Anda di halaman 1dari 167

BUKU AJAR

MATEMATIKA EKONOMI 1

DISUSUN OLEH:
NURYANTO ST., MT

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat-Nya, penyusunan Buku Matematika Ekonomi dapat diselesaikan. Buku Ajar ini
disusun untuk menunjang proses belajar mengajar mata kuliah Matematika Ekonomi 1
sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta pada akhirnya
tujuan instruksional umum dari mata kuliah ini dapat dicapai.
Diktat ini bukanlah satu-satunya pegangan mahasiswa untuk mata kuliah ini,
terdapat banyak buku yang bisa digunakan sebagai acuan pustaka. Diharapkan
mahasiswa bisa mendapatkan materi dari sumber lain.
Penulis menyadari bahwa diktat ini masih banyak kelemahan dan
kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran pembaca dan juga rekan sejawat
terutama yang mengasuh mata kuliah ini, sangat kami perlukan untuk kesempurnaan
tulisan ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Depok, Februari 2017


Penulis

i
Daft ar Isi

KATA PENGANTAR i
Daftar Isi ii
MODUL 1: HIMPUNAN DAN SISTEM BILANGAN 1.1
Kegiatan Belajar 1:
Himpunan ........................................................................................... 1.2
Latihan …………………………………………............................... 1.13
Rangkuman ………………………………….................................... 1.17
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 1.18

Kegiatan Belajar 2:
Sistem Bilangan .................................................................................. 1.20
Latihan …………………………………………............................... 1.30
Rangkuman ………………………………….................................... 1.33
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.33

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ............................................. 1.36


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 1.37

MODUL 2: PANGKAT, AKAR, LOGARITMA DAN DERET 2.1


Kegiatan Belajar 1:
Pangkat, Akar, dan Logaritma 2.2
Latihan …………………………………………............................... 2.8
............................................................
Rangkuman ………………………………….................................... 2.13
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 2.14

Kegiatan Belajar 2:
Banjar dan Deret ................................................................................. 2.17
Latihan …………………………………………............................... 2.26
Rangkuman ………………………………….................................... 2.26
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.27
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ............................................. 2.30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 2.31

MODUL 3: FUNGSI 3.1


Kegiatan Belajar 1:
Fungsi ................................................................................................. 3.3
Latihan …………………………………………............................... 3.14
Rangkuman ………………………………….................................... 3.15
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 3.16

Kegiatan Belajar 2:
Fungsi Linear ..................................................................................... 3.18
Latihan …………………………………………............................... 3.26
Rangkuman ………………………………….................................... 3.29
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.30

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ............................................. 3.32


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 3.33

MODUL 4: PENGGUNAAN FUNGSI DALAM EKONOMI 4.1


Kegiatan Belajar 1:
Fungsi Permintaan dan Penawaran . 4.2
Latihan …………………………………………............................... 4.14
Rangkuman ………………………………….................................... 4.18
Tes Formatif 1 ……………………………..……..............................
.................................................... 4.18

Kegiatan Belajar 2:
Fungsi Konsumsi dan Tabungan ........................................................ 4.21
Latihan …………………………………………............................... 4.24
Rangkuman ………………………………….................................... 4.25
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.26

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ............................................. 4.28


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 4.29
MODUL 5: FUNSI NON-LINEAR 5.1
Kegiatan Belajar 1:
Grafik Kurva Non-Linear ................................................................... 5.2
Latihan …………………………………………............................... 5.11
Rangkuman ………………………………….................................... 5.13
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 5.14

Kegiatan Belajar 2:
Fungsi Kuadratik ................................................................................ 5.17
Latihan …………………………………………............................... 5.26
Rangkuman ………………………………….................................... 5.29
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.29

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ............................................. 5.32


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 5.33
Modul 1

Himpunan dan Sistem Bilangan

PE NDAH ULUA N

impunan adalah bagian dari matematika yang bahannya pernah Anda


H pelajari. Materi tersebut akan dibahas sehingga Anda menjadi lebih
memahami konsep himpunan. Selain himpunan, modul ini juga berisi
penjelasan-penjelasan tentang sistem bilangan riil. Dalam kehidupan sehari-
hari kita banyak menjumpai pekerjaan yang berkaitan dengan penggunaan
himpunan dan bilangan riil sehingga pendalaman terhadap materi ini
bukanlah pekerjaan yang sia-sia. Di dalam matematika, himpunan merupakan
dasar dan landasan-landasan dari konsep-konsep lainnya seperti relasi dan
fungsi. Selain itu juga melandasi cabang ilmu lainnya seperti statistika,
khususnya untuk masalah probabilitas.
Dengan mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan mampu
untuk memahami himpunan serta operasi-operasinya dan mampu untuk
memahami sistem bilangan riil. Setelah selesai mempelajari modul ini, secara
khusus Anda diharapkan dapat:
a. mendiskripsikan dan mengidentifikasikan suatu himpunan.
b. menyajikan dan membandingkan beberapa himpunan.
c. menunjukkan hasil operasi beberapa himpunan.
d. mendiskripsikan sistem bilangan riil.
e. menjelaskan jenis-jenis bilangan riil dan kaitannya dengan himpunan
untuk bilangan riil tersebut.
f. mencari himpunan penyelesaian suatu pertidaksamaan.
1.2

Kegiatan Belajar 1

H i m p u n a n

A. PENGERTIAN HIMPUNAN

Benda-benda yang berada di sekitar kita dapat dikelompokkan menurut


sifat-sifat tertentu. Benda-benda yang dimaksud di sini dapat berupa
bilangan, huruf, nama orang, nama kota dan sebagainya. Daftar kumpulan
benda-benda yang mempunyai sifat-sifat tertentu itu, disebut himpunan.
Benda yang terdapat dalam suatu himpunan disebut unsur, atau sering juga
disebut elemen atau anggota. Untuk selanjutnya, dari ketiga istilah di atas,
kita akan menggunakan istilah anggota untuk benda-benda yang terdapat
pada suatu himpunan.
Suatu himpunan, umumnya ditulis dengan huruf besar, seperti

A , B , C , D , X , Y , ..........

dan benda-benda yang menjadi anggota suatu himpunan, umumnya ditulis


dengan huruf kecil, seperti
a , b , c , d , x , y , .........

Bagaimana cara menulis suatu himpunan? Suatu himpunan ditulis


dengan cara menulis anggota-anggotanya di antara tanda kurawal {}.
Anggota yang satu dipisahkan dari anggota lainnya oleh tanda koma.
Penulisan dengan menggunakan cara seperti itu disebut penulisan cara
daftar.

Contoh 1.1:
Jika A merupakan suatu himpunan yang anggotanya adalah nama
buah-buahan, seperti salak, nanas, pisang, mangga, jambu, maka himpunan A
ditulis:
A = {salak, nanas, pisang, mangga, jambu}

Suatu himpunan dapat disajikan dengan cara yang lain, yaitu dengan
cara kaidah. Penyajian dengan cara kaidah dapat dilakukan dengan
1.3

menyebutkan karakteristik tertentu dari benda-benda yang menjadi anggota


himpunan tersebut.

Contoh 1.2:
Himpunan B yang beranggotakan x sedemikian rupa sehingga x adalah
bilangan genap, dapat ditulis:
B = {x | x = bilangan genap}
Perlu diperhatikan bahwa garis tegak "|" yang dicetak di antara dua tanda
kurung kurawal dapat dibaca sebagai "sedemikian rupa sehingga".

Contoh 1.3:
Himpunan C adalah himpunan penyelesaian persamaan x2 + 3x + 2
= 0 dan dapat ditulis:
C = {x | x2 + 3x + 2 = 0}

dan dibaca: "Himpunan C yang beranggotakan x sedemikian rupa sehingga


x adalah himpunan penyelesaian persamaan x2 + 3x + 2 = 0"

Untuk memperjelas cara penulisan suatu himpunan, baik dengan cara


daftar atau dengan cara kaidah, maka berikut ini disajikan beberapa contoh
lainnya.

Contoh 1.4:
Himpunan bilangan ganjil positif yang lebih kecil dari 10, dapat ditulis A
= {1, 3, 5, 7, 9} atau A = {x | x = bilangan ganjil positif < 10}

Contoh 1.5:
Himpunan huruf-huruf hidup:
B = {a, e, i, o, u} atau B = {y | y = huruf hidup}

Contoh 1.6:
Himpunan merek beberapa mobil Jepang. C = {Mazda, Honda, Suzuki,
Toyota, Datsun} atau C = {Z | Z = merek beberapa mobil Jepang}

Contoh 1.7:
Himpunan beberapa nama buah-buahan:
1.4

D = {Papaya, Mangga, Pisang, Jambu} atau D = {x | x = nama


beberapa buah-buahan}

Suatu benda yang merupakan anggota suatu himpunan A dapat ditulis


x ∈ A dan dibaca "x adalah anggota himpunan A". Suatu benda yang tidak
merupakan anggota dari himpunan A atau sebaliknya yaitu himpunan A tidak
mengandung anggota x, dapat ditulis menjadi x ∉ A

Contoh 1.8:
Jika A = {a, b, c, d}, maka a ∈ A, b ∈ A dan e ∉ A

Contoh 1.9:
Jika A = {x | x = bilangan genap}, maka 1 ∉ A, 2 ∈ A, 3 ∉ A, 4 ∈ A.

Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B, jika keduanya


mempunyai anggota yang sama. Anggota yang dimiliki himpunan A juga
dimiliki oleh himpunan B dan sebaliknya, anggota himpunan B juga menjadi
anggota himpunan A. Persamaan antara himpunan A dan himpunan B ini
dapat ditunjukkan oleh A = B.

Contoh 1.10:
Jika A = {1, 3, 5, 7} dan B = {7, 1, 5, 3}, maka A = B karena {1, 3, 5, 7}
= {7, 1, 5, 3} dan setiap anggota yaitu 1, 3, 5, 7 yang dimiliki himpunan A
juga dimiliki oleh himpunan B dan setiap anggota yaitu 7, 1, 5, 3 yang
dimiliki himpunan B juga dimiliki oleh himpunan A.

Perlu diperhatikan, himpunan tidak berubah nilainya meskipun


susunan anggotanya berbeda.

Contoh 1.11:
Jika X = {9, 10, 9, 11} dan Y = {11, 9, 10, 11} maka X = Y karena {9,
10, 9, 11} = {11, 9, 10, 11} dan setiap anggota yang dimiliki Y juga
dimiliki oleh X. Suatu himpunan tidak akan berubah nilainya, bila anggota
yang sama dihilangkan. Jadi himpunan {9, 10, 11} nilainya sama dengan
himpunan X dan Y.
1.5

Dapat terjadi bahwa suatu himpunan tidak mempunyai anggota sama


sekali. Himpunan yang demikian disebut himpunan kosong dan diberi
lambang ∅.

Contoh 1.12:
Misalkan A adalah suatu himpunan manusia yang tinggal di bulan.
Karena sampai saat ini bulan tidak dihuni oleh manusia, maka A adalah
himpunan kosong dan ditulis A = ∅.

Contoh 1.13:
Misalkan B = {x | x = Profesor yang berumur 200 tahun}. Karena
menurut statistik, sampai saat ini tidak ada Profesor yang berumur sampai
200 tahun, maka B adalah himpunan kosong atau B = ∅.

B. HUBUNGAN ANTARHIMPUNAN

Setiap anggota suatu himpunan bisa menjadi anggota himpunan yang


lain. Misalnya, setiap anggota himpunan A juga menjadi anggota himpunan
B, maka himpunan A disebut sebagai himpunan bagian sejati dari
himpunan B dan ditulis A ⊂ B dan dibaca "A adalah himpunan bagian sejati
dari himpunan B, atau A terkandung oleh B". Penulisan cara lain dari
himpunan A yang menjadi himpunan bagian sejati himpunan B adalah B ⊃ A
dan dibaca "B mengandung A". Jika A tidak merupakan himpunan bagian
dari B, maka hubungan tersebut dapat ditulis A ⊄ B.

Contoh 1.14:
C = {1, 2, 3} merupakan himpunan bagian sejati dari A = {1, 2, 3, 4, 5}
karena anggota himpunan C yaitu angka 1, 2 dan 3 juga merupakan anggota
himpunan A dan ditulis C ⊂ A atau A ⊃ C.

Contoh 1.15:
D = {a, c, e} merupakan himpunan bagian sejati dari E = {f, e, d, c, b, a}
karena huruf a, c dan e merupakan anggota himpunan D dan juga merupakan
anggota himpunan E.
1.6

Perhatikan bahwa A merupakan himpunan bagian dari B ditunjukkan


oleh lambang A ⊂ B atau B ⊃ A. Di sini himpunan A tidak sama dengan
himpunan B atau A ≠ B karena bila A = B, maka A akan merupakan
himpunan bagian sejati dari B dan sebaliknya himpunan B juga merupakan
himpunan bagian sejati dari himpunan A, peristiwa tersebut dapat
ditunjukkan dengan lambang:

A ⊆ B atau B ⊇ A

Contoh 1.16:
Bila X = {a, b, c} dan Y = {b, c, a}, maka X = Y dan X merupakan
himpunan bagian sejati dari Y dan sebaliknya Y merupakan himpunan bagian
sejati dari himpunan X, atau ditulis X ⊆ Y atau Y ⊇ X.

