Anda di halaman 1dari 16

Nama : Ary Aditya

NIM : 203020302061

Mata Kuliah : Manajemen Usaha Kecil dan Koperasi

Dosen Pengampu : Meylinda Sukmani, S.S., MM

Tugas : Rangkuman BAB 2 “Koperasi Dalam Analisis Organisasional


Komparatif”

Rangkuman Materi BAB 2

“Koperasi Dalam Analisis Organisasional Komparatif”

1. Konsep Koperasi

Seringkali orang mendefinisikan koperasi berdasarkan prinsip-prinsip koperasi seperti prinsip


koperasi dari Rochdale. Prinsip-prinsip itu memang sering memuat sejumlah nilai, norma, dan
tujuan konkrit, namun prinsip tersebut merupakan prinsip pengembangan organisasi dan
pedoman-pedoman kerja yang pragmatis yang hanya berhasil diterapkan pada keadaan-keadaan
tertentu saja. Prinsip-prinsip koperasi dapat digunakan sebagai petunjuk-petunjuk yang berguna
bagi pengembangan organisasi koperasi dan gerakan koperasi tertentu, namun prinsip-prinsip itu
biasanya bukan merupakan kriteria yang berguna bagi pembuatan definisi ilmiah mengenai
organisasi koperasi yang berlaku secara univer sal. Meskipun demikian, mengingat prinsip-
prinsip koperasi merupakan pula sumber dari norma-norma hukum, seringkali prinsip-prinsip
koperasi berguna bagi pengertian koperasi menurut hukum (Hanel, 1989).

Dua contoh pengertian koperasi yang mencantumkan prinsip-prinsip koperasi adalah yang
dikemukakan oleh International Cooperative Alliance (ICA) dan UU No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian di Indonesia. International Cooperative Alliance (ICA) mendefinisikan koperasi
sebagai kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk perbaikan sosial
ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan ekonomi anggotanya dengan jalan berusaha
bersama dengan saling membantu antara satu dengan lainnya dengan cara membatasi
keuntungan, usaha tersebut harus didasarkan prinsip prinsip koperasi (Ima Suwandi 1985).
Definisi koperasi yang dikemukakan ICA tampaknya selalu mengalami perubahan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Hal ini dapat kita lihat dari pernyataan ICA
tentang Cooperative Identity, yang menyatakan bahwa Koperasi adalah assosiasi yang bersifat
otonom dengan keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela untuk meningkatkan kebutuhan
ekonomi, sosial dan kultur melalui usaha bersama saling membantu dan mengontrol usahanya
secara demokratik (Ann Hoyt, 1996). Definisi terbaru ini meskipun tidak secara eksplisit
mencantumkan semua prinsip koperasi ICA, namun ada beberapa prinsip yang dominan tertera
dalam definisi tersebut, seperti assosiasi otonom, keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka,
prinsip kontrol secara demokratik,

Pada UU No. 25 tahun 1992, koperasi didefinisikan sebagai "badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan". Pengertian ini disusun tidak hanya berdasar pada konsep koperasi
sebagai organisasi ekonomi dan sosial tetapi secara lengkap telah mencerminkan norma-
norma/kaidah-kaidah yang berlaku bagi bangsa Indonesia. Norma norma atau kaidah-kaidah
tersebut tercermin dari fungsi dan peranan koperasi sebagai:

a. Alat untuk membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosialnya,

b. Alat untuk mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat,

c. Alat untuk memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional, dan

d. Alat untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan

usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Definisi koperasi yang tidak berdasarkan prinsip-prinsip koperasi banyak juga


dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti yang dikemukakan oleh Calvert, Moh. Hatta dan ILO,
meskipun definisi yang dikemukakan kedua ahli tersebut belum mampu untuk menjelaskan
karakteristik koperasi secara universal yang mampu membedakan organisasi koperasi dari jenis
organisasi lainnya.

