Anda di halaman 1dari 17

Respon Infeksi Virus Bakteri Ekstraseluler Bakteri intraseluler Jamur

imun

Innate  Inhibisi infeksi oleh 


Protein : lysozyme merupakan enzim  Sel NK dan sel fagosit  Makrofag  cryptococcus
interferon tipe I (IF-1 antibakteri yang terdapat di sekresi mukosa, (terutama makrofag dan  Neutrofil  candida albicans
dihasilkan oleh sel air mata dan saliva  menghancurkan limfosit) dan aspergilujs fumigatus
dendritic) dengan cara peptidoglikan bakteri  Molekul protein pejamu yang
menghambat replikasi  Collectins (Mannose Binding memperantarai antara sistem
virus Lectin/MBL) berikatan dengan bakteri imun alami dan adaptif : MBL,
 Pemusnahan oleh sel gram + dan – dan mengaktivasi sistem TLR
NK dengan cara komplemen dan opsonin untuk memicu
fagositosis fagositosis oleh makrofag

Komplemen activation diinisiasi 3 jalur :
alternative dan lektin (innate) dan klasik
(antibody)  membentuk MAC/ Membrane
Attack Complex yang menghancurkan
membrane sel bakteri
 Toll like reseptor (TLR) merupakan
signaling yang berikatan dengan bakteri 
TLR teraktivasi  sel fagosit menghasilkan
sitokin proinflamasi
Adaptif Cell-Mediated Imunity Penangkapan antigen oleh APC/ Antigen MHC Kelas II berikatan  Sel limfosit T helper CD4+ 
dan Humoral (antibody)- Presenting Cells dan presentasinya kepada sel dengan antigen yang Th1 (fungal clearance) dan Th2
Mediated Imunity. Th. dipresentasikan oleh APC (rx alergi)
 MHC I  CD8+   Sel T helper yang teraktivasi berdeferensiasi kepada Th
teraktivasi menjadi menjadi Th1 (produksi IL-2, IFN-Gamma
Limfosit T sitotoksik dan TNF-Alfa) dan Th2 (IL-4, IL-5, IL-10
 MHC II  CD4+  dan IL-13). Th1 untuk aktivasi sel T
teraktivasi menjadi cytotoxic CD8+ dan aktivasi makrofag
Limfosit T helper sedangkan Th2 untuk aktivasi sel B 
produksi antibodi
PENYAKIT INFEKSI VIRUS
Etiologi Cara penularan Masa inkubasi Manifestasi klinis Pemeriksaan Klasifikasi Terapi
Penunjang
Avian Influenza H5N1 (flu burung), Unggas (droplet) ke H5N1 : 2-5 hari Derajat 1 : tanpa RT-PCR dan IFA  Kasus suspek Oseltamivir < 1 tahun
H1N1 (flu babi) manusia. Tidak pneumonia, 2: kenaikan titer  Demam + ILI dan : 3 mg/kg, >1 tahun :
H  virulensi, N  menghasilkan +pneumonia dengan antibody 4x disertai pajanan 7 2 mg/kg (efektif 48
pelepasan virus transmisi gagal nafas, 3: hari sebelum jam pertama)
antarmanusia pneumonia berat + gagal awitan + kontak
nafas, 4 : pneumonia erat dengan Profilaksis
berat + ARDS suspek, probable oseltamivir 1x75 mg
atau konfirmasi 7-10 hari (jika > 7
 Demam + ILI hari tidak dianjurkan)
disertai leukopenia
dan gambaran
pneumonia +
riwayat kontak
erat
Kasus Probable
(kasus suspek +
kenaikan titer uji HI
min 4x)

