
perikarditis, kejang, koma.
2. Gejala komplikasi: hipertensi, anemia, gagal jantung, asidosis metabolik, osteomalasia,
gangguan keseimbangan elektrolit.
Tanda dan gejala kerusakan nefron
1. Kadar ureum dan kreatinin ↑ maka nafas akan bau amonia
2. Penurunan kalsium dan phosfat pada tulang sehingga menyebabkan osteomalasia, fraktur
3. Hipokalsemia → rasa kesemutan, terbakar
4. Penimbunan natrium → volume ekstrasel meningkat dan TD juga akan meningkat.
5. Produksi eritropoetin menurun akan menyebabkan anemia.
6. Kehilangan kemampuan menghasilkan urine yang konsentrat yang menyebabkan poliuruia dan
nokturuia.
E. Manifestasi klinis
1. Kelainan Kardiovaskuler
Hipertensi yang dapat menimbulkan terjadinya gagal jantung dan edema paru,
pericarditis/pericard effusi, percepatan atherosclerosis dan aritmia.
2. Gastro intestinal
Anoreksia, hicthcup (cegukan), mual, muntah, stomatitis, uremik fetor (bau kencing),
gastroenteritis, ulkus peptikum, perdarahan gastrointestinal, konstipasi dan diare.
3. Integumen
Warna kulit abu-abu mengkilat, hiperpigmentasi, kulit kering bersisik, pruritis, ekimosis pallor
(mudah merah), uremic frost.
4. Pulmoner
Suara nafas tambahan ( krekels, suara seperti suaran kertas), sputum kental dan liat (ada cairan),
nafas dangkal, pernafasan kusmoul (nafas cepat dan dalam).
5. Neurologi
Kelemahan dan keletihan, sulit tidur (Hb bisa cepat turun), disorientasi (bingung), sulit
konsentrasi, kejang, sakit kepala, coma, kelemahan pada tungkai dan perubahan perilaku (syok
karena tekanan).
6. Muskuloskeletal
Osteodistropy, nyeri tulang, nyeri persendian, ketidakseimbangan kalsium/phospat,
hiperparatiroid bone diseases.
7. Perubahan hormon dan metabolik
Aminore, penurunan kesuburan, libido, atropi testikuler, gangguan hormon pertumbuhan,
intoleransi glukosa.
8. Kelainan mata
Visus hilang, red eye sindrom.
9. Hematologi
Anemia yang disebabkan oleh penurunan eritropieses, peningkatan kerusakan sel darah merah,
gangguan pembekuan/ fibrinlisis masa perdarahan memanjang.
10. Kekebalan tubuh
Penurunan respon kekebalan, sangat lemah terhadap infeksi, fungsi sel darah putih terganggu.
F. Evaluasi diagnostik
1. Anemia
2. BUN dan creatinin meningkat
3. Serum phospat meningkat
4. Penurunan serum kalsium
5. Protein rendah terutama albumin
G. Manajemen terapi
1. Terapi konservatif
Terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun karena perubahan fungsi ginjal bersifat
individual.
Tujuan terapi konservatif, yaitu :
a. Mencegah memburuknya fungsi ginjal secara progresif
b. Meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin uremia
c. Mempertahankan dan memperbaiki metabolisme secara optimal
d. Memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit
Penyakit ginjal kronik

Terapi konservatif

Penyakit ginjal terminal

HD di RS
Meninggal Dialisis HD di rumah
CAPD

Gagal

Transplantasi ginjal Berhasil (hidup lebih baik)