Menurut Calvert (1959) dalam bukunya yang berjudul The law and Principles of
Cooperation koperasi didefinisikan sebagai organisasi orang-orang yang hasratnya dilakukan
secara sukarela sebagai manusia atas dasar kemampuan untuk mencapai tujuan ekonomi masing-
masing. Ideologi yang terkandung dalam definisi ini adalah:

a. Menolong diri sendiri (self help) atau swadaya.

b. Kerjasama orang orang (personal cooperation) dalam mana anggota yang terhimpun dianggap
sebagai manusia, bukan semata-mata sebagai pemegang saham.

c. Persamaan hak bagi anggota (equality of members).

d. Perhimpunan atau perkumpulan sukarela (voluntary sociation).

e. Mengutamakan kepentingan anggota (member promotion).

Moh. Hatta dalam bukunya "Koperasi Membangun dan Membangun Koperasi"


mendefinisikan koperasi sebagai usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi
berdasarkan tolong-menolong. Definisi koperasi yang dikemukakan oleh Moh. Hatta lebih tepat
jika dipandang dari segi ideologi koperasi. Beliau sangat menginginkan membangun ekonomi
Indonesia dengan basis koperasi, sebab koperasi menawarkan konsep semangat kebersamaan,
asas kekeluargaan, dan kegotong-royongan.

Oleh karena itu secara ideologi koperasi dapat menjadi tulang punggung (soko guru)
perekonomian Indonesia, karena koperasi mengisi baik tuntutan konstitusional maupun tuntutan
pembangunan dan perkembangannya. Koperasi merangkurn aspek kehidupan yang sifatnya
menyeluruh, substantif makro dan bukan hanya partial mikro.

Secara rinci, alasan koperasi menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia


dijelaskan oleh Sri-Edi Swasono (1985) sebagai berikut:

a. Koperasi merupakan wadah menampung pesan politik bangsa terjajah yang miskin
ekonominya dan didominasi oleh sistem ekonomi penjajah. Koperasi menyadarkan kepentingan
bersama, menolong diri sendiri secara bersama dalam meningkatkan kesejahteraan dan
kemampuan produktif.

b. Koperasi adalah bentuk usaha yang tidak saja menampung tetapi juga mempertahankan

serta memperkuat idealitas dan budaya bangsa Indonesia. Kepribadian bangsa bergotong-royong
dan kekolektivan akan tumbuh subur di dalam koperasi.

c. Koperasi adalah wadah yang tepat untuk membina golongan ekonomi kecil (pribumi).

Kelompok ekonomi kecil adalah masalah makro bukan masalah partial di dalam kehidupan
ekonomi Indonesia, baik secara kualitas maupun kuantitas.

d. Koperasi adalah lembaga ekonomi yang berwatak sosial. Koperasi dapat hidup baik

dalam bangunan usaha swasta seperti PT, CV, Firma, dan lain-lain maupun bangun usaha negara
(perusahaan negara), serta di dalam instansi-instansi pemerintah dan lembaga-lembaga
pendidikan.

e. Koperasi adalah wahana yang tepat untuk merealisasikan Ekonomi Pancasila, terutama

karena terpenuhinya tuntutan kebersamaan dan asas kekeluargaan. Dalam keseluruhan koperasi
adalah pusat kemakmuran rakyat.

Menurut International Labour Organization (ILO), melalui Rekornendasi No. 127,


koperasi didefinisikan sebagai suatu perkumpulan orang, yang bergabung secara sukarela untuk
mewujudkan tujuan bersama, melalui pernbentukan suatu organisasi yang diawasi secara
demokratis, dengan memberikan kontribusi yang sama sebanyak jumlah yang diperlukan, turut
serta menanggung risiko yang layak, untuk memperoleh kemanfaatan dari kegiatan usaha, di
mana para anggota berperan serta secara aktif (Hanel, 1989).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa organisasi koperasi dibentuk oleh kelompok-
kelompok orang yang mengelola perusahan bersama yang diberi tugas untuk menunjang
kegiatan ekonomi individual para anggotanya. Koperasi adalah organisasi yang otonom yang
berada di dalam lingkungan sosial ekonomi dan sistem ekonomi yang memungkinkan setiap
individu dan setiap kelompok orang merumuskan tujuan-tujuannya secara otonom dan
mewujudkan tujuan-tujuan itu melalui aktivitas-aktivitas ekonomi yang dilaksanakan secara
bersama.

Sehingga kita bisa membandingkan koperasi dan dengan organisasi yang bukan koperasi
dan jenis-jenis koperasi.

