Anda di halaman 1dari 3

KEBIJAKAN SOEHARTO PADA MASA ORDE BARU DALAM BIDANG

IDEOLOGI
Pergantian rezim kepemimpinan suatu negara senantiasa berpengaruh pada perubahan
kebijakan luar negeri di negara tersebut. Begitu pula yang terjadi dengan Indonesia pasca
jatuhnya Sukarno,yang digantikan oleh Suharto. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya,
hubungan Indonesia‐Cina berjalan cukup baik pada masa Sukarno. Akan tetapi hubungan
kemudian tersebut mengalami perubahan drastis pasca naiknya Suharto ke kursi kekuasaan.
Perubahan tersebut tidak dapat dilepaskan dari pemikiran awal yang disampaikan oleh
Suharto dalam pidatonya di depan Majelis Permusyarawatan Rakyat Sementara (MPRS) pada
1966 yang memuat dua hal utama yaitu stabilitas politik keamanan dan pembangunan
ekonomi.   Pembangunan ekonomi tidak dapat dilaksanakan secara baik, tanpa adanya
stabilitas politik keamanan dalam negeri maupun di tingkat regional. Guna mewujudkan
pemikirannya tersebut, di dalam negeri Suharto mengambil keputusan membubarkan PKI.
Hal ini berdampak pada memburuknya hubungan Indonesia dengan negara‐negara
Blok Komunis, sehingga dalam konteks luar negeri, Suharto mengambil langkah perubahan
kebijakan luar negeri dengan  membangun hubungan baik dengan pihak‐ pihak Barat, serta
menerapkan ‘good neighbourhood policy’ melalui Association South East Asia Nations
(ASEAN). Keberpihakan Indonesia terhadap Barat tidak bisa dilepaskan dari mendesaknya
kebutuhan ekonomi pada saat itu sehingga Suharto berupaya mencari bantuan luar negeri ke
negara‐negara Barat. Dari kondisi‐kondisi seperti itu, dapat dilihat bahwa   segera setelah
Suharto berkuasa Indonesia mulai meninggalkan politik luar negeri yang cenderung kekiri‐
kirian. Hal ini tampak dari adanya dugaan akan   keterlibatan Cina dalam upaya kudeta yang
(dituduhkan) dilakukan oleh PKI yang berujung pada putusnya hubungan diplomatik dengan
Cina pada Oktober 1967.
Persepsi Suharto yang memandang Cina sebagai ancaman semakin diperkuat oleh
fakta bahwa Cina pada saat itu berada dalam kekuasaan Mao Zedong yang berambisi
menyebarkan ide komunisme ke seluruh dunia. Dalam melakukan upayanya tersebut, Mao
memberikan dukungan kepada setiap partai komunis di seluruh dunia untuk merebut
kekuasaan di negara tempat mereka berada. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari kebijakan Mao
yang mengacu pada apa yang pernah dilakukan oleh Yoseph Stalin . Maka dari itu, guna
mengantisipasi tumbuhnya pengaruh komunisme dalam pemerintahannya, adalah wajar jika
Suharto berani mengambil kebijakan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Cina.
Ketegasan ini tampak dari pernyataan Suharto dalam biografinya, dimana ia menyampaiakan
bahwa: Terhadap siapa pun yang akan mengembalikan PKI di Indonesia, alat‐alat negara
akan bertindak dengan tegas .
Sejak berkuasa pemerintah Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto berusaha
menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi lebih baik. Usaha-usaha
tersebut di dasarkan pada tekad untuk melaksanakan Pancasila dan UndangUndang Dasar
1945 secara murni dan konsekuen. Menurut Soeharto, berdirinya Orde Baru tidak ada alasan
lain kecuali untuk membangun kembali struktur kehidupan rakyat, bangsa dan negara.
Semuanya harus kembali berlandaskan penerapan semurni-murninya Pancasila dan UUD
1945. Hal tersebut berkaitan erat dengan komunisme yang dianggap sebagai akar
permasalahan kehidupan berbangsa dan bernegara pada tahun-tahun pertama Orde Baru.
Penerapan Pancasila sebagai ideologi tunggal bangsa, tak pelak menjadi salah satu cara
membangun citra pemerintahan yang anti dan bersih dari komunisme.
Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti sebagai cita-cita bernegara dan sarana
yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan operasional aplikatif,
sehingga tidak hanya dijadikan slogan belaka. Dalam Ketetapan MPR tersebut dinyatakan
bahwa Pancasila perlu diamalkan dalam bentuk pelaksanaan yang konsisten dalam kehidupan
bernegara. Pada awalnya, konsep Pancasila dapat dipahami sebagai common platform atau
platform bersama bagi berbagai ideologi politik yang berkembang saat itu di Indonesia.
Pancasila merupakan tawaran yang dapat menjembatani perbedaan ideologis di kalangan
anggota BPUPKI. Pancasila dimaksudkan oleh Soekarno pada waktu itu yaitu sebagai asas
bersama agar dengan asas itu seluruh kelompok yang terdapat di Indonesia dapat bersatu dan
menerima asas tersebut.
Salah satu aspek yang kemudian menjadi sorotan pembenahan Orde Baru adalah
mulai membangun politik luar negeri yang bebas dan aktif. Karena pada masa Demokrasi
Terpimpin (Orde Lama), politik luar negeri Indonesia lebih cenderung berkiblat pada negara-
negara komunis. Hal ini terlihat dari dibentuknya poros dengan negara-negara komunis
seperti dengan Peking, Pnom Phen, Hanoi dan Pyongyang. Oleh sebab itulah Orde Baru pada
masa awal kekuasaannya berusaha merubah citra tersebut dengan melakukan pembenahan
politik luar negeri dan kembali menjadi anggota PBB. Pemerintah Orde Baru tak hanya
