RENDI FORTUNA
100906104
ABSTRAK
ABSTRACT
This research aims to find out what the comparison of the principle of shura
with democratic principles. Since a long time about the relationship between
Islam and democracy be an interesting issue to be studied by several political
thinkers. Appeared some opinions on this matter, whether Islam incompatible
with democracy or even contradictory? The presumption that the Islamic system
of government interacts with the democratic system arises because the Islamic
government there is the concept of shura is considered resemble with the concept
of democracy.
Shura, or deliberation, in particular between the leader and the people is one
of the basic principles of political Islam other than the five principles, namely the
principle of fairness, the principle of freedom, the principle of equality and the
principle of accountability. Where deliberation is also used in a democracy
because in a democracy, leaders can not decide on a decision unilaterally and
must involve the people because in a democracy, people have the ultimate power.
With the result that, in this case I want to know how the similarities and
differences between the political shura in Islam with democracy in western
politics in terms of the principles.
The research used data collection techniques of research library. Data
collection with library research conducted by collecting as much information as
possible as many to the concept of shura and the concept of democracy as well as
Halaman Persetujuan
Menyetujui:
Ketua Departemen Ilmu Politik,
Dosen Pembimbing,
Mengetahui:
Dekan FISIP USU,
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan yang
maha esa, karena atas berkah dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi
Antara Syura dan Demokrasi” ini. Dimana penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat perampungan final studi untuk
Tulisan ini saya sadari sangat jauh dari sempurna. Tanpa bantuan dari
banyak pihak tentunya akan menyita lebih banyak tenaga, waktu, biaya dan akan
sulit terselesaikan. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan banyak terimakasih
kepada para pihak yang telah membantu untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
dalam kehidupan saya yang sekaligus sebagai inspirasi dalam kehidupan saya
yaitu kedua orang tua saya, Ibu Masnun Harahap dan Bapak Zulkarnaen serta
kepada kedua Kakak saya, Evi Nora dan Angri Mutia atas segala doa, motivasi
dan dukungan selama ini kepada saya untuk menyelesaikan studi saya dengan
sebaik-baiknya.
Terima kasih kepada Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si, selaku Ketua Departemen
Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
Bapak Indra Fauzan S.HI., M.Soc.Sc., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
masukan yang sangat berarti kepada saya untuk penyelesaian skripsi ini. Seluruh
Bapak/Ibu Dosen Pengajar Departemen Ilmu Politik yang telah memberikan ilmu
Ilmu Politik. Juga kepada Staff Administrasi Departemen Ilmu Politik yaitu Kak
Danyl Simbolon, terimakasih atas perkawanan kita dan cerita-cerita lucu kita
setiap harinya, sukses untuk kita semua. Juga kepada senior-senior Ilmu Politik
atas waktu diskusinya dan segala masukannya. Juga terkhusus kepada Sarah
Sausan selaku teman, sahabat dan adik. Terimakasih atas semua motivasi,
masukan, hiburan, bantuan, dan waktunya untuk selalu menemani saya dalam
penyelesaian skripsi ini. Juga semua yang telah membantu yang tidak dapat
kebaikan semua mendapatkan balasan kebaikan pula dari Tuhan Yang Maha Esa.
penulisan skripsi ini terdapat terdapat kesalahan kata atau perbuatan yang
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
10
DEMOKRASI
BAB IV PENUTUP
11
baik dari segi prinsip maupun praktik. Dari segi prinsip, meskipun rata-rata umat
Islam menerima demokrasi, ada segelintir dari mereka yang bergelut dengan
dilema apakah demokrasi cocok atau sejalan dengan Islam. Diantaranya terdapat
beberapa kalangan yang menolak demokrasi karena dianggap asing dengan Islam.
Demokrasi, menurutnya, tidak ada hubungan dengan Allah, tidak ada hubungan
dengan iman, akidah, dan agama. 1 Terdapat juga pendapat yang menolak negara
dalam bukunya Islam dan Tata Negara yang menyatakan bahwa warisan sistem
politik Islam didasarkan pada pengalaman kekhalifahan dengan tidak ada standar
yang baku. Sejak masa Nabi, al-Khulafa‘ al-Rasyidun sampai Turki Usmani,
1
Adnan ‘Ali Ridha Al-Annahwy, 1990, Syura Bukan Demokrasi, Kuala Lumpur: Polygraphic Press Sdn,
Bhd, hal. 30.
12
politik Islam tersebut dalam kondisi sekarang ini, khususnya untuk konteks
menuntut demokratisasi dalam berbagai bidang, termasuk politik, oleh karena itu
warisan Islam tentang politik tersebut. Karena bisa dipastikan, penerapan tentang
warisan sistem politik Islam tidak akan visible untuk diberlakukan di era sekarang
ini. 2 Sehingga, tidak ada suatu keharusan memperjuangkan Islam sebagai dasar
Negara untuk dilakukan oleh orang Islam yang terjun ke dunia politik. 3
Sebagian lagi berpendapat bahwa demokrasi itu sesuai dengan Islam, seperti
yang diungkapkan oleh Fazlur Rahman bahwa negara dalam Islam adalah
demokrasi ini sesuai dengan Islam, realistis, dan akan menyenangkan masyarakat
jika diterapkan. 4
mendeklarasikan Allah SWT sebagai tujuan akhir hidup manusia. Itulah salah satu
alasan mengapa Islam tidak ingin tujuan mutlaknya diganti dengan tujuan yang
2
Munawir Sjadzali, 1990, Islam dan Tata Negara, Jakarta: Universitas Indonesia, hal. 188.
3
Ibid., hal.235.
4
M. Hasbi Ammirudin, 2000, Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman,Yogyakarta: UII Press, Hal.
153.
13
Konsep yang dibangun oleh Islam, dimana oleh beberapa kalangan sering
kesepakatan dalam memecahkan sebuah persoalan. Dalam bahasa Arab kata syura
berasal dari kata kerja syawara yang berarti menjelaskan, menyatakan atau
mengajukan dan mengambil sesuatu. Bentuk- bentuk lain yang berasal dari kata
yang artinya meminta pendapat atau musyawarah. 6 Jadi, syura atau musyawarah
adalah saling menjelaskan dan merundingkan atau saling meminta dan menukar
Dalam al-Qur’an, ada dua ayat yang menyebutkan secara jelas mengenai
musyawarah, dan setiap satu dari dua ayat tersebut mempunyai petunjuk masing-
masing. Dua ayat yang menerangkan tentang musyawarah tersebut antara lain:
5
Dr. M. Dhiauddin Rais, 2001, Teori Politik Islam, Jakarta: Gema Insani Press, hal. 5.
6
M. Hasbi Amiruddin. 2000. Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman. Yogyakarta: UII Press.hal. 18.
14
7
Surah Ali Imran, Ayat 159. http://quran.com/3. diakses pada tanggal 28 Februari 2015, pukul 17.02 WIB.
8
Surah Asy-Syura, Ayat 38. Ibid.
15
landasan bagi Syura sebagai suatu prinsip hukum umum, meskipun rincian teknis
pendapat bahwa syura berlaku baik pada masalah agama maupun kenegaraan jika
masalah tersebut tidak ditemukan perintah yang jelas dalam Al-Quran dan As-
Sunnah. 9 Berbagai masalah yang dibahas para ulama mengenai syura mencakup
tiga hal, yaitu: Pertama, berkenaan dengan orang yang dikenai syura. Kedua,
dalam hal apa saja syura dilaksanakan. Ketiga, dengan siapa sebaiknya syura di
lakukan. 10
berkeadilan dengan tujuan bersama. Dengan musyawarah, setiap orang yang ikut
cerminan dari sistem demokrasi dimana sistem ini memiliki prinsip bahwa rakyat
9
Muhammad Hasyim Kamali (Terj. Eva Y Nukman dan Fathiyah Basri), 1996, Kebebasan Berpendapat
Dalam Islam. Bandung: Mizan, Hal. 64.
10
M. Quraish Shihab, 1996, Wawasan Alquran: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung:
Mizan, Hal. 173.
11
Ibid.
16
atau jika ditinjau dari sudut organisasi, ia berarti suatu pengorganisasian negara
yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan
syura dan demokrasi. Pertama, menyatakan bahwa syura dan demokrasi adalah
sewajib syura. Kedua, beranggapan bahwa syura dan demokrasi tidaklah sama
penulis cukup menarik untuk diteliti agar dapat mengetahui apa saja
12
Moh. Mahfud MD, 2000, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia: Studi tentang Interaksi Politik dan
Kehidupan Ketatanegaraan, Universitas Michigan: Rineka Cipta, hal. 1-2.
13
Eggi Sudjana. 1998. “Ham, Demokrasi dan Lingkungan Hidup”. Bogor: Yayasan Asy-Syahidiyah. hal. 61.
17
demokrasi.
B. Perumusan Masalah
masalah yang akan menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah
C. Batasan Masalah
penelitian yang akan diteliti. Hal ini berguna untuk mengidentifikasikan faktor
mana saja yang termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian, dan faktor
mana saja yang tidak termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian. 14 Maka
batasan masalah pada penelitian ini yaitu hanya membahas prinsip syura dalam
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah pernyataan mengenai apa yang hendak kita
14
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2009, Metodologi Penelitian Sosial Jakarta: PT. Bumi
Aksara, hal. 24.
15
Suharsimi Arikunto, 1993, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, hal. 29.
18
demokrasi.
E. Manfaat Penelitian
Indonesia.
F. Kerangka Teori
19
Ibnu Agil, bahwa politik adalah hal-hal praktis yang lebih mendekati
kemaslahatan bagi manusia dan lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak
digariskan oleh Rasulullah SAW atau dibawa oleh wahyu Allah SWT.17
16
Ruslan Utsman Abdul Mu’iz, 2000, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif
terhadap Proses Pendidikan Politik (Ikhwan) untuk Para Anggota Khususnya dan Seluruh Masyarakat Mesir
Umumnya dari Tahun 1982 hingga 1954, Solo: Era Intermedia, hal. 71.
17
Salim Ali Al-Bahnasawi, 1996, Wawasan Sistem Politik Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, hal. 24.
18
“Al-Quran”, Surah Al-hadid, ayat 25.