1. Koperasi dengan organisasi perusahaan yang memperoleh laba(perusahaan


kovensional).
2. Koperasi dan Badan Usaha yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum.
Berbeda dengan organisasi koperasi pada Badan Usaha yang berorientasi pada
pemberian pelayanan masyarakat umum,

Definisi koperasi berdasarkan kriteria identitas, yaitu :

1. Jika para pemilik dan para pelanggan adalah individu-individu yang sama, maka
organisasi tersebut dapat didefinisikan sebagai suatu koperasi pembelian( purchasing
cooperative).
2. Koperasi pemasaran (marketing cooperative) adalah koperasi yang melaluinya para
anggota menjual produk dari bisnis mereka masing-masing.
3. Jika produk yang dibeli dari suatu perusahaan adalah barang konsumsi akhir dan para
pelanggan adalah orang-orang itu juga sebagai pemilik perusahaan, maka organisasi
ini dapat dikatakan sebagai koperas/ konsunen (consumer cooperative).
4. Koperasi produsen (productive cooperation) didefinisikan sebagai suatu perusahaan
yang dimiliki oleh para pekerjanya. Anggota dari koperasi jenis ini adalah para
produsen yang secara bersama sama memproduksi produk tertentu, kemudian produk
tersebut dijual ke pasaran umum atau untuk memenuhi pesanan para pelanggan.

Keempat tipe koperasi di atas dapat dikombinasikan menjadi koperasi serba guna,
misalnya koperasi yang membeli produk dan menjual kepada anggotanya, maka koperasi ini
dapat dikatakan sebagai Koperasi Pembelian dan Penjualan. Atau jika suatu koperasi menerima
tabungan dari para anggotanya (marketing) dan juga menyediakan pinjaman kepada anggotanya
(purchasing), maka koperasi ini disebut Koperasi Simpan Pinjam.

2. Berbagai Hubungan Dalam Koperasi


Berdasarkan konsep koperasi yang dijelaskan di atas, perlu digarisbawahi 3
hubungan yang penting dalam lingkungan koperasi, yaitu hubungan kepemilikan,
hubungan pelayanan, dan hubungan pasar.

A. Hubungan kepemilikan

Hubungan kepemilikan menunjukkan besarnya peranan anggota dalam koperasi, artinya


anggota adalah pemilik perusahaan koperasi. Sebagai pemilik anggota mempunyai kewajiban-
kewajiban dan hak-hak tertentu terhadap koperasinya, baik kewajiban dan hak individual
maupun kewajiban dan hak keuangan (finansial).

B. Hubungan Pelayanan

Hubungan pelayanan muncul karena fakta bahwa anggota di samping sebagai pemilik
juga sebagai pelanggan utama koperasi. Bentuk hubungan pelayanan koperasi terhadap anggota
dapat dilakukan melalui bisnis antara usaha anggota dengan badan usaha koperasi. Hubungan
bisnis ini dapat dikaji secara mikro, di mana anggota dapat berfungsi sebagai produsen (penjual)
tetapi juga berfungsi sebagai konsumen (pemakai). Demikian juga koperasi, la dapat berfungsi
sebagai produsen (penjual) tetapi juga dapat berfungsi sebagai konsumen atau pedagang.

C. Hubungan Pasar

Pada prinsipnya, pasar adalah perternuan antara penjual dan pembeli. Tetapi konsep pasar
sebenarnya bukanlah sesuatu yang kongkret, melainkan sesuatu yang abstrak. Ahli ekonomi
bahkan lebih menekankan pada perternuan antara permintaan dan penawaran. Permintaan
menggambarkan rencana jumlah produk yang diminta pada periode waktu tertentu, sedangkan
penawaran menggambarkan rencana produk yang akan dijual (ditawarkan) pada periode tertentu.
Jika permintaan bertemu dengan penawaran, maka akan muncul konsep baru berupa harga dan
jumlah produk yang ditransaksikan.

Dalam teori ekonomi, pasar dikelompokkan menjadi 5 jenis, yaitu pasar barang, pasar
tenaga kerja, pasar uang, pasar modal dan pasar luar negeri. Kelima jenis pasar ini dapat
dimanfaatkan koperasi sebagai sumber daya yang bermanfaat bagi pertumbuhan koperasi.