membangun citra bidang politik saja dalam membangun kehidupan bangsa dan negara,
namun juga melakukan pembangunan sektor ekonomi . Kekuatan politik Orde Baru yang
dipimpin oleh Presiden Soeharto menjadikan pembangunan ekonomi sebagai pusat perhatian
utama. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan dan harapan jika kehidupan ekonomi semakin
baik, maka akan mempermudah langkah pemerintah Orde Baru dalam memperoleh dan
memperkokoh legitimasi kekuasaan yang baru saja dicengkram serta dapat merebut simpati
dari rakyat.
Orde Baru Adalah Sikap Mental Bermoral Pancasila” merupakan slogan Orde Baru
yang ditujukan untuk menegaskan mengenai pentingnya Pancasila sebagai ideologi tunggal
Indonesia. Pemerintah mengelua rkan slogan tersebut dengan maksud untuk terus mengikis
pengaruh ideologi komunis yang dianggap sebagai musuh besar negara. “ Aku Nyoblos
Golkar !” merupakan slogan propaganda politik Orde Baru pada masa Pemilu 1977 untuk
mendongkrak suara Golkar Pada masa Pemilu 1977 muncul pula slogan “Yang Apatis
Terhadap Pemilu Adalah Penghianat”. Slogan yang tercetak pada hari an tersebut bertujuan
agar rakyat dan semua pihak turut mendukung jalannya Pemilu. “Menyeleweng Ditindak,
Tak Bersalah Diayomi” merupakan slogan yang dikeluarkan oleh mendagri Amir Machmud
pada harian (Suara Indonesia, 13 Februari 1978). Tujuan dari slogan tersebut adalah untuk
menepis adanya isu pelanggaran dan penyalahgunaan wewenang para pejabat dan aparatur
negara. Amir Machmud berpendapat bahwa akan menindak segala penyalahgunaan
wewenang yang dapat mengganggu stabilitas nasional.
Rezim Orde Baru dipimpin oleh Presiden Soeharto. Pada masa Orde Baru, pemerintah
berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945 secara murni dan
konsekuen sebagai kritik terhadap Orde Lama yang menyimpang dari Pancasila, melalui
program P4 (Pedoman Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila). Pemerintahan Orde Baru
berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara sekaligus berhasil
memberantas paham komunis di Indonesia. Akan tetapi, implementasi dan aplikasinya sangat
mengecewakan. Beberapa tahun kemudian, kebijakankebijakan yang dikeluarkan ternyata
tidak sesuai dengan jiwa Pancasila. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan
pemerintah sehingga tertutup bagi tafsiran lain. Pancasila justru dijadikan sebagai
indoktrinasi. Presiden Soeharto menggunakan Pancasila sebagai alat untuk melanggengkan
kekuasaannya.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam indoktrinasi Pancasila. Pertama, melalui
ajaran P4 yang dilakukan di sekolah-sekolah melalui pembekalan. Kedua, Presiden Soeharto
membolehkan rakyat untuk membentuk organisasi-organisasi dengan syarat harus berasaskan
Pancasila, atau yang disebut sebagai asas tunggal. Ketiga, Presiden Soeharto melarang
adanya kritikan-kritikan yang dapat menjatuhkan pemerintah dengan alasan stabilitas, karena
Presiden Soeharto beranggapan bahwa kritikan terhadap pemerintah menyebabkan
ketidakstabilan di dalam negeri. Oleh karena itu, untuk menjaga stabilitas negara, Presiden
Soeharto menggunakan kekuatan militer sehingga tidak ada pihak-pihak yang berani untuk
mengkritik pemerintah.
Dalam sistem pemerintahannya, Presiden Soeharto melakukan beberapa
penyelewengan dalam penerapan Pancasila, yaitu dengan diterapkannya demokrasi
sentralistik, demokrasi yang berpusat pada pemerintah. Selain itu, Presiden Soeharto juga
memegang kendali terhadap lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif sehingga peraturan
yang dibuat harus sesuai dengan persetujuannya. Presiden Soeharto juga melemahkan aspek-
aspek demokrasi, terutama pers, karena dinilai dapat membahayakan kekuasaannya. Maka,
Presiden Soeharto membentuk Departemen Penerangan sebagai lembaga sensor secara besar-
besaran agar setiap berita yang dimuat di media tidak ada menjatuhkan pemerintah.
Penyelewengan lainnya yang sangat buruk dan menyimpang dari nilai-nilai luhur Pancasila
adalah bahwa Presiden Soeharto melanggengkan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
sehingga pada masa ini dikenal sebagai rezim terkorup di Indonesia. Puncaknya adalah saat
terjadinya krisis ekonomi dan moneter di tahun 1997 yang menyebabkan perekonomian
Indonesia anjlok sehingga memicu gerakan besarbesaran untuk menggulingkan rezim Orde
Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Selama rezim Orde Baru berkuasa, terdapat
beberapa tindakan penguasa yang melenceng dari nilainilai luhur Pancasila, antara lain yaitu :
a) Melanggengkan Presiden Soeharto berkuasa selama 32 tahun.
b) Terjadi penafsiran sepihak terhadap Pancasila melalui program P4.
c) Adanya penindasan ideologis sehingga orang-orang yang mempunyai gagasan kreatif
dan kritis menjadi takut bersuara.
d) Adanya penindasan secara fisik, seperti pembunuhan di Timor Timur, Aceh, Irian
Jaya, kasus di Tanjung Priok, kasus pengrusakan pada 27 Juli, dan lain sebagainya.
e) Perlakuan diskriminasi oleh negara terhadap masyarakat non pribumi (keturunan) dan
golongan minoritas.

Anda mungkin juga menyukai