Kasus konfirmasi
Kasus
suspek/probable +
PCR H5 positif /
peningkatan titer
antibody 4x
Campak / morbili Virus campak Droplet sejak 1-2 hari 10 hari Inkubasi : 10 hari Koplik spot Vitamin A
sebelum timbul gejala Prodromal : 3C (cough, - < 6 bulan :
sampai 4 hari setelah coryza, conjunctivitis) 3 50.000 IU selama
timbul ruam hari 2 hari
Eksantema : ruam - 6 bulan - 1 tahun
makulopapular pertama : 100.000 IU
kali dibelakang telinga - > 1 thn : 200.00
dan menyebar ke kaki
(lama periode 6-7 hari)
Demam chikungunya Virus chikungunya Nyamuk Aedes 2-4 hari Demam akut + nyeri serologi Simptomatik
Etiologi Cara penularan Masa inkubasi Manifestasi klinis Pemeriksaan Klasifikasi Terapi
Penunjang
albopictus untuk sendi (paling nyeri pada
daerah rural, pagi hari dan berkurang
A.aegypti untuk dengan latihan ringan)
daerah urban berlangsung 1 minggu +
ruam makulopapular
Dengue virus Virus dengue Aedes aegypti Demam dengue Darah rutin : Infeksi dengue : rawat
- demam tinggi trombositopenia (hari jalan jika tidak ada
mendadak + ke-3 sd 8) warning sign
perdarahan ringan + Peningkatan Ht >20%
trombositopenia (tanda perembesan DBD tanpa syok : 5
Demam berdarah dengue plasma) cc/kg selama 48 jam
- stad I : uji tourniquet
+, II : perdarahan Deteksi antigen : NS- SSD : 10-20 cc/kg
spontan, III : syok 1 (hari 1 sd hari ke-5) selama 10-20 menit +
terkompensasi, IV : O2 2-4 lpm  jika
syok berat. Uji serologis : tidak teratasi cek Ht,
- Trombositopenia + IgM terdeteksi hari jika turun maka
hemokonsentrasi ke-5 transfuse dan jika
>20% naik bolus ke-2
Sindrom syok dengue
- + syok terkompensasi /
dekompensasi
Expended dengue
syndrome
- keterlibatan organ
lain
Ebola Virus ebola Kontak langsung 2-21 hari Demam + erupsi ELISA atau PCR Suportif + mengatasi
pada kulit dan makulopapular, petekie perdarahan (PCR,
mukosa atau ekimosis + riwayat FFP) + antimikroba
dari afrika
Eksantema subitum / Human Herpes Virus Transmisi lewat air Demam mendadak tinggi Nagayana spot simptomatik
Roseola infantum -6 liur (bisa kejang / fever
induced seizure) 3-5 hari
Saat panas turun timbul
ruam di leher dan
menyebar ke wajah dan
Etiologi Cara penularan Masa inkubasi Manifestasi klinis Pemeriksaan Klasifikasi Terapi
Penunjang
ekstremitasi
Enterovirus Coxsackievirus A / B, Fecal-oral atau
poliovirus atau melalui saluran nafas
enterovirus
Epstain-Barr Virus EBV virus saliva Demam 1-2 minggu Darah rutin : Self limited disease
(Mononukleosis Sakit tenggorokan limfositosis absolut (bisa beraktifitas 2
Infeksiosa) minggu I bulan setelah onset
(tonsilofaringitis) Tes antibody heterofil penyakit)
Limfadenopati (minggu paul-bunnel +
ke-2 sd 4)
Splenomegaly (minggu
ke 2 sd 4)
Hanta Virus hanta Transmisi ke manusia Haemoragic Fever with HCPS : HFRS :
melalui urin/feses Renal Syndrome (HFRS) trombositopenia, Fase oliguria  tx
yang terkontaminasi : demam, perdarahan dan pergeseran ke kiri, + gagal ginjal
dengan virus dan gagal ginjal sel myeloid dan sel Fase diuresis 
kadang melalui imunoblast cairan dan elektrolit
gigitan virus. Belum Hantavirus Cardio-
ada bukti penularan Pulmonary Syndrome
antar manusia (HCPS) : demam, edema
non kardiogenik di paru,
hipotensi, takikardi dan
takipneu
Herpes simpleks HSV-1 dan HSV-2 Saliva atau secara 4 hari HSV-1 : vesikel dengan Histologi : Asiklovir 5x200 mg
langsung dari dasar eritema yang multinucleated giant selama 5 hari jika
mukokuteneus menyatu di area cavum cell infeksi berulah 80
oral Tzank test mg/kg/hari selama 7-
10 hari
HSV-2 : herpes genitalis
HIV 4% pada trimester PCR HIV : 6-8 Persalinan
pertama, 20% pada minggu pervaginam bila :
UK 36 minggu dan PCR HIV : 4-6 bulan pemberian ARV
50% pada akhir Antibodi HIV : 18 mulai <14 minggu
kehamilan Bulan (>6 bulan) atau jumal
virus <1000
Etiologi Cara penularan Masa inkubasi Manifestasi klinis Pemeriksaan Klasifikasi Terapi
Penunjang
< 5 tahun diterapi
tanpa terkecuali
>5 tahun diterapi
semua pada stadium 3
dan 4, CD4<25%
pada stad 2 dan <350
pada stad 1