20
diperintahkan dan dilarang Nabi SAW, dan apa yang dianjurkannya baik
aspek kehidupan. 19
19
Salim Ali Al-Bahnasawi, Op.Cit.,hal. 24.
21
Dalam fikih siyasah disebutkan bahwa garis besar fikih siyasah meliputi :
negara islam dengan negara islam lain atau dengan negara sekuler
lainya).
20
Politik Islam, http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_Islam. Diakses pada tanggal 07 Maret 2015, pukul 20.31
WIB.
21
Yusuf Al-Qardhawy, 1999, Pedoman Bernegara Dalam Perspektif Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, hal.
35.
22
Muhammad S. El. Wa, Sistem Politik dalam Pemerintahan Islam, terj. Anshori Thayib, PT. Surabaya :
Bina Ilmu, 1983, hlm. 114
22
Dalam hal ini musyawarah merupakan prinsip pertama dalam tata aturan
ini sesuai dengan ayat Al-Qur’an dalam surat Al-Imran ayat 159.
dalam sistem politik Islam, umat Islam harus tetap bermusyawarah dalam
23
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta : Yayasan Penyelenggara/Penterjemah al
Qur’an, 1988, hlm. 103
23
b. Prinsip Keadilan
Kata ini sering digunakan dalam al-Qur’an dan telah dimanfaatkan secara
dasar atau nilai-nilai sosial masyarakat yang tanpa dibatasi kurun waktu.
24
Ibid., hlm. 145
24
c. Prinsip Kebebasan
Adalah merupakan nilai yang juga amat diperhatikan oleh Islam, yang
makna yang lebih positif, yaitu kebebasan bagi warga negara untuk
menentukam mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga proses
berfikir ini dapat melakukan perbuatan yang baik sesuai dengan hasil
diberikan oleh Allah kepada Adam dan Hawa untuk mengikuti petunjuk
firman-Nya :
25
d. Prinsip Persamaan
tidak ada rakyat yang diperintah secara sewenang-wenang, dan tidak ada
laki dan perempuan dengan berbagai bangsa dan suku bukanlah untuk
e. Prinsip Pertanggungjawaban
25
Ibid., hlm. 491
26
Menurut bahasa, kata syura berasal dari bahasa Arab yang diambil
26
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwwir Arab-Indonesia Terlengkap, Yogyakarta: Al-
Munawwir, 1984, hal.802.
27
keadilan setelah diadakan dialog dan tukar pendapat bebas adalah bahwa
keteapan itu hanya merupakan ketetapan yang nisbi, tidak tetap. Artinya,
27
Mohd. Izani Mohd Zain, Islam dan Demokrasi: Cabaran Politik Muslim Kontemporari
di Malaysia, Kuala Lumpur: Universiti Malaya, 2005, hal. 19.
28
Zada dan Arofah, Diskursus Politik Islam, Jakarta: LSIP, 2004, hal. 29-30.
28
dalam Islam. 29
pada kuantitas saja serta syura tidak mengenal rumusan baku, sehingga
situasi dan kondisi, karena dalam hukum Islam, hal itu dibolehkan.
29
As-Syawi, Op.Cit., hal. 107-108.
30
K. Ramanathan, Asas Sains Politik, Kuala Lumpur: Fajar Bakti Sdn. Bhd., 1989, hal.
29
negara itu dapat dianggap sebagai negara. Di antara faktor- faktor yang
22.
31
Ibid.,hal. 24.
32
Ibid.
33
Ibid.,hal. 25.
30
wakil-wakil rakyat.
kesederajatan.
berada di tangan rakyat. Hal ini berarti rakyat sebagai sumber aspirasi
terhadap pemerintahan, adalah tidak logic dan masuk akal jika jumlah
31
32
G. Metode Penelitian
33
1. Jenis Penelitian
atau keadaan), dan untuk menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi. Penelitian
jenis ini dimaksudkan untuk memberikan deskripsi yang seteliti mungkin tentang
manusia atau suatu keadaan. 35 Jenis penelitian ini digunakan karena dalam
Jenis dan sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini dijabarkan
sebagai berikut :
a. Jenis Data
Jenis Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
34
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2009, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara,
hal. 41.
35
Ibid,. hal. 58
34
b. Sumber Data
Sumber data yang di pakai dalam penelitian ini bersumber dari data primer
dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini yaitu berasal dari
dengan sifat dan jenis data yang ada. Penelitian ini dilakukan melalui penelitian
mungkin yang berkaitan dengan judul penelitian dan juga permasalahan penelitian
dari berbagai literatur, seperti buku, jurnal, situs internet dan bentuk literatur
berupa ucapan, tulisan dan perilaku yang diamati. Teknik analisa data dalam
35
variabel. Kemudian dari hasil analisis data tersebut, dibuatlah suatu kesimpulan
H. Sistematika Penulisan
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam bab kedua, penulis akan menjelaskan mengenai bagaimana konsep syura
dalam politik Islam. Seperti, definisi syura dan praktik syura dalam sejarah
DEMOKRASI
36
Bab keempat merupakan bab terakhir dari penulisan. Adapun isi dari bab ini
37
A. Konsep Syura
A.1. Pengertian Syura
Kata Syura merupakan bentuk mashdar, dari kata kerja Syawara yusyawiru
yang diambil dari akar kata syawara menurut M. Quraish Shihab bermakna
sehingga mengandung arti mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau
dikeluarkan dari yang lain termasuk pendapat dan pemikiran, hal ini karena
terminologis berarti majelis yang dibentuk untuk mendengarkan saran dan ide,
bagaimana mestinya dan terorganisir dalam urusan negara. Berikut definisi syura
36
Ibn Zakariah, Abu al-Husein ibn Faris. Mu’jam Maqayis al-Lughat, Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi,
1972, Jilid III, hal. 226.
37
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudlu’i atas berbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan,
1996, hal. 469.
38
Ibn Zakariah, Abu al-Husein ibn Faris, Op.Cit., hal. 542.
39
Al-Mandzur, Jamal al-Din Ibn., Lisan al-‘Arab, VII Kairo: Al-Babi Al-Halabi, 1969, hal. 407.
38
40
Abd Al-Rahman Abd al-Khaliq, Al-Syura fi Zhilli Nidzam al-Hukm al-Islami, Kuwait:Al-Dar al-Salafiyah,
1975, hal. 14.
41
Abd Al-Hamid Ismail al-Anshari, Al-Syura wa Atsaruha fi al-Dimuqratiyah, Kairo : al-Maktabah al-
Salafiyah, 1981, hal. 4.
42
Ibn. Al-Arabi, Ahkam AL-Quran, Berut: Dar al-Fikr, 1988, Jilid I, hal. 389.
39
kepada Allah. 43
kesimpulan dan berdasarkan niat taqwa kepada Tuhan (Allah SWT). Dalam kajian
keIndonesiaan, istilah syura dalam bentuk lembaga disebut dengan majelis syura
Dalam pandangan Islam, syura dilaksanakan oleh umat Islam dalam setiap
lapisan sosial. Syura menjadi suatu metode yang khas bersumber pada inti ajaran
ketuhanan dan tradisi kenabian atau sunnah. Dengan syura semua orang
43
Mahmud Muhammad Baballi, Al-Syura Suluk wa al-Iltizam, Makkah: Maktabah al-Tsaqafah, 1986, hal. 19.
44
Shubi Abduh Sa’id, Al-Hakim wa Ushul al-Hukm fi al-Nizam al- Islami, Kairo Mathba’ah Jami’ah al-
Qahirah, 1986, hal. 108. Lihat juga, al-Anshari, al-Syura wa Atsaruha...., hal. 5.
45
Artani Hasbi, Musyawarah dan Demokrasi (Analisis Konseptual Aplikatif dalam Lintasan Sejarah
Pemikiran Politik Islam), Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001, hal 21-22.
40
objek bermusyawarah.
Dalam kitab suci Al-Qur’an terdapat tiga ayat yang akar katanya
umum. Yaitu pada surat Al-Baqarah 2:233, Ali Imran 3:159, dan Al-Syura 42:38.
merupakan kaidah kemanusiaan; kedua, kaidah sosial dan moral; ketiga, kaidah
46
Baballi, al-Syura...., hal. 20.
47
Al-Syawi, Taufiq Muhammad, Fiqh al-Syura wa al-Istisyarah, Jakarta: Gema Insani Press, 1997, hal. 201.
41
mengenai problem anak yaitu bayi yang baru lahir. Pada ayat ini diawali dengan
kalimat, “Kaum Ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selam dua tahun yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan susuan...”. Ayat ini menjelaskan bahwa masa
42
mereka atas dasar kerelaan dan musyawarah, dengan maksud untuk kemaslahatan
masa dua tahun, hal ini boleh saja dilakukan. Dengan demikian juga jika mereka
QS. al-Baqarah ayat 233 mengadung konteks pembicaraan mengenai sikap yang
anak mereka secara baik. Muhammad Rasyid Ridha menjelaskan bahwa hanya
kedua orangtualah yang berhak menentukan perihal bayi. Adapun jika salah satu
menyusuinya atau ayahya tidak mau lagi mengeluarkan biaya sebelum masa yang
telah disepakati habis, maka di sini, peranan seorang ibu sangat penting, sebab
secara naluriah, seorang ibu akan lebih sayang terhadap bayinya. Di sinilah
48
Menyapih adalah menghentikan anak menyusu
49
Artani Hasbi, Op.Cit.,hal. 2.
43
mulai dari hal-hal yang terkecil untuk mendidik anak, dan sangat dituntut karena
(2): 233 tersebut berbicara tentang masalah talak, kemudian ayat 233 ini berbicara
tentang masalah penyapihan. Menurutnya, bahwa kedua masalah ini terkait (ber-
Setelah berbicara tentang suami isteri, maka pembiracaan pada ayat ini adalah
tentang anak yang lahir dari hubungan suami isteri itu. Di sisi lain, ia masih
berbicara tentang wanita-wanita yang ditalak, yakni mereka yang memiliki bayi.53
50
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Jilid IV (Mesir: Maktabah al-Qahirah, 1970, hal.
45.
51
Wahbah al-Zuhaily, Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa al-Manhaj , Juz II (Bairut: Dar al-Fikr al-
Mu’ashir, 1991.