2. Terapi simptomatik
a. Deteksi dan obati penyebab gagal ginjal
b. Diet rendah protein
c. Mengobati untuk memperbaiki ginjal:
1) Anemia dengan eritropoetin
2) Acidosis dengan bicarbonat
3) Hiperkalemia dengan diet potasium
4) Penyerapan phospat dengan diet rendah phospat
5) Hipertensi dengan obat-obat anti hipertensi
3. Terapi pengganti
Terapi pengganti adalah terapi yang menggantikan fungsi ginjal yang telah mengalami
kegagalan fungsi ginjal baik kronik maupun terminal.
Pada masa sekarang ini ada 2 jenis terapi yaitu:
a. Dialisis yang meliputi :
1) Hemodialisis (HD)
2) Peritoneal Dialisis, yang sekarang ini terkenal dengan istilah Continous Ambulatory
Peritoneal Dialysis (CAPD) atau Dialisis Peritoneal Mandiri Berkesinambungan (DPMB)
b. Transplantasi Ginjal atau Cangkok Ginjal
H. Penatalaksanaan
1. Hipertensi dengan pemberian antihipertensif, kontrol cairan.
2. Anemia : dengan pemberian erytropoetin, suplemen besi, asam folat.
3. Penyakit tulang : dengan suplemen kalsium dan pengikat phospat.
4. Intervensi diet juga perlu untuk pengaturan masukan protein, masukan cairan, masukan natrium,
pembatasan kalium, masukan kalori, dan suplemen vitamin.
5. Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner: pembatasan cairan, diet rendah natrium, diuretik,
dialisis.
6. Asidosis metabolik : suplemen natrium bikarbonat, dialisis.
7. Hiperkalemia : diet rendah kalium, dialisis adequat.
8. Abnormalitas neurologi : obat-obat penenang untuk mengendalikan kejang, fatemia : antasida.
I. Pemeriksaan penunjang
1. LABORATORIUM
Tujuan pemeriksaan laboratorium ini adalah:
a. Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
 Ureum – kreatinin
 Asam urat serum
b. Identifikasi etiologi gagal ginjal
 Analisis urine rutin
 Mikrobiologi urine
 Kimia darah
 Elektrolit
 Imunodiagnosis
c. Identifikasi perjalanan penyakit
 Progresifitas penurunan fungsi ginjal: Ureum-Kreatinin Klirens kreatinin
 Hemopoesis : Hb, trommbosit, Fibrinogen, Faktor pembekuan
 Elektrolit : Na⁺, K⁺, HCO3⁻, Ca⁺⁺, PO4⁻, Mg⁺’
 Endokrin : PTH & T3, T4
 Pemeriksaan lain berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk fungsi ginjal, misal :
infark Miokard.
2. DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang diagnostik harus selektif sesuai dengan tujuannya, yaitu :
a. Diagnosis etiologi GGK dan terminal
 Foto polos perut
 Ultrasonografi (USG)
 Nefrotomogram
 Pielografi retograde
 Pielografi antgrade
 Micturating Cysto Urography (MCU)
b. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
 Pemeriksaan radiologi dan radionuklida (renogram)
 Ultrasonografi (USG)
J. Komplikasi potensial
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat

II. HEMODIALISIS
A. Pengertian
Hemodialisis adalah proses pemisahan atau filtrasi zat-zat tertentu dari darah melalui membran
semipermiabel.
B. Proses hemodialisis
Pada hemodialisis, mesin memompa darah dari klien ke dalam dialiser, dan dari sisi lain cairan
dialisat dialirkan ke dalam dialiser. Di dalam dialiser inilah proses dialisis terjadi. Darah yang
sudah didialisis atau sudah bersih, dipompa kembali ke dalam tubuh. Untuk terjadinya proses
tersebut, ada 3 unsur penting yang saling terkait, yaitu:
1. Sirkuit darah
Sirkuit ini merupakan sirkuit di luar tubuh (ekstrakorporeal), yang berhubungan langsung
dengan sirkuit darah klien. Terdiri dari 2 bagian besar yaitu :
a. Arterial Blood Line (ABL)/ inlet
Yakni saluran sebelum ginjal buatan, diberi tanda warna merah.
b. Venous Blood Line (VBL)/outlet
Yakni saluran setelah ginjalbuatan, diberi tanda warna biru.
Untuk mencegah terjadinya pembekuan darah dalam saluran ekstrakorporeal, diperlukan heparin
sebagai antikoagulan. Pemberiannya sesuai dengan masa pembekuan darah klien. Dapat
diberikan secara intermitten atau secara continue. Pembekuan darah yang normal, dapat
diberikan 25 iu- 50 iu /kg BB pada dosis awal dan 1000 iu untuk dosis pemeliharaan, yang
diberikan tiap jamnya. Pada klien yang cenderung atau sedang mengalami perdarahan
pemberiannya dapat dikurangi.
Sebagai sarana hubungan sirkulasi atau untuk keluar dan masuknya darah dari dan ke tubuh
klien dalam sirkuit in, disiapkan sarana hubungan sirkulasi (akses vaskuler) yang dapat
digolongkan menjadi:
1) Temporer (sementara)
a) Percutaneous (subclavia, femoralis, vena jugularis)
b) AV shunt scribner
2) Permanen
a) AV fistula
b) AV Graf
2. Ginjal buatan atau dialiser
Ginjal buatan ini merupakan suatu alat yang terdiri dari 2 kompartemen, yaitu kompartemen
dialisat dan kompartemen darah. Kedua kompartemen tersebut dipisahkan oleh membran
semipermiabel. Membran semipermeabel merupakan selaput yang sangat tipis dan mempunyai
pori-pori kecil, sehingga dapat dilalui oleh partikel-partikel kecil.
3. Sirkuit dialisat
Sirkuit dialisat adalah sirkulasi dialisat dari mesin ke dialiser, kembali ke mesin dan dibuang
lewat pembuangan.
Dialisat adalah cairan yang dipakai pada hemodialisis yang terdiri dari campuran air dan
elektrolit dengan konsentrasi tertentu menyerupai serum normal. Elektrolit terdapat dalam
dialisat konsentrasi pekat. Pencampuran air dan dialisat pekat, terjadi secara otomatis di dalam
mesin hemodialisis dengan rasio 34 bagian air dan 1 bagian dialisat pekat/diasol.
Air sebagai pelarut, jenisnya dapat dari air PAM atau air sumber, dengan syarat bebas elektrolit
dan mikroorganisme. Untuk itu sebelum dipakai, air harus diolah dulu yang disebut water
treatment.
Jenis dialisat pekat/diasol ada 2, asetat dan bicarbonat, dengan komposisi masing-masing adalah
sebagai berikut :
Komponen dialisat Asetat Bicarbonat
Sodium (Na) 135-145 135-145
Potasium (K) 0-4 2,5-3,5
Calcium (Ca) 2,5-3,5 2,5-3,5
Magnesium (Mg) 0,5-3,5 0,5-1,0
Chloride (Cl) 100-119 100-124
Asetat 35-38 2-4
Bicarbonat 0 30-38
Dekstrose 11 11
PCO₂ 0,5 40-100
pH variasi 7,1-7,3
C. Prinsip kerja hemodialisis
Prinsip kerja proses HD adalah terjadinya perpindahan zat-zat terlarut dalam darah ke dalam cairan
dialisat atau sebaliknya. Proses yang menyebabkan perpindahan tersebut adalah:
1. Diffusi
Subtansi/zat-zat bergerak dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi
rendah.
Ada perbedaan konsentrasi antara darah dan dialisat, sehingga dapat mengeluarkan zat-zat yang
diinginkan dan menahan zat-zat yang dibutuhkan tubuh agar tidak hilang.
Proses ini dipengaruhi oleh :
a. Luas permukaan membran
b. Kecepatan aliran darah dan dialisat
c. Perbedaan konsentrasi
d. Permeabilitas membran
2. Ultrafiltrasi
Yaitu proses perpindahan zat dan pelarutnya karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik.
Proses ini dipengaruhi oleh:
a. Trans Membran Pressure (TMP)
b. Luas permukaan membran
c. Permeabilitas membran
D. Tujuan hemodialisis
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat yang dapat melalui membran
semipermiabel, yaitu :
1. Sisa-sisa metabolisme yang mengandung nitrogen
2. Zat-zat lain dari luar tubuh, seperti : intoksikasi metil alkohol, barbiturat, salsilat, etelin glikol
dll.
E. Indikasi hemodialisis
1. Indikasi segera
Koma, perikarditis dan atau effusi perikard, neuropati perifer, hiperkalemi, hipertensi maligna,
overhidrasi atau edema paru, oliguri berat atau anuria.
2. Indikasi dini
a. Gejala uremia
Mual, muntah, perubahan mental, penyakit tulang, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan seks dan perubahan kualitas hidup.
b. Laboratorium abnormal