UJI VIROLOGIS
Tersedia :
Uji virologis usia 6-8
minggu  jika positif
mulai terapi ARV dan
cek ulang usia 4-6
bulan, jika negatif
apakah mendapat ASI
 ulangi cek
virologis 6 minggu
setelah berhenti ASI

Tidak tersedia :
Pemantauan klinik
berkala  Jika bayi
masih sehat sampai
usia 9 bulan – cek
antibody HIV 
positif  asumsikan
tidak terinfeksi bila
anak sehat dan ulangi
cek umur 18 bulan,
jika bayi ada gejala
dan antibody positif
 asumsikan
terinfeksi dan mulai
ARV lalu konfirmasi
dengan uji virologis
Etiologi Cara penularan Masa inkubasi Manifestasi klinis Pemeriksaan Klasifikasi Terapi
Penunjang
Human Papilloma HPV Kontak langsung Cauliflower shape Pap smear + uji Oleskan tricloroasetik
Virus Tipe 6 dan 11 berwarna putih atau deteksi DNA HPV  acid, imiquimod,
menyebabkan keabu-abuan membutuhkan uji krioterapi
kondiloma akuminata kolposkopi lanjut
Vaksin HPV 
Tipe 16-18  kanker diberikan pada umur
serviks 10-13 tahun dengan
interval 6-12 bulan
Influenza 1-4 hari (rata- Vaksin influenza
rata 1,5 hari) >6 bulan  diulang
tiap tahun
umur < 9 tahun : 2x
interval 4 minggu
6-36 bulan : 0,25 cc
>36 bulan : 0,5 cc

Japanese Ensefalitis Virus JE Diperantara nyamuk 6-16 hari Demam akut + LCS : peningkatan Minosiklin
culex, babi meningitis aseptic / protein dan kadar
ensefalitis (demam tinggi glukosa normal Vaksin JE : mulai
lalu diikuti kejang hingga usia 12 bulan (booster
kehilangan kesadaran) IgM ELISA 1-2 tahun berikutnya)

Isolasi virus
Nipah Virus nipah Ditularkan kepada 3-14 hari Mirip JE (+ riwayat LCS : peningkatan Asiklovir +
manusia melalui vaksin JE) kadar protein seftriakson
kontak dengan babi
yang terinfeksi dan MRI : hiperintens
masuk pernapasan yang tersebar (JE
secara aerosol melibatkan thalamus,
ganglia basal,
hipokampus dan
batang otak)
Poliomyelitis Virus polio Infeksi droplet dari 3-6 hari dan Minor illness : ringan Diperiksa tinja IPV  meningkatkan
orofaring atau lewat kelumpuhan Major illness : gambaran minimal 2 spesimen antibody 
tinja yang infeksius terjadi dalam bifasik/dromedari (2 dengan interval 24 mencegah
waktu 7-21 hari letupan kedua kelainan jam kelumpuhan
Etiologi Cara penularan Masa inkubasi Manifestasi klinis Pemeriksaan Klasifikasi Terapi
Penunjang
sistemik dan
neurologic) : demam  OPV  timbul
demam turun  gejala kekebalan usus
minor : kelumpuhan (mampu memutus
maks 48 jam (paralisis) transmisi virus)
 2 tipe (spinal dan
bulbar)

Spinal :
 kaki lebih sering
terkena disbanding
tangan
 asimetrik
 descending paralysis
 (-) ggn sensorik

