DISMENORE
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Dysminorrhea kondisi medis yang terjadi sewaktu haid atau menstruasi yang
dapat mengganggu aktifitas dan memerlukan pengobatan yang ditandai dengan
nyeri atau rasa sakit di daerah perut atau panggul (Judha, 2012 dalam Kiki
(2022)).
Dismenore berat adalah nyeri haid yang disertai mual, muntah, diare, pusing,
nyeri kepala dan kadang-kadang pinsan. Jika demikian penderita tidak boleh
menganggap remeh dan harus memeriksakan diri ke dokter. Penanganan pun
harus dilakukan secera menyeluruh dengan kondisi kesehatan dan latar belakang
serta riwayat penyakit dalam keluarga. Bisa jadi kondisi nyeri tersebut dipicu
oleh penyakit lain (Dito (2011) dalam Kiki (2022))
Dismenorea berasal dari bahasa Yunani yaitu “dys” yang berarti sulit atau
menyakitkan atau tidak normal. “Meno” berarti bulan dan “rrhea” yang berarti
aliran. Dismenorea adalah rasa sakit atau nyeri pada bagian bawah perut yang
terjadi saat wanita mengalami siklus menstruasi (Ratnawati, 2017). Biasanya
nyeri yang dirasakan mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari
akan menghilang. Dismenorea juga sering disertai dengan pegal-pegal, lemas,
mual, diare dan kadang sampai muntah (Nugroho dan Indra, 2014).
Dismenore merupakan nyeri sebelum atau selama menstruasi, ini
merupakan salah satu masalah ginekologik yang paling umum terjadi pada
remaja putri (Lowdermilk, Perry, & Cashion,2010). Dismenorea disebabkan oleh
hormon prostaglandin yang meningkat, peningkatan hormon prostaglandin
disebabkan oleh menurunnya hormon-hormon estrogen dan progesteron
menyebabkan endometrium yang membengkak dan mati karena tidak dibuahi.
Peningkatan hormon prostaglandin menyebabkan otot-otot kandungan
berkontraksi dan menghasilkan rasa nyeri (Sukarni dan Wahyu, 2013).
Dismenore adalah rasa nyeri yang tejadi selama masa menstruasi, ditandai
dengan nyeri kram perut bawah. Dismenore umumnya terjadi pada usia 15-25
tahun (Simanjutak, (2009) dalam Kiki (2022)).
Klasifikasi Dismenore :
Menurut Anwar (2011) dalam Kiki (2022) Dismenorea dapat dibagi menjadi dua
yaitu :
1. Dismenorea primer
Adalah nyeri menstruasi yang terjadi tanpa kelainan anatomis alat
kelamin.Terjadi pada usia remaja, dan dalam 2-5 tahun setelah pertama kali
menstruasi (menarche) nyeri sering timbul segera setelah mulai menstruasi
teratur. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus, spastik, dan sering disertai
mual, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala (Manuaba, 2011).
2. Dismenore Sekunder
Dismenorea sekunder adalah nyeri menstruasi yang berhubungan dengan
kalainan anatomis ini kemungkinan adalah menstruasi disertai infeksi,
endometriosis, kloaka uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakaian IUD
atau AKDR. Nyeri menstruasi sekunder biasanya baru muncul kemudian, jika
ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista/polip,
tumor disekitar kandungan kelainan kedudukan rahim yang dapat
mengganggu organ dan jaringan disekitarnya (Wijayanti, 2011).
Dismenorea sekunder lebih sering ditemukan pada usia tua, dan setelah 2
tahun mengalami siklus menstruasiteratur. Nyeri dimulai saat menstruasi dan
meningkat bersamaan dengan keluarnya darah menstruasi.Sering
diketemukan kelainan ginekologik atau organik seperti endometriosis dan
adenomiosis, uterus miomatosus, penyakit radang panggul dan polip
endometrium.
B. Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Wanita
1. Anatomi Reproduksi Wanita
Sistem reproduksi wanita terdiri dari genitalia eksternal dan genitalia
internal. Genitalia eksternal terdiri dari mons pubis,labia mayora, labia
minora, klitoris, glandula vestibularis mayor, glandula vestibularis minor.
Sedangkan genitalia internal terdiri dari vagian hymen, tuba uterina, uterus,
ovarium.
a. Genitalia Eksternal
1) Mons pubis
Mons pubis adalah penonjolan berlemak di sebelah ventral
simfisisdan daerah supra pubis. Sebagian besar mons pubis terisi oleh
lemak,jumlah jaringan lemak bertambah pada pubertas dan berkurang
setelahmenopause. Setelah dewasa, mons pubis tertutup oleh
rambutkemaluan yang kasar.