1) Pasar Barang
Pasar barang menggambarkan pertemuan antara permintaan dan penawaran akan barang.
Koperasi dapat bergerak di pasar barang dengan menawarkan barang hasil produksi koperasi
atau anggota dan dapat pula melakukan permintaan akan produk yang dibutuhkan oleh koperasi
atau anggota.

2) Pasar Tenaga Kerja

Pasar tenaga kerja merupakan pertemuan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja.
Pertemuan ini akan menghasilkan konsep upah dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Biasanya yang melakukan permintaan adalah badan usaha (perusahaan). lembaga-lembaga,
instansi-instansi atau dapat juga perseorangan, sedang yang melakukan penawaran tenaga kerja
adalah jumlah angkatan kerja yang tersedia di pasar kerja. Koperasi sebagai badan usaha juga
membutuhkan tenaga kerja untuk kegiatan operasionalnya, artinya tenaga kerja yang terlepas
dari keanggotaan koperasi. Untuk itu tugas utama pengurus di pasar tenaga kerja ini adalah
merekrut tenaga kerja dan menempatkannya sesuai dengan keahliannya, serta memberikan
insentif yang layak bagi tenaga tersebut.

3) Pasar Uang

Pasar uang adalah pertemuan antara permintaan dan penawaran akan uang. Dalam pasar
uang yang ditransaksikan adalah hak untuk menggunakan uang untuk jangka waktu tertentu. Jadi
di pasar uang akan terjadi pinjam-meminjam dana, yang selanjutnya menimbulkan hubungan
utang-plutang. Penawaran uang dilakukan oleh otoritas moneter (Bank Sentral dan Pemerintah)
dan lembaga keuangan (Bank dan Bukan-Bank), sedang masyarakat (rumah tangga dan
perusahaan) adalah pihak yang melakukan permintaan.

4) Pasar Modal

Dalam arti sempit, pasar modal identik dengan bursa efek. Tetapi dalam arti yang luas
pasar modal adalah pertemuan antara mereka yang mempunyai dana dengan mereka yang
membutuhkan dana untuk modal. Jika pasar uang lebih memfokuskan pada penggunaan dana
jangka pendek, maka pasar modal lebih memfokuskan pada penggunaan dana jangka panjang.

Bagi koperasi sendiri, memasuki pasar modal adalah suatu fenomena yang jarang
dilakukan, sebab koperasi bukan kumpulan modal tetapi kumpulan orang-orang atau badan
hukum koperasi. Dalam konteks ini bukan berarti koperasi tidak boleh memasuki pasar modal,
bisa saja koperasi membeli surat-surat berharga di pasar modal jika memang ada dana
menganggur dan untuk sementara tidak dapat diinvestasikan ke dalam proses produksi di unit
usaha koperasi atau unit usaha anggota dan keputusan pembelian saham itu disetujui oleh
anggota. Surat surat berharga semacam ini dimasukkan ke dalam aset lancar yang sewaktu-waktu
dapat dijual kembali jika koperasi membutuhkan. Keuntungan yang diperoleh atas pemilikan
surat berharga baik berupa dividen atau capital gain dapat dimasukkan ke dalam koperasi sebagai
kontribusi modal dari nonanggota yang berguna bagi pembentukan dana cadangan.

5) Pasar Luar Negeri

Pasar luar negeri menggambarkan hubungan antara permintaan dalam negeri akan produk
impor dan penawaran dalam negeri akan produk ekspor. Dalam rangka pengembang koperasi,
pemerintah sangat menganjurkan koperasi untuk bergerak di pasar luar negeri, artinya
melaksanakan kegiatan ekspor impor. Beberapa koperasi telah mengadakan kegiatan ekspor,
terutama koperasi koperasi yang bergerak dalam industri kerajinan.

3. Masalah Bisnis dengan Nonanggota

Sejauh ini telah dijelaskan situasi koperasi yang tidak bergerak dalam bisnis dengan
nonanggota. Sekarang akan dilihat bagaimana situasi yang sebenarnya terjadi dalam realitas.
Untuk menganalisis masalah ini pertama-tama harus dilihat sudut pandang perusahaan
kapitalistik yang dimiliki oleh para pemegang saham, baru kemudian dilihat koperasi yang
dimiliki oleh para anggotanya.