Asidosis, azotemia (kreatinin 8- 12 mg %) dan Blood Urea Nitrogen (BUN) : 100-120 mg
%, TKK : 5 ml/menit.
F. Komplikasi hemodialisis
1. Komplikasi akut
Hipotensi, aritmia, keram, nyeri dada, disequilibrium sindrom, pruritis, kejang, demam dan
menggigil.
2. Komplikasi kronik
Hipertensi, neuropati perifer, penyakit vaskuler,overhidrasi, hematom subdural, anemia,
perikarditis dan effusi perikard, serta hepatitis.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Diri Pasien
Nama : Tn. T
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. P. Natuna No. 09 RT/RW 18/07 Pasiran
Tanggal masuk RS : 27 September 2018
Status perkawinan : Kawin
Agama : Budha
Suku : Tionghua
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Golongan darah : O rhesus +
No. Rekam Medis : 194736
Tanggal pengkajian : 27 September 2018
Sumber informasi : Pasien
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama Saat Masuk RS
Sesak nafas 1 hari yang lalu diperberat dengan aktifitas fisik dan berjalan kaki, demam tidak
ada, batuk tidak ada, bengkak tidak ada, nyeri dada tidak ada.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
HD rutin sejak 2 bulan yang lalu, seminggu 2X dengan hipertensi
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi sejak 2 tahun yang lalu dengan pengobatan rutin valsartan 3x1 tablet, sesudah
makan selaam ini tensi masih terkontrol
c. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda Vital dan Kesadaran
Pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis , TD: 170/120 mmHg, N: 110x/menit
reguler, RR: 28x/menit (dispnea), pasien tampak kelelahan, suhu: 37°C, GCS: E 4, V 5, M 6,
SpO₂ : 94%, terpasang O₂ 5 liter/menit binasal.
2) Kepala dan Leher
a) Kepala :Tidak teraba ada benjolan, tampak pucat, telinga simetris, penglihatan baik (tidak
menggunakan kacamata) conjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pendengaran baik, wajah
simetris, bicara baik.
b) Leher : tampak peningkatan pada JVP
3) Thorax
Inspeksi: ekspansi dinding dada simetris, pasien tampak sulit bernafas, pasien tampak
terhengah-hengah.
Palpasi: tidak ada benjolan, tulang iga lengkap
Perkusi: suara pekak (ada cairan di rongga pleura)
Auskultasi: suara ronchi (edema paru)
4) Abdomen
Inspeksi: tidak tampak adanya asites
Auskultasi:peristaltik usus ada, 16X/menit
Perkusi: suara timpani (normal)
Palpasi:tidak ada nyeri tekan
5) Inguinal
Tidak terdapat benjolan
6) Ekstremitas
Tampak adanya edema ekstermitas bawah
d. Pengkajian Per Sistem
1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengerti tentang penyakit yang diderita, minum obat secara teratur, disiplin dalam
melakukan cuci darah.
2) Pola nutrisi
Pasien makan 2 - 3 x/hari, porsi orang dewasa, terkadang makan kue di siang atau sore hari.
3) Pola eliminasi
BAB 1x/hari berwarna kuning lembut
BAK ± 250 cc, 3x/hari sedikit-sedikit berwarna jernih.
4) Pola aktivitas dan Latihan
Saat badan terasa normal dapat melakukan semua aktivitas sendiri, karena sesak nafas
aktivitas berjalan dibantu oleh anak pasien.
5) Pola tidur dan istirahat
Selama mulai sakit susah tidur saat akan subuh, jam tidur dari jam 20.00 – 02.00 WIB,
setelah jam 02.00 terbangun dari tidur.
6) Pola persepsi diri
Pasien mengatakan pasrah dengan kondisi yang dialami saat ini.
7) Pola peran dan hubungan
Hubungan pasien dengan keluarganya baik. Saat ini pasien dijaga oleh anak pasien yang
pertama. Istri IRT dan mengurusi pekerjaan rumah.
8) Pola managemen koping-stress
Selama HD pasien ditemani oleh anak pertama pasien. Pasien tampak rileks saat menjalani
cuci darah.
9) Sistem nilai dan keyakinan
Pasien menganut agama Budha, pasien menyerahkan segala keadaannya kepada yang Maha
Kuasa.
10) Sistem reproduksidan fertilitas
Pasien mempunyai 3 orang anak
e. Diagnosa medik, pemeriksaan penunjang dan terapi
 CKD stage V on HD rutin
 Hipertensi urgensi
Terapi :
IGD : Injeksi pantoprazole40 mg/ 24 jam,
Injeksi furosemid 2 ampul
Rutin : Nocid 3x1 tablet, saat makan
Ranitidine 2x1 tablet, ½ jam sebelum makan
Valsartan 160 mg 3x1 tablet, sesudah makan
Ceterizine 1x1 tablet(malam), sesudah makan
Co amoxiclav 625 mg 3x1 tablet, sesudah makan
Paracetamol 500 mg 3x1 tablet, sesudah makan
Pemeriksaan yang telah dilakukan :
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
WBC/Leucocyt 6.200 /mm^3 5.000-10.000
RBC/Erithrocyt 3.42 M/ul 4.00-6.20
HGB/Haemoglobin 9.3 g/dl Lk (13,5-18,0)/Pr(12,0-16,0)
HCT/Haematocrit 29.9 % 35.0-55.0
Glukosa Ad Random 71.0 mg/dl 70-110
Urea S/BUN 163.4 mg/dl 10-50
Creatinin 12.4 mg/dl 0,5-1,2
Natrium 141.0 Meg/dl 136-155
Kalium 5.6 Meg/dl 3,6-5,5
HIV (Chr) Non reaktif Non reaktif
HbsAg (Chr) Non reaktif Non reaktif
HCV (Chr) Non reaktif Non reaktif