Himpunan kosong yaitu himpunan yang tidak mempunyai anggota,


merupakan himpunan bagian dari setiap himpunan. Atau dengan perkataan
lain, setiap himpunan selalu mengandung himpunan kosong. Lalu dapatkah
kita menghitung berapa banyak himpunan bagian yang dimiliki oleh suatu
himpunan jika jumlah anggotanya tertentu? Untuk itu, coba kita lihat
himpunan A = {3}. Himpunan ini hanya memiliki satu anggota yaitu angka
3. Himpunan bagian yang dimiliki oleh himpunan A adalah sembarang
himpunan yang beranggotakan angka 3, misalnya P = {3}, dan sembarang
himpunan kosong misalnya K = ∅. Jadi jumlah himpunan bagian yang
dimiliki cacahnya ada 2.
Sekarang kalau himpunan yang akan dicari jumlah himpunan bagiannya
adalah Q = {a, b}, maka himpunan bagian sejatinya adalah A = {a}, B = {b},
C = {a, b} dan D = ∅. Jadi jumlah himpunan bagian yang dimiliki oleh
himpunan Q = {a, b} cacahnya ada 4 himpunan.
Untuk mengetahui secara cepat jumlah himpunan bagian sejati yang
dimiliki oleh suatu himpunan yang memiliki n anggota dapat dengan
menggunakan rumus: 2n

Contoh 1.17:
Jumlah himpunan bagian yang dimiliki oleh A = {3} adalah 21 = 2 yaitu
P = {3} dan K = ∅.
1.7

Contoh 1.18:
Jumlah himpunan bagian yang dimiliki oleh Q = {a, b} adalah 22 = 4
yaitu A = {a}; B = {b}; C = {a, b}; D = ∅.

Himpunan yang dibicarakan umumnya merupakan himpunan bagian


sejati dari suatu himpunan yang memuat seluruh anggota. Himpunan itu
disebut himpunan semesta, dan dilambangkan dengan ∪.

Contoh 1.19:
Berbicara mengenai abjad, maka himpunan semesta adalah himpunan
semua abjad yaitu a sampai z.

Suatu cara yang sederhana untuk menggambarkan hubungan antara


himpunan yang satu dengan himpunan yang lain, adalah dengan memakai
diagram Venn-Euler atau sering disingkat dengan nama diagram Venn.
Suatu himpunan ditunjukkan oleh luas suatu bidang datar yang dapat
berbentuk luas suatu lingkaran atau luas empat persegi panjang.

Contoh 1.20:
Misalkan A ⊂ B dan B ⊄ A, maka A dan B dapat ditunjukkan oleh
diagram berikut:

B A
A

Diagram 1.1a Diagram 1.1b

Contoh 1.21:
Jika A = {a, b, c, d} dan B = {c, d, e, f}, maka kedua himpunan tersebut
dapat disajikan melalui diagram Venn sebagai berikut:
1.8

A B
a c e
b d f

Diagram 1.2

Cara lain yang dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan antara


himpunan yang satu dengan yang lain adalah menggunakan diagram garis.
Untuk menyajikan bahwa A ⊂ B maka dapat ditulis B yang ditempatkan di
atas A dan keduanya dihubungkan dengan garis lurus.
B

A
Diagram 1.3

Contoh 1.22:
Jika A ⊂ B dan B ⊂ C, maka diagram garisnya adalah:
C

A
Diagram 1.4

Contoh 1.23:
Jika A = {a}, B = {b} dan C = {a, b}, maka diagram garis dari A, B dan
C adalah:
1.9

A B

Diagram 1.5

Contoh 1.24:
Jika D = {d}, E = {d, e}, F = {d, e, f} serta G = {d, e, g}, maka diagram
garis dari D, E, F dan G adalah:
F G

Diagram 1.6

C. OPERASI HIMPUNAN

Pekerjaan seperti menjumlah, mengurang, mengali dan membagi suatu


bilangan adalah operasi aritmatika. Himpunan meskipun berbeda dengan
bilangan dapat juga dioperasikan secara aritmatika. Operasi yang dapat
dilakukan adalah gabungan, irisan, selisih dan komplemen.
Gabungan (union) dari himpunan A dan himpunan B merupakan suatu
himpunan yang anggota-anggotanya adalah anggota himpunan A atau
anggota himpunan B atau keduanya. Gabungan himpunan A dan himpunan B
ini dilukiskan dengan lambang A ∪ B dan dibaca "gabungan himpunan A
dan B".
1.10

Contoh 1.25:
Pada diagram Venn berikut, A ∪ B adalah luas A dan luas B yang
diarsir.

A B

Diagram 1.7

Contoh 1.26:
Misalkan A = {a, b, c} dan B = {a, b, c, d, e, f} maka A ∪ B =
{a, b, c, d, e, f}.

B A

Diagram 1.8

Irisan (interseksi) dari himpunan A dan himpunan B adalah suatu


himpunan yang anggota-anggotanya merupakan anggota himpunan A tetapi
juga merupakan anggota himpunan B. Irisan dari himpunan A dan himpunan
B dilukiskan dengan lambang A ∩ B.

Contoh 1.27:
Pada diagram Venn berikut, A ∩ B adalah bagian luas A yang juga
menjadi bagian luas B dan ditunjukkan dalam gambar sebagai bagian luas
yang diarsir.
1.11

A B

Diagram 1.9

Contoh 1.28:
Misalkan A = {a, b, c, d} dan B = {c, d, e, f, g} maka A ∩ B = {c, d}

Contoh 1.29:
Misalkan A = {1, 3, 5} dan B = {7, 3, 5, 6, 8} maka A ∩ B = {3, 5}

Selisih antara himpunan A dan himpunan B adalah himpunan yang


anggota-anggotanya merupakan anggota himpunan A tetapi bukan anggota
himpunan B.

Contoh 1.30:
Pada diagram Venn berikut, A - B adalah bagian A yang tidak menjadi
bagian luas B dan dalam gambar ditunjukkan oleh bagian yang diarsir.

A B

Diagram 1.10

Contoh 1.31:
Misalkan A = {12, 14, 16, 13, 15} dan B = {9, 10, 12, 13}, maka
A - B = {14, 15, 16}
1.12

Contoh 1.32:
Misalkan P = {a, b, c, d} dan Q = {a, b, e, f} maka P - Q = {c,d}

Komplemen dari himpunan A adalah himpunan yang anggotanya


merupakan selisih antara himpunan semesta U dan himpunan A. Komplemen
dari himpunan A ditulis A′.

Contoh 1.33:
Pada diagram Venn berikut, komplemen dari himpunan A adalah bagian
luas yang tidak termasuk bagian luas A dan dalam diagram dilukiskan
sebagai bagian luas yang diarsir. Anggapan yang digunakan di sini adalah
himpunan semesta U merupakan luas segi empat panjang.

Diagram 1.11

Contoh 1.34:
Misalkan himpunan semesta U anggotanya adalah bilangan 1 sampai
100 dan A = {1, 2, 3}, maka A′ = {4, 5, 6,............, 99, 100}

D. PASANGAN URUT

Himpunan yang urut-urutan anggotanya tertentu yaitu yang bernomer


urut 1, 2, 3...... dan seterusnya disebut himpunan urut. Daftar anggota
himpunan urut tidak ditempatkan di antara dua tanda kurawal akan tetapi di
antara tanda kurung biasa.
1.13

Contoh 1.35:
{a,b,c} adalah himpunan yang mempunyai tiga buah anggota yang
urut-urutan penulisannya boleh sembarang. (a,b,c) adalah suatu himpunan
urut dengan tiga buah anggota yang urut-urutan penulisannya tidak boleh
diubah dan harus seperti itu.
Bila suatu himpunan hanya mempunyai dua anggota di mana satu
anggota dinyatakan sebagai nomor satu dan yang lain dinyatakan sebagai
nomor dua, maka himpunan tersebut dinamakan pasangan urut.

Contoh 1.36:
Pasangan urut (1,4) dan (4,1) adalah berbeda.

Contoh 1.37:
Pasangan urut boleh memiliki anggota pertama dan anggota kedua yang
sama seperti (1,1), (2,2), (5,5)

L A TIH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Tulislah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan menggunakan
lambang himpunan:
A. a bukan anggota himpunan A
B. p adalah anggota himpunan Q
C. X adalah himpunan bagian sejati dari Y
D. R bukan himpunan bagian sejati dari S
E. Himpunan M mengandung himpunan N

2) Bila P = {a, b, c} atau dengan kata lain P beranggotakan a, b dan c,


maka dari pernyataan-pernyataan berikut ini manakah yang benar dan
yang salah. Bila salah sebutkan sebabnya
A. a ⊂ P
B. a ∈ P
C. {b} ⊂ P
D. {b} ∈ P
1.14

3) Seandainya himpunan semesta S = {a, b, c, d, e} dan misalkan


A = {a, b, e}, B = {a, c, d} dan C = {b, e}, maka carilah:
A. A ∩ B
B. A - C
C. B ∪ C
D. A ∪ C

4) Dengan menggunakan data pada soal nomer 3 di atas, gambarkan


diagram Venn dari himpunan - himpunan berikut ini:
A. A ∩ B
B. A ∪ B
C. (A ∪ B) ∩ C
D. (A ∩ B) ∪ C

5) Bila diketahui himpunan A = {p, q, r, s}, maka tentukan himpunan


bagian yang dimiliki oleh himpunan A.

6) Bila diketahui:
X = {a, b, c, d, e}
Y = {b, c, d}
Z = {c, d}
Tunjukkan pernyataan-pernyataan berikut ini yang salah dan sebutkan
mengapa.
A. Y ⊂ X
B. Y ⊃ X
C. Z ⊂ X
D. Z ⊃ Y

7) Dapatkan gabungan dari himpunan H1 dan himpunan H2 berikut:


A. H1 = {1, 2, 3}
H2 = {a, b, c}
B. H1 = {a, 1, 2}
H2 = {a, b, c}
C. H1 = {a, b, 2}
H2 = {a, b, c}

8) Dapatkan irisan dari himpunan H1 dan himpunan H2 pada soal nomor 7


di atas.
1.15

9) Dengan menggunakan himpunan-himpunan pada soal nomor 7, carilah


H1 - H2 dan H2 - H1.

10) Dengan menggunakan H1 dan H2 pada soal nomor 7, dapatkan


(H1 - H2) ∪ (H2 - H1)

Petunjuk Jawaban Latihan

1) A. a∉A
B. p∈Q
C. X⊂Y
D. R⊄S
E. M⊃N

2) A. salah, sebab a bukan himpunan.


B. benar.
C. benar.
D. salah, sebab simbol {b} untuk himpunan dan b adalah elemen.

3) A. A∩B = {a}
B. A–C = {a}
C. B∪C = {a, b, c, d, e} = S
D. A∪C = {a, b, e}

4) A. A ∩ B = bagian yang diarsir

A B
1.16

B. A ∪ B = bagian yang diarsir

A B

C. (A ∪ B) ∩ C = bagian yang diarsir

A B

D. (A ∩ B) ∪ C = bagian yang diarsir

A B

C
1.17

5) {p}, {q}, {r}, {s}, {p, q}, {p, r}, {p, s}, {q, r}, {q, s}, {r, s}, {p, q, r},
{p, q, s}, {q, r, s},
{p, q, r, s}, ∅.

6) A. benar
B. salah, sebab a dan c tidak ada di Y
C. benar
D. salah, sebab b tidak ada di Z

7) A. {1, 2, 3, a, b, c}
B. {a, b, c, 1, 2}
C. {a, b, c, 2}

8) A. ∅
B. {a}
C. {a, b}

9) A. H1 – H2 = {1, 2, 3}
H2 – H1 = {a, b, c}
B. H1 – H2 = {1, 2}
H2 – H1 = {b, c}
C. H1 – H2 = {2}
H2 – H1 = {c}

10) A. {1, 2, 3, a, b, c}
B. {1, 2, b, c}
C. {2, c}

RA NGK UMA N

Himpunan adalah suatu daftar dari sekumpulan benda-benda yang


mempunyai sifat-sifat tertentu. Himpunan A dikatakan sama dengan
himpunan B jika keduanya mempunyai anggota yang sama. Setiap
anggota suatu himpunan dapat menjadi anggota himpunan lainnya dan
himpunan itu disebut himpunan bagian sejati dari suatu himpunan
tertentu. Himpunan yang memuat seluruh anggota yang ada disebut
himpunan semesta.
Hubungan antara suatu himpunan dengan himpunan lain, dapat
ditunjukkan oleh diagram Venn atau dengan diagram garis. Gabungan
1.18

(union) dari dua himpunan atau lebih merupakan suatu himpunan yang
anggotanya adalah semua anggota yang ada di kedua atau lebih
himpunan tersebut. Irisan (interseksi) antara dua himpunan adalah suatu
himpunan yang anggotanya merupakan anggota di kedua himpunan
tersebut. Selisih dua himpunan adalah suatu himpunan yang anggotanya
merupakan anggota salah satu dari himpunan tersebut. Komplemen suatu
himpunan adalah suatu himpunan yang anggotanya merupakan selisih
antara himpunan semesta dan himpunan tersebut.
Himpunan urut adalah suatu himpunan yang urut-urutan anggotanya
tertentu. Bila himpunan urut mempunyai dua anggota dan satu anggota
dinyatakan sebagai nomor satu dan yang lain dinyatakan sebagai nomor
dua, maka himpunan tersebut dinamakan pasangan urut.