2) Labia mayora
Labia mayora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan yang
memanjang berjalan ke kaudal dan dorsal dari mons pubis
dankeduanya menutup rima pudendi (pudendal cleft). Permukaan
dalamnya licin dan tidak mengandung rambut. Kedua labia mayora
dibagian ventral menyatu dan terbentuk komisura anterior. Jika
dilihatdari luar, labia mayora dilapisi oleh kulit yang mengandung
banyak kelenjar lemak dan tertutup oleh rambut setelah pubertas.
3) Labia minora
Labia minora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan kulit
kecil terletak di antara kedua labia mayora pada kedua sisi introitus
vagina. Kedua labium minus membatasi suatu celah yang disebut
sebagai vestibulum vaginae. Labia minora ke arah dorsal berakhir
dengan bergabung pada aspectus medialis labia mayora dan di sini
pada garis mereka berhubungan satu sama lain berupa lipatan
transversal yang disebut frenulum labii. Sementara itu, ke depan
masing-masing minus terbagi menjadi bagian lateral dan medial.
Parslateralis kiri dan kanan bertemu membentuk sebuah lipatan di
atas(menutup) glans klitoris disebut preputium klitoridis. Kedua
parsmedialis kiri dan kanan bergabung di bagian kaudal klitoris
membentuk frenulum klitoris. Labia minora tidak mengandung
lemakdan kulit yang menutupnya berciri halus, basah dan agak
kemerahan.
4) Klitoris
Terletak dorsal dari komisura anterior labia mayora dan hampir
keseluruhannya tertutup oleh labia minora. Klitoris mempunyai tiga
bagian yaitu krura klitoris, korpus klitoris dan glans klitoris.
5) Glandula vestibularis mayor
Sering disebut juga kelenjar Bartholini, merupakan kelenjar yang
bentuknya bulat/ovoid yang ada sepanjang dan terletak dorsal
daribulbus vestibule atau tertutup oleh bagian posterior bulbus
vestibuli.
6) Glandula vestibularis minor
Glandula vestibularis minor mengeluarkan lendir ke dalam
vestibulum vagina untuk melembapkan labia minora dan mayora
serta vestibulum vagina. Organ ini adalah daerah dengan peninggian
didaerah dengan peninggian di daerah median membulat terletak
ventraldari simfisis pubis. Sebagian besar terisi oleh lemak. Setelah
pubertas,kulit diatas
tertutup rambut kasar.
b. Genitalia Internal
1) Vagina
Secara anatomi, vagina merupakan organ yang berbentuk tabung dan
membentuk sudut kurang lebih 60 derajat dengan bidang horizontal.
Namun, posisi ini berubah sesuai dengan isi vesika urinaria.Dinding
ventral vagina yang ditembus serviks panjangnya7,5 cm,sedangkan
panjang dinding posterior kurang lebih 9 cm. Dinding anterior dan
posterior ini tebal dan dapat diregang. Dinding lateralnyadi bagian
cranial melekat pada ligament Cardinale, dan di bagian kaudal
melekat pada diafragma pelvis sehingga lebih rigid danterfiksasi.
Vagina ke bagian atas berhubungan dengan uterus,sedangkan bagian
kaudal membuka pada vestibulum vagina pada lubang yang disebut
introitus vagina.
2) Himen
Adalah lipatan mukosa yang menutupi sebagian dari introitus vagina.
Himen tidak dapat robek disebut hymen imperforatus. Terdapat
beberapa bentuk himen diantaranya : himen anular, himenseptal,
himen kribiformis, himen parous.
3) Tuba uterine
Tuba uterina atau tuba fallopi memiliki panjang masing-masing tuba
kurang lebih 10 cm. Dibagi atas 4 bagian (dari uterus kea rahovarium)
yaitu pars uterine tubae (pars intramuralis), isthmus tubae,ampulla
tubae, dan infundibulum tubae.