Bulbar :
Saraf yang terkena V
(makan, menelan), IX, X
(bicara, pita suara), XI
dan VII
Parotitis epidemika Virus parotitis Kontak langsung 14-24 hari Demam 1-6 hari, saat
epidemika lewat droplet demam turun terjadi
pembengkakan kelenjar
parotis, pembengkakan
kelenjar parotis terjadi -7
hari
Rabies Virus rabies Penularan melalui 7-10 hari  prodromal Post-exposure
kelenjar ludah  fase neurologis : prevention :
mengamuk/furiou  mencuci luka
s (hidrofobia) dan dengan sabun
paralitik + air mengalir
(ascending selama 15
paralysis) menit

luka risiko rendah


Etiologi Cara penularan Masa inkubasi Manifestasi klinis Pemeriksaan Klasifikasi Terapi
Penunjang
(jilatan pada kulit
luka, garukan atau
lecet, luka kecil
disekitar tangan,
badan dan kaki) 
hanya diberikan VAR
2 (hari 0)- 1 (hari 7)-
1 (hari 21)

luka risiko tinggi


(jilatan pada mukosa,
luka diatas bahu,
ujung jari)  VAR
dan SAR
Rubella Rubella virus Oral droplet 14-21 hari Prodromal : Demam Titer antibodi Forschheimer spot
ringan, demam
menghilang maka erupsi Trias sindrom rubella
timbul. kongenital : mata
(katarak), telinga
Eksantema : mulai (ketulian) dan defek
retroaurikular maluas jantung (PDA,
secara kraniokaudal stenosis pulmonal)
(macula merah muda
yang menyatu menjadi
eritema difus)

+ limfadenopati
Sitomegalovirus / CMV Kontak yang amat Tiga K (kepala kecil  Deteksi virus dalam DD/ Gansiklovir 6 minggu
Cytomegalic dekat RM, kalsifikasi, urin (atau saliva)  toxoplasma dan dilanjutkan
Inclusion Disease korioretinitis) kongenital  valgansiklovir sampai
(CID) kalsifikasi 6 bulan
pada kortek
serebri (CMV : Gansiklovir : 6
kalsifikasi mg/kg/12 jam IV
periventricular
), Valgansiklovir : 16
Etiologi Cara penularan Masa inkubasi Manifestasi klinis Pemeriksaan Klasifikasi Terapi
Penunjang
Korioretinitis mg/kg/12 jam
+
mikrofthalmia
+ hidrosfalus
(CMV :
mikrosefali)
 Rubella
kongenital 
pada CMV
tidak ada
katarak dan
defek jantung

SARS-CoV
Varisela / chickenpox Varicella zoster virus Kontak langsung, 14-16 hari  Demam 2 hari Pemberian asiklovir
(VZV) droplet atau aerosol lalu timbul ruam oral (20 mg/kg)
dari lesi vesikuler muncul di muka selama 5 hari pada
dan menyebar ke varisela sedang (lesi
badan dan 250-499) dan berat
ekstremitas (>500)  kurang
(papula, vesikel, bermanfaat jika > 72
pustule, krusta di jam
daerah yang
sama)
Zika Virus zika Nyamuk aedes Demam tidak tinggi + Kongenital :
albopictus ruam mirip dengue + mikrosefal atau
artralgia kalsifikasi intrakranial
etiologi Cara Penyebaran Manifestasi klinis Pemeriksaan Klasifikasi Terapi
Penunjang
Antraks Bacillus anthracis Sapi/domba/kambing  Antraks kutaneus  Kultur B.anthracis Antraks kulit  ciprofloksasin /
(gram +) yang menghirup atau ulkus yang tidak amoksisilin
mencerna spora nyeri dengan nekrotik
bacillus antraks berwarna hitam di Inhalasi/GI/Sistemik + (-)
tengah meningoensefalitis 
 Antraks inhalasi ciprofloksasin + clindamisin
 Antraks intestinal
(+) sistemik +
meningoensefalitis  3 AB 
2 bakterisida (cipro +
amoksisilin) + 1 inhibitor
sintesis protein (linezolid)
Demam tifoid Salmonella typhi Fecal-oral Step-ladder temperature : Leukosit rendah + Kloramfenikol 100 mg/kg/hari
Demam paratifoid  demam naik secara bertahap limfositosis relatif dibagi 4x pemberian selama 10-
lebih ringan tiap harinya dan mencapai 14 hari
(salmonella titik tertinggi pada akhir Biakan : minggu
enteriditis) minggu pertama pertama : darah, Amoksisilin 150 mg/kg/hari
minggu kedua dan
GI : obstipasi kemudian ketiga : feses dan urin Lini II : cefixime 10-15 mg/kg/x
diikuti diare
Lidah tampak kotor dengan Serologi tubex
putih ditengah sedang tepid demam >= 5 hari
an ujungnya kemerahan
Difteri Corynebacterium Droplet transmission biakan Possible : (+) ADS :
diphteriae (gram +) pseudomembran Hidung : 20.000
Confirmed : hasil Tonsil : 40.000
biakan (+) Faring/Laring : 40.000
Kombinasi lokasi : 100.000
Difteria + bullneck : 100.000
(sebelumnya uji kulit)