2. Diagnosa Keperawatan/Diagnosa Kolaborasi


Pre Hemodialisa
a. Analisis Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
.
1. DS: pasien mengeluh sesak nafas 1 Edema paru Pola nafas tidak efektif
hari yang lalu
DO:
 pasien tampak sulit bernafas, pasien
tampak terhengah-hengah.
 RR: 28x/menit (dispnea).
 Pasien tampak kelelahan.
 Perkusi: suara pekak (ada cairan di
rongga pleura).
 Auskultasi: suara ronchi (edema
paru).

2. DS: pasien mengatakan tidak ada Penurunan haluaran Kelebihan volume


BAK saat cuci darah urine cairan
DO: tampak bengkak pada ektremitas
bawah, TD: 170/120 mmHg, N:
110x/menit, RR: 28x/menit

b. Diagnosa Keperawatan/Kolaborasi
Dari analisis data di atas, diagnosa keperawatan yang muncul pada saat pre HD adalah sebagai
berikut:
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan edema paru
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluan urine

c. Rencana Keperawatan
No. NOC NIC Rasional
Dx
1. Pola nafas efektif setelah 1.Kaji penyebab nafas tidak 1.Untuk menentukan
dilakukan tindakan HD 4-5 efektif tindakan yang harus
jam dengan kriteria: segera dilakukan
o Nafas 16-20 x/menit 2.Kaji respirasi dan nadi 2. Menentukan tindakan
o Edema paru hilang 3.Berikan posisi semifowler 3.Melapangkan dada
o Tidak sianosis pasien sehingga nafas
o Pasien tampak mulai lebih longgar
4.Ajarkan cara nafas yang 4. Hemat energi
rileks
efektif sehingga nafas tidak
o Pasien dapat bernafas
spontan dan normal semakin berat
5.Berikan oksigen 5.Edema paru
menyebabkan suplai
oksigen ke jaringan
berkurang
6.Evaluasi kondisi pasien 6. Mengukur
post HD keberhasilan tindakan
2. Keseimbangan volume 1. Kaji status cairan 1. Pengkajian merupakan
cairan tercapai setelah o Timbang BB pre dan dasar untuk
dilakukan tindakan HD 4-5 post HD memperoleh data,
jam dengan kriteria: o Turgor kulit dan edema pemantauan dan
o BB post HD sesuai o Monitor vital sign evaluasi dari intervensi
dengan dry weight 2. Batasi masukan cairan 2. Pembatasan cairan
o Edema hilang o Pada saat priming dan akan menentukan dry
o Respirasi 16-20 x/menit wash out HD weight, haluaran urine
o Dari sumber makan dan dan respon terhadap
minum terapi
3. Lakukan HD dengan UF 3. UF dan TMP yang
& TMP sesuai dengan sesuai akan
kenaikan BB interdialisis menurunkan kelebihan
volume cairan sesuai
dengan target BB
ideal/ dry weight
4. Jelaskan pada keluarga 4. Pemahaman
dan pasien rasional meningkatkan
pembatasan cairan kerjasama pasien dan
keluarga dalam
pembatasan cairan
5. Motivasi pasien untuk 5. Kebersihan mulut
meningkatkan kebersihan mengurangi
mulut dengan sering kekeringan mulut,
sehingga menurunkan
keinginan pasien
untuk minum

d. Implementasi Keperawatan
No. Jam Implementasi Jam Evaluasi Paraf
Dx
1. 10.1  Mengkaji penyebab nafas 10.15 S: Pasien mengatakan sesak
0 tidak efektif berkurang, badan mulai
 Mengkaji respirasi dan terasa lebih enakan setelah
nadi terpasang oksigen.
 Memberikan posisi O: RR: 28 x/menit, terpasang
semifowler O₂ binasal 3 liter/menit,
 Mengajarkan cara nafas pasien dapat melakukan
yang efektif cara bernafas yang efektif.
 Memberikan oksigen A: Masalah teratasi sebagian
 Melakukan evaluasi P: Anjurkan pasien melakukan
kondisi pasien post HD cara bernafas yang efektif
selama masih sesak.
2. 10.1  Menimbang BB pre dan 10.25 S: Pasien mengatakan berat
5 post HD badan pre HD 64 Kg,
 Mengkaji turgor kulit dan sedangkan berat badan
edema kering 60 Kg
 Memonitor vital sign O: Edema pada tungkai kaki
 Membatasi masukan tidak ada, cairan sisa
cairan pada saat priming priming ± 50 CC, TD :
dan wash out HD 170/120 mmHg, N: 110
 Menganjurkan x/menit, RR: 28x/menit,
pembatasan cairan dari pasien tampak mengerti saat
sumber makan dan diberi penjelasan tentang
minum pembatasan cairan
 Melakukan HD dengan A : Masalah teratasi sebagian
UF & TMP sesuai dengan P : 1. Lakukan HD dengan UF
kenaikan BB interdialisis dan TMP sesuai
 Menjelaskan pada kenaikan BB interdialisis
keluarga dan pasien 2. Identifikasi sumber
rasional pembatasan masukan cairan masa
cairan interdialisis
 Memotivasi pasien untuk 3. Motivasi pasien
meningkatkan kebersihan meningkatkan kebersihan
mulut dengan sering mulut dengan sering