TES FORMATIF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) X adalah himpunan bilangan-bilangan positif kelipatan tiga dan tidak


lebih dari 20. Maka himpunan X adalah ….
A. X = {1, 3, 9}
B. X = {1, 3, 6, 9, 12, 15, 18}
C. X = {3, 9}
D. X = {3, 6, 9, 12, 15, 18}

2) Jika A ∪ B = {1, 2, 3, 4}, A ∩ B = {1, 3}, dan A – B = {2}, maka


himpunan A dan B adalah ….
A. A = {1, 3, 4} dan B = {1, 2, 3}
B. A = {1, 2, 4} dan B = {2, 3, 4}
C. A = {2, 3, 4} dan B = {1, 2, 4}
D. A = {1, 2, 3} dan B = {1, 3, 4}

3) Jika P = {a, b, c} dan Q = {a, d}, maka himpunan (P ∩ Q) adalah ….


A {a, b, c}
B. {a}
C. {d}
D. {b, c}

4) Jika P = {a, b, c} dan Q = {a, d}, maka himpunan (P-Q) adalah ….


A. {a, b, c, d}
B. {a}
1.19

C. {d}
D. {b, c}

5) Jumlah himpunan bagian yang dimiliki oleh P = {1, 3} adalah ….


A. 1
B. 2
C. 3
D. 4

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
1.20

Kegiatan Belajar 2

Sistem Bilangan

A. SISTEM BILANGAN DESIMAL

Di dalam kehidupan sehari-hari sistem bilangan yang biasanya dipakai


adalah sistem bilangan dengan basis 10 dan dikenal dengan nama bilangan
desimal. Angka yang digunakan ada sepuluh yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan
0. Bilangan ditulis dengan menggunakan harga tempat. Tempat, dicacah
dari letak tanda koma ke kiri. Tempat pertama mempunyai harga satuan 100 =
1, tempat kedua 101 = 10, tempat ketiga 102 = 100 dan tempat ke n harga
satuannya 10n-1 dan seterusnya.

Contoh 1.38:
45 artinya 4 × 101 + 5 × 100 = 40 + 5

Contoh 1.39:
1990 artinya
= 1 × 103 + 9 × 102 + 9 × 101 + 0 × 100
= 1000 + 900 + 90 + 0.

Pencacahan tempat untuk angka pecah, dimulai dari tanda koma ke


1
kanan, tempat pertama mempunyai harga satuan 10-1 = , tempat kedua
10
1 1
10-2 = , tempat ketiga 10-3 = dan seterusnya.
100 1000

Contoh 1.40:
67,85 = 6 × 101 + 7 × 100 + 8 × 10-1 + 5 × 10-2
8 5
= 60 + 7 + +
10 100
1.21

B. SISTEM BILANGAN BINAR

Sistem bilangan dengan basis 10 bukanlah satu-satunya sistem yang


digunakan. Misalnya sistem bilangan dengan basis 2 digunakan pada
kebanyakan alat komputer. Angka yang digunakan adalah 0 dan 1. Bilangan
yang menggunakan basis 2 dikenal dengan nama bilangan binar. Pada
penulisan bilangan, berlaku juga harga tempat sehingga untuk tempat
pertama mempunyai harga 20, tempat kedua yang berada di sebelah kiri
tempat pertama mempunyai harga 21, tempat ketiga mempunyai harga 22 dan
seterusnya.

Contoh 1.41:
Bilangan 1011 mempunyai harga
= 1 × 23 + 0 × 22 + 1 × 21 + 1 × 20
=8+0+2+1
= 11

Contoh 1.42:
Bilangan 101010 mempunyai harga
= 1 × 25 + 0 × 24 + 1 × 23 + 0 × 22 + 1 × 21 + 0 × 20
= 32 + 0 + 8 + 0 + 2 + 0 = 42

C. BILANGAN KOMPLEKS

Dalam mencacah atau menghitung, mula-mula manusia menggunakan


bilangan alam atau bilangan bulat positif yaitu 1,2,3,4, ... Bilangan-bilangan
ini digunakan untuk menambah, mengurang, mengali serta membagi.
Bilangan nol dan bilangan negatif kemudian diciptakan agar dapat
menghitung x dari persamaan a + x = b. Nilai a dan b merupakan bilangan
alam sembarang. Bilangan bulat positif maupun negatif dan bilangan nol,
merupakan himpunan bilangan bulat. Kemudian, bilangan pecahan
diciptakan agar dapat menghitung nilai x dari persamaan ax - b = 0
Pada persamaan tersebut di atas, nilai a dan b adalah sembarang
bilangan bulat dengan nilai b ≠ 0. Dengan demikian, dari setiap nilai yang
diberikan kepada a dan b akan diperoleh suatu jawaban untuk x. Bila tidak
ada bilangan pecah, maka harga untuk x tidak bisa dijawab.
1.22

Contoh 1.43:
2
3x - 2 = 0. x =
3
Bilangan yang ditulis sebagai hasil bagi dua bilangan bulat disebut
bilangan rasional. Bilangan rasional juga dapat ditulis sebagai bilangan
desimal berulang.

Contoh 1.44:
2
= 0, 6666....... (satu angka berulang).
3

Selain bilangan rasional, juga dikenal adanya bilangan irasional.


Bilangan irasional adalah bilangan yang tidak rasional yaitu bilangan yang
tidak dapat ditulis sebagai hasil bagi dua bilangan bulat. Karena tidak dapat
ditulis sebagai hasil bagi dua bilangan bulat, maka dengan sendirinya kita
tidak pernah akan menjumpai bilangan desimal berulang. Bilangan rasional
dan irasional merupakan himpunan bilangan riil.

Contoh 1.45:
Keliling suatu lingkaran dengan diameter satu adalah π yaitu suatu
simbol untuk angka yang nilainya 3,141592. Angka ini merupakan bilangan
irasional karena tidak dapat ditunjukkan sebagai hasil bagi dua bilangan
bulat.
Bilangan irasional diciptakan, agar Anda dapat menyelesaikan suatu
persamaan kuadrat yang bentuk umumnya:
ax2 + bx + c = 0

Pada persamaan di atas nilai a ≠ 0 dan akar persamaan dapat diperoleh


dengan menggunakan kaidah:
-b ± b 2 - 4ac
x1,2 =
2a

Bila diskriminan b2 - 4 ac > 0, maka akar-akar persamaan dapat dicari


karena adanya bilangan irasional. Akan tetapi bila diskriminan b2 - 4 ac < 0,
maka supaya persamaan dapat diselesaikan kemudian diciptakan bilangan
imajiner.
1.23

Untuk menunjukkan bilangan imajiner, dipakai tanda i yang juga disebut


"satuan imajiner". Besarnya i adalah:
i = -1
dengan demikian maka:

i2 = -1
i3 = -1 −1
i4 = 1
i5 = −1

Contoh 1.46:
Akar persamaan x2 + 6x + 13 = 0 adalah:
-6 ± 36 - 52
x1,2 =
2
-6 ± -16
=
2
= - 3 ± 2 -1
karena i = -1 , maka x1,2 = -3 ± 2i

Contoh 1.47:
Akar persamaan x2 - 8x + 17 = 0 adalah
8 ± 64 - 68
x1,2 = = 4 ± -1
2
karena i = -1 , maka x1,2 = 4 ± i

Bilangan rasional dan irasional merupakan himpunan bilangan riil.


Bilangan riil dan bilangan imajiner, merupakan himpunan bilangan
kompleks. Himpunan bilangan komplex dengan himpunan-himpunan
bagiannya dapat dilukiskan sebagai berikut:
1.24

Bilangan kompleks
Bilangan komplex

Bilangan riil Bilangan imajiner

Bilangan irasional Bilangan rasional

Bilangan bulat Bilangan pecah

Bila R merupakan himpunan seluruh bilangan irasional, a dan b adalah


sembarang bilangan alam, maka sekarang dapat disusun kaidah-kaidah
bilangan untuk operasi penjumlahan (+) dan perkalian (x).

No. Kaidah Operasi + Operasi X


1. Tutupan ( a + b) ∈ R ( a × b) ∈ R
2. Asosiatif (a + b) + c = a + (b + c) ( a × b ) × c = a × (b × c )
3. Komutatif ( a + b) = b + a a×b = b× a
4. Identitas a+0 = 0+a a × 1 = 1× a
5. Inversi (a + −a) = (−a + a) = 0 a× 1 = a
a a =1
6. Distributif a × (b + c) =
a×b + a×c

D. PERTIDAKSAMAAN

Pertidaksamaan adalah kalimat terbuka yang dihubungkan oleh tanda


pertidaksamaan. Misalnya: 2x – 3 < 5; 4x + 8 ≥ 2x + 10. Sedangkan
pertidaksamaan adalah pernyataan yang dihubungkan oleh tanda
pertidaksamaan misalnya 2 < 5 ; -2 > -4.
Suatu bilangan a dikatakan lebih besar dari bilangan b dan ditulis a > b
hanya jika b lebih kecil dari a dan ditulis b < a. Tanda " > " dan " < " disebut
tanda pertidaksamaan. Di samping kedua tanda pertidaksamaan itu, masih
ada tanda yang lain yaitu: ≤ yang dibaca "lebih kecil atau sama dengan", dan
≥ yang dibaca "lebih besar atau sama dengan".
1.25

Sifat-sifat Pertidaksamaan

1. a > 0 hanya jika a positif


a < 0 hanya jika a negatif
a > 0 hanya jika -a < 0
a < 0 hanya jika -a > 0

2. Bila a < b dan b < c, maka a < c

Contoh 1.48:
3 < 5 dan 5 < 9, maka 3 < 9

3. Bila a < b, maka untuk setiap nilai c berlaku a + c < b + c.

Contoh 1.49:
3 < 5 dan c = 2, maka 3 + 2 < 5 + 2 atau 5 < 7

4. Bila a < b dan c < d, maka a + c < b + d

Contoh 1.50:
3 < 5 dan 8 < 11 maka 3 + 8 < 5 + 11 atau 11 < 16

5. Bila a < b dan c positif, maka a(c) < b(c)

Contoh 1.51:
3 < 5 dan c = 2, maka 3(2) < 5(2) atau 6 < 10

6. Bila a < b dan c negatif, maka a(c) > b(c)

Contoh 1.52:
3 < 5 dan c = -2, maka 3(-2) > 5(-2) atau -6 > -10

7. Bila 0 < a < b dan 0 < c < d, maka a(c) < b(d)

Contoh 1.53:
2 < 4 dan 3 < 6, maka 2(3) < 4(6) atau 6 < 24.
1.26

Mulai sifat no 2 sampai sifat nomor 7 tanda > dapat diganti dengan
tanda < dan begitu pula tanda < dapat diganti dengan tanda >. Sifat penting
bilangan riil yang lain adalah bahwa setiap bilangan riil dapat digambarkan
pada suatu garis lurus yang disebut garis bilangan. Pada garis bilangan dipilih
satu titik dan diberi nilai 0. Titik ini sebut titik awal. Dari titik awal ini
kemudian dibuat skala dengan satuan tertentu. Di sebelah kanan titik awal
digunakan untuk bilangan- bilangan positif dan bilangan-bilangan negatif
diletakkan di sebelah kiri titik awal.

Contoh 1.54:
-2 -1 0 1 2 3 4

C A B

Bilangan-bilangan di atas garis menunjukkan skala dan bilangan di


bawah menunjukkan nilai bilangan. Misalnya: A = 3/2 ; B = 3; C = - 1/2.
Karena setiap titik pada garis bilangan menggambarkan atau mewakili
suatu bilangan riil tertentu, maka suatu bilangan a dapat disebut dengan titik
A. Suatu bilangan yang nilainya terletak di antara dua nilai yaitu a dan b
disebut dengan selang terbuka dari a ke b ditulis (a,b) dan didefinisikan
sebagai
(a, b) = {x  a < x < b}

Disebut selang terbuka karena nilai x tidak pernah akan sama dengan a
ataupun dengan b. Jika nilai x dapat menjadi sama dengan a dan b maka
didefinisikan dengan:

[a, b] = {x  a ≤ x ≤ b}

Perhatikan, tanda kurung untuk selang terbuka dan tertutup berbeda!


Suatu kemungkinan dapat pula terjadi pada nilai x yang mungkin sama
dengan a akan tetapi tidak pernah sama dengan b atau sebaliknya tidak
pernah sama dengan a tetapi dapat sama dengan b. Selang yang demikian itu
disebut selang setengah terbuka atau selang setengah tertutup dan ditulis [a,
b) dan (a, b], didefinisikan:
[a, b) = {x  a ≤ x < b}
(a, b] = {x  a < x ≤ b}
1.27

Selang dapat digunakan untuk mencari himpunan penyelesaian suatu


pertidaksamaan.

Contoh 1.55:
Carilah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan:
2 + 6x < 4x + 8

Dalam menyelesaikan pertidaksamaan tersebut di atas usahakan agar


suku yang mengandung x terletak di sebelah kiri tanda <. Bagian kiri dan
kanan tanda pertidaksamaan dikurangi dengan 2 sehingga menjadi:

2 + 6x -2 < 4x + 8 - 2
atau
6x < 4x + 6

Kemudian bagian sebelah kiri dan kanan tanda pertidaksamaan dikurangi


dengan 4x, sehingga menjadi

6x - 4x < 4x + 6 - 4x
atau
2x < 6
x<3

Jadi himpunan penyelesaian dari 2 + 6x < 4x + 8 adalah {x x < 3}.

Pada contoh di atas, tujuan untuk menambah atau mengurangi bagian


sebelah kanan dan kiri tanda pertidaksamaan adalah agar bilangan yang
mengandung x berada di sebelah kiri tanda pertidaksamaan dan bilangan
yang tidak mengandung x berada di sebelah kanan tanda pertidaksamaan.