Dalam suatu korporasi murni, pemilik perusahaan tak lain adalah kapitalis mumi (para
pemegang saham). Mereka menginvestasikan modal ke dalam perusahaan untuk memperoleh
keuntungan berupa dividen dan jenis keuntungan lainnya, tetapi mereka tidak memanfaatkan
servis yang diberikan oleh organisasi itu. Situasi ini sebenarnya tidak terlalu realistis. Pada
kenyataannya para pemegang saham bisa juga sebagai pekerja di perusahaan yang mereka ikut
memiliki sahamnya, atau para pemegang saham bisa menyuplai input (bahan, modal, dan lain-
lain) atau para pemegang saham bisa membeli produk dari perusahaannya sendiri. Bila
dihubungkan dengan kriteria identitas yang dikemukakan terdahulu, sebenarnya hal tersebut
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi jumlah dana dari anggota bisnis suatu perusahaan,
semakin banyak ia berubah ke koperasi.

Logika yang sama berlaku terhadap koperasi semakin banyak ia terlibat dalam
melakukan bisnis dengan nonanggota, semakin besar kehilangan karakteristik koperasi dan
secara berangsur-angsur berubah menjadi suatu organisasi dari para pemegang saham (para
investor yang dominan).

Suatu korporasi dari para pemegang saham (menurut UU) secara ekonomi bisa sebagai
koperasi bila para pemegang saham adalah pemakai satu-satunya atau pemakai utama dari servis-
servis atau para pemegang saham terdiri atas bukan saja para pekerja perusahaan tetapi semua
pekerja adalah juga pemegang saham (koperasi produsen).

4. Alasan Menjadi Anggota Koperasi

Dari sudut ekonomi, kebutuhan yang harus segera dipenuhi terutama adalah kebutuhan
biologis (fisiologis) seperti makan dan minum, sedangkan dari sudut nonekonomi terutama
kebutuhan cinta kasih, penghargaan, keamanan dan aktualisasi diri. Setiap orang menjadi
anggota koperasi pasti didasari oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu yang dapat diraih dari
koperasi tersebut. Bagi orang yang secara ekonomi cukup kuat, mungkin kebutuhan nonekonomi
lebih kuat dibandingkan dengan kebutuhan ekonominya. Sebaliknya bagi orang yang lemah
kondisi ekonominya, motif ekonomi lebih dominan menjadi alasan bagi masuknya ia ke dalam
koperasi.

Jika suatu koperasi memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi kepada seseorang
daripada organisasi lain, ini berarti koperasi lebih tinggi kemampuannya dalam memuaskan
keinginan orang tersebut. Dalam konsep ini tentunya harus diasumsikan bahwa para individu
terutama dimotivasi oleh "self interested", artinya kepentingan diri sendiri yang diutamakan.

Perilaku yang self interested tidak mengabaikan sikap memberi perhatian pada or ang
lain. Bahkan orang yang "altruis" pun (orang yang lebih mementingkan kepentingan orang lain)
dapat dipandang sebagai pernyataan self interested. Orang seperti itu akan memperoleh
penghargaan dari orang lain. Ini juga merupakan kebutuhan yang dapat diperolehnya. Dengan
kata lain perilaku self interested tidak identik dengan perilaku egoistis. Perilaku orang yang
egoistis akan mementingkan kepentingan diri sendiri tanpa memperhatikan orang lain. Kegiatan
amal dalam segala bentuk adalah konsisten dengan perilaku self interested. Sebagai pribadi yang
egois atau pribadi yang mementingkan diri sendiri tanpa memperhatikan orang lain akan
memperoleh kenikmatan dari pendapatan yang terus meningkat untuk kemudian dikonsumsi
sendiri tanpa memperhatikan orang lain di sekitarnya, dan sebagai seorang altruis akan
mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain untuk meningkatkan pendapatan, kesehatan,
konsumsi dan lain-lain dari mereka.

5. Koperasi Dalam Segitiga Strategis

Untuk menganalisis keunggulan koperasi harus ada tiga pemain yang diperhitungkan.
Ketiga pemain itu adalah koperasi itu sendiri (cooperative), para anggota atau anggota potensial
(member atau potential members), dan pesaing (competitor). Masing-masing dari komponen
strategis tersebut sering disebut “The Third's C Strategic" (Customer members, Cooperative, dan
Competitor).