4) Uterus
Uterus merupakan organ berongga dengan dinding muscular
tebal,terletak di dalam kavum pelvis minor (true pelvis) antara vesika
urinaria dan rectum. Ke arah kaudal, kavum uteri berhubungan
dengan vagina. Uterus berbentuk seperti buah pir (pyriformis) terbalik
dengan
apeks mengarah ke kauda dorsal, yang membentuk sudut dengan
vagina sedikit lebih 90 derajat uterus seluruhnya terletak di dalam
pelvis sehingga basisnya terletak kaudal dari aperture pelvis
kranialis.Organ ini tidak selalu terletak tepat di garis median, sering
terletak lebih kanan. Posisi yang tidak tepat (fixed) bisa berubah
tergantung pada isi vesika urinaria yang terletak ventro kaudal dan isi
rectum yangterletak dorso cranial. Panjand uterus kurang kebih 7,5
cm, lebarnya kurang lebih 5 cm, tebalnya kurang lebih 2,5 cm,
beratnya 30- 40 gram.Uterus dibagi menjadi tiga bagian yaitu fundus
uteri, korpus uteri danserviks uteri.
5) Ovarium
Ukuran dan bentuk ovarium tergantung umur dan stadium siklus
menstruasi. Bentuk ovarium sebelum ovulasi adlah ovoid dengan
permukaan licin dan berwarna merah muda keabu-abuan. Setelah
berkali-kali mengalami ovulasi, maka permukaan ovarium
tidakrata/licin karena banyaknya jaringan parut (cicatrix) dan
warnanya berubah menjadi abu-abu. Pada dewasa muda ovarium
berbentu kovoid pipih dengan panjang kurang lebih 4 cm, lebar
kurang lebih 2cm, tebal kurang lebih 1 cm dan beratnya kurang lebih
7 gram. Posisi ovarium tergantung pada posisi uterus karena keduanya
dihubungkan oleh ligamen-ligamen.
2. Fisiologi Reproduksi Wanita
a. Genitalia eksternal
1) Glandula vestibularis mayor
Berfungsi melubrikasi bagian distal vagina.
2) Gandula vestibularis minor
Berfungsi mengeluarkan lendir untuk melembabkan estibulum
vagina dan labium pudendi.
b. Genitalia internal
1) Vagina
Sebagai organ kopulasi, jalan lahir dan menjadi duktus ekskretorius
darah menstruasi.
2) Tuba uterine
Berfungsi membawa ovum dari ovarium ke kavum uteri dan
mengalirkan spermatozoa dalam arah berlawanan dan tempat
terjadinya fertilisasi.
3) Uterus
Sebagai tempat ovum yang telah dibuahi secara normal tertanam
dan tempat normal dimana organ selanjutnya tumbuh dan mendapat
makanan sampai bayi lahir.
4) Ovarium
Sebagai organ eksokrin (sitogenik) dan endokrin.Disebut sebagai
organ eksokrin karena mampu menghasilkan ovum saat pubertas,
sedangkan disebut sebagai organ kelenjar endokrin karena
menghasilkan hormone estrogen dan progesteron.
C. Etiologi
Menurut Wiknjosastro (2005) dalam Dianika (2011) etiologi :
1. Dismenore Primer
a. Faktor kejiwaan dan psikis
Remaja atau ibu-ibu yang memiliki emosi tidak stabil akan lebuh mudah
mengalami nyeri menstruasi.
b. Faktor Endokrin
Timbulnya nyeri menstruasi diduga karena kontraksi rahim (uterus) yang
berlebihan. Hormone esterogen merangsang kontraktilitas uterus,
sedangkan hormone progesterone menghambat atau mencegahnya.
c. Faktor Prostaglandin
Teori ini menyatakan bahwa nyeri menstruasi timbul karena peningkatan
produksi prostaglandin (oleh dinding rahim) pada saat menstruasi, Hal ini
sebagai anggapan mendasar pengobatan dengan anti prostaglandin untuk
meredakan nyeri menstruasi.
d. Faktor Konstitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan atau psikis yang
dapat menurunkan nyeri. Faktor-faktor ini adalah anemia, penyakit
menahun dan sebagainya dapat menimbulkan dismenore.
e. Faktor alergi
Faktor alergi ditemukan setelah memperhatikannya adanya hubungan
antara dismenore dengan urtikaria, migrain atau asma bronchial dan
penyebab alergi adalah toksin haid.
f. Status Gizi
Kurangnya vitamin B (terutama B6), vitamin C, vitamin E, magnesium,
zat besi, mangan dan asam lemak linoleat menyebabkan makin beratnya
gejala sindromepremenstruasi.
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada
sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang panggul endometriosis
atau kehamilan ektopik. Dismenore sekunder dapat diatasi hanya dengan
mengobati atau menangani penyakit atau kelainan yang menyebabkannya.
a. Endometriosis
b. Polip atau fibroid uterus
c. Penyakit radang panggul
d. Prolaps uterus
e. Maladaptasi pemakain AKDR
f. Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abortus spontan, abortus
teraupetik, atau melahirkan.