Contoh 1.56:
Carilah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan
x2 + 5x + 6 ≥ 0

Bagian di sebelah kiri tanda pertidaksamaan dapat diuraikan menjadi:


(x + 2)(x + 3) ≥ 0
1.28

Harus diingat bahwa hasil perkalian dua bilangan akan bernilai positif
kalau kedua bilangan itu bertanda positif atau kedua-duanya bertanda negatif.
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan ini, pertama kita harus menganggap
bahwa kedua suku bertanda positif dan dicari himpunan penyelesaiannya,
kemudian menganggap bahwa kedua suku bernilai negatif dan dicari
himpunan penyelesaiannya.

Kasus 1:
Bila kedua bilangan yaitu (x + 2) dan (x + 3) bertanda positif. Atau (x +
2) ≥ 0 dan (x + 3) ≥ 0. Ini akan terpenuhi bila x ≥ -2 dan x ≥ -3. Bilangan
yang memenuhi kedua pertidaksamaan tersebut hanyalah jika x ≥ -2.

Kasus 2:
Bila kedua bilangan yaitu (x + 2) dan (x + 3) bertanda negatif. Atau (x +
2) ≤ 0 dan (x + 3) ≤ 0. Ini akan terpenuhi bila x ≤ -2 dan x ≤ -3. Bilangan
yang memenuhi kedua pertidaksamaan tersebut hanyalah jika x ≤ -3. Jadi
himpunan penyelesaian pertidaksamaan:

(x + 2)(x + 3) ≥ 0
adalah
{x  x ≥ -2} ∪ {x  x ≤ -3}
yaitu
{x  -2 ≤ x ≤ -3}

Cara lain untuk menyelesaikan soal tersebut di atas adalah dengan


menggunakan garis bilangan. Nilai x yang menyebabkan ruas sebelah kiri
menjadi sama dengan nol adalah untuk x = -2 dan x = -3. Untuk nilai x yang
lain kita selidiki apakah menyebabkan ruas kiri lebih besar atau lebih kecil
dari nol. Untuk nilai x yang menyebabkan ruas kiri bernilai positif pada garis
bilangan diberi tanda + dan nilai x yang menyebabkan ruas kiri bernilai lebih
kecil dari nol (negatif) diberi tanda -. Sehingga garis bilangan dapat
digambarkan seperti:

-2 -1 0 1 2 3 4

C A B

Jadi penyelesaian dari (x + 2) (x + 3) ≥ 0 adalah


1.29

{x  x ≥ -2} ∪ {x  x ≤ -3} dan ditulis {x  -2 ≤ x ≤ -3}

Dalam beberapa kasus, suatu bilangan mungkin tidak dipentingkan


tandanya apakah bertanda positif atau negatif, tetapi yang dipentingkan
adalah nilai absolutnya atau nilai mutlaknya. Nilai mutlak suatu bilangan riil
a ditulis dengan simbol a dan didefinisikan sebagai:
x = x jika x > 0
x = -x jika x < 0

Sifat-sifat penting pada nilai mutlak adalah:

1. a ≥ a

Contoh 1.57:
7 ≥ 7 dalam hal ini 7 = 7
-12 ≥ -12 dalam hal ini 12 > -12

2. ab = ab

Contoh 1.58:
12 = 4 . 3

a a
3. =
b b

Contoh 1.59:
11 11
=
13 13

4. a + b ≤ a + b

Contoh 1.60:
Bila a = -3 dan b = 5, maka (-3) + 5 ≤ -3 + 5
atau 2 ≤ -3 + 5 karena 2 < 8
1.30

5. a - b ≥ a - b

Contoh 1.61:
Bila a = -3 dan b = 5 maka (-3) - 5 ≥ -3 - 5
atau -8 ≥ -3 - 5 karena 8 > -2

6. x ≤ a untuk a > 0, hanya jika -a ≤ x ≤ a

Contoh 1.62:
x ≤ 3 untuk -3 ≤ x ≤ 3

7. x ≥ a untuk a > 0, hanya jika x ≥ a atau x ≤ -a

Contoh 1.63:
x ≥ 4 untuk x ≥ 4 atau x ≤ -4

Perhatikan sifat no 6 dan 7, berlaku juga untuk pertidaksamaan dengan


tanda < atau > dengan cara mengganti tanda ≥ dengan tanda > atau
mengganti tanda ≤ dengan tanda <.

Contoh 1.64:
Carilah himpunan penyelesaian pertidaksamaan x - 3 ≥ 5
Dari sifat no 7 maka diperoleh penyelesaian x - 3 ≥ 5 atau x - 3 ≤−5 jadi
agar pertidaksamaan terpenuhi, maka x ≥ 8 atau x ≤ -2, dan himpunan
penyelesaiannya adalah {x  x ≥ 8 atau x ≤ -2}

L A TIH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) 2 – 4x < 1
2) 3 + 5x ≥ 3x + 5
3) 10 – 6x < x – 4
4) x2 – x – 12 > 0
5) x2 – 5x + 4 < 0
6) x2 – 4 > 0
1.31

x −1
7) <0
x +5
8) x −3 < 5
9) 2x − 4 > 5
10) x − 4 < 3+ x

Petunjuk Jawaban Latihan

1) 2 - 4x < 1
- 4x < -1
1
x>
4
1
Himpunan penyelesaiannya: {x  x > }
4

2) 3 + 5x ≥ 3x + 5
2x ≥ 2
x≥1
Himpunan penyelesaiannya: { x  x ≥ 1 }

3) 10 - 6x < x - 4
-7x < -14
x>2
Himpunan penyelesaiannya: { x  x > 2 }

4) x2 - x - 12 > 0
(x-4)(x+3) > 0
+ + - - - + +
-3 4

Himpunan penyelesaiannya: { x  x > 4 atau x < -3 }

5) x2 - 5x + 4 < 0
(x-4)(x-1) < 0

+ + - - - + +

1 4
1.32

Himpunan penyelesaiannya { x  1 < x < 4 }

6) x2 - 4 > 0
(x+2)(x-2) > 0

+ + - - - + +

-2 2

Himpunan penyelesaiannya { x  x < -2 atau x > 2 }

x -1
7) <0
x +5

+ + - - - + +

-5 1

Himpunan penyelesaiannya { x  -5 < x < 1 }

8) x - 3 < 6
-6 < (x - 3) < 6
untuk x - 3 < 6, maka x < 9
untuk x - 3 > -6, maka x > -3
Himpunan penyelesaiannya { x  -3 < x < 9 }

9) 2x - 4 > 5
(2x - 4) > 5 atau (2x - 4) < -5
untuk 2x - 4 > 5, maka x > 4,5
untuk 2x - 4 < -5, maka x < -0,5
Himpunan penyelesaiannya { x  x < -0,5 atau x > 4,5 }

x−4
10) x - 4 < 3 + x atau <1
3+ x
x-4
-1 < <1
3+ x
Himpunan penyelesaiannya {x x < − 3 atau x > 0,5}
1.33

RA NGK UMA N

Sistem bilangan yang biasanya digunakan dalam kehidupan sehari-


hari adalah sistem bilangan dengan basis 10 dengan menggunakan
sepuluh angka yaitu 0, 1, 2, …, 9. Sistem bilangan yang lain contohnya
adalah bilangan binar, yaitu sistem bilangan dengan basis 2 dan
menggunakan dua angka yaitu 0 dan 1
Bilangan bulat dan bilangan pecah merupakan himpunan bilangan
rasional. Bilangan rasional dan bilangan irasional merupakan himpunan
bilangan riil. Bilangan riil dengan bilangan imajiner merupakan
himpunan bilangan kompleks.
Sifat-sifat pertidaksamaan
1. a > 0 hanya jika a positip.
a < 0 hanya jika a negatip.
a > 0 hanya jika -a < 0
a < 0 hanya jika -a > 0
2. Bila a < b dan b < c maka a < c.
3. Bila a < b, maka a + c < b + c untuk setiap c.
4. Bila a < b dan c < d, maka a + c < b + d.
5. Bila a < b dan c positip maka a.c < b.c
6. Bila a < b dan c negatip maka a.c > b.c
7. Bila 0 < a dan 0 < c < d, maka a.c < b.a
Sifat-sifat nilai mutlak:
1. a ≥ a
2. ab = a . b
a a
3. =
b b
4. a + b ≤ a + b
5. a - b ≥ a - b
6. x ≤ a untuk a > 0, hanya jika -a ≤ x ≤ a
7. x ≥ a untuk a > 0, hanya jika a ≥ a atau x < -a

TES FORMATIF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 3 - 5x < 1 adalah ….


A. {xx > 2/5}
B. {xx < 2/5}
1.34

C. {x x < 2,5}


D. {x x > 2,5}

2) Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 3x + 5 ≥ 3 + 5x adalah ….


A. {xx ≥ 2}
B. {xx ≥ 1}
C. {xx ≤ 2}
D. {xx ≤ 1}

3) Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 9 - 5x < 2x - 5 adalah ….


A. {xx < 2}
B. {x5 < x < 9}
C. {xx > 2}
D. {x5 > x > 9}

4) Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan x2 - x - 20 > 0 adalah ….


A. {xx < -4}
B. {xx > 5}
C. {x-4 < x < 5}
D. {xx < -4 atau x > 5}

5) Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan x2 - 5x + 6 < 0 adalah ….


A. {xx > 3}
B. {xx < 2}
C. {x2 < x < 3}
D. {xx < 2 atau x > 3}

6) Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan x2 - 9 > 0 adalah ….


A. {xx < -3}
B. {xx < -3 atau x > 3}
C. {xx > 3}
D. {x-3 < x < 3}

x +5
7) Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan > 0 adalah ….
x -3
A. {xx < -5}
B. {xx > 3}
C. {x-5 < x < 3}
D. {xx < -5 atau x > 3}
1.35

8) Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan x - 2 < 5 adalah ….


A. {xx < -3 atau x > 7}
B. {x-3 < x < 7}
C. {xx < -3}
D. {xx > 7}

9) Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 2x - 5 > 4 adalah ….


A. {xx < 0,5 atau x > 4,5}
B. {x0,5 < x < 4,5}
C. {xx < 0,5}
D. {xx > 4,5}

10) Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 2x + 4>x - 3 adalah ….


1
A. {xx > atau x < -7}
3
1
B. {x-7 < x < }
3
1
C. {xx > }
3
D. {xx < -7}

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
1.36

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2


1) D 1) A
2) D 2) D
3) B 3) C
4) D 4) D
5) D 5) C
6) B
7) D
8) B
9) A
10) B
1.37

Daftar Pustaka

Baldani, Jeffrey, James Bradfield and Robert Turner. (1996). Mathematical


Economics, The Dryden Press, Harcourt Brace College Publisher.

Haeussler, Ernest F. and Richard S. Paul. (1996). Introductory Mathematical


Analysis for Business Economics, and The Life and Social Sciences,
Eighth Edition, Prentice Hall International Inc.

Hoy, Michael, John Livernois, Chris McKenna, Ray Rees and Thanasis
Stengos. (1996). Mathematics for Economics, Addison-Wesley Publisher
Limited,

Jacques, Ian. (1995). Mathematics for Economics and Business, Second


Edition, Addison-Wesley Publishing Company,

Silberberg, Eugene and Wing Suen. (2001). The Structure of Economics a


Mathematical Analysis, Irwin McGraw-Hill,
Modul 2

Pangkat, Akar, Logaritma dan Deret

PE NDAH ULUA N

odul ini menjelaskan pengertian pangkat, akar, logaritma, banjar dan


M deret yang bahannya pernah Anda pelajari. Materi ini disajikan
kembali untuk membantu Anda mengingat kembali sehingga Anda menjadi
lebih paham tentang konsep ini.
Di dalam modul-modul selanjutnya akan tampak bahwa konsep pangkat,
akar dan logaritma sering sekali digunakan. Demikian juga untuk banjar dan
deret. Dengan demikian pendalaman terhadap materi ini bukanlah merupakan
pekerjaan yang sia-sia.
Dengan mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu untuk
memahami pengertian perpangkatan, akar, logaritma, banjar dan deret dan
mampu memahami kaidah-kaidah yang berlaku serta penerapannya di dalam
ekonomi.
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat:
1. mendiskripsikan pangkat, akar dan logaritma.
2. mengidentifikasikan pangkat, akar dan logaritma.
3. menyebutkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam perpangkatan, akar dan
logaritma.
4. menggunakan kaidah-kaidah pangkat, akar dan logaritma untuk
menyelesaikan soal-soal
5. menjelaskan fungsi eksponensial.
6. membedakan pengertian banjar dan deret.
7. membedakan antara banjar hitung dan deret hitung.
8. membedakan antara banjar ukur dan deret ukur.
9. menentukan suku-suku banjar maupun deret.
10. menghitung jumlah suku.
2.2 Matematika Ekonomi 1

Kegiatan Belajar 1

Pangkat, Akar, dan Logaritma

A. PANGKAT

Suatu ekspresi an dibaca "a pangkat n"; a disebut basis dan n disebut
pangkat. Jika n merupakan suatu bilangan bulat positif, maka

an = a x a x ........x a

di mana a merupakan perkalian sebanyak n kali.