Namun seperti yang disinyalir oleh Yuyun Wirasasmita (1991), pada kebanyakan
koperasi saat ini masih menunjukkan hal hal sebagai berikut:

a. Fungsi dan tujuan koperasi tidak seperti yang diinginkan oleh anggota.

b. Struktur organisasi dan proses pengambilan keputusan sukar dimengerti dan dikontrol,

struktur organisasi dari sudut pandang anggota dianggap terlalu rumit.

c. Tujuan koperasi dari sudut pandang anggota sering dianggap terlalu luas atau terlalu

sempit.

d. Perusahaan koperasi dengan para manajernya sangat tanggap terhadap arahan

pengurus dan atau pemerintah tetapi tidak tanggap terhadap arahan anggota.

e. Fasilitas koperasi terbuka juga bagi nonanggota sehingga tidak ada perbedaan manfaat

yang diperoleh anggota dan nonanggota,


6. Prasyarat Keunggulan Koperasi
Koperasi dapat bersaing dengan organisasi-organisasi lain dalam hal anggota,
modal, pelanggan, dan lain-lain. Bila mereka ingin menarik anggota, mereka harus
menawarkan keunggulan khusus yang tidak dapat diberikan oleh organisasi lainnya.
Dengan kata lain keunggulan khusus tidak akan dijumpai pada organisasi lain dan hanya
dapat direalisasikan oleh individu-individu jika mereka menjadi anggota suatu koperasi.
Dalam pengertian yang lebih jauh, keunggulan itu akan diperolah jika mereka menjadi
pemilik dan pada waktu yang bersamaan juga menjadi pemakai dari servis servis yang
diberikan koperasi tersebut.

Bila kondisi tersebut ada dalam dunia nyata, maka koperasi akan mendominasi kegiatan
bisnis di setiap negara. Tetapi dalam kenyataannya sulit diperoleh kondisi seperti tersebut, sebab
koperasi hanya mempunyai keunggulan komparatif yang dapat mem berikan kelebihan khusus
bagi para anggotanya hanyalah dalam situasi khusus. Dalam pengertian yang sangat umum dapat
dikatakan bahwa ada dua kondisi yang harus dipenuhi bagi suatu koperasi agar menjadi alternatif
yang menarik bagi para anggota dan calon anggota, yaitu:

a. Koperasi harus dapat menghasilkan paling sedikit kelebihan yang sama dengan perusahaan
nonkoperasi. Koperasi harus menjadi pemenang dalam persaingan dan harus mempunyai potensi
untuk memberikan "advantages" khusus atau keunggulan khusus pada para anggotanya.

b. Bahkan sungguhpun koperasi dapat memenangkan persaingan dalam suatu kondisi khusus,
tetapi para anggota tidak dapat berpartisipasi dalam keunggulan itu, mereka akan kehilangan
interest mereka untuk tetap tinggal dalam koperasi. Para anggota harus mampu mengendalikan
manajemen koperasi dengan cara menuntut agar manajemen itu mampu dan bersedia
mempromosikan interest para anggota.

Kemungkinan koperasi untuk memperoleh keunggulan komparatif dari perusahaan


perusahaan lain yang nonkoperasi adalah cukup besar mengingat dalam kondisi tertentu koperasi
mempunyai potensi kelebihan dalam hal, economies of scale, competition, interlinkage market,
participation, transaction cost, dan reduksi terhadap resiko ketidakpastian.
a. Economies of Scale

Economies of scale merupakan faktor yang memungkinkan perusahaan memproduksi


output lebih banyak dengan biaya rata-rata lebih rendah. Skala ekonomis ini dapat diperoleh
karena:

a) aktivitas, nyata, seperti spesialisasi, administrasi personalia yang lebih baik, dan reduksi

ketidakpastian.

b) faktor-faktor precuniary, misalnya harga input yang lebih besar karena pembelian dalam

jumlah banyak, kemampuan meningkatkan modal dengan biaya rendah, dan menurunkan biaya
transport.

c) efek biaya tetap yang timbul karena produksi masa dalam jumlah besar sehingga
menghasilkan biaya tetap rata-rata yang semakin rendah dengan semakin besarnya output yang
dihasilkan.