Intra Hemodialisa
a. Pengkajian
HD yang ke : 17
Dialiser : Low fluk F7HPS
Dialisat : Bicarbonat
Akses vaskuler : Double lumen subclavia dextra
Ultrafiltrasi : 3000 CC
Blood pump : 200 ml/menit
Dialisat flow : 500 ml/menit
Conductivity : 14,2
Heparin : Sirkulasi 2000 iu, Awal 2000 iu, continues 1000 iu tiap jam
Lama HD : 4 jam
Waktu : Mulai 10.30, selesai 14.30
Catatan :
10.30 Pasien menjalani HD dengan akses double lumen subclavia dextra, TD: 170/80 mmHg,
N:80x/menit, RR: 27 x/menit, terpasang O₂ 3 liter/menit binasal, pasien diajarkan untuk
cara bernafas yang efektif.
10.50 Pasien minum ± 100 CC
11.30 Pasien tertidur, mengukur RR : 24x/menit, terpasang O₂ 3 liter/menit binasal, HD berjalan
lancar.
12.30 Mengukur TTV, TD : 174/110 mmHg, N: 92 x/menit, RR: 23x/menit terpasang O₂ 2
liter/menit binasal, HD berjalan lancar, badan terasa mulai enakan dan ringan.
12.35 Pasien minum ± 100 CC
13.30 Pasien tampak mulai rileks, TD : 178/ 119 mmHg, N : 88 x/menit, RR : 24 x/menit, HD
berjalan lancar, pasien terpasang O₂ 2 liter/ menit binasal.
14.30 HD selesai

b. Analisis Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
.
1. DS: pasien mengeluh sesak nafas 1 Edema paru Pola nafas tidak
hari yang lalu efektif
DO:
 pasien tampak sulit bernafas, pasien
tampak terhengah-hengah.
 RR: 28x/menit (dispnea).
 Pasien tampak kelelahan.
 Perkusi: suara pekak (ada cairan di
rongga pleura).
 Auskultasi: suara ronchi (edema
paru).

2. DS: pasien mengatakan tidak ada Penurunan haluaran Kelebihan volume


BAK saat cuci darah urine cairan
DO: tampak bengkak pada ektremitas
bawah, TD: 170/120 mmHg, N:
110x/menit, RR: 28x/menit
3. DS: pasien mengeluh sesak nafas 1 Kelelahan Intoleransi aktivitas
hari yang lalu diperberat dengan
aktifitas fisik dan berjalan kaki
DO:
• RR: 28x/menit (dispnea)
• Pasien tampak kelelahan
4. DS: - Prosedur invasif Resiko infeksi
DO: pasien terpasang double lumen
pada daerah subclavia dextra

c. Diagnosa Keperawatan/Kolaborasi
Dari analisis data di atas, diagnosa keperawatan yang muncul pada saat pre HD adalah sebagai
berikut:
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan edema paru
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluan urine
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan
4) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

d. Rencana Keperawatan
No. NOC NIC Rasional
Dx
1. Pola nafas efektif setelah 1. Kaji penyebab nafas 1. Untuk menentukan
dilakukan tindakan HD 4-5 tidak efektif tindakan yang harus
jam dengan kriteria: segera dilakukan
o Nafas 16-20 x/menit 2. Kaji respirasi dan nadi 2. Menentukan tindakan
o Edema paru hilang 3. Berikan posisi 3. Melapangkan dada
o Tidak sianosis semifowler pasien sehingga nafas
o Pasien tampak mulai lebih longgar
4. Ajarkan cara nafas yang 4. Hemat energi
rileks
efektif sehingga nafas tidak
o Pasien dapat bernafas
spontan dan normal semakin berat
5. Berikan oksigen 5. Edema paru
menyebabkan suplai
oksigen ke jaringan
berkurang
6. Evaluasi kondisi pasien
6. Mengukur
post HD
keberhasilan tindakan
2. Keseimbangan volume 1. Kaji status cairan 1. Pengkajian merupakan
cairan tercapai setelah o Timbang BB pre dan dasar untuk
dilakukan tindakan HD 4-5 post HD memperoleh data,
jam dengan kriteria: o Turgor kulit dan edema pemantauan dan
o BB post HD sesuai o Monitor vital sign evaluasi dari intervensi
dengan dry weight 2. Batasi masukan cairan 2. Pembatasan cairan
o Edema hilang o Pada saat priming dan akan menentukan dry
o Respirasi 16-20 x/menit wash out HD weight, haluaran urine
dan respon terhadap
o Dari sumber makan dan terapi
minum
3. Lakukan HD dengan UF 3. UF dan TMP yang
& TMP sesuai dengan sesuai akan
kenaikan BB interdialisis menurunkan kelebihan
volume cairan sesuai
dengan target BB
ideal/ dry weight
4. Jelaskan pada keluarga 4. Pemahaman
dan pasien rasional meningkatkan
pembatasan cairan kerjasama pasien dan
keluarga dalam
pembatasan cairan
5. Motivasi pasien untuk 5. Kebersihan mulut
meningkatkan kebersihan mengurangi
mulut dengan sering kekeringan mulut,
sehingga menurunkan
keinginan pasien
untuk minum
3. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji faktor yang 1. Menyediakan
Keperawatan dan HD, menimbulkan keletihan: informasi tentang
pasien mampu oAnemia indikasi tingkat
berpartisipasi dalam oKetidakseimbangan keletihan
aktivitas yang dapat cairan dan elektrolit
ditoleransi dengan kriteria: 2. Tingkatkan kemandirian 2. Meningkatkan
o Berpartisipasi dalam dalam aktivitas perawatan aktivitas ringan/sedang
aktivitas perawatan diri yang dapat dan memperbaiki harga
mandiri yang dipilih ditoleransi, bantu jika diri.
o Berpartisipasi dalam keletihan terjadi
meningkatkan aktivitas 3. Anjurkan aktivitas 3. Mendorong latihan
dan latihan alternatif sambil istirahat dan aktivitas yang
o Istirahat dan aktivitas dapat ditoleransi dan
seimbang/bergantian istirahat yang adekuat
4. Anjurkan untuk 4. Istirahat yang adekuat
beristirahat setelah dianjurkan setelah
dialisis dialisis, karena adanya
perubahan
keseimbangan cairan
dan elektrolit yang
cepat pada proses
dialisis sangat
melelahkan.