D. Patofisilogi
1. Dismenore Primer
Mekanisme terjadinya nyeri pada dismenore primer diterangkan sebagai
berikut. Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami
regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron.
Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga
mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Enzim ini akan
menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium;
menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan
kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan
menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan
dismenore primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di
dalam darahnya, yang akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya
peningkatan kontraksi dan disritmi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan
aliran darah ke uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin
sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya
menurunkan ambang rasa sakit pada ujung – ujung saraf aferen nervus pelvicus
terhadap rangsang fisik dan kimia (Aspiani, 2017).
2. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama,
tetapi yang paling sering mucul di usia 20 – 30 tahunan, setelah tahun – tahun
normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat berperan
pada dismenore sekunder. Namun, penyakit pelvis yang menyertai haruslah
ada. 14 Penyebab yang umum, di antaranya termasuk endometriosis (kejadian
di mana jaringan endometrium berada di luar rahim, dapat ditandai dengan
nyeri haid), adenomyosis (bentuk endometriosis yang invasive), polip
endometrium (tumor jinak di endometrium), chronic pelvic inflammatory
disease (penyakit radang panggul menahun), dan penggunaan peralatan
kontrasepsi atau IU(C)D [intrauterine (contraceptive) device]. Hampir semua
proses apapun yang memengaruhi pelvic viscera (bagian organ panggul yang
lunak) dapat mengakibatkan nyeri pelvis siklik (Anurogo & Wulandari, 2011).
E. Tanda Dan Gejala
1. Dismenore primer
Dismenore primer hampir selalu terjadi saat siklus ovulasi (ovulatory
cycles) dan biasanya muncul dalam setahun setelah haid pertama. Pada
dismenore primer klasik, nyeri dimulai bersamaan dengan onset haid atau
hanya sesaat sebelum haid dan bertahan atau menetap selama 1 – 2 hari.
Nyeri dideskripsikan sebagai spasmodik dan menyebar ke bagian belakang
(punggung) atau paha atas atau tengah. Berhubungan dengan gejala – gejala
umumnya yaitu seperti berikut :
1) Malaise (rasa tidak enak badan)
2) Fatigue (lelah)
3) Nausea (mual) dan vomiting (muntah)
4) Diare
5) Nyeri punggung bawah
6) Sakit kepala
7) Terkadang dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas,
gelisah, hingga jatuh pingsan.
8) Gejala klinis dismenore primer termasuk onset segera setelah haid
pertama dan biasanya berlangsung sekitar 48 – 72 jam, sering mulai
beberapa jam sebelum atau sesaat setelah haid. Selain itu juga terjadi
nyeri perut atau nyeri seperti saat melahirkan dan hal ini sering
ditemukan pada pemeriksaan pelvis yang biasa atau pada rektum
(Anurogo & Wulandari, 2011).
2. Dismenore sekunder
Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore
sekunder yang terbatas pada onset haid. Ini biasanya berhubungan dengan
perut besar atau kembung, pelvis terasa berat, dan nyeri punggung. Secara
klinis, nyeri meningkat secara progresif selama fase luteal dan akan
memuncak sekitar onset haid. Berikut adalah gejala klinis dismenore secara
umum :
1) Dismenore terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah haid pertama
2) Dismenore dimulai setelah usia 25 tahun
3) Terdapat ketidaknormalan pelvis dengan pemeriksaan fisik,
pertimbangkan kemudian endometriosis, pelvic inflammatory disease
(penyakit radang panggul), dan pelvic adhesion (perlengketan pelvis).
4) Sedikit atau tidak ada respons terhadap obat golongan NSAID
(nonsteroidal anti-inflammatory drug) atau obat anti – inflamasi non –
steroid, kontrasepsi oral, atau keduanya.
F. Penatalaksanaan
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid
(misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). obat ini akan sangat efektif
jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2
menstruasi (Nugroho, 2014).
Menurut Nugroho (2014) selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa
dikurangi dengan:
a. Istirahat yang cukup.
b. Olah raga yang teratur (terutama berjalan).
c. Pemijatan.
d. Yoga atau senam
e. Orgasme pada aktivitas seksual.
f. Kompres hangat di daerah perut.