52
Mahmūd Hijāziy, al-tafsīr al-Wādhih, juz I Cet. X; Bairūt: Dār al-Jīl, 1993,hal. 301.
53
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, op. cit., vol. 2, hal. 241-242.
44
RasulNya agar bermusyawarah dengan para sahabatnya. Hal ini disebutkan dalam
Ayat ini dari segi redaksional ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW agar
merupakan bagian dari suatu rangkaian ayat-ayat yang berkenaan dengan perang
45
dasar dari Allah SWT. Sedangkan persoalan keduniaan, misalnya perang atau
pertimbangan maslahat, artinya memilih yang lebih baik bagi masyarakat umum
Ayat 159 sampai ayat 165 dalam QS. Ali Imran, berbicara tentang perang
Uhud. Karena itu, Ibn Kaśīr menjelaskan bahwa sebab-sebab turunnya QS. Ali
Imrān (3): 159, secara khusus berkaitan dengan perang Uhud. 54 Ayat ini
bahwa ayat tersebut turun ketika para tentara Islam berlomba-lomba menuntut
rampasan perang. 55 Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Nabi SAW berkali-
kali mengutus pasukan ke medan jihad. Pada suatu waktu, ada pasukan yang
kembali dan di antaranya ada yang mengambil ghanīmah (harta rampasan perang)
54
Ibn Kaśīr, Abū al-Fidā, Muhammad Ismā‟il . Tafsīr al-Qur’ān al-Karīm, juz IV. Semarang:
Toha Putra, hal. 420. Perang Uhud adalah pertempuran antar pasukan Nabi saw melawan pasukan
Quraisy yang dipimpin oleh Abū Sufyan. Perang ini terjadi pada siang hari Sabtu, 7 Zulaqaedah 3
H, dan pasukan Nabi saw mengalami kekalahan. Sekitar 80 pasukan Nabi saw menjadi korban,
bahkan dikabarkan bahwa Nabi saw sendiri telah terbunuh dalam peperangan ini. Kekalahan yang
di-alaminya disebabkan kelengahan para sahabat yang diserahi mengamankan tempat-tempat
strategis, dan mereka begitu tertarik untuk menguasai harta rampasan perang.
55
Abū al-Hasan Ali bin Ahmad al-Wahidiy al-Naysābūriy, Asbāb al-Nuzūl , Jakarta: Dinamika
Utama, hal. 84.
46
Berdasar pada sabab nuzūl (ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar
belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan). ayat
tersebut di atas, maka dipahami bahwa ketika terjadi perang Uhud, Nabi SAW
kecewa atas tindakan tidak disiplin sebagian sahabat dalam pertempuran yang
mengakibatkan kekalahan di pihak Nabi. Melalui QS. Ali Imrān (3): 159 Allah
swt mengingatkan Nabi SAW bahwa dalam posisinya sebagai pemimpin umat, ia
Jalāl al-Dīn al-Suyūtiy, Lubāb al-Nuqūl fī Asbāb al-Nuzūl diterjemahkan oleh Qamaruddin
56
Shaleh, et al dengan judul Asbabun Nuzul; Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat Al-
Qur’an Cet. II, Bandung: CV. Diponegoro, 1975, hal. 198.
47
Kata syura dalam ayat diatas berada diantara dua rukun Islam yaitu
ini turun kepada Nabi Muhammad SAW di Madinah sebagian pujian kelompok
Anshar yang bersedia membela Nabi SAW serta menyepakati hal tersebut melalui
musyawarah. 58 Ayat ini juga dapat dipahami bahwa Nabi SAW menerima amanat
dan hijrah ke Madinah untuk membangun suatu tatanan negara kota (city state)
yang bersifat ketuhanan dengan berdasarkan prinsip syura. Dengan tegas ayat ini
juga menjelaskan bahwa syura atau musyawarah merupakan salah satu unsur
Kata amr yang disebutkan dalam surat al-Syura ayat 38 berkaitan dengan
tentang siapa orang yang terlibat dalam syura. Sebagian ahli tafsir menafsirkan
hal tersebut terkait dengan kata amr dalam kalimat ulul amri pada surat al-Nisa
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya)
dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
57
Shalat dan zakat merupakan pilar Islam. Kokoh kuat bangunan iman seorang mukmin sangat ditentukan
oleh dua pilar ini. Dua jalur komunikasi, hablun min Allah (Shalat) dan hablun min al-nas (zakat) memberi
gambaran dua cabang kesalehan; vertikal kontak kepada Allah dan horizontal terpadu dengan masyarakat.
58
Abi al-Hasan Ali bin Ahmad al-Wahidi, Asbab Nuzul al-Qur’an, Kairo: Dar al-Kitab al-Jadid, 1969, hal.
432.
59
Quraish Shihab, Op.Cit., hal. 471.
48
Hal ini juga berkenaan dengan hadist Rasulullah SAW, yaitu “... dan
QS. al-Syūra ayat 38 turun pada periode Makkah. Dalam hal ini, Ibn Kaśīr
permusuhan apa yang dimaksudkan oleh Ibn Kaśīr tersebut, namun dapat diprediksi
bahwa peristiwa tersebut terjadi pada tahun kelima kerasulannya, karena pada tahun
60
Ibn Majah, Sunan Ibn Majah ..., Jilid I, hal. 5.
61
Al-Baihaqi dalam Syu’b al-Iman, dalam Muhammad Syukri al-Alusi al-Baghdadi, Tafsir Ruh al-Ma’ani,
Beirut: Ihya’ al-Turats,t.t., jilid XXV, hal. 42.
62
Abū al-Fidā’ Muhammad Ismā’il bin Kaśīr, Tafsīr al-Qur’ān al-Karīm, juz IV, Semarang: Toha
Putra, hal. 117.
63
Lebih lanjut mengenai latar belakang hijrahnya sebagian sahabat ke Habsyah, lihat Badri Yatim,
Sejarah Peradaban Islam , Cet. II; Jakarta: LSIK, 1994, hal. 22.
49
Quraish Shihab menyatakan bahwa “ayat ini turun pada periode di mana belum
demikian, dapat dipahami bahwa turunnya ayat yang menguraikan syūra pada
anjuran Alquran dalam segala waktu dan berbagai persoalan yang belum
ditemukan petunjuk Allah swt. di dalamnya. Ini berarti bahwa Nabi SAW. dan
disebut Dār al-Nadwah, beranggotkan para pemuka yang disebut Malā’. Kegiatan
Dari keterangan ini, diperoleh informasi yang akurat bahwa Al-quran telah
Ayat sebelumnya, yakni ayat 37 dalam surah yang sama, Allah swt
menjelaskan tentang perilaku baik orang-orang sering memberi maaf. Lalu pada
memenuhi seruan-Nya, yakni mereka yang melaksanakan shalat dan segala urusan
64
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 12 Cet. II;
Jakarta: Lentera Hati, 2002, hal. 512.
65
M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an; Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci,
Cet. I; Jakarta: Paramadina, 1996, hal. 445.
50
kembali Allah swt. menjelaskan tentang pahala orang yang selalu memberi maaf.
āyat antara ayat 37 sampai dengan ayat 40, maka dapat dirumuskan bahwa
muncul sifat-sifat egoistis, dan mereka yang terlibat dalam musyawarah tersebut
mereka. Dalam keadan seperti ini, maka diperlukan sikap lapang dada dan kepada
dalam ayat 37. Sikap marah tersebut akan hilang bilamana mereka saling
memaafkan, dan sikap saling memaafkan adalah sesuatu yang terpuji, bahkan
pada ayat 40 dijelaskan bahwa Allah swt memberi pahala kepada orang-orang
51
agar bermusyawarah sesuai dengan norma Al-Quran dan Hadits Nabi SAW. Di
kecuali mendapat izin dari Rasul SAW. Dalam hal ini, Rasulullah SAW
pertemuan sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat itu. Meskipun
66
Artani Hasbi, Op.Cit., hal. 60-74.
52
yang berlaku adalah suara mayoritas, hal ini jika perbedaan tersebut
kepada Al-Quran dan Hadits, maka terlebih dahulu harus dibahas dalam
sidang bersama yang terdiri dari jumlah yang seimbang antara ulama di
dalam majelis dan ahli hukum pemerintah. Dan jika penyelesaian belum
atau badan hukum lain sejenis yang diberi kuasa hukum. Etika dan
53
Allah SWT menyuruh kaum muslimin taat dan patuh kepada Nya,
disepakati bersama itu sesuai dengan nalar atau akal yang sehat, bisa
54
(baik).
keputusan, yang sesuai dengan Al-Quran dan hadist Nabi SAW ini ditandai
dengan serangkaian kejadian atau sejarah yang di lakukan sejak pada masa Nabi
55
dengan para sahabat terdiri dari, Umar, Ali, Usamah bin Zaid, Ummu
Ali menyarankan agar Nabi memanggil budak wanita yang dipercaya oleh
Nabi. Beliau memanggil Barirah dan berkata tegas, “Demi Allah yang
agar Nabi menunggu wahyu karena boleh jadi Allah akan mewujudkan
sesuatu yang baru dalam masalah tersebut. Ternyata wahyu turun, surat al-
Pada saat itu, Nabi mengadakan persiapan perang lebih dahulu dan
terjadi dipelajari, mengingat kondisi kaum muslimin pada waktu itu masih
67
Mengenai istri Nabi yaitu Aisyah bint Abu Bakar. Sumber pertama dan yang menyebarkan berita bohong
tersebut adalah Abdullah bin Ubayy bin Salul, tokoh munafik. Dengan diturunkannya ayat al-Qur’an an-Nur
24:26, dengan jelas menyatakan kebersihan tuduhan berita bohong tersebut.
68
Baballi, Op.Cit., hal. 126-128.
56
Badar (suatu tempat antara Mekah dan Madinah) setelah sampi di Badar,
dengan tebusan; pendapat Umar agar semua tawanan perang dibunuh; dan
69
Al-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Beirut: Dar al-Fikr, 1987, hal. 31.
70
Ibid., hal. 47; lihat juga Ibn Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh, Beirut: Dar Shadr Dar, 1965, hal. 122.
71
Baballi, Op.Cit., hal. 115.