4. Pasien dan keluarga dapat 1. Kontrol infeksi:


meminimalkan komplikasi o Cuci tangan sebelum  Menurunkan transmisi
infeksi setelah dilakukan dan sesudah merawat penularan kuman
tindakan keperawatan pasien
selama 4-5 jam dengan o Tingkatkan masukan  Meningkatkan
kriteria: gizi cukup kekebalan tubuh
o Tanda vital stabil o Anjurkan istirahat  Menjaga kebugaran
o Pasien tidak cukup tubuh
mendapatkan infeksi o Pastikan penanganan  Daerah ini merupakan
tambahan aseptik daerah double port de entry kuman
lumen
o Berikan pendidikan  Meningkatkan
kesehatan tentang pengetahuan pasien dan
resiko infeksi keluarga tentang resiko
infeksi

2. Proteksi infeksi:
o Pantau tanda dan  Memantau terjadinya
gejala infeksi infeksi dan
penanganannya
o Kaji tanda vital  Indikator perubahan
pada kondisi tubuh
o Gunakan sabun  Untuk mencegah
antimikroba yang transmisi penyakit
sesuai untuk cuci
tangan
o Gunakan sarung  Sebagai alat pelindung
tangan diri dan mengurangi
infeksi nosokomial

e. Implementasi Keperawatan
No. Jam Implementasi Jam Evaluasi Paraf
Dx
1. 10.3  Mengkaji respirasi dan 14.30 S: Pasien mengatakan sesak
0 nadi berkurang, badan mulai
10.4  Mempertahankan posisi terasa lebih enakan.
5 semifowler O: RR: 17 x/menit, pasien
 Menganjurkan cara nafas dapat bernafas spontan,
10.5 yang efektif pasien dapat melakukan
0  Mempertahankan oksigen cara bernafas yang efektif,
 Melakukan evaluasi p[asien tampak mulai rileks.
11.0 kondisi pasien post HD A: Masalah teratasi
0 P: Anjurkan pasien melakukan
14.3 cara bernafas yang efektif
0 bila terjadi sesak.
2. 10.3  Melakukan HD dengan 14.30 S: Pasien mengatakan kaki
0 UF 3000 CC tidak bengkak lagi, sesak
 Mengkaji turgor kulit dan berkurang.
10.3 edema O: Selama HD berlangsung
0  Memonitor vital sign pasien minum ± 200 CC,
 Menganjurkan Edema pada tungkai kaki
11.3 pembatasan cairan dari tidak ada, TD : 140/100
0 sumber makan dan minum mmHg, N: 82 x/menit, RR:
11.3  Menjelaskan pada 17x/menit, pasien tampak
5 keluarga dan pasien mengerti saat diberi
rasional pembatasan penjelasan tentang
cairan pembatasan cairan
11.4 A : masalah teratasi
0 P : Ingatkan pasien membatasi
masukan cairan dan sering
meningkatkan kebersihan
mulut.
Timbang BB post HD
3. 11.0  Mengkaji faktor yang 14.30 S: Pasien mengatakan tidak
0 menimbulkan keletihan: sesak lagi
o Anemia O: Pasien tampak mulai rileks,
o Ketidakseimbangan RR : 17 x/menit, pasien bisa
cairan dan elektrolit berjalan perlahan menuju
 Meningkatkan tempat timbangan.
13.3 kemandirian dalam A : Masalah teratasi sebagian
0 aktivitas perawatan diri P : Anjurkan pasien beristirhat
yang dapat ditoleransi, setelah dialisis
bantu jika keletihan terjadi
13.4  Menganjurkan aktivitas
0 alternatif sambil istirahat
 Menganjurkan untuk
14.3 beristirahat setelah dialisis
0
4. 10.2  Mengkaji tanda vital 14.30 S: -
5  Mencuci tangan sebelum O: Pada daerah pemasangan
10.2 dan sesudah merawat double lumen tidak tampak
8 pasien ada gejala infeksi, jahitan
 Menggunakan sabun double lumen masih baik,
antimikroba yang sesuai tampak bersih pada daerah
10.2 untuk cuci tangan luka daerah double lumen.
8  Menggunakan sarung Luka double lumen tertutup
tangan kasa steril dan difiksasi.
 Memantau tanda dan Pasien tampak mengerti
10.2 gejala infeksi saat diberikan pendidikan
9  Memastikan penanganan kesehatan tentang istirahat
aseptik daerah double yang cukup, gizi yang
10.3 lumen cukup dan resiko infeksi
0  Menganjurkan akses double lumen.
meningkatkan masukan A: Masalah teratasi
10.3
gizi cukup P: Pertahankan teknik aseptik
0
 Menganjurkan istirahat pada saat melakukan
cukup tindakan HD
12.3  Memberikan pendidikan
0 kesehatan tentang resiko
infeksi