Menurut definisi di atas, jika n = 0 dan a ≠ 0, maka a0 = 1. Jadi untuk a
yang berupa bilangan riil tidak sama dengan nol berlaku a0 = 1. Hal tersebut
sama dengan peristiwa berikut ini:
am
m
= am - m = a0 =1
a
Jika n merupakan bilangan bulat positif dan a ≠ 0, maka
1
a -n = n
a
Kaidah-kaidah Perpangkatan:

1. am x an = am + n
am
2. = am-n
an
3. (a m) n = a m.n
4. (a m.b m ) n = a mn.b mn
m
a am
5.   = m untuk b ≠ 0
b b
1
6. m
= a -m
a

Contoh 2.1:
a. 6 4 x 6 7 = 611
2.3

47
b. = 47 - 3 = 44
43
c. (32) 3 = 32x3 = 36
d. (3x4) 2 = 3 2 x 4 2 = 9 x 16 = 144
3 32
e. ( )2 = 2
5 5
1
f. = -2
2 3
3

Suatu fungsi yang variabelnya berpangkat suatu konstan disebut fungsi


berpangkat. Contoh dari fungsi berpangkat adalah y = xa, di mana a
merupakan suatu konstan. Apabila suatu fungsi mempunyai konstan yang
berpangkat variabel, maka fungsi itu disebut fungsi eksponensial. Contoh
dari fungsi eksponensial adalah y = ax, di mana x adalah variabel dan a
adalah konstan. Fungsi eksponensial yang sederhana mempunyai bentuk
umum

y = ax di mana a > 0

Grafik fungsi y = ax terletak pada kuadran I dan kuadran II. Grafik fungsi
eksponensial tersebut akan merupakan kurva yang menaik untuk nilai a > 1
dan merupakan kurva yang menurun untuk 0 < a < 1. Pada kedua kasus di
atas, kurva memotong sumbu y di titik (0,1). Ingat nilai a0 = 1.
a=0,4 y y a=10 a=e a=0,6

a=2

a=0,9

0 0
0<a<1 x a>1 x

Gambar 2.1a Gambar 2.1b


2.4 Matematika Ekonomi 1

Dari kedua gambar di atas tampak bahwa besarnya nilai a menentukan


kelengkungan kurva. Untuk a = 1 maka y = ax menjadi y = 1 atau suatu garis
lurus yang sejajar dengan sumbu x. Untuk nilai a yang lain, fungsi akan
mendekati sumbu x secara asimetris.
Fungsi eksponensial yang sering digunakan adalah fungsi yang
konstannya bernilai e yaitu bilangan alam yang besarnya adalah e = 2,718.
Bentuk umumnya adalah

y = aekx + c

di mana a, k dan c adalah konstan dan e = 2,718. Di dalam ilmu ekonomi,


fungsi eksponensial yang digunakan kebanyakan menggunakan bilangan
alam e sebagai basis. Mengenai keuntungan serta manfaat penggunaan
bilangan e ini, akan dibahas pada bagian lain. Kurva yang menyajikan fungsi
y = aekx + c ini adalah kurva yang memotong sumbu y di titik (0, a + c) dan
asimtotis terhadap garis y = c.

y
k=3 k=2
k=1

a+c

0 x

Diagram 2.2

B. AKAR

Kaidah-kaidah perpangkatan untuk an pada bab sebelumnya dinyatakan


untuk nilai a yang tidak sama dengan nol dan n merupakan bilangan bulat
positif atau negatif. Sesungguhnya nilai n pada bentuk an dapat berupa setiap
bilangan rasional. Ingat, bilangan rasional adalah sembarang bilangan yang
2.5

dapat ditunjukkan oleh pembagian dua bilangan bulat p/q, untuk q ≠ 0 serta p
dan q merupakan bilangan bulat.
Pengembangan kaidah-kaidah perpangkatan untuk pangkat suatu
bilangan pecahan (yaitu bilangan rasional) menghendaki agar bentuk ap/q
didefinisikan sesuai dengan kaidah-kaidah perpangkatan yang berlaku.
Misalnya ada suatu ekspresi dalam bentuk a1/n dan berlaku kaidah (am)n maka
dengan menganggap m = 1/n akan berlaku pula:

(a1/n)n = an/n = a
Bentuk a1/n disebut akar pangkat n dari a dan disimbolkan n
a

Contoh 2.2:
(a) a1/2 menunjukkan akar kuadrat dari a atau hanya disebut akar dari a dan
ditulis 2 a atau hanya a .
(b) a1/3 menunjukkan akar pangkat tiga dari a dan ditulis 3 a .
(c) a3/4 menunjukkan akar pangkat empat dari a pangkat tiga dan ditulis
4
a3 .

Seperti telah disebut di atas, bentuk a1/2 dapat ditulis menjadi a dan
a1/n dapat ditulis n a . Lebih umum lagi untuk bentuk am/n dapat ditulis
menjadi:
am/n =
am
n

Dengan cara seperti itu, maka ekspresi dalam bentuk eksponensial dapat
diubah menjadi bentuk akar dan begitu pula sebaliknya.

Contoh 2.3:
3 2
a. 8 2/3 = 8 2 = 3 (2 3) = 4
b. 4x 2/3 = 4 3 x 2
3
c. 4 2 = 4 2/3
3
d. = 3x -2/4
4 2
x
2.6 Matematika Ekonomi 1

Kaidah-kaidah Akar

m
a n = a n/m
m
a.b = m a.m b
m
a = a1/m
mn
a = m.n a

a ma
m =
b mb

Contoh 2.4:
3
a. 4 = 3 2 2 = 2 2/3
3
b. 216 = 3 8.27 = 3 2 3.3 33 = 6
4
c. 16 = 161/4 = 2 4/4 = 2
3 6
d. 26 = 26 = 2
36 36 6
e. = = =2
9 9 3

C. LOGARITMA

Logaritma merupakan bentuk perpangkatan juga. Secara definisi,


logaritma menunjukkan pangkat yang dimiliki oleh suatu basis sehingga
bentuk perpangkatan itu nilainya sama dengan bilangan tertentu. Dengan
menggunakan simbol, maka bila ada:
y = an untuk a > 0 dan a ≠ 1
maka n merupakan logaritma dari y dengan basis a atau ditulis:
n = alog y

Kaidah-kaidah Logaritma

Untuk setiap bilangan riil positif x dan y, setiap bilangan riil r dan
bilangan riil positif b = 1, berlaku:
(1) alog x.y = alog x + alog y
(2) alog x/y = alog x - alog y
2.7

(3) alog xr = r a log x


(4) alog x = alog b . blog x
1
(5) alog b . blog a = 1 atau ( a log b) = b
( log a)
(6) alog a = 1
(7) alog 1 = 0

Contoh 2.5:
a. 2log (8 . 16) = 2log 8 + 2log 16
=3+4=7

b. 5log (625/125) = 5log 625 - 5log 125


=4-3=1

c. 10log 1000 = 10log 103


= 310log 10 = 3

d. Mengubah basis 2 menjadi basis 4


2log 16 = 2log 4 . 4log 16 = 2 . 2 = 4

e. 6log 6 = 1

f. 8log 1 = 0

Seperti telah disebutkan di atas nilai a sebagai basis harus merupakan


bilangan yang positif dan tidak sama dengan satu. Dari sekian banyak
bilangan, yang paling banyak digunakan sebagai basis adalah 10 dan
e = 2,7182818. Logaritma yang mempunyai basis angka 10 dinamakan
logaritma persepuluhan atau logaritma Brigg, sedangkan logaritma
dengan basis e yang nilainya e = 2,7182818 dinamakan logaritma alam atau
logaritma Napier. Logaritma Brigg ditulis 10 log x atau hanya log x tanpa
mencantumkan basisnya. Sedangkan logaritma Napier menggunakan simbol
ln x. Baik logaritma Brigg maupun Napier, keduanya tunduk pada
kaidah-kaidah seperti yang telah ditulis di atas.
2.8 Matematika Ekonomi 1

Contoh 2.6:
 10 2 
a. log  3  = log 10 2 - log 10 3 = 2 - 3 = − 1
 10 
b. log 100 = log 102 = 2
c. log 3 10 1 = log 101/3 = 1/3
d. log 103 = 3log 10 = 3
e. ln e = 1
f. ln e 2 = ln e1/2 = 1/2
g. ln 1 = 0

L A TIH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
Sederhanakan ekspresi berikut ini!
1) 4-2 . 43
2) (23)2
3) (4y)2
4) (12 . 5)2
3x
5) ( ) 2
5y
6) (32.x 3) 2
2
x 4y
7) 3
x 3y
33 -2
8) ( )
42
9) (4 -1) 3
10) (103)2
2xz -2 -2
11) ( )
3yz -3
23 x3
12) ( 2 ) -3( 2 ) -2
3 y
2.9

13) 3x-1(3y)
14) (3x)-1(2y)
-3
x -2 y
15) −1
x -4y
16) (3x)2 + (5y)0
17) (2x)-1 (y)2 (y-1)2

Gambarkan fungsi berikut.


18) y = 2x
19) y = 22x
20) y = ax
Untuk a = 1, 2, e dan 10

Sederhanakan ekspresi berikut ini :


21) 251/2
22) 163/4
23) 32-2/5
24) 6251/4
25) 16-1/4
26) 8-2/3

Ubahlah ke bentuk perpangkatan.


27) ( 1 2 ) 2
4
 3 
28) 5 5 
 
3
x
29)
y
30) x -1/2y-1/4

Ubahlah ke bentuk akar.


31) 2X2/3
32) X1/3Y-1/4
33) (3X)4/5
34) X-1/2Y-1/4
35) 4X-1/5
2.10 Matematika Ekonomi 1

Sederhanakan ekspresi berikut ini:


36) 4log (4.32)
37) 8log 64-3
38) 5log (25/625)
39) 3log (1/27)
40) 7log (49/343)
Tukar basisnya dengan yang ditunjukkan berikut :
41) 25log 625 dengan basis 5
42) 64log 8 dengan basis 2
43) 9log 243 dengan basis 3
44) 3log 81 dengan 9
45) 4log 2 dengan basis 16

Petunjuk Jawaban Latihan

1) 4
2) 26
3) 16y2
4) 602
9x 2
5)
25y 2
6) 34.x 6
x
7)
y
44
8)
36
1
9)
43
10) 106
9y 2
11)
4x 2 z 2
4
36 y
12)
29 x 6
2.11

9y
13)
x
2y
14)
3x
x2
15)
y2
16) 9x2 + 1
1
17) 2x

18) Gambar fungsi y = 2x


y

0 x

19) Gambar fungsi y = 22x

0 x
2.12 Matematika Ekonomi 1

20) Gambar fungsi y = ax untuk a = 1, 2, e dan 10

a=10 a=e
y
a=2

a=1

0 x

21) 5
22) 8
1
23)
4
24) 5
1
25)
2
1
26)
4
27) 12
5
28) 5 3
1
x3
29) 1
y2
1
30) 1 1
x 2 y4
3
31) 2 x 2
2.13

3
x
32)
4 y

33) 5
(3x) 4
1
34)
( x )( 4 y)
4
35) 5
x
4
36) log (4.32) = 3 4log 2
8
37) log 64-3 = -6
5
38) log (25/625) = -2
3
39) log (1/27) = -3
7
40) log (49/343) = -1
25
41) log 625 = 5log 25
64
42) log 8 = 2log 4-1
9
43) log 243 = (½)3log 243
3
44) log 81= 2. 9log 81
4
45) log 2 = 2. 16log 2

RA NGK UMA N

Perpangkatan merupakan suatu bentuk singkat dari bentuk perkalian


sesuatu yang sama lebih dari satu kali.
Bentuk akar merupakan pengubahan bentuk perpangkatan dengan
pangkat bilangan pecahan, demikian juga sebaliknya, bentuk
perpangkatan dapat ditemukan dari bentuk akar. Pengakaran memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:

m
a n = a n/m
m
a.b = m a.m b
m
a = a1/m
mn
a = m.n a
m
a a
m = m
b b
2.14 Matematika Ekonomi 1

Logaritma merupakan proses penentuan pangkat apabila bilangan


dasar dan nilai perpangkatan telah diketahui. Sifat-sifat dasar logaritma
yang dapat digunakan dalam operasi logaritma adalah:
(1) alog x.y = alog x + alog y
(2) alog x/y = alog x - alog y
(3) alog xr = r a log x
(4) alog x = alog b . blog x
1
(5) alog b . blog a = 1 atau ( a log b) = b
( log a)
(6) alog a = 1
(7) alog 1 = 0

TES FORMATIF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


−1
 54   36  2
1) Hasil perpangkatan bilangan  3  .  3  adalah ….
6  8 
A. 0,014305114
B. 0,00170859375
C. 69,90506667
D. 585,2766347

1 5
 25  2  9  2
2) Nilai dari   .   adalah ….
 49   16 
135
A.
448
448
B.
135
7168
C.
1215
1215
D.
7168
2.15

( )(
3) Hasil dari 5 4 9 2 4 9 adalah …. )
A. (10 9 ) 4

B. 90
C. 63
D. 30

4) Jika diketahui log 2 = 0,301, log 3 = 0,477 maka hasil dari log 12
adalah ….
A. 2,778
B. 1,556
C. 1,079
D. 0,2872

( )
5
3 4
5) 7 7 jika diubah ke bentuk perpangkatan adalah ….
5
A. 7 12
7
B. 7 12
17
C. 7 12
12
D. 75

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
2.16 Matematika Ekonomi 1

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
2.17

Kegiatan Belajar 2

Banjar dan Deret

A. BANJAR

Banjar dapat didefinisikan sebagai suatu fungsi yang wilayahnya


merupakan himpunan bilangan alam. Setiap bilangan yang merupakan
anggota suatu banjar dinamakan suku. Bentuk umum dari banjar adalah:
a1, a2, a3, . . . . . an
di mana
suku ke 1 = S1 = a1
suku ke 2 = S2 = a2
suku ke 3 = S3 = a3
..
..
suku ke n = Sn = an

Banjar di atas dapat disimbolkan dengan [an], sehingga kalau ditulis lagi
dengan lengkap menjadi:

[an] = a1, a2, a3 , . . . . . an

Suatu banjar yang tidak mempunyai akhir atau banyaknya suku tidak
terbatas dinamakan banjar tak terhingga. Sedangkan banjar yang banyaknya
suku tertentu dinamakan banjar terhingga.
Bilangan alam yang terdapat pada suatu banjar pada umumnya tersusun
secara teratur dengan suatu pola tertentu. Dengan memperhatikan pola yang
terdapat pada suku - sukunya, banjar dapat dibedakan menjadi banjar hitung,
banjar ukur dan banjar harmoni.
Banjar hitung adalah banjar yang antara dua suku berurutan mempunyai
selisih yang besarnya sama. Jadi, suatu banjar

[an] = a1, a2, a3 , . . . . . an

akan disebut dengan banjar hitung apabila


2.18 Matematika Ekonomi 1

a2 - a1 = b
a3 - a2 = b
a4 - a3 = b
...
an - an-1 = b
di mana b merupakan beda yang besarnya tetap dan dapat bernilai positif atau
negatif.