57
Madinah. Dalam peperangan ini sejumlah juru panah lupa akan pesan
dengan kaum Quraisy Mekah ditulis oleh Ali bin Abi Thalib. Abu Bakar
dan Umar ikut memberikan pendapat, tetapi tidak diikuti Nabi. Beliau
72
Dalam perang Khandak (disebut juga perang Ahzab) Nabi tidak mengikuti pendapat mayoritas. Beliau
mengikuti pendapat sahabat Salman al-Farisi yang mengusulkan agar kaum Muslimin menbuat parit di sekitar
kota Madinah dan memperkuat pertahanan dalam kota. Pendapat ini ditentang oleh kaum Anshar dan
Muhajirin. Tapi akhirnya mereka menerima pendapat Salman setelah Nabi memberi persetujuan. (Ibn Atsir,
al-Kamil ..., hal. 178-179). Lihat juga Baballi, Op.,Cit, hal. 118).
58
bersama Suhail bin ‘Amr”. Para sahabat sangat marah kepada Suhail,
sedang dihadapi, dan beliau selalu aspratif serta dapat mentolerir adanya
73
al-Thabari, Op.Cit. hal. 226-227.
59
pendapat sendiri tanpa mengambil saran sahabat, dan ada pula keputusan
musyawarah yang baku, tapi lebih bersifat variatif, fleksibel, dan adaptif.
pemerintahan.
74
Abu Bakar memiliki berbagai keutamaan antara lain, dia adalah orang yang pertama kali masuk Islam;
tokoh yang Muhajirin dengan Rasul SAW; orang yang menemani Rasul gua Hira ketika bersembunyi dari
serangan musuh; orang yang selalu dipercaya oleh Rasul untuk mrnggantikan imam shalat (Lihat al-
Thabarani, Op.Cit., hal. 209 dan Ibn al-Atsir, Op.Cit., hal. 330).
60
yang tinggi dan kehormatan yang sangat besar. Oleh karena itu, mereka
yaitu Abu Bakar dan Umar, dan keduanya segera berangkat menuju ke
Dalam situasi ini, Abu Bakar secara spontan mencalonkan Umar dan
bahwa yang lebih tepat menjabat Khalifah adalah Abu Bakar. Umar dan
75
Artani Hasbi, Op.Cit., hal. 96.
76
Ahmad Amin, Fajr al-Islam. Kairo: Maktabah al-Nahdlah al-Mishriyyah, 1975, hal. 252
61
tersebut Abu bakar bukan merupakan calon tunggal, namun ada dau calon
artinya sebagaian besar para wakil dari kedua kelompok Anshar dan
77
Bay’at (dari kata ba’a) artinya “menjual”, mengandung makna perjanjian, janji setia atau saling berjanji
setia. Pelaksanaan bay’at selalu melibatkan dua pihak secara suka rela. Bay’at merupakan ungkapan
perjanjian dua pihak yang seakan-akan salah satu pihak menjual yang dimilikinya dan menyerahkan dirinya
dan kesetiaannya kepada pihak kedua secara ikhlas. Ibnu Manzhur, Lisan al-‘Arab, Vol. VIII, hal. 26.
78
Thomas W. Arnold, The Calipate, London: Routledge, 1967, hal. 20.
62
79
Artani Hasbi, Op.Cit., hal. 105
80
Ibn al Atsir, Op.Cit., hal. 426, dan al-Anshari, al-Syura wa Atsaruha ..., hal. 88 atau dengan kalimat;
“sami’na wa atha’na”.
63
anggotanya aktif berpartisipasi terdiri dari para sahabat besar dari kaum
qurra. 82
dengan baik diantara para sahabat di rumah Abd al-Rahmam bin ‘Auf, dan
81
Abbas Mahmud al-Aqqad, Islamiyyat, ‘Abqariyyat ’Umar, Kairo: Dar al-Sya’ab, 1969, hal. 93-94.
82
Qurra menurut etimologi Islam adalah para penghafal kitab suci Al-Quran (selengkapnya lihat
H.A.R.Gibb, An Interpretation of Islamic History, In Studies on The Civilization of Islam, Boston: Beacon
Press, 1968, hal. 7-8).
64
tersebut kepada suatu tim atau majelis yang merupakan perwakilan umat.
musyawarah, yang juga berbeda dengan apa yang telah dilaksanakan oleh
83
Pangeran ini dibunuh oleh Abdullah bin Umar karena dianggap bersekongkol membunuh ayahnya.
(Selengkapnya lihat Ibn. Al-Atsir, Op.Cit.,Juz.III, hal. 75).
65
seperti Irak dan Mesir iktu pula mewarnau pemerintahannya. Keadaan ini
lah yang mendorong para sahabat untuk mendatangi kedua daerah tersebut
pusat pemerintahan. Hal ini menyebabkan ahl al-syura yang selama ini
terbatas, kecil dan sempit karena hanya terdiri dari orang-orang yang pro
84
Artani Hasbi, Op.Cit.,hal. 119.
66
musyawarah yang dilaksanakan pada masa itu tidak lebih hanya sebagai
terjadi.
masa khalifah pendahulunya baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari
tetapi ada satu hal yang tidak boleh dilupakan yaitu ada suatu musyawarah
85
Ibid.
86
Baballi, Op.Cit., hal. 187.
67
bacaan logat seperti Kufah, Basrah, Damaskus, Homs dengan bacaan yang
beranggapan kecuali Ali tidak ada lagi orang yang patut untuk menduduki
87
Ibn. Al-Atsir, Op.Cit., Juz III, hal. 112, juga Ibid.
88
Artani Hasbi, Op.Cit., hal. 121
68
karena dia lah satu-satunya calon yang jelas dan tidak ada lagi calon lagi
yang diajukan secara terbuka. Akan tetapi penduduk Syiria yang dipimpin
dalam urusan khilafah. Ali menjabat sebagai khalifah keempat dalam masa
hampir lima tahun: negara dalam suasana tidak stabil. Sebenarnya kota
Madinah sebagai pusat pemerintahan sejak periode kedua yaitu pada enam
alasan untuk tidak mematuhi dan setia kepada khalifah Ali. Bahkan
89
al-Anshari, Op.Cit., hal. 96.
90
Artani Hasbi, Op.Cit., hal. 124
69
Meski terkadang masih ada diantara sahabat yang merasa hormat kepada
pendapat-pendapat tersebut.
Ali yang seperti ini, merupakan keputusan yang otoriter, tidak lagi
Hal yang demikian ini dapat dimaklumi karena Khalifah Ali boleh
91
Ibn al-Atsir, Op.Cit., hal. 197.
70
banyak tersita untuk menghadapi situasi dan kondisi kota yang selalu
A.3.6. Syura di Masa Pemikiran Politik Islam Klasik dan Abad Pertengahan.
yang menjadi titik tolak untuk dicermati, yaitu pertemuan Tsafiqah Bani
dilakukan oleh kaum Musilimin sejak wafat Nabi SAW untuk memilih
pengganti beliau, dan peristiwa tahkim antara Ali dan Muawiyah. Sebab,
secara aspiratif, umat Islam dalam dua peristiwa itu mulai berpolarisasi
71
sebagainya.
sebagainya.
teologi. Semua teori politik yang lahir ketika itudiagnkat dari suatu asumsi
didasarkan pada syari’ah. Tidak ada pemiasahan antara agama dan negara,
72
metafisis sekaligus.
Sunni periode ini diawali oleh Syihab al-Din Ahmad Ibu Abi Rabi dan
Ghazali, Ibnu Taimiyah, dan Ibnu khaldun. Enam orang inilah, menurut
yang mewakili pemikiran politik di dunia Islam pada zaman klasik dan
73
ini, ternyata pemikiran Ibn Abi Rabi tentang bentuk pemerintahan monarki
yang terbaik, diikuti oleh para tokoh lainnya dengan satu catatan penting
untuk menduduki jabatan terhormat itu. Jika calon pengganti yang ditunjuk
itu bukan anak atau ayah dari kepala negara yang berkuasa, maka ia dapat
92
Munawir Sjadzali, Islam Dan Tata Negara, Ajaran Sejarah Dan Pemikiran, Jakarta: UIPress, 1993, hal.41-
42.
93
Artani Hasbi, Op.Cit., hal. 133.
74
tanpa musyawarah dengan salah seorang anggota pemilih. Kalau hal itu
teladan Nabi tidak diikuti. Padahal kebijaksanaan Abu Bakar dan Umar
waktu kedua abad ke-19 dan paruh kedua abad ke-20 terbagi dalam
sosiologis yang berbeda. Realitas ini sudah barang tentu berbeda dengan
Varian-varian itu muncul karena berbagai faktor baik yang bersifat internal
75
berpusat pada empat tema pokok yaityu mendobrak status quo, menolak
realisme politik yang merusak dari karya tulis abad pertengahan, kritik
universal untuk seluruh umat manusia di semua waktu dan tepat. Asumsi
94
Sejak abad ke-19, ekspansi politik dan ekonomi barat (Eropa) telah menguasai sebagian besar wilayah
Islam. (Selengkapnya lihat C.E. Bosworth, “The Historical Background of Islamic Civilization” dalam R.M.
Savory (Ed), Introduction of Islamic Civilization, Cambridge: Cambridge University Press, 1976, hal. 29.
95
Munawir Sjadzali, Op.Cit., hal. 115.
96
Hamid Enayat, Modern Islamic Political Thought: The Respons of the Shi’I and Sunni Muslims to the
Twehtieth Certury, London: The Macmillan Press, 1982, hal. 16-17.
76
kenegaraan. Tokoh-tokoh utama dari kelompok ini antara lain Hasan al-
Banna, Syahid Qutb, Hasan al-Turabi, Hasan Ismail al-Hudhaibi, dan Abu
al-A’la al-Maududi.
barat. 97
97
Munawir Sjadzali, Op.Cit., hal. 127.
77
Sedangkan persoalan dunia yang bersifat temporal dan profan adalah hak
1. Prinsip Persamaan
2. Prinsip Keadilan
98
Artani Hasbi. Op.Cit, hal. 35.
99
Ali Abd. Al-Wahid Wafi, Al-Musawat fi al-Islam, Mesir: Dar al-Maarif, t.t., hal. 21-22.