Economies berarti penghematan ongkos produksi atau kenaikan produktivitas (Boediono,


1986). Penambahan input bahan mentah, buruh dan sebagainya akan menaikkan volume
produksi. Semakin meningkat penambahan input (karena semakin banyak anggota) akan
menurunkan biaya rata-rata atau biaya per unit. Dengan kata lain tingkat produktivitasnya akan
semakin tinggi. Semakin banyak anggota semakin besar kemungkinan untuk mengadakan
pembagian kerja (division of labour) dari dalam perusahaan yang berakibat kenaikan
produktivitas atau penurunan ongkos per unit.

b. Competition

Kemampuan koperasi dalam kompetisi terutama karena koperasi mempunyai potensi


dalam menciptakan economics of scale sehingga mampu menetapkan harga dan jurnlah yang
bersaing di pasar.

Dalarn praktik, masuknya koperasi ke dalarn pasar monopoli tidaklah mudah. Apabila
biaya masuk pasar rendah (tidak ada retriksi / hambatan), keuntungan tarnbahan bagi para
anggota yang memasuki pasar juga akan sulit diperoleh. Untuk itu sebuah koperasi harus:
a) Merniliki kernarnpuan inovasi yang lebih tinggi daripada kemampuan yang dimiliki sekarang
agar dapat memberikan keuntungan khusus yang dihasilkan dari teknologi baru, metoda
organisasi yang lebih baik, atau produk yang meningkat kualitasnya.

b) Koperasi harus mampu menurunkan biaya transaksi lebih rendah daripada biaya yang ada,
atau memiliki keunggulan komparatif. Walaupun demikian, dua hal di atas ternyata menjadi
dilema dalarn koperasi, karena:

a) Jika biaya masuk rendah, koperasi dapat memasuki pasar tanpa memberikan keuntungan
tarnbahan bagi anggotanya,

b) Jika biaya masuk tinggi, koperasi tidak dapat memasuki pasar dan tidak ada keuntungan

khusus yang dapat direalisasikan. (Ropke, 1992).

c. Inter Linkage Market

Inter linkage market adalah keterkaitan pasar yang terjadi karena adanya hubungan antara
pembelian dan penjualan. Koperasi produsen terkait dengan koperasi pembelian dan koperasi
kredit. Koperasi kredit memberikan pinjaman kepada koperasi produksi dan produsen menjual
produknya melalui koperasi penjualan. Dari hasil penjualan koperasi dapat berhubungan dengan
pembeli (koperasi pembelian) dalam hal pengadaan input dan membayar utang kepada koperasi
kredit.

Dalam hal inter linkage market ini, koperasi mempunyai keunggulan dibanding dengan
perusahaan nonkoperasi karena koperasi akan terhindar dari sistem ijon dan rentenir. Bila
hubungan itu terjadi antarpedagang atau koperasi dengan pedagang, maka profit motive menjadi
tujuan utama. Tetapi jika koperasi dengan koperasi, profit motive bukan merupakan tujuan
utama. Hal ini memungkinkan bagi koperasi untuk melaksanakan transaksi antarkoperasi dengan
biaya yang relatif lebih rendah.

d. Participation

Keunggulan koperasi dalam hal partisipasi terutama karena prinsip anggota sebagai
pemilik yang sekaligus sebagai pelanggan. Dengan prinsip ini seorang anggota sudah semestinya
membiayai koperasi miliknya dengan memberikan kontribusi keuangan dalam bentuk simpanan
pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela dan bila perlu melalui usaha pribadinya.