Contoh 2.7:
a. [n] = 1 , 2 , 3 , 4, . . . . . n
b = Sn - Sn-1 = 1

b. [5n] = 5 , 10 , 15 , 20 , . . . 5n
b = Sn - Sn-1 = 5

c. [12 - 2n] = 10 , 8 , 6 , 4 , .... (12 - 2n)


b = Sn - Sn-1 = -2

Banjar ukur adalah banjar yang antara dua suku berurutan mempunyai hasil
bagi yang sama besarnya. Jadi untuk banjar :
[an] = a1 , a2 , a3 , . . . . . an
akan disebut sebagai banjar ukur kalau
S2 / S1 = p
S 3 / S2 = p
...
Sn / Sn-1 = p
di mana p merupakan nilai banding (= ratio) yang besarnya tetap dan dapat
bertanda positif atau negatif.

Contoh 2.8:
a. [apn-1] = a , ap , ap2 , . . . ,apn-1

b. [5. 2n-1] = 5 , 10 , 20 , 40 , ...., 5(2n-1)

Banjar harmoni adalah banjar yang sukunya merupakan kebalikan dari


suku banjar hitung.
2.19

Contoh 2.9:
1 1 1 1 1
a. = 1 , , , , . . . ,
n 2 3 4 n
1 1 1 1 1 1
b. = , , , , ... ,
5n 5 10 15 20 5n

B. DERET

Bila suku-suku pada suatu banjar dijumlah, maka jumlah tersebut


dinamakan deret. Jadi deret merupakan penjumlahan semua suku suatu
banjar. Seirama dengan pembedaan banjar, maka deret dapat dibedakan
menjadi deret hitung, deret ukur dan deret harmoni.
Deret hitung merupakan jumlah suku-suku banjar hitung, deret ukur
merupakan jumlah suku-suku banjar ukur dan deret harmoni merupakan
jumlah suku-suku banjar harmoni.

Contoh 2.10:
a. Deret hitung : 1 + 2 + 3 + . . . + n

b. Deret ukur : 5 + 10 + 20 + . . + 5(2n-1)


1 1 1
c. Deret harmoni: 1 + + + . . . +
2 3 n

Karena sampai saat ini belum diketemukan rumus untuk menjumlahkan


deret harmoni, maka untuk selanjutnya deret harmoni tidak akan dibahas.
Secara umum suatu deret dapat ditulis sebagai:

Jn = a1 + a2 + a3 + . . . . + an

Untuk menyingkat cara penulisan, dapat dipakai tanda ∑ dan dibaca


"sigma", sehingga deret dapat ditulis menjadi :
n

∑a
i=1
i untuk deret terhingga

dan
2.20 Matematika Ekonomi 1

∑a
i =1
i untuk deret tak terhingga

Deret ukur dan deret hitung sering digunakan dalam matematika


ekonomi. Sebagai Contoh, Malthus, seorang ahli ekonomi teori, pernah
menyatakan bahwa penduduk mempunyai kecenderungan untuk tumbuh
seperti deret ukur, sedangkan bahan makanan tumbuh menurut deret hitung.
Anda telah mengenal deret ukur dan deret hitung, maka pernyataan Malthus
tersebut mengandung arti bahwa pertumbuhan penduduk sangat cepat dan
lebih cepat dibanding pertumbuhan makanan.
Apabila a adalah suku pertama suatu banjar dan b adalah beda antara dua
suku yang berurutan, maka sesuai dengan pengertian deret hitung:

suku pertama = a

suku kedua = a + b

suku ketiga = a + 2b

suku keempat = a + 3b
.....

suku ke n = a + (n - 1)b = Sn

Jadi suku ke n suatu banjar hitung, ditentukan oleh


Sn = a + (n - 1)b

Deret hitung jumlahnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

1
J = n(a + S n )
2

di mana n = banyaknya suku


a = suku pertama
Sn = suku ke n
2.21

Contoh 2.11:
Jika ingin mengetahui suku ketujuh suatu banjar hitung yang suku
pertamanya = 1 dan beda = 2 adalah:

Sn = a + (n - 1)b
= 1 + (7 - 1)2
= 13

Deret hitung dengan jumlah tujuh suku tersebut adalah:


1
Jn = n(a + S n )
2
1
J7 = 7(1+13)
2
= 49

Selain banjar hitung, kita telah mengenal banjar ukur. Suatu banjar ukur
ditandai oleh banjar yang hasil bagi suatu sukunya dengan suku sebelumnya
merupakan bilangan konstan. Atau suku suatu banjar ukur diperoleh dari
hasil kali suku sebelumnya dengan suatu pengali yang besarnya konstan. Bila
suatu banjar ukur memiliki suku pertama a dan pengali sebesar p, maka
secara matematis dapat ditulis:

suku pertama = a

suku kedua = ap

suku ketiga = ap2


...

suku ke n = apn-1 = Sn

Jadi suku ke n suatu banjar ukur ditentukan oleh Sn = apn-1


Jumlah n suku suatu banjar ukur dapat ditentukan dengan rumus
1 − p n a − pSn
J= a =
1− p 1− p
2.22 Matematika Ekonomi 1

Rumus di atas tidak berlaku untuk p = 1. Pada kasus p = 1, telah


diketahui bahwa satu dipangkatkan berapa saja hasilnya adalah satu, sehingga
suku ke n nilainya akan sama dengan suku pertamanya. Sehingga jumlah n
sukunya sama dengan hasil kali antara a dengan n. Bila p < 1 dan jumlah
sukunya tak terhingga, maka jumlahnya dihitung dengan menggunakan
rumus:
a
J=
1- p

Contoh 2.12:
Bila ada suatu banjar ukur yang suku pertamanya a = 1 dan pengalinya
p = 2 , maka besarnya suku ke 5 adalah:
Sn = apn-1
S5 = 1(25-1)
= 16

dan jumlah 5 sukunya adalah:


1 - p n a - pS n
J= a =
1- p 1- p
1 - 2.16 1 - 32
=1 =
1- 2 -1
= 31

1. Bunga Pinjaman
Bunga pinjaman selama setahun atau kurang, sering dihitung dengan
menggunakan cara yang sederhana, yaitu bunga yang hanya dikenakan pada
jumlah pinjaman. Jumlah yang dipinjam ini untuk selanjutnya akan disebut
dengan pokok pinjaman. Jika besarnya pokok pinjaman adalah p dengan
bunga sebesar r persen setahun dan lama meminjam adalah t tahun, maka
besarnya bunga yang harus di bayar yaitu I adalah hasil perkalian antara
pokok pinjaman dan bunga dan lama meminjam, atau

I = P.r.t
2.23

Contoh 2.13:
Berapakah jumlah yang harus dikembalikan oleh seseorang yang
meminjam uang sebanyak Rp2.500,00 pada tanggal 5 Juni 1992 dan
dikembalikan pada tanggal 5 Pebruari 1993 dengan bunga sebesar 14 persen?
Mulai tanggal 5 Juni 1992 sampai 5 Pebruari 1993 ada 8 bulan, atau
waktu peminjamannya 8/12 = 2/3 tahun. Besarnya bunga pinjaman:
I = P.r.t
= 2.500 (0,14) (2/3)
= 233,33

Jumlah yang harus dikembalikan adalah pokok pinjaman ditambah dengan


bunga, atau

Rp2.500,- + Rp233,33 = Rp2.733,33

2. Nilai Sekarang
Nilai sekarang dari jumlah yang diperoleh di masa mendatang atau
sering pula disebut dengan present value adalah nilai sejumlah uang yang
saat ini dapat dibungakan untuk memperoleh jumlah yang lebih besar di masa
mendatang. Misalkan P adalah nilai sekarang dari uang sebanyak A pada t
tahun yang akan datang. Bila kemudian diumpamakan tingkat bunga adalah r,
maka bunga yang dapat diperoleh dari P rupiah adalah:

I = P.r.t

dan uang setelah t tahun menjadi:

P + P.r.t = P(1 + rt)

Karena A adalah nilai uang sebanyak P pada t tahun mendatang, maka

P(1 + rt) = A

atau
A
P=
1 + rt
2.24 Matematika Ekonomi 1

Contoh 2.14:
Setahun lagi Asbun akan menerima uang sebanyak Rp10.000,00.
Berapakah nilai sekarang uang tersebut jika tingkat bunga adalah 13 persen
setahun? Dalam masalah ini, A = 10.000,- r = 0,13 dan t = 1
10.000
P=
1 + (0,13)(1)
= 8.849,56

3. Bunga Majemuk
Bunga sederhana seperti yang dibahas sebelumnya adalah bunga yang
umumnya diterapkan untuk pinjaman dalam jangka waktu satu tahun atau
kurang. Dengan bunga majemuk, bunga selain dikenakan pada pokok
pinjaman, juga dikenakan pada bunga yang dihasilkan. Misalkan seseorang
membungakan uangnya sebanyak P dengan bunga sebesar i pertahun. Setelah
satu tahun ia mendapatkan bunga sebesar:

bunga tahun pertama = P.i

Bunga dan pokok pinjaman pada akhir tahun menjadi:

P + P.i = P(1 + i)

Jumlah sebanyak itu, menjadi pokok pinjaman yang baru sehingga pada akhir
tahun kedua bunga yang diterima sebesar :

P(1 + i)(i)

Jumlah uang keseluruhan sekarang menjadi ;

P(1 + i) + P(1 + i)(i) = P(1 + i)(1 + i)

= P(1 + i)2

Dengan cara yang sama, maka di tahun ke tiga seluruh uangnya menjadi

= P(1 + i)3
2.25

dan dalam n tahun seluruh uangnya menjadi

= P(1 + i)n

Penggandaan uang atau penghitungan bunga dapat dilakukan lebih dari


satu kali dalam setahun. Misalkan pembayaran bunga dilakukan dalam m kali
setahun (dalam 5 periode setahun), pada tingkat bunga i pertahun, maka
tingkat bunga setiap periode adalah i/m dan jumlah periode pembungaan
(penghitungan bunga) adalah sebanyak nxm. Seandainya bunga yang
diperoleh dibungakan lagi selama n periode, maka rumus yang digunakan
untuk menghitung seluruh uangnya menjadi:
i
A = P(1 + ) n.m
m

Contoh 2.15:
Misalkan ada uang sebanyak Rp1.000,00 dibungakan selama 6 tahun
dengan bunga majemuk sebesar 5 persen per tahun dan diambil setahun
sekali, maka berapakah jumlah uang tersebut setelah 6 tahun?
Dari rumus
i
A = P(1 + ) n.m
m

P = 1.000, i = 5% = 0,05 , m = 1 ,dan n = 6.