78
tidak berat sebelah, atau tidak memihak ke salah satu pihak, mengetahui
hak dan kewajiban, mengerti mana yang benar dan mana yang salah,
bertindak jujur dan tepat menurut peraturan yang telah ditetapkan. 100
3. Prinsip Kebebasan
B. Konsep Demokrasi
Secara etimologis demokrasi berasal dari kata “demos” yang berarti rakyat,
dan “kratein” yang berarti pemerintahan. Jadi, secara harfiah demokrasi berarti
100
Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Ruh al-Islam, Kairo: Isa al-Babi al-Hababi, t.t, hal. 213.
79
the people and for the people). Dalam demokrasi dipahami bahwa rakyat adalah
posisi yang sangat penting 101 dan corak pemerintahan demokrasi dipilih melalui
101
Held, David, Model of Democracy, Stanford University Press, Cambridge, 1996, hlm. 1.
102
Gregorius Sahdan, S.IP, Jalan Transisi Demokrasi Pasca Soeharto, Yogyakarta: Pondok Edukasi, 2004, hal.
12.
80
Konstitusionalisme. 103
untuk memilih salah satu diantara pemimpin politik yang bersaing meraih suara.
Dan pada pemilihan berikutnya, warga negara dapat mengganti wakil mereka
“demokrasi”. 105
Menurut Robert Dahl, demokrasi adalah satu sistem politik yang memberi
103
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, hal. 96.
104
Moh. Mahfud M.D, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Jakarta:Rineka Cipta, 2000, hal. 19.
105
George Sorensen, Demokrasi dan Demokratisasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hal. 14.
81
1. Partisipasi Efektif
2. Persamaan Suara
mungkin.
4. Pengawasan Agenda
106
Ibid. Hal. 18.
107
Robert. A. Dahl,
82
selalu terbuka untuk dapat diubah oleh para anggotanya jika mereka
Semua atau paling tidak sebagian besar orang dewasa yang menjadi
Pemahaman tentang demokrasi dalam ilmu politik ada dua macam, yaitu
“pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Syarat suatu demokrasi
antara keduanya.
4. Kebebasan berekspresi.
108
Zakaria Bangun, Demokrasi dan Kehidupan Demokrasi di Indonesia, Medan: Bina Media Perintis, 2008,
hal. 10
83
alternatif.
6. Kebebasan berasosiasi.
1. Pemilihan umum.
7. Akuntabilitas pejabat.
109
Ibid., hal. 11-14.
84
diciptakan suatu sistem dan gagasan mengenai kebebasan oleh aliran reformasi
serta perang-perang agama yang menyusulnya. Pada masa Yunani Kuno pada
abad ke-6 sampai abad ke-3 sebelum masehi sistem demokrasi yang terdapat di
keputusan politik yang dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara
penduduk). 110 Demokrasi langsung pada masa itu memiliki dua ciri
utama: pemilihan acak warga biasa untuk mengisi jabatan administratif dan
yudisial di pemerintahan, dan majelis legislatif yang terdiri dari semua warga
Athena. Semua warga negara yang memenuhi ketentuan boleh berbicara dan
tetapi, kewarganegaraan Athena tidak mencakup wanita, budak, orang asing, non-
kisaran pertama dilakukan di Sparta pada 700 SM. Apella merupakan majelis
110
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, hal. 109.
85
kisaran dan berteriak. Setiap warga negara pria berusia 30 tahun boleh ikut
serta. 111
demokrasi, hanya sebagian kecil orang Romawi yang memiliki hak suara dalam
konsep klasik dan karya-karya dari zaman Yunani kuno terus dilindungi. Selain
itu, model pemerintahan Romawi menginspirasi para pemikir politik pada abad-
meniru model Romawi, bukan Yunani, karena Romawi adalah negara yang
kekuasaan agungnya dipegang rakyat dan perwakilan terpilih yang telah memilih
Ketika bangsa Romawi dikalahkan oleh suku bangsa Eropa Barat dan
boleh dikatakan hilang dan mulai berganti dengan demokrasi yang bersifat
111
Wikipedia, Demokrasi, http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi, diakses pada tanggal 04 Mei 2015 pukul
20.35 WIB.
112
Ibid
86
kehidupan sosial serta spiritualnya di kuasai oleh paus dan pejabat-pejabat agama
lainnya, yang kehidupan politiknya ditandai oleh perebutan kekuasaan antara para
menghasilkan suatu dokumen penting yaitu Magna Charta, dimana isi dokumen
itu merupakan semacam kontrak antara beberapa bangsawan dan Raja Jhon dari
Inggris untuk mengakui dan menjamin beberapa hak dari bawahannya sebagai
imbalan untuk penyerahan dana bagi keperluan perang dan sebagainya. Biarpun
piagam ini lahir dalam suasana feodal dan tidak berlaku untuk rakyat jelata,
perubahan sosial dan kultural di Eropa Barat, yaitu zaman abad percerahan
kesusastraan dan kebudayaan Yunani Kuno yang selama abad pertengahan telah
113
Miriam Budiarjo, Op.Cit., hal. 109.
114
Ibid.
115
Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik, Jogjakarta: Graha Ilmu, 2007, hal. 132.
87
melepaskan diri dari penguasaan Gereja, baik di bidang spiritual dalam bentuk
dogma, maupun di bidang sosial dan politik. Hasil dari pergumulan ini ialah
timbulnya gagasan mengenai perlunya ada kebebasan beragama serta ada garis
pemerintaha yang dikenal dengan “pemisahan antara Gereja dan Negara”. 116
memerdekakan pikiran manusia dari batas-batas yang ditentukan oleh Gereja dan
absolut ini didasarkan atas teori rasionalistis (contract social), dimana dalam
pemikirannya bahwa prinsip keadilan berlaku bagi semua waktu serta semua
88
hak alam itu terjamin. Pada hakikatnya, teori-teori kontrak sosial merupakan
usaha untuk mendobrak dasar dari pemeritahan absolut dan menetapkan hak-hak
politik rakyat sebagai prinsip dasar demokrasi. 117 Filsuf-filsuf yang mencetuskan
gagasan ini antara lain Jhon Locke dari Inggris (1632-1704) dan Montesquieu dari
Perancis (1686-1755). Menurut Jhon Locke, hak-hak politik mencakup hak atas
hidup, hak atas kebebasan, dan hak untuk mempunyai milik (life, liberty and
hak-hak politik itu yang kemudian dikenal dengan istilah Trias Politica. Ide-ide
pada akhir abad ke 18, serta Revolusi Amerika melawan Inggris. 118
Sebagai akibat dari pergolakan tersebut, maka pada akhir abad ke-19,
gagasan mengenai demokrasi mendapat wujud yang kongkrit sebagai program dan
rights) dan hak-hak pilih untuk semua warga negara (universal suffrage). 119
117
Zakaria Bangun, Op.Cit., hal. 3.
118
Miriam Budiarjo, Op.Cit., hal. 111.
119
Ibid.
89
secara efektif, timbulah gagasan bahwa cara yang terbaik untuk membatasi
mengizinkan hak suara wanita, hak yang baru diberikan di negara demokrasi lain
pada abad ke-20. Pada zaman kolonial sebelum 1776, dan beberapa saat
setelahnya, hanya pemilik properti pria dewasa berkulit putih yang boleh memberi
suara, budak Afrika, sebagia besar penduduk berkulit hitam bebas dan wanita
tidak boleh memilih. Di garis depan Amerika Serikat, demokrasi menjadi gaya
hidup dengan munculnya kesetaraan sosial, ekonomi, dan politik. Akan tetapi,
120
Ibid., hal. 112.
90
perpindahan warga kulit hitam dari Amerika Serikat ke tempat yang menjamin
121
kebebasan dan kesetaraan yang lebih besar.
Manusia dan Warga Negara dan Konvensi Nasional dipilih oleh semua warga
negara pria pada tahun 1792. Hak suara pria universal ditetapkan di Perancis pada
bulan Maret 1848 setelah Revolusi Perancis 1848. Tahun 1848, serangkaian
rakyatnya. 122
Dalam abad ke-20, terutama setelah Perang Dunia ke II, elah terjadi
perubahan ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain banyaknya kecaman
kekayaan secara merata serta kemenangan dari beberapa partai sosialis di Eropa,
seperti di Swedia dan Norwegia dan pengaruh aliran ekonomi yang dipelopori
oleh ahli ekonomi Inggris, yaitu Jhon Maynard Keynes (1883-1946). Gagasan
bahwa pemerintah dilarang campur tangan dalam urusan warga negara baik di
121
Wikipedia, Op.Cit.
122
Ibid.
91
kesejahteraan rakyat dan karenanya harus aktif mengatur kehidupan ekonomi dan
sosial. 123
Bangkok pada tahun 1965 memperluas konsep mengenai Rule of Law, dan
menekankan apa yang dinamakannya the dynamic aspects of the Rule of Law in
the modern age. Dianggap bahwa disampingb hak-hak politik, hak-hak sosial dan
ekonomi juga harus diakui dan dipelihara, dalam arti bahwa harus dibentuk
kemiskinan dan pengangguran merupakan syarat agar supaya Rule of Law dapat
123
Miriam Budiarjo, Op.Cit.,hal. 115.
124
Ibid., hal. 116.
125
International Commission of Jurists, The Dynamic Aspects of the Rule of Law in the Modern Age,
Bangkok: International Commission of Jurists, 1965, hal. 39-50.
92
impartial tribunals).
Menurut Freedom House, pada tahun 2007 terdapat 123 negara demokrasi
elektoral (naik dari 40 pada tahun 1972). Menurut World Forum on Democracy,
jumlah negara demokrasi elektoral mencapai 120 dari 192 negara di dunia dan
mencakup 58,2 penduduk dunia. Pada saat yang sama, negara-negara demokrasi
liberal (yang dianggap Freedom House sebagai negara yang bebas dan
126
Wikipedia, Op.Cit.
127
Drs. Hasim M, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia, hal. 31-33.
93
negara.
4. Supremasi hukum.
94
salah satu prinsip dasar politik Islam dari kelima prinsip lainnya, yaitu prinsip
bentuk dari kata kerja Syawara yusyawiru yang artinya menampakkan dan
menawarkan atau mengambil sesuatu. 129 Syura yang diambil dari akar kata
lebah”. 130 Makna ini kemudian berkembang sehingga mengandung arti mencakup
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain termasuk
pendapat dan pemikiran, hal ini karena musytasyir atau orang yang mengajak
128
Muhammad S. El. Wa, Op.Cit., hal. 114.