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi mual dan
muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi. Gejala juga bisa
dikurangi dengan istirahat yang cukup serta olah raga secara teratur (Nugroho,
2014). Apabila nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka
diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau
diberikan medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan
untuk mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan
prostaglandin, yang selanjutnya akan mengurangi beratnya dismenore. Jika obat
ini juga tidak efektif, maka dilakukan pemeriksaan tambahan (misalnya
laparoskopi). Jika dismenore sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium,
yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat
pemanas. Pengobatan untuk dismenore sekunder tergantung kepada penyebabnya
(Nugroho, 2014).
G. Data Fokus
1. Wawancara
a. Pengkajian
Biodata pasien : Nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, status
perkawinan, pendidikan, alamat.
b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri haid disertai dengan pusing, mual, dan lemah
2) Riwayat haid
Pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus
haid.
3) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita dimasa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalani, dimana mendapat pertolongan, apakah
penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-
ulang.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang
pasien alami.
c. Pola Kebutuhan Dasar
1) Pola persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus dismenore akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan
atau kurangnya informasi/pengetahuan mengenai dismenore.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada umumnya pasien dengan dismenore mengalami penurunan
nafsu makan, frekuensi minum pasien juga menurun
3) Pola Eliminasi
Untuk kasus ini tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walau
pun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau
feses pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi urin
dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua
pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
4) Pola Istirahat dan Tidur
Pasien dengan dismenore mengalami nyeri pada daerah perut
sehingga pola tidur pasien menjadi terganggu, apakah mudah
terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada
perineum).
5) Pola Aktivitas
Kemampuan mobilisasi pasien dibatasi, karena pasien dengan
dismenore dianjurkan untuk istirahat.
6) Pola Hubungan dan Peran
Pasien tidak akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat karena pasien tidak harus rawat inap.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pada kasus dismenore akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan
atau kurangnya informasi/pengetahuan mengenai dismenore.
8) Pola Sensori dan Kognitif
Pada pasien dismenore daya rabanya tidak terjadi gangguan,
sedangkan pada indera yang lain tidak muncul gangguan. Namun
timbul rasa nyeri pada perut bagian bawah.
9) Pola Reproduksi Seksual
Pada pasien dismenore timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,
yaitu mengetahui adanya kelainan pada sistem reproduksiny.
10) Pola Reproduksi
Kebiasaan penggunan pembalut sangat mempengaruhi terjadinya
gangguan mentruasi.
11) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk pasien dismenore tidak dapat melaksanakan kebutuhan
beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini
bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak pasien.
a. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
1) Keadaan Umum : Kesadaran, tanda-tanda vital, TB, BB
2) Pemeriksaan Fisik (Head to toe) :
a) Kepala : Untuk mengetahui warna dan kebersihan kepala
b) Wajah : Untuk mengetahui adanya pembengkakan pada wajah
c) Mata : untuk melihat sklera dan kongjungtiva
d) Hidung : untuk mengetahui adanya pengeluaran secret dan kelainan
di hidung
e) Mulut : untuk mengetahui gigi,gusi, dan bibir dalam keadaan normal
f) Leher : untuk mengetahui adanya pembengkakan kelenjar tiroid,
limfe dan vena jugularis
g) Abdomen: untuk mengetahui pembesaran andomen, bekas luka.
h) Genetalia : untuk mengetahui adanya varices, tanda-tanda infeksi dan
pengeluaran pada vagina.
i) Ekstermitas : untuk mengetahui reflek patella dan adanya varices.
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium dapat dilakukan untuk menunjang penegakkan
diagnosa bagi penderita dismenore.
H. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
1 Ds : Pasien mengatakan Prostagladin Nyeri Akut
nyeri saat haid
P : Nyeri Perut Miometrium
Q : nyeri seperti tertusuk- terangsang
tusuk
R: Sakit pada daerah perut Kontraksi Uterus
bagian bawah
S : 5 ( Skala nyeri sedang) Dismenore
T : Sakit muncul kadang-
kadang ± 10-15 menit. Nyeri akut
DO :
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak gelisah
2 DS : Prostagladin Intoleransi
- Pasien mengatakan Aktivitas
mudah Lelah saat Kontraksi Uterus
beraktivitas
- Paien mengatakan Dismenore
hanya terbaring
lemah Kelemahan
DO:
- Pasien tampak lemah Intoleransi
- Pasien terlihat Aktivitas
terbaring lemah
3 DS : Dismenorea Ansietas
- Klien mengatakan
khawatir terhadap Kurang
keadaan yang di Pengetahuan
alami
DO : Ansietas
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
J. INTERVENSI KEPERAWATAN