eritromisin 40-50 mg/kg/hari


min 10 hari
kolera Vibrio cholera (gram Diare seperti air cucian beras Px mikroskop medan Syok  resusitasi
-) + demam gelap terang Dehidrasi  rehidrasi
Dehidrasi berat : 30 cc/kg (30
menit pada umur >12 bulan, 1
jam pada umur < 12 bulan) lalu
lanjut 70 cc/kg

Zinc 10 mg (<6 bulan), 20 mg


(>6 bulan)

Antibiotic : ciprofloksasin 15
mg/kg 3 hari / tetrasiklin 12,5
mg/kg 3 hari / eritromisin 12,5
mg/kg 3 hari
Lepra Mycobacterium Lesi kulit yang mati rasa Sayatan kulit diambil Pausibasiler (PB) : PB : (6 bulan)
leprae (hipopigmentasi / dari mukosa nasal, jumlah lesi 1-5, <10 thn : rifampisin 10 mg/kg +
eritematous) + ggn fungsi lobus telinga dan lesi penebalan saraf hanya dapson 2 mg/kg hari pertama
saraf (mati rasa. Parese, kulit 1, BTA negatif 10-15 tahun : rifampisin 450 mg
paralise) / penebalan saraf + dan dapson 50 mg
BTA (+) pada kerokan kulit Multibasiler (MB) : 2-28 hari : dapson
jumlah lesi > 5, MB : 12 bulan
penebalan saraf >2, 10-15 thn : rifampisin 450 mg,
BTA (+) klofazimin 150 mg, dapson 50
mg hari pertama
2-28 hari : klofazimin 50 mg +
dapsone 50 mg
leptospirosis L.interrogans Kontak dengan urin, Microscopic Leptospirosis Weil : penisilin G atau
darah tikus agglutination test anikterik : demam + ceftriaxone selama 7 hari
(MAT)  baku emas nyeri betis +
perdarahan Kasus ringan : doksisiklin (>7
konjungtiva, tahun) 4 mg/kg/hari 7-10 hari
hepatosplenomegali + atau azitromisin (<7 tahun) 20
ruam mg/kg hari pertama dan 10
mg/kg hari ke-2 dan 3
Leptospirosis ikterik
(sindrom weil) : sama
dengan L.anikterik +
icterus (ggn fungsi
hati), ggn kesadaran,
ggn ginjal dan
sirkulasi
Meningokokus Neisseria Demam + gejala khas Swab nasofaring Kasus suspek : Ceftriaxone
meningitides (fotofobia, kaku kuduk, nyeri demam onset Ampisilin
kepala hebat, perubahan mendadak + kaku Gentamisin
kondisi mental) kuduk Kloramfenikol