129
Ibn Zakariah, Abu al-Husein ibn Faris, Op.Cit., hal. 226.
130
Quraish Shihab, Op.Cit., hal. 469.
131
Ibn Zakariah, Abu al-Husein ibn Faris, Op.Cit., hal. 542.
95
umum dan berkaitan dengan kemaslahatan umum pula. 133 Menurut Al-Qurtubi,
musyawarah adalah salah satu kaidah dan ketentuan hukum yang harus di
tegakan. Maka, barang siapa yang menjabat sebagai kepala negara, tetapi ia tidak
bermusyawarah dengan ahli ilmu dan ahli agama (ulama) haruslah ia dipecat. 134
Dari pernyataan ini dapat dipahami bahwa umat mempunyai hak untuk diminta
Di dalam kitab suci agama Islam, yaitu Al-Quran, terdapat tiga ayat yang
ayat 233, surat Ali-Imran ayat 159, dan surat Al-Syura ayat 38. Terutama pada
surat Al-Syura ayat 38 dijelaskan bahwa sifat-sifat orang mukmin adalah mereka
132
Al-Mandzur, Jamal al-Din Ibn, Op.Cit., hal. 407.
133
Abd Al-Hamid Ismail al-Anshari, Op.Cit., hal. 4.
134
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve , 1996, hal. 18.
96
musyawarah.
penting karena syura dianggap sebagai jalan untuk mengetahui pendapat yang
akhirnya akan menghasilkan suatu pendapat yang benar. Dengan syura para
pejabat pemerintahan atau para birokrat akan terlindungi dari kesulitan akibat
adanya permasalahan yang dihadapi rakyat. Tidak ada cara lain untuk
kesulitan hanya dengan niat baik. Disamping itu, syura juga mengingatkan rakyat
demikian mereka terhindar dari sikap melampaui batas. 135 Juga syura juga
Bila dilihat dari perjalanan sejarah politik Islam, praktik syura berkembang
seiring dengan berkembangnya zaman, mulai dari bentuk dan mekanismenya atau
135
Abdul al-Qadir Audah, Al-Islam wa Audla’una al-Siyasah, Kairo: Al-Mukhtar al-Alam, 1986, hal. 177.
97
mengenai urusan duniawi, misalnya tentang taktik dan strategi dalam perang.
perang Badar 136, Perang Uhud 137, perang Khandaq (perang parit) 138, juga
menggunakan pendapat sahabat mengenai tawanan perang. 139 Langkah Nabi ini
juga diikuti oleh para Khilafah pada masa Khulafaur Rasyidin, dengan mengajak
pemerintahannya.
selama dua tahun tujuh bulan 140 selalu melakukan musyawarah dalam
ditemukan dalam Al-Quran atau Sunnah Nabi Muhammad SAW, yang harus
dihadapinya pada masa awal pemerintahan baik dari dalam negeri maupun
136
Perang Badar terjadi pada tanggal 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadhan 2 Hijriah. Perang Badar
merupakan pertempuran antara pasukan kaum muslimin yang berjumlah 313 orang menghadapi pasukan
Quraisy dari Mekkah yang berjumlah 1000 orang.
137
Perang Uhud terjadi pada tanggal 22 Maret 625 M atau 7 Syawal 3 Hijriah antara kaum muslimin dan
kaum Quraisy yang terjadi di bukit Uhud yang terletak 4 mil dari Masjid Nabawi.
138
Perang Khandaq terjadi pada bulan Syawal tahun 5 Hijriah atau pada tahun 627 Masehi. Perang Khandaq
juga dikenal sebagai pertempuran pertempuran Al-Azhab, pertempuran konfederasi dan pengepungan
Madinah.
139
Muhammad Mahmud Baballi, Op.Cit., hal.115.
140
Artani Hasbi, Op.Cit., hal.78.
98
dibawa ke sidang musyawarah yang diikuti oleh kedua kelompok muslim, Anshar
Khalifah Abu Bakar, ada beberapa orang tertentu yang memberikan pendapat atau
diminta pendapatnya dan pandangan mereka oleh Khalifah Abu Bakar. Secara
umum, peserta musyawarah adalah para sahabat besar di masa Nabi Muhammad
SAW, seperti Umar bin Khatab, Ali ibn Abu Thalib, Said ibn Zaid, Usaid ibn
Hudair, Muadz ibn Jabal, Usman ibn Affan, Abd Rahman ibn Auf dan Thalhah.141
Pada masa Khalifah Abu Bakar ini jugalah ide ahl al-hall wa al-aqd (peserta
Dapat dikatakan bahwa Abu Bakar sebagai orang pertama yang meletakan
orang yang berpandangan luas atau disebut ahl al-ra’yi atau ahli hukum yang
disebut sebagai al-fiqh. Pada masa itu juga, Khalifah Abu Bakar menggunakan
telah ada di dalam kitab suci Al-Quran atau telah disinggung oleh Nabi
Muhammad SAW sebelumnya. Kalau telah ada pada riwayat Nabi sebelumnya,
141
Mahmud Muhammad Baballi, Op.Cit, hal.150.
99
pendapat tentang masalah yang ia hadapi dengan penuh kebebasan. Apabila dalam
sidang musyawarah ini mencapai suatu kesepakatan, maka disebut sebagai hasil
‘ijma 142 sahabat yaitu keputusan diambil dengan suara bulat. 143
Semangat syura pada masa Khalifah Abu Bakar, juga diteruskan oleh
segala sesuatu hasil keputusan diambil dari lembaga ini. Majelis musyawarah ini
beranggotakan para sahabat besar Muhajirin dan Ashar, yang dikenal dengan para
qurra. Mereka terdiri dari orang-orang yang suka berperang, praktisi hukum, dan
terdiri dari sidang umum, sidang khusus dan sidang terbatas. Sidang umum selain
pertemuan di musim haji, juga pertemuan bagi khalayak umum di kota Madinah.
Sidang khusus adalah sidang yang diadakan setelah sidang umum dengan anggota
tetap majelis mengenai permasalahan yang telah dibahas pada sidang umum
hanya dilakukan bila ada suatu permasalahan yang dihadapkan kepada Khalifah.
142
Ijma diartikan sebagai kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum dalam agama berdasarkan
Al-Quran dan Hadits dalam suatu perkara tertentu.
143
Artani hasbi, Op.Cit, hal.102.
100
peradilan dan administrasi, membuat baiat al-mal 145, mengatur jaringan pos dan
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Dari segi kualitas, musyawarah yang
misalnya keagamaan 147. Hal yang sama juga berlaku pada khalifah selanjutnya,
144
Ahmad Amin, Fajr al-Islam, Kairo: Maktabah al Nadlah al Misriyah, 1975, hal.239.
145
Baiat al-mal adalah suatu lembaga atau pihak yang mempunyai tugas khusus menangani segala harta umat,
baik berupa pendapatan maupun pengeluaran negara.
146
Abbas Mahmud al-Aqqad, Op.Cit., hal 110.
147
Artani Hasbi, Op.Cit, hal.120.
101
Khalifah Ali juga dinilai sangat kurang, dikatakan karena selama lima tahun
dikatakan bahwa syura dalam suatu pemerintahan merupakan suatu prinsip yang
hal terpuji dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat dan negara dan
148
Ijtihad adalah usaha mencari ilmu dalam menyelesaikan suatu masalah yang tidak dibahas di dalam Al-
Quran dan hadits dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.
102
berbagai cara sesuai dengan masa, bangsa dan tradisi, yang penting pelaksanaan
pemerintahan dimana kekuasaan pemerintah dibatasi oleh dua hal, yaitu syari'at
Terdapat beberapa prinsip dasar dalam pelaksanaan syura, yang mana hak
tersebut juga tidak terlepas pada prinsip dasar dalam berpolitik Islam. Syura akan
1. Prinsip Persamaan
ada yang lebih tinggi dari yang lain. Sebagaimana ditegaskan oleh Nabi
149
Ahmad bin Hanbal, Musnad Iman Ahmad bin Hanbal, Beirut: Dar al-Fikr, t.t, jilid V, hal. 411.
103
orang Islam dan selain orang Islam, hak antara laki-laki dan perempuan,
dan sebagainya tanpa ada perbedaan antara rakyat dan pejabat, yang mulia
dan hina, antara kaya dan papa, keluarga dekat dan jauh dan seterusnya.
2. Prinsip Keadilan
tidak berat sebelah, atau tidak memihak ke salah satu pihak, mengetahui
hak dan kewajiban, mengerti mana yang benar dan mana yang salah,
bertindak jujur dan tepat menurut peraturan yang telah ditetapkan. 151
bagi berbagai aspek kehidupan. Seperti yang dinyatakan dalam surat Al-
150
Ali Abd. Al-Wahid Wafi, Al-Musawat fi al-Islam, Mesir: Dar al-Maarif, t.t., hal. 21-22.
151
Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Ruh al-Islam, Kairo: Isa al-Babi al-Hababi, t.t, hal. 213.
104
jujur. Secara etimologis bahasa Arab wasith terambil dari wasth. Dalam
bahasa Indonesia disebut ”wasit” atau “penengah” atau orang yang berdiri
kata inshaf (berasal dari nishf yang artinya setengah) yang dalam bahasa
Indonesia “sadar”, karena memang orang yang adil yang sanggup berdiri
semua orang dalam arti yang sempit. Ketiga, keadilan dalam perhatian
105
kesempurnaan. 152
3. Prinsip Kebebasan
Qadariah.
manusia tidak boleh tunduk selain kepadaNya dan menyalahi aturan dan
152
Nurcholis Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan,
Kemanusiaan dan Kemodernan, Jakarta: Paradina, 1992, hal. 513-517.
106
yang harmonis atas dasar keadilan dan kerjasama. Sehingga, tidak ada
mayoritas yang ingin memaksakan dirinya dengan suku, ras dan lainnya,
adalah bukan pendapat mayoritas dilihat dari sudut hitungan angka, akan
kekuatan subjektifitas.