Di samping itu, untuk membangun koperasi dengan pola manajemen yang baik, anggota
diwajibkan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan-keputusan penting dengan
memberikan ide-ide, saran-saran, pendapat dan kritik yang membangun. Dalam hal ini anggota
diberi kebebasan yang sama.

e. Transaction Cost

Faktor lain yang dapat menurunkan biaya koperasi pada koperasi adalah rendahnya biaya
transaksi (transaction cost). Biaya transaksi adalah biaya-biaya yang ada di luar biaya produksi
atau biaya yang timbul atas pengenaan penukaran suatu produk. Biaya ini timbul ketika suatu
organisasi perusahaan mengadakan pembelian input dan penjualan output Pada saat pembelian
input biaya yang perlu dikeluarkan adalah biaya mencari informasi tentang input biaya penelitian
input, biaya kontrak, biaya monitoring kontrak dan biaya legal jika kontrak dilanggar. Sedangkan
pada saat penjualan outout biaya yang perlu dikeluarkan adalah biaya pencarian informasi pasar,
biaya penelitian pasar, biaya kontrak penjualan, biaya monitoring kontrak dan biaya legal jika
kontrak dilanggar.

f. Roduksi Terhadap Risiko Ketidakpastian (Uncertainty)

Masalah ketidakpastian (uncertabity) timbul karena faktor eksternal. Koperasi maupun


badan usaha yang lain mempunyai ketidakpastian dalam hal harga barang, permintaan dan
penawaran, modal, tingkat bunga, dan lain-lain. Makin tinggi tingkat ketidakpastian, makin
tinggi risiko yang dihadapi dan makin besar biaya transaksi yang harus dikeluarkan.
Ketidakpastian dapat dikurangi dengan mengadakan perjanjian (misalnya perjanjian sub
contracting) atau dengan mengasuransikan.

Pada koperasi ketidakpastian itu dapat dikurangi tanpa mengorbankan kebebasan anggota
sebagai produsen atau konsumen barang. Hal ini karena anggota dapat membeli atau menjual
barang kepada koperasi melalui pasar Internal (internalize market). Internalize market akan
menurunkan uncertainty sehingga tingkat risiko yang harus ditanggung menjadi sangat rendah.
Jika terjadi risiko uncertainty dalam koperasi sebagai akibat melaksanakan transaksi di pasar
eksternal, maka kerugian yang ditimbulkan tidak akan ditanggung sendiri-sendiri tetapi
ditanggung secara bersama-sama (shock obsorber). Hal ini berarti biaya risiko per anggota
menjadi lebih rendah.

7. Persyaratan Umum Keberhasilan Perkembangan Organisasi

Seperti yang dikemukakan terdahulu, tugas utama perusahaan koperasi menunjang


kegiatan perusahaan koperasal dan rumah tangga anggotanya dalam rangka meningkatkan
kekuatan ekonominya melalui penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan, yang mungkin:

a. sama sekali tidak tersedia di pasar,

b. ditawarkan dengan harga mutu dan syarat-syarat yang lebih menguntungkan daripada yang
ditawarkan di pasar atau oleh badan-badan resmi.

Guna mencapai tugas tersebut, koperasi harus tumbuh dan berkembang secara efektif dan
efisien. Beberapa persyaratan keberhasilan perkembangan koperasi yang secara umum diterima
oleh teori ekonomi koperasi dijelaskan oleh Hanel (1989) sebagai berikut:

a. Organisasi koperasi harus berusaha secara efisien atau produktif, artinya koperasi

harus memberikan manfliat dan menghasilkan potensi peninglcatan pelayanan yang cukup bagi
anggotanya. Dengan kata lain, sebagai perusahaan, koperasi harus berusaha

b. Organisasi koperasi harus efisien atau efektif bagi anggotanya, artinya setiap anggota

akan menilai bahwa manfaat yang diperoleh karena berpartisipasi dalam usaha bersama
merupakan kontribusi yang lebih efektif dalam mencapai kepentingan dan tujuan

tujuannya, ketimbang hasil yang mungkin diperoleh dari pihak lain.

c. Dalam jangka panjang, koperasi harus memberikan kepada setiap anggota suatu saldo

positip antara pemanfaatan (insentif) yang diperolehnya dari koperasi dan sumbangan
(kontribusi)nya kepada koperasi

d. Koperasi harus mampu menghindari terjadinya situasi di mana kemanfaatan dari usaha
bersama itu menjadi milik umum, artinya koperasi harus mampu mencegah timbulnya dampak
dampak dan penumpang gelap (free ralder) yang terjadi karena kedudukan sebagai orang luar
semakin menariknya, atau karena usaha koperasi mengarah ke usaha bukan anggota.

Anda mungkin juga menyukai