Jumlah uangnya setelah 6 tahun menjadi:


0, 05 6.1
A = 1.000(1 + )
1
= 1.000(1,05)6
= 1.000(1,34010)
= 1.340,10
2.26 Matematika Ekonomi 1

L A TIH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Bila suku pertama deret hitung adalah 2 dan bedanya tiga, hitunglah
suku ke-5 dan suku ke-8!
2) Bila suku kelima dari suatu deret hitung ditambah dengan suku
ketiganya sama dengan 22 dan suku kelima dikurangi dengan suku
ketiga sama dengan empat, maka berapakah nilai suku keempatnya?
3) Badu meminjam uang sebanyak Rp100.000,00 dengan bunga sebesar 18
persen pertahun. Berapa lamakah ia meminjam uang tersebut kalau
bunga yang kemudian harus dibayar ternyata sebanyak Rp27.000,00
4) Godril memiliki uang sebesar Rp500.000,00. Berapakah nilai uang
tersebut pada lima tahun yang akan datang bila tingkat bunga per tahun
adalah 17 persen?
5) Paijo pada saat berumur 10 tahun pernah menyimpan uang di bank
sebanyak Rp2.000,00 dengan bunga majemuk sebesar 15 persen yang
dibayar oleh bank setiap bulan. Kini Paijo berumur 25 tahun dan ingin
mengambil uang simpanannya itu. Berapa jumlah yang akan diterima
Paijo?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) suku ke-5 = 14 dan suku ke-8 = 23


2) Suku ke-4 = 11
3) 1,5 tahun.
4) Rp925.000,-.
5) Rp16.274,12

RA NGK UMA N

Banjar Hitung merupakan banjar yang memiliki pola perubahan


tambah dengan besar tambahan tetap. Nilai sukunya mengikuti Rumus:

Sn = a + (n - 1) b

Deret hitung merupakan jumlah suku-suku banjar hitung. Deret


ditentukan dengan Rumus-rumus:
2.27

Jn = n.a + {1 + 2 + 3 + ... + (n - 1)} b


n (a + Sn )
Jn =
2

Banjar Ukur merupakan banjar yang memiliki pola perubahan


kelipatan yang tetap. Faktor pelipat disimbolkan dengan r dan banjar
ukur biasa disajikan dalam bentuk:
a, ap, ap2, ..., ..., ..., ap(n-1)
Nilai suku banjar ukur mengikuti rumus:
Sn = a . p(n-1)

Deret ukur merupakan jumlah suku-suku banjar ukur. Ditentukan


dengan rumus:
(1- p n ) a − pSn
Jn = a =
1- p 1− p

TES FORMATIF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Diketahui suatu banjar hitung = 90, 78, 66, … , … , …


A. 18
B. 6
C. -6
D. -12

2) Sebuah banjar hitung mempunyai suku pertama 500, suku terakhir 60


dan jumlah suku sebanyak 12. Maka deret banjar tersebut adalah ….
A. 6720
B. 3360
C. 1680
D. 572

3) Diketahui suatu banjar ukur = 9, -18, 36, … , …


Maka deret 10 suku pertama adalah ….
A. 3069
B. 1533
C. -1533
D. -3069
2.28 Matematika Ekonomi 1

4) Diketahui suatu banjar ukur memiliki suku pertama: a, r = 6 dan jumlah


sukunya 7, maka deret banjar ukur tersebut adalah ….
(1 − 67 )
A. .a
−5
(1 + 67 )
B. .a
−5
(1 − 67 )
C. .a
7
(1 + 67 )
D. .a
7

5) Suatu banjar ukur mempunyai deret ukur = -1364, r = -2 dan jumlah


sukunya 10, maka suku pertama deret ukur tersebut adalah ….
A. 2
B. 3
C. 4
D. 5

6) Diantara pernyataan di bawah ini yang paling menguntungkan, jika


bunga 18% setahun adalah ….
A. sekarang menerima uang Rp1.700.000,00
B. 2 tahun kemudian menerima Rp2.500.000,00
C. 3 tahun kemudian menerima Rp3.000.000,00
D. 5 tahun kemudian menerima Rp4.000.000,00

7) Total penerimaan sebuah perusahaan pada bulan 2 sebesar Rp8 juta,


bulan 3 Rp10,4 juta dan bulan 4 Rp13,52 juta. Apabila perusahaan
tersebut berkembang seperti bulan-bulan tersebut maka total penerimaan
perusahaan tersebut pada bulan 10 adalah ….
A. Rp31,92 juta
B. Rp65,2584 juta
C. Rp84,836 juta
D. Rp110,2872 juta

8) Ratih menyimpan uangnya di Bank sebesar Rp800.000,00 dengan bunga


sederhana 14% setahun. Maka uang Ratih setelah 10 tahun adalah ….
A. Rp1.920.000,00
B. Rp2.720.000,00
2.29

C. Rp2.965.777,05
D. Rp11.200.000,00

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
2.30 Matematika Ekonomi 1

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2


1) B 1) C
2) D 2) B
3) D 3) D
4) C 4) A
5) C 5) C
6) C
7) B
8) A
2.31

Daftar Pustaka

Baldani, Jeffrey, James Bradfield and Robert Turner. (1996). Mathematical


Economics, The Dryden Press, Harcourt Brace College Publisher.

Haeussler, Ernest F. and Richard S. Paul. (1996). Introductory Mathematical


Analysis for Business Economics, and The Life and Social Sciences,
Eighth Edition, Prentice Hall International Inc,

Hoy, Michael, John Livernois, Chris McKenna, Ray Rees and Thanasis
Stengos. (1996). Mathematics for Economics, Addison-Wesley Publisher
Limited.

Jacques, Ian. (1995). Mathematics for Economics and Business, Second


Edition, Addison-Wesley Publishing Company,

Silberberg, Eugene and Wing Suen. (2001). The Structure of Economics a


Mathematical Analysis, Irwin McGraw-Hill.

Weber, Jean E., (1982). Mathematical Analysis: Business and Economic


Applications, New York: Harper & Row.
Modul 3

F u n g s i

PE NDAH ULUA N

D alam ilmu ekonomi, kita selalu berhadapan dengan variabel-variabel


ekonomi seperti harga, pendapatan nasional, tingkat bunga, dan lain-
lain. Hubungan kait-mengkait antara variabel yang satu dengan variabel
yang lain ditunjukkan oleh suatu fungsi. Penjelasan mengenai fungsi serta
kegunaannya dalam ekonomi akan Anda jumpai di dalam modul ini.
Modul ini dimulai dengan penjelasan mengenai sumbu koordinat dan
cara-cara menggambar grafik dari suatu fungsi, meskipun Anda mungkin
pernah mempelajari bagaimana mencari persamaan suatu garis lurus dari
beberapa titik yang diketahui, dalam modul ini hal tersebut akan dibicarakan
lagi sehingga Anda akan lebih memahami konsep ini. Karena seperti
disebutkan di atas bahwa kita selalu berhadapan dengan variabel-variabel
ekonomi yang saling pengaruh-mempengaruhi, dan proses saling pengaruh-
mempengaruhi ini dapat diselidiki dengan menggunakan fungsi, maka
pendalaman terhadap materi ini bukanlah merupakan pekerjaan yang sia-sia.
Fungsi yang akan dibicarakan dalam modul ini dilandasi oleh teori
himpunan yang terdapat dalam modul sebelumnya. Penjabaran-penjabaran
dari fungsi selanjutnya akan dibahas dalam modul-modul berikutnya.

Dengan mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan mampu


untuk memahami fungsi linear beserta penggunaannya dalam ekonomi.
Setelah selesai mempelajari modul ini, secara khusus Anda diharapkan dapat:
a. mendiskripsikan dan mengidentifikasikan konstan, dan variabel.
b. menggambar grafik suatu garis.
c. mencari gradien suatu fungsi.
d. mencari persamaan garis lurus.
3.2 Matematika Ekonomi 1

e. menentukan dua buah garis lurus apakah berimpit, sejajar, berpotongan atau
saling tegak lurus.
f. mencari koordinat titik potong dua garis lurus.
3.3

Kegiatan Belajar 1

F u n g s i

A. LETAK SUATU TITIK

Suatu titik yang terletak di sebuah bidang datar dapat ditentukan


letaknya dengan menggunakan garis penolong yang disebut Sumbu
Koordinat. Sumbu koordinat adalah garis lurus yang saling berpotongan
tegak lurus. Garis yang horisontal biasanya disebut sumbu x dan yang
vertikal disebut sumbu y. Dikatakan biasanya, karena sumbu tersebut tidak
harus dinamakan dengan x dan y. Suatu Contoh misalnya, dalam literatur
ekonomi sumbu x sering dinamakan sumbu Q dan sumbu P untuk sumbu y.
Perpotonngan antara sumbu x dengan sumbu y disebut titik origin
atau titik asal atau titik nol. Disebut demikian karena jarak pada sumbu selalu
dihitung mulai dari titik asal ini. Simbol untuk origin adalah O.
y+

Kuadran II Kuadran I

+
0 x

Kuadran III Kuadran IV

Diagram 3.1

Sumbu x yang ada di sebelah kanan 0 dan sumbu y yang berada di atas
0 digunakan untuk nilai yang positif dari himpunan nilai x di sumbu x dan
nilai y di sumbu y, sedangkan untuk himpunan nilai yang negatif digunakan
sumbu x yang berada di sebelah kiri 0 dan sumbu y yang berada di sebelah
bawah 0.
Sumbu koordinat membagi bidang menjadi empat bagian. Setiap bagian
dinamakan kuadran. Masing-masing kuadran diberi nomor secara berurutan
3.4 Matematika Ekonomi 1

dimulai dari bidang sebelah atas kanan sebagai kuadran I, kemudian dengan
arah menurut kebalikan arah putaran jarum jam ditentukan kuadran II,
kuadran III dan IV (lihat gambar di atas). Jadi, suatu bidang datar dibagi oleh
sumbu koordinat menjadi empat kuadran.
Suatu titik, yang sebidang dengan sumbu koordinat, letaknya ditentukan
oleh suatu pasangan urut (x, y). Anggota pertamanya dinamakan koordinat x
atau absis dan anggota keduanya dinamakan koordinat y atau ordinat. Suatu
titik (a,b) yang mana a > 0 dan b > 0 menunjukkan bahwa x = a dan y = b.
Titik ini dapat dilukiskan dengan bergeser dari origin a unit ke kanan dan b
unit ke atas. Titiknya ditentukan oleh perpotongan dua garis yang ditarik dari
kedudukan yang baru karena pergeseran tadi dan sejajar dengan sumbu
koordinat.

Contoh 3.1:
Titik (3,2) menunjukkan bahwa x = +3 dan y = +2. Titik ini didapat
dengan bergeser ke kanan 3 unit dari origin dan dibuat garis yang sejajar
sumbu y, kemudian dari origin bergeser 2 unit ke atas dan dibuat garis yang
sejajar sumbu x. Maka diperoleh letak titik (3,2) pada kuadran I dan
selanjutnya titik ini dapat diberi nama, misalnya titik A.

y
Kuadran I

A(3,2)
2

x
O 1 2 3

Diagram 3.2

Contoh 3.2:
Titik (-2,4) menunjukkan bahwa x = -2, y = +4, dan dapat diperoleh
dengan bergeser dari origin 2 unit ke kiri (ke arah negatif) dan kemudian 4
unit ke atas. Maka diperoleh letak titik (-2,4) pada kuadran II dan misalnya
titik ini dinamakan titik B.
3.5

B(-2,4) y
4

Kuadran II
2

x
-2 -1 0

Diagram 3.3

Contoh 3.3:
Titik (-4,-4) menunjukkan bahwa x = -4, y = -4 dan gambarnya seperti
berikut ini:

x
-4 -3 -2 -1
1
Kuadran III

C(-4,-4) 4

Diagram 3.4

B. FUNGSI

Fungsi didefinisikan sebagai himpunan pasangan urut dengan


anggota-anggota pertama pasangan urut yang dinamakan wilayah (domain)
dan anggota-anggota kedua pasangan urut yang dinamakan jangkau (range),
3.6 Matematika Ekonomi 1

dihubungkan sedemikian rupa sehingga tidak ada dua pasangan urut yang
anggota pertamanya sama. Ada 3 cara untuk menunjukkan suatu fungsi yaitu:
a. Cara daftar lajur
b. Cara penulisan dengan lambang
c. Cara grafik

Contoh-Contoh untuk menunjukkan suatu fungsi dengan cara-cara


tersebut di atas adalah sebagai berikut:

Contoh 3.4:
Fungsi ditunjukkan dengan cara daftar lajur.

X Y
1 -1
2 0
3 3
4 8
5 15

Lajur pertama mengandung elemen-elemen pertama pasangan urut dan


lajur kedua mengandung elemen kedua pasangan urut. Perhatikan di sini,
pada daftar lajur tersebut tidak terdapat pasangan urut yang anggota
pertamanya sama. Anggota kedua pada himpunan pasangan urut bisa terjadi
sama.

Contoh 3.5:
Fungsi ditunjukkan dengan cara lambang:
a. y = x2 - 2x atau
b. f(x) = x2 - 2x atau
c. f(x, y) ialah fungsi yang pasangan urutnya (x, x2 - 2x) atau
d. {(x, y) | y = x2 - 2x }

Cara penulisan dengan lambang yang sering dipakai adalah cara a atau b,
karena lebih singkat bila dibandingkan dengan cara yang lain.
3.7

Contoh 3.6:
Fungsi ditunjukkan dengan cara grafik.
Misalkan fungsi yang akan dilihat grafiknya adalah y = x2 - 2x. Agar
supaya grafiknya dapat dilukis, maka harus dibuat dahulu daftar lajurnya
kemudian menentukan letak titik-titiknya menurut pasangan urutnya. Grafik
dari fungsi diperoleh dengan menghubungkan titik-titik tersebut.

X y
-2 8
-1 3
0 0
1 -1
2 0
3 3
4 8

0 X
(1, -1)

Diagram 3.5

C. KONSTANTA DAN VARIABEL

Suatu fungsi biasanya terdiri dari konstanta dan variabel. Konstanta


adalah jumlah yang nilainya tetap dalam suatu masalah tertentu. Konstanta
dapat dibedakan menjadi konstanta absolut dan konstanta parametrik atau
parameter. Konstanta absolut, adalah jumlah yang nilainya tetap untuk segala
macam masalah, misalnya jumlah penduduk pada tahun tertentu untuk setiap
3.8 Matematika Ekonomi 1

masalah biasanya dianggap sama. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun


1997 misalnya sebanyak 200 juta. Apabila kemudian ada yang membahas
pendapatan perkapita negara Indonesia, atau kesehatan penduduk Indonesia
pada tahun 1997, maka jumlah penduduk pada saat itu dianggap sebanyak
200 juta orang.
Konstanta parametrik atau parameter adalah jumlah yang mempunyai
nilai tetap pada suatu masalah akan tetapi dapat berubah pada masalah yang
lain. Variabel adalah jumlah yang nilainya berubah-ubah pada suatu
masalah. Variabel dapat dibedakan menjadi variabel bebas dan variabel tak
bebas. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan nilai fungsi,
atau himpunan yang anggotanya adalah anggota pertama pasangan urut.
Variabel tak bebas adalah variabel yang nilainya sama dengan nilai fungsi
setelah variabel bebas ditentukan nilainya, atau himpunan yang anggotanya
adalah anggota kedua pasangan urut.