Beralih kepada politik dari barat, seiring dengan perkembangan zaman dan
Intelligent Unit (EIU) lewat rilis dua tahunannya mengeluarkan laporan terkait
107
Demokrasi berasal dari kata “demos” yang berarti rakyat dan “kratos” yang
diurus oleh rakyat dalam suatu masyarakat. Demokrasi juga dimaknai sebagai
pendapat serta pandangan rakyat itu sendiri. Dan corak pemerintahan demokrasi
itu dipilih berdasarkan persetujuan dengan cara mufakat. 154 Menurut Robert A.
Dahl, demokrasi merupakan suatu sistem politik yang memberi peluang kepada
politis sebagai sifat dasar demokrasi. 155 Sedangkan menurut Joseph Schumpeter,
demokrasi merupakan suatu metode politik dan sebuah mekanisme untuk memilih
pemimpin politik. Warga negara diberikan kesempatan untuk memilih salah satu
pemimpin politik yang bersaing meraih suara. Dan pada pemilihan berikutnya,
153
Economic Intelligent Unit, Democracy Index 2014,
http://www.eiu.com/public/topical_report.aspx?campaignid=democracy0014
154
Gregorius Sahdan, Jalan Transisi Demokrasi Pasca Soeharto, Yogyakarta: Pondok Edukasi, 2004, hal. 12.
155
George Sorensen, Op.Cit., hal. 18.
156
Ibid., hal. 14.
108
ke 3 sebelum masehi. Sistem demokrasi pada saai itu terdapat pada negara-negara
kota (city state) dengan sistem demokrasi langsung (direct democracy), dimana
langsung Yunani dapat dikatakan hilang ketika bangsa Romawi dikalahkan oleh
kejadian sebagai perubahan sosial dan kultural, yaitu zaman abad pencerahan
(Rennaisance) yang sejalan dengan pemikiran tentang sejarah dan hukum dari
1755) dan Jean Jacques Rousseau (1712-1778) dan reformasi. Kedua masa itu
mempersiapkan Eropa Barat untuk dalam masa tersebut menyelami masa abad
157
Leo Agustino, Op.Cit., hal.132.
109
berlaku bagi semua waktu serta semua manusia baik dia raja, bangsawan maupun
rakyat jelata. Raja diberikan kekuasaan oleh rakyat untuk menyelenggarakan dan
(natural right) dengan aman. Dan rakyat akan menaati perintah raja asalkan hak-
hak alam itu terjamin. Pada hakikatnya teori-teori kontrak sosial merupakan usaha
politik rakyat sebagai prinsip dasar demokrasi. 158 Sebagai akibat dari pergolakan
tersebut, pada akhir abad ke-19 gagasan mengenai demokrasi menjadi wujud yang
konkret sebagai program dan sistem politik. Demokrasi pada tahap ini semata-
semata bersifat politis dan mendasar dirinya atas asas-asas kemerdekaan individu,
kesamaan hak (equal rights), dan hak-hak pilih untuk semua warga negara
(universal suffrage). Pada masa sekarang dapat dijabarkan asas-asas atau prinsip-
158
Zakaria Bangun, Op.Cit., hal 3.
159
Drs. Hasim M, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia, hal. 31-33.
110
demokrasi.
hukum.
negara
4. Supremasi hukum
111
pendekatan hukum.
5. Pemilu berkala
Pemilu merupakan ukuran yang akurat dan jelas bahwa sebuah negara
dilihat sejauh mana partisipasi warga negara dalam bidang politik dan
demokrasi rakyat, demokrasi soviet, demokrasi nasional, dan lain sebagainya. 160
160
Koesnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, Cetakan ke-2, Jakarta: Gaya media Pratama, 1988, hal.
167 – 191.
112
persoalan yang menarik untuk dikaji, dimana muncul anggapan bahwa sistem
pemerintahan Islam terdapat konsep syura yang dianggap identik pada konsep
Islam dan demokrasi. Pertama, Islam menjadi sifat dasar demokrasi, karena
konsep syura, ijtihad, dan ijma’ merupakan konsep yang sama dengan demokrasi.
pandangan ini kedaulatan rakyat tidak bisa berdiri di atas kedaulatan Tuhan, juga
tidak bisa disamakan antara muslim dan nonmuslim dan antara laki-laki dan
Meskipun kedaulatan rakyat tidak bisa bertemu dengan kedaulatan Tuhan tetapi
Tuhan. Hal ini dikenal dengan theodemocracy yang diperkenalkan oleh al-
Maududi. 161
161
John L. Esposito and Jame P. Piscatori, Democratization and Islam, dalam Middle East Journal 45, No. 3
(1991), hal. 427-440.
113
kebebasan dan keadilan. Dalam syura, setiap peserta syura memiliki hak dan
kemerdekaan individu untuk dapat bebas memilih dan ikut serta terlibat dalam
suatu pembuatan keputusan dimana setiap orang baik melalui sistem demokrasi
maka dalam demokrasi dikenal istilah “one man, one vote”. Karena pada
rakyat.
Perbedaan syura dan demokrasi yang paling utama adalah syura hanya
Islam. Sedangkan demokrasi dianggap sebagai suatu pandangan hidup (the way of
life) dan kumpulan ketentuan untuk seluruh konstitusi, undang-undang, dan sistem
114
setiap pandangan atau pendapat peserta syura tidak boleh berlawanan atau
yang dibuat harus sejalan dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai syariah.
yang terjadi dimana tidak disebutkan dalam Al-Quran hukum atau ketentuannya,
tertinggi berada di tangan rakyat 162, parlemen atau majlis dalam demokrasi berhak
keseluruhan. Seperti membuat hukum minuman keras, kebebasan seks dan jenis
162
Gudrun Kramer, “Islamist Notions of Democracy” dalam Political Islam, London: IB. Tauris, 1997,
hal.76.
115
Keempat, syura dalam pemerintahan Islam hanya dapat diikuti oleh ahl al-
kenegaraan dan juga pengetahuan mengenai agama Islam. 164 Sedangkan dalam
demokrasi keputusan politik dapat diambil dengan cara musyawarah dalam suatu
pemilihan umum dan semua rakyat memiliki hak dan kesempatan untuk ikut serta.
kebenaran. 165 Juga pemimpin yang melakukan syura memiliki hak untuk tidak
mengambil pendapat dari peserta syura, karena syura terbagi atas dua jenis,
yaitu; 166 syura jam’iyah yaitu syura yang menghasilkan ketetapan dan masyurah
163
M. Natsir, Natsir Versus Soekarno, Padang: Persatuan Agama dan Negara, 1968, hal. 25.
164
Muhammad Abduh, Tafsir al-Manar, Jilid V, Mesir: al-Haiat al-Mishriyah al-Ammah li al-Kitab, 1973,
hal. 164.
165
Muhammad Taufiq al-Syawi, Fiqh al-Syura wa al-Isisyarah (terj). Jakarta: Gema Insani Press, 1997, hal.
564.
166
Taufiq Muhammad Asy-Syawi, Syura Bukan Demokrasi. Jakarta: Gema Insani Press, 1997, hal. 147-151.
116
ketetapan, karena hanya sebagai sarana untuk membantu seorang pemimpin untuk
berdasarkan suara mayoritas karena berlaku sistem votting atau pengambilan suara
Sidney Hook 167 yaitu demokrasi sebagai bentuk pemerintahan di mana keputusan-
keputusan pemerintah yang penting atau arah kebijakan di balik keputusan secara
langsung didasarkan pada keputusan mayoritas yang diberikan secara bebas dari
rakyat dewasa. Maka pihak minoritas tidak mempunyai pilihan selain tunduk dan
istilah “vox vopuli, vox dei” yaitu suara rakyat adalah suara Tuhan. Sementara
minoritas, melainkan pada ketapan syari’at. Sebab yang menjadi penentu hanyalah
dari syura. Telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa syura memiliki
kebebasan dan prinsip keadilan. 168 Meskipun demokrasi juga memiliki prinsip
167
Sidney Hook dalam Nakamura dan Samallowood, The Polities of Policy Implementation, New York: St.
Martin Press, 1980, hal. 67.
168
Al-Anshari. Al-Syura wa atsaruha bi al-Demuqrathiyyah, Kairo: Salafiyah,1980, hal.12.
117
1. Prinsip Persamaan
yang lebih tinggi dari yang lain. Sehingga, antara pemimpin, para penguasa
Sabda di atas menunjukan bahwa seluruh umat manusia yang terdiri dari
berbagai macam suku bangsa dan warna kulit adalah sama, tidak ada beda dari
169
Ahmad bin Hanbal, Op.Cit., hal. 411.
118
dari Adam dan Hawa. Dari asal usul kejadian yang sama maka tidak
yang lain karena yang membedakan hanyalah nilai ketakwaan. Abd al-Wahid
adalah dalam segala aspek kehidupan, masalah tanggung jawab, penilaian dan
bekerja, memperoleh hak bagi orang Islam dan selain orang Islam, hak antara
laki-laki dan perempuan dan sebagainya tanpa ada perbedan antara rakyat dan
pejabat, yang mulia dan hina, antara kaya dan miskin, keluarga dekat dan jauh
Begitu pula dasar dari syura adalah Amar Ma’ruf Nahi Munkar
memiliki nilai yang sama dan setiap peserta syura memiliki hak yang sama
dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Maka, peserta syura atau ahl al wa al-aqd
170
Ali Abd al-Wahid Wafi, Al-Musawaft fi al-Islam, Mesir: Dar al-Maarif, hal. 21-22.
119
yang luas, cerdas, kritis dan bijak sehingga mampu menilai berbagai alternatif
untuk dapat membandingkan yang baik dan buruk untuk kepentingan rakyat. 171
suatu negara yang dijamin dengan hukum. Selain itu, sistem ini menekankan
dengan individu lainnya adalah status hukum dengan hukum yang berlaku di
2. Prinsip Kebebasan
dan berpegang pada nilai-nilai kebenaran. Hal inilah yang oleh Athiyah al-
171
Al Anshari, Op. Cit., hal. 237.
172
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Grasindo, 2010, hal. 290.
173
Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Op.Cit., hal. 203.