Probable : suspek +
LCS keruh

Probable : LCS
pewarnaan gram
diplococcus gram
negatif

Konfirmasi : probable
+ LCS terdeteksi
antigen
Pertusis Bordetella pertussis Stadium kataralis (1-2 Leukositosis + Batuk 2 minggu tanpa < 1 bulan : azitromisin 5 hari
(gram -) minggu) limfosit absolut sebab yang jelas eritrromisin 14 hari
Stadium paroksismal (2-4 dengan satu gejala :
minggu) : whooping cough - batuk
(pada bayi diikuti periode paroksismal
henti nafas) - whooping
Stadium konvalesen (1-2 inspirasi
minggu) - muntah pasca
batuk
- apnea
Rickettsia Rickettsia (gram Artropoda (gigitan Demam berbintik Rocky Lab : leukosit Demam berbintik Tetrasiklin + kloramfenikol
negatif) atau terkontaminasi Mountain (demam, ruam, normal/rendah rocky mountain sampai 48 jam bebas demam
feses) nyeri kepala) dengan pergeseran ke (vector sangkenit)
kiri, trombositopenia,
hiponatremia
Salmonellosis / Non NTS Manifestasi klinis : Media selektif :
Typhoidal Salmonella Gastroenteritis akut MacConkey
Infeksi ekstraintestinal
Sekuele non infeksi
Karier salmonella
Sifilis Treponema pallidum Trimester 1 dan 2 laju Proven or highly probable Tes nontroponemal : Sifilis primer : 1 : penisilin G Kristal selama 10
transmisi vertical congenital syphilis : (1) Veneral Diseases chancre (ulkus) tidak hari IV / Penisilin G prokain SD
mencapai 100% - PF abnormal Reasearch Laboratory nyeri, dasar bersih selama 10 hari IM\
- Titer serum non (VDRL) Sekunder : lesi kulit
treponemallebih bervariasi 2: sama dengan 1 / benzatin
tinggi TPHA = tes serologi Tersier : gumma penisilin G SD
- Hasil px lapang IgG yang lebih
pandang gelap + spesifik 3: benzatin penisilin G IM SD /
Possible congenital syphilis : tidak diterapi terapi harus
(2) dievaluasi per 3 bulan selama 6
- klinis normal bulan
- titer VRDL <4x
- ibu belum mendapat
terapi atau mendapat
terapi tidak adekuat
(ibu
direkomendasikan <4
mgg sebelum
melahirkan)
congenital syphilis less likely
: (3)
- klinis normal
- VDRL <4x
- Ibu pernah diterapi
selama kehamilan
(diberikan >4 mgg
sebelum melahirkan)
Congenital syphilis unlikely :
- klinis normal
- VDRL <4x
- Ibu diterapi adekuat
- Titer VDRL ibu
rendah
Stafilokokus Koagulase (+) : Lokal : furunkel, karbunkel, SAB : Vankomisin 6 mg/kg IV
S.aureus impetigo sekali sehari/ Beta lactam
Koagulase (-) :
S.epidermidis Invasif : SABakterimia MRSA : vankomisin
(singkirkan Endokarditis
infektif, kultur +) CONS : sefalosporin/
CONS : riwayat pemasangan klindamisin/ vankomisin
kateter IV
TTS : clindamisin (S.pyogen),
TTS : infeksi jar lunak/ Beta lactam (S.aureus)
necrotizing fascitis
(S.pyogen), diare dan nyeri
otot (S.aureus)
Staphylococcal Koagulase +  Nikolsky sign + DD/ AB : klindamisin, macrolide
Scalded Skin produksi eksotoksin (pengelupasan kulit akibat TSS dan scarlet fever Topical : mupirocin, basitrasin,
Syndrome  epidermolisis tekanan lembut)   (-) blister atau asam fusidat
(superantigen) mengelupasnya sebagian tanda nikolsky
besar permukaan kulit dan
meninggalkan kulit yang Pemphigus  bula
kemerahan seperti luka bakar subepidermal (tidak
mudah pecah)

SSJ  melibatkan
mukosa (oral, mata,
genital)
Streptococcus grup A Droplet air ludah Supuratif : faringitis Scarlet fever : ruam Tx faringitis GAS :
Non supuratif : demam difus muncul di leher Amox 10 hari / klindamisin 10
reumatik, glomerulonefritis menyebar ke badan hari/ eritromisin 10 hari
dan kaki + faringitis

Komplikasi 
PANDAS (pediatric
autoimmune
neuropsychiatric
disorder associated
with S.pyogen)
Tetanus Clostridium tetani Risus sardonicus Skor Ablett : Perawatan umum :
Opistotonus I : (-) kejang - diazepam
II : (+) kejang perawatan khusus :
rangsang - metronidazole loading
III : kejang spontan 15 mg/kg dilanjutkan 30
(+) mg/kg diberikan tiap 6
IV : hipertensi/ jam selama 10 hari
hipotensi - ATS : 50.000-100.000
IU, setengah diberikan
IV dan setengahnya IM
- HTIG 3000-6000 IU IM