12.4
0

13.3
0

Post Hemodialisa
a. Pengkajian
Jam 14.30 hemodialisis berakhir, pasien dalam keadaan CM dan mengatakan badan terasa sudah
enakan, sesak berkurang, BB : 61 kg.
Tanda vital : TD : 140/100 mmHg, N: 82 x/menit, RR: 17x/menit, pasien tampak mulai rileks
b. Analisis Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
.
1. DS: - Prosedur invasif Resiko infeksi
DO: pasien terpasang double lumen
pada daerah subclavia dextra
c. Diagnosa Keperawatan/Kolaborasi
Dari analisis data di atas, diagnosa keperawatan yang muncul pada saat pre HD adalah sebagai
berikut:
1) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Rencana Keperawatan
No. NOC NIC Rasional
Dx
1. Pasien dan keluarga dapat 1. Kontrol infeksi:
meminimalkan komplikasi o Cuci tangan sebelum dan • Menurunkan transmisi
infeksi setelah dilakukan sesudah merawat pasien penularan kuman
tindakan keperawatan o Tingkatkan masukan gizi • Meningkatkan
selama 4-5 jam dengan cukup kekebalan tubuh
kriteria: o Anjurkan istirahat cukup • Menjaga kebugaran
o Tanda vital stabil o Pastikan penanganan tubuh
o Pasien tidak aseptik daerah double • Daerah ini merupakan
mendapatkan infeksi lumen port de entry kuman
tambahan
o Berikan pendidikan
kesehatan tentang resiko • Meningkatkan
infeksi pengetahuan pasien dan
keluarga tentang resiko
infeksi
2. Proteksi infeksi:
o Pantau tanda dan gejala
infeksi • Memantau terjadinya
infeksi dan
o Kaji tanda vital penanganannya
• Indikator perubahan
o Gunakan sabun pada kondisi tubuh
antimikroba yang sesuai • Untuk mencegah
untuk cuci tangan transmisi penyakit
o Gunakan sarung tangan
• Sebagai alat pelindung
diri dan mengurangi
infeksi nosokomial

d. Implementasi Keperawatan
No. Jam Implementasi Jam Evaluasi Paraf
Dx
1. 14.30  Mencuci tangan sebelum 14.40 S: -
dan sesudah merawat O: Verban penutup double
pasien lumen tampak bersih,
 Menggunakan sabun terfiksasi dengan baik
antimikroba yang sesuai A: Masalah teratasi
untuk cuci tangan P: Pertahankan kondisi ini
 Menggunakan sarung saat HD
tangan
 Memastikan penanganan
aseptik daerah double
lumen
Berikut cara menghitung dengan cepat serta mudah yang dirumuskan oleh Kockcroft-Gault, yaitu :
1. Pria.

LFG (ml/mnt/1,73m2 (140 - umur) × berat badan


72 × kreatinin plasma (mg/dl)

2. Wanita.
pada wanita sedikit berbeda,

LFG (ml/mnt/1,73m2 (140 - umur) x berat badan x 0,85


72 × kreatinin plasma (mg/dl)

Anda mungkin juga menyukai