120
jumlah suara. Karena jumlah suara bisa menjadi tersesat apabila hanya
mengikuti hawa nafsu dan prasangka sebagaimana disebutkan dalam surat al-
“dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang dimuka bumi ini, niscaya
mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanya
berdusta (terhadap Allah)”
sidang apabila tidak mencapai suara bulat, bisa juga digunakan suara terbanyak
yang tidak boleh diabaikan karena telah menganggap cukup suara terbanyak. 174
121
terbebas dari setiap kekuasaan duniawi (yang lebih tinggi), tidak tunduk pada
manusia dalam sebuah masyarakat tidak berbasis pada kekuasaan (orang) lain
dalam parlemen yang bisa dipercaya. 175 Kebebasan alami yang dimiliki setiap
sama bagi semua. Bagi Jhon Locke, kebebasan bukanlah sesuatu yang
diberikan secara alami, tapi harus lewat kontrak sosial dalam sebuah
175
Tobias Gombert, Landasan Sosial Demokrasi, Friedrich-Ebert-Stiftung Akademie für Soziale Demokratie
Bonn, hal. 13.
122
masing-masing.
beragama, bebas dari bahaya dan rasa takut, bebas dari kekurangan
hak dasar dari manusia. Sehingga pada demokrasi, kebebasan adalah sebagai
hak asasi manusia (HAM), menikmati hak-hak dasar, dalam demokrasi setiap
warga masyarakat dapat menikmati hak-hak dasarnya secara bebas, seperti hak
3. Prinsip Keadilan
tengah-tengah. 176 Dengan demikian bahwa adil berarti tidak berat sebelah,
tidak memihak atau menyamakan yang satu dengan yang lain (al-musawah).
Istilah lain dari al’adl dalam bahasa Arab adalah al-qist, al-misl (sama bagian
176
Ahmad Warson Al- Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, yogyakarta: Pustaka
Progressif, 1997, hal. 906.
123
dengan yang lain, baik dari segi nilai maupun dari segi ukuran, sehingga
sesuatu itu menjadi tidak berat sebelah dan tidak berbeda satu sama lain. Adil
juga berarti berpihak pada kebenaran. 177 Menurut Ahmad Azhar Basyir,
terdapat tiga syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap wakil rakyat atau ahl
al-hall wal al-aqd atau peserta dalam syura adalah pertama, sifat adil terhadap
siapa saja dan selalu memelihara wibawa dan nama baik. Kedua, pengetahuan
menentukan pilihan. Ketiga, wawasan luas, cerdas, kritis dan bijak sehingga
dapat memilah dan memilih sesuatu yang lebih baik demi kemaslahatan
umat. 179 Sifat adil yang dimiliki oleh peserta syura tentunya berdasarkan
177
Abdul Aziz Dahlan, et.all, Ensiklopedia Hukum Islam, Jilid 2, PT, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997
hal. 25.
178
Ahmad Azhar Basyir, Negara dan Pemerintahan dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 2000, hal. 30.
179
Al Anshari, Op. Cit., hal. 237.
124
tercantum pada surat Al-Nahl ayat 90, yaitu, “Sesungguhnya Allah menyuruh
(kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan”. 180 Terdapat beberapa aspek
a. Aspek Hukum
Keadilan hukum Islam bersumber dari Tuhan yang Maha Adil, karena
maka harus diyakini bahwa Allah tidak akan berlaku tidak adil kepada
persamaan dalam hak, tanpa membedakan siapa, dari mana orang yang akan
orang kuat dan orang lemah, tetapi memiliki persepsi lain yang belum
pernah ada, bahwa hukuman bisa menjadi lebih berat bila pelakunya adalah
180
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya, Departemen
Agama, 1986, hal. 415.
125
hukuman itu menjadi lebih berat sesuai dengan kelas pelaku tindak pidana
tinggi sanksi yang di berikan dan semakin tinggi status sosial dan
hak dan kewajiban yang sama dimata hukum (persamaan dan kesetaraan)
tanpa ada perbedaan 182 berdasarkan status sosialnya sehingga setiap orang
b. Aspek Ekonomi
pada prinsipnya adalah harta tidak boleh terpusat pada kelompok aghniya
atau golongan kaya saja, sebagaimana yang telah disebutkan dalam surat al-
181
Abdurahman Qadir, zakat dalam dimensi dalam mahdah dan sosial, hal 131-133.
182
Ridwan HR., Hukum Admnistrasi Negara, UII-Press, Yogyakarta, 2002, hal. 7.
126
Kedua, mengabaikan golongan fakir miskin, acuh tak acuh terhadap mereka,
Allah SWT. Islam tidak menuntut adanya pemerataan kekayaan dalam arti
seragam. Dengan demikian keadilan dalam arti yang mutlak menuntut agar
antara mereka mendapatkan imbalan lebih besar daripada yang lain selama
kesempatan yang sama bagi semua orang. Jadi tingkat atau kedudukan
183
Didin Hafidhudin hal 216.
127
masyarakat dapat sempurna, adil dan produktif. Jadi Islam tidak memisah-
sama lain dapat dirangkaikan sebagai satu bentuk kehidupan yang utuh
dari kehidupan ini satu sama lain merupakan suatu kesatuan yang
dibedakan oleh Tuhan tentang potensi dan berbagai kemampuan, baik fisik
ada yang lebih mudah mendapat rezeki dan ada yang sulit. Hal itu telah
184
Sayyid Qutb, “Keadilan Sosial dalam Islam”, Bandung: Penerbit Pusataka, 1984, hal. 224.
185
Ibid.
128
Maka zakat merupakan sub sistem keadilan sosial ekonomi yang ditegakkan
oleh ajaran al-Qur'an, baik dilihat dari perspektif keadilan Tuhan maupun
dari keadilan sosial kemanusiaan. Upaya yang paling strategis dan efektif
mereka mampu mandiri, karena dengan dana zakat yang sangat potensial itu
yang ada pada dirinya, meskipun persamaan kesempatan itu tidak sama
setiap orang hendaknya berhak atas sistem menyeluruh yang bertumpu pada
129
c. Aspek Politik
tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. 186 Aspek keadilan
politik dalam pemerintahan Islam adalah konsep adil yang tidak melewati
Muhammad SAW dan setiap orang diberikan kesempatan yang sama untuk
ikut serta menegakan perbuatan amar ma’ruf nahi munkar dalam politik
bagi setiap individu, seperti hak politik untuk membentuk partai politik dan
untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum yang bebas, dan lain-lain.
186
Miriam Budiardjo, Op.Cit., hal. 8.
130
PENUTUP
A. Kesimpulan
diketahui bahwa syura dalam Islam memiliki persamaan dan perbedaan dengan
atau gagasan untuk hal-hal yang baik dan benar dalam menyelesaikan suatu
setiap hak individu untuk dapat mengemukakan pendapat juga keduanya sama-
sama memiliki prinsip persamaan, keadilan dan kebebasan. Dalam syura, setiap
peserta syura memiliki hak dan dapat mengemukakan pendapat dan pemikirannya
Begitu pula pada demokrasi, dimana salah satu karakteristik demokrasi yang
dan ikut serta terlibat dalam suatu pembuatan keputusan dimana setiap orang baik
131
ketiga prinsipnya adalah (1) prinsip persamaan, yaitu pendapat setiap peserta
syura memiliki nilai yang sama dan setiap peserta syura memiliki hak yang sama
syura selama pendapat tersebut tidak bertentangan dengan yang telah ditetapkan
mendapatkan hak bagi setiap individu di dalam suatu negara yang dijamin dengan
132
Sehingga pada demokrasi, kebebasan adalah sebagai hak asasi manusia (HAM).
secara bebas, seperti hak untuk menyatakan pendapat, berkumpul dan berserikat
dan lain-lain. (3) Prinsip Keadilan, dalam syura setiap peserta syura wajib
memiliki sifat adil agar dapat membuat keputusan yang adil pula. Juga pada
pemimpin syura agar dapat berlaku adil kepada setiap peserta syura dengan
pendapatnya juga keputusan yang dihasilkan oleh syura juga haruslah merupakan
suatu keputusan yang bersifat adil bagi rakyat. Sedangkan pada demokrasi,
keadilan ditekankan pada perlakuan yang sama dihadapan hukum dan kesamaan
133
sebelumnya, penulis memiliki beberapa saran dimana hal ini diharapkan dapat
masyarakat. Namun, ada beberapa hal yang dapat kita jadikan sebagai suatu
orang lain. Karena setiap orang memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban
134
kalah. Setiap pendapat dan masukan harus selalu dihargai baik berasal
135
Buku:
Al- Bahansawi, Salim Ali. 1996. “Wawasan Sistem Politik Islam”. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.
Al-Banna, Hassan. 1998. “Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin Jilid 1”.
Surakarta: Era Intermedia.
Al-Banna, Hassan. 1998. “Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin Jilid 2”.
Surakarta: Era Intermedia.
Al-Qardhawy, Yusuf, Dr. 1999. “Pedoman Bernegara Dalam Perspektif Islam.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Amin, Jumaah. “Method Pemikiran Hasan Al-Banna: Antara Tetap dan Berubah”.
Konsis Media.
Ammirudin, M. Hasbi. 2000. “Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman”.
Yogyakarta: UII Press.
Arikunto, Suharsimi. 1993. “Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek”.
Jakarta : Rineka Cipta.
Ash-Shadr,Sayid Muhammad Baqir. 2001. “Sistem Politik Islam: Sebuah
Pengantar”. Jakarta: Lentera.
Asy-Syawi, Taufiq Muhammad. 1997. “Syura Bukan Demokrasi”. Jakarta: Gema
Insani Press.
Budiardjo, Miriam. 1986. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta: Gramedia.
Chillcote, R. 2003. “Teori Perbandingan Politik, Penelusuran Paradigma”.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Denny JA, HA Sumargono, Kuntowijoyo, et.al. 2000. “Negara Sekuler: Sebuah
Polemik”. Jakarta: Putra Berdikari Bangsa.
Eliasii, Haleem, M.A. “The Holy Qur’aan With Arabic Text (Revised Edition)”.
India: Kutub Khana Ishayat-Ul Islam.
136
137
Internet:
The Holly Quran. http://quran.com/3. diakses pada tanggal 28 Februari 2015, pukul
17.02 WIB.
138