Infeksi parasite
Etiologi Transmisi Manifestasi klinis Pemeriksaan Klasifikasi Terapi
penunjang
Amebiasis e.histolytica Tertelannya kista Amebiasis usus : feses Feses rutin Metronidazole 15 mg/kg/hari tiga
Enkistasi (trofozoit  berdarah, (-) demam (jika dosis selama 10 hari
kista) ada demam maka mengarah
Ekskitasi (kista  ke disentri basiler)
trofozoit)
Amebiasis hati : di lobus
kanan hati
Filariasis W.bancrofti Nyamuk culex W.bancrofti : + Pemeriksaan darah Dec 6 mg/kg selama 12 hari +
B.timori pembengkakan scrotum, jari pada malam hari albendazole 400 mg
vulva vagina (ICT)
B.timori : pembengkakan di + doksisiklin 200 mg/hari 21 hari
kaki bawah lutut (menurunkan wolbachia)
Giardiasis Giardia lamblia Tinja berlemak Metronidazole 15 mg/kg/hari tiga
dosis selama 10 hari
Hymenolepiasis Hymenolepis nana Larva sistiserkoid Teknik kato-katz Prazikuantel 25 mg/kg SD
Malaria plasmodium Menggigil (cold stage), Hapusan darah : Malaria berat : Lini 1 : DHP/ Artesunat-
demam (hot stage), Falciparum : + bintik - ggn kesadaran Amodiakuin + primakuin
berkeringat (sweating maurer dan cincin - kejang
stage) accole - asidosis Lini 2: kina + doksisiklin
- anemia berat (falciparum)/ primakuin (vivax)
Vivax ; titik schuffner - ggn ginjal
- icterus Malaria berat :
Malariae : bird’s eye - edema paru artesunat 2,4 mg/kg IV jam ke-0,
form - perdarahan 12, 24 selanjutnya /24 jam
- syok
- hiperparasitemia
(>10%)
Nematode usus Ascaris lumbricoides AL : telur infektif AL : sindrom Loeffler AL : telur berdinding AL : albendazol > 2 th 400 mg, < 2
Strongyloides tertelan (pneumonia + eosinophilia tebal th 200 mg / pirantel pamoat 10
stercoralis + meningkatnya Ige) mg/kg SD
Cacing tambang Cacing tambang : Cacing tambang :
Enterobius larva filariform Cacing tambang : ground jernih transparan, Cacing tambang : albendazol SD /
vermicularis itch dinding tipis pirantel pamoat tiga hari
Trichuriasis : telur
Taenia infektif tertelan Trichuriasis : prolapsus Trichuriasis : albendazol
rectum
Enterobius e.vermicularis : albendazol
vermicularis : telur e.vermicularis : pruritus ani
infektif taenia : prazikuantel
taenia : sistiserkosis 
Taenia : sistiserkus neurosistiserkosis
didalam daging
Kriprosporidium Cryptosporidium Tertelannya ookis Diare cair profus + (-) Nitazoxanide
hominis (protozoa) darah + nyeri perut
Toxoplasmosis Toxoplasma gondii Stadium Kepala besar (hidrosefalus) Serologi : IgM (2 Cara pemberian : Pirimetamin + sulfadiazine /
ekstraintestinal : Korioretinitis minggu), IgG (1-2 pirimetamin sulfadiazine 6 spiramisin
takizoit  mikrofthalmia bulan) bulan pertama, 6 bulan + asam folat 5 mg/ hari
pseudokista  kista berikutnya PS selang seling + KS (jika terdapat korioretinitis)
 jaringan dengan spiramisin

Infeksi jamur
Etiologi Gambaran klinis Pemeriksaan penunjang Terapi
Aspergillosis Aspergillus fumigatus Aspergilosis rx alergi Kultur + histopatologis Vorikonazol (lini 1)
A. flavus Aspergilosis kronis  bronchoalvolar Echinocandins 
Aspergilosis invasif lavages (BAL) caspofungin dan
micafungin
histoplasmosis Histoplasma capsulatum Histoplasmosis paru Amphotericin 1-2
H.doboisii (inhalasi Histoplasmosis minggu lalu dilanjutkan
spora/konidia) diseminata itraconazole 6-12 minggu
Histoplasmosis kutaneus
kandidiasis Candida albicans Kandidiasis Biakan dengan dekstrosa Fluconazole (anak 8-12
(blastospora  pseudomembranosa akut saboraud mg/kg/hari, bayi 12
pseudohifa)  bercak putih yang mg/kg/hari)
menimbul pada dasar
selaput lendir merah Oral : nistatin 4x400.000
(anak), bayi 4x200.000
Pneumonia pneumosistis Pneumocystic jiroveci Kelainan alveolar paru Profilaksis :
(PCP) < 1 thn (berapapun CD4),
1-6 thn (CD4 <500), >6
thn (CD4<200)

kotrimoksazol  jika
tidak toleran maka
diberikan dapsone

Anda mungkin juga menyukai