Contoh 3.7:
Pada persamaan garis lurus y = a + bx, maka a dan b adalah konstanta, x
adalah variabel bebas dan y adalah variabel tak bebas.

Contoh 3.8:
x y
Pada persamaan garis lurus + = 1 , angka 1 adalah konstanta absolut, a
a b
dan b adalah parameter, x dan y adalah variabel.

Dalam matematika murni, biasanya huruf-huruf permulaan susunan


alphabet seperti a, b, c, d, digunakan untuk lambang parameter, dan
huruf-huruf akhir susunan alphabet seperti x, y, z digunakan untuk lambang
variabel. Akan tetapi pada matematika terapan banyak pengecualian dari
konvensi ini. Variabel seringkali diberi lambang huruf pertama dari namanya.
Contohnya, p untuk harga (price), q untuk kuantitas (quantity), c untuk
ongkos (cost), s untuk tabungan (saving) dan lain-lainnya.

Contoh 3.9:
Fungsi permintaan ditunjukkan oleh persamaan D = 10 - 3P ; D dan P
adalah variabel. D menunjukkan demand (permintaan) dan P menunjukkan
price (harga).
3.9

Agar lebih mudah memahami apa yang telah dibahas di atas, maka
berikut ini diberikan contoh-contoh penggunaannya.

Contoh 3.10:
Gambarkan titik-titik berikut ini pada sistem sumbu koordinat: A(1,6),
B(-3,4), C(-4,-5), D(3,-6)

y
B

Diagram 3.6

Contoh 3.11:
Gambarkan titik-titik (0,0); (1,1); (2,2) dan (3,3). Tunjukkan bahwa
titik-titik tersebut terletak pada sebuah garis lurus.
3.10 Matematika Ekonomi 1

1
x
0 1 2 3

Diagram 3.7

Bila titik-titik tersebut di hubungkan satu sama lain, ternyata titik-titik


terletak pada sebuah garis lurus.

Contoh 3.12:
Hitung jarak antara titik-titik A(0,2) dan B(-3,-2)

O x

B C

Diagram 3.8
AC = 4 , BC = 3

ABC adalah segitiga siku-siku. Kemudian dengan dalil Phytagoras dapat


dihitung:
3.11

AB = AC 2 + BC 2
AB = 16 + 9
AB = 25
AB = 5

Jadi AB = 5

Contoh 3.13:
Hitung jarak antara titik-titik (1,1) dan (3,4)

B
4

1 A C

0 x
1 2

Diagram 3.9

AC = 2, BC = 3

ABC adalah segitiga siku-siku. Dengan menggunakan dalil Phytagoras dapat


dihitung:
AB = AC 2 + BC 2
AB = 4 + 9
AB = 13

Contoh 3.14:
Apabila diketahui y = f(x) = 4 + x - x2 berapakah f(0), f(-2), f(3), f(-1)?
f(0) = 4 + (0) - (0)2
=4
3.12 Matematika Ekonomi 1

f(-2) = 4 + (-2) - (-2)2


=4-2-4
= -2
f(3) = 4 + 3 - (3)2
=4+3-9
=-2
f(-1) = 4 + (-1) - (-1)2
= 4 -1 -1
=2

Contoh 3.15:
Apabila y = f(x) = 3x /(x2 -1)
a. Berapakah f(0), f(-3), f(4)?
b. Apakah nilai x = 1 dan x = -1 boleh dimasukkan ke dalam fungsi?
1) f(0) = 3.0 /(02-1) = 0
f(-3) = 3.(-3)/(-3)2 -1) = -9/8
f(4) = 3.4 /(42 -1) = 12/15
2) Nilai x = 1 dan x = -1 tidak boleh dimasukkan ke dalam fungsi
karena f(x) nilainya menjadi tak tentu.

Contoh 3.16:
Apabila y = ax2 + bx + c, di mana a, b dan c adalah konstanta. Berapakah f(0),
f(1), f(a), f(a+b)?
f(0) = a.0 + b.0 + c = c
f(1) = a.12 + b.1 + c = a + b + c
f(a) = a.a2 + b.a + c = a3 + ab + c
f(a + b) = a(a + b)2 + b (a + b) + c
= a (a2 + 2ab + b2) + ab + b2 + c
= a3 + 2a2b + ab2 + ab + b2 + c
3.13

Contoh 3.17:
Gambarkan fungsi y = 3 - 2x untuk jangkau x = -3 sampai x = 4.

X y
-3 9
-2 7
-1 5
0 3
1 1
2 -1
3 -3
4 -4
3.14 Matematika Ekonomi 1

L A TIH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Gambarkan titik-titik berikut ini pada sistem sumbu koordinat: A(4,3),
B(3,-4), C(-3,-2), D(-4,2)
2) Gambarkan titik-titik (0,8), (2,4), (4,0) dan (6,-4)! Tunjukkan bahwa
titik-titik tersebut terletak pada sebuah garis lurus.
3) Hitung jarak antara titik A(4,0) dan B(0,3)!
4) Hitung jarak antara titik A(-4,-3) dan B(-2,1)!
5) Apabila f(x) = 9 - x2, berapakah f(0), f(2), f(-2), f(3).

Petunjuk Jawaban Latihan

1)

3 A(4,3)

D(-4,2) 2

-4 -3 O 3 4 x

C(-3,-2)

-4 B(3,-4)
3.15

2)
y

0 2 4 6 x

-4

2
3) AB = 42 + 3
= 25
=5

4) AC = 2
BC = 4
AB = AC2 + BC2
= 22 + 42
= 4 + 16
= 20
= 2 5

5) f (x) = 9 - x2
f (0) = 9
f (2) = 5
f (-2) = 5
f (3) = 0

RA NGK UMA N

Sumbu koordinat adalah dua garis lurus yang saling berpotongan tegak
lurus. Perpotongan antara kedua sumbu tersebut dinamakan titik origin atau
titik asal atau titik nol. Sumbu koordinat membagi bidang menjadi 4 kuadran.
3.16 Matematika Ekonomi 1

Suatu titik letaknya ditentukan oleh koordinat X atau absis dan koordinat
Y atau ordinat. Fungsi adalah himpunan pasangan urut dan dihubungkan
sedemikian rupa sehingga tidak ada dua pasangan urut yang anggota
pertamanya sama. Fungsi dapat ditunjukkan dengan 3 cara yaitu: cara daftar
lajur, cara penulisan dengan lambang dan cara grafik.
Konstan adalah jumlah yang nilainya tetap dalam suatu masalah tertentu.
Konstan dapat dibedakan menjadi konstan absolut dan parameter.
Variabel adalah jumlah yang nilainya berubah-ubah pada suatu masalah.
Variabel dapat dibedakan menjadi variabel bebas dan variabel tak bebas.

TES FORMATIF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Jarak antara titik A(2, 0) dan B(-1, 4) adalah ….


A. 3
B. 4
C. 5
D. 6

2) Jarak antara titik P(0, 1) dan Q(5, 6) adalah ….


A. 2 5
B. 5 2
C. 5
D. 10

3) Jika diketahui f(x) = x2 – 3x, maka besarnya f(2) adalah ….


A. -1
B. -2
C. 1
D. 2

4) Jika diketahui y = f(x) = x – x2 + 5, maka besarnya f(3) adalah ….


A. -1
B. -2
C. 1
D. 2
3.17

5) Jika diketahui y = f(x) = x3 – 3x, maka besarnya f(-2) adalah ….


A. -1
B. -2
C. 2
D. 14

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
3.18 Matematika Ekonomi 1

Kegiatan Belajar 2

Fungsi Linear

A. FUNGSI LINEAR

Bentuk umum dari fungsi linear adalah:

ax + by + c = 0

Di mana a, b dan c adalah konstan dengan ketentuan bahwa a dan b


bersama-sama tidak bernilai nol. Persamaan ini disebut linear dalam x dan y
sedangkan grafik persamaan ini merupakan sebuah garis lurus. Koordinat x
dan y dari setiap titik (x, y) yang terletak pada garis lurus, harus memenuhi
persamaan garis tersebut.
Garis lurus yang ditarik melalui titik-titik yang koordinat - koordinatnya
memenuhi persamaan disebut grafik persamaan atau lokus persamaan. Cara
yang termudah untuk menggambar suatu grafik garis lurus yang diketahui
persamaannya adalah dengan mencari penggal - penggal garis sumbu yang
dipotong oleh garis lurus tersebut. Panjang penggal garis sumbu di ukur dari
titik origin sampai titik potong antara garis lurus dengan sumbu-sumbu
koordinat. Perpotongan garis dengan sumbu x merupakan suatu titik yang
ditentukan oleh pasangan y = 0 pada persamaan garis lurus tersebut. Begitu
pula perpotongan garis lurus dengan sumbu y merupakan suatu titik yang
ditentukan oleh pasangan x = 0 pada persamaan garis tersebut. Bila kedua
titik potong tersebut digambar, maka garis lurus yang dicari adalah garis yang
melalui kedua titik tersebut.

Contoh 3.18:
Gambarkan garis dengan persamaan 3x + 4y = 12
Langkah pertama adalah mencari titik potong garis dengan sumbu x dan
sumbu y. Titik potong dengan sumbu x diperoleh bila y = 0. Untuk y = 0,
maka 3x = 12 atau x = 4. Jadi titik potong dengan sumbu x adalah (4, 0).
Titik potong dengan sumbu y diperoleh bila x = 0 Untuk x = 0, maka 4y
= 12 atau y = 3. Jadi titik potong dengan sumbu y adalah (0, 3). Kemudian
kedua titik potong tersebut digambar dan dihubungkan dengan garis lurus.
3.19

Garis lurus itu adalah garis yang persamaannya adalah 3x + 4y - 12 = 0 dan


merupakan garis yang melalui titik (4, 0) dan (0, 3).

3x + 4y = 12

0 4 x

Diagram 3.11

B. CURAM

Setiap garis lurus mempunyai arah. Arah suatu garis lurus ditunjukkan
oleh curam (gradien) yang didefinisikan sebagai tangens dari sudut yang
dibentuk oleh garis tersebut dengan sumbu x. Sudut yang dibentuk oleh garis
di titik A dengan sumbu x misalnya dinamakan sudut ∝. Jika pada garis
tersebut ditentukan sebuah titik sembarang B dan kemudian melalui B dibuat
garis tegak lurus ke sumbu x dan memotong sumbu x di titik C, maka curam
garis dapat didefinisikan sebagai:
BC
m = tg α =
AC

α
x
A C

Diagram 3.12
3.20 Matematika Ekonomi 1

Untuk sudut ∝ yang besarnya lebih dari 900, maka m bernilai negatif,
sehingga:

BC
m = tg α = -
AC

Untuk garis yang sejajar dengan sumbu x, curamnya sama dengan nol atau:

m = tg 0 = 0

C. BENTUK DUA TITIK

Persamaan suatu garis lurus dapat ditentukan bila diketahui koordinat


dua titik yang terletak pada garis tersebut atau apabila diketahui curam
garisnya dan sebuah titik yang terletak di garis tersebut. Ada beberapa rumus
yang dapat digunakan untuk mencari persamaan suatu garis lurus. Rumus
mana yang harus digunakan, tentunya tergantung pada masalah yang sedang
dihadapi.
Garis lurus mempunyai sifat bahwa curam garisnya adalah konstan.
Curam dapat ditentukan dengan menggunakan dua titik yang terletak pada
sebuah garis lurus. Misalnya ada dua buah titik sembarang A (x1,y1) dan B
(x2,y2) yang terletak di garis lurus. (lihat gambar berikut ini).

y
y2 B

A
y1 D

α C
x
E 0 x1 x2

Diagram 3.13
3.21

Curam garis tersebut adalah :

m = tg α

akan tetapi dengan menggunakan ilmu ukur, dapat dibuktikan bahwa

BC BD
=
EC AD

Padahal BD = y2 - y1 dan AD = x2 - x1, sehingga:

y 2 - y1
m = tg α =
x 2 - x1
Selanjutnya bila diambil sebuah titik sembarang (x,y) dan bersama titik
(x1,y1), digunakan lagi untuk mencari curam garis, maka besarnya curam
garis adalah
y - y1
m = tg α =
x - x1
Karena sifat suatu garis lurus mempunyai curam yang konstan, maka itu
berarti dua curam yang dicari tadi besarnya pasti sama. Jadi

y - y1 y 2 - y1
=
x - x1 x 2 - x1

atau dapat ditulis :

y 2 - y1
y - y1 = (x - x1)
x 2 - x1

Persamaan di atas, merupakan persamaan garis lurus yang melalui titik


A(x1,y1) dan titik B(x2,y2).

Contoh 3.19:
Cari persamaan garis yang melalui titik (3,2) dan titik (4,5).
Misalkan (x1,y1) = (3,2) dan (x2,y2) = (4,5)
3.22 Matematika Ekonomi 1

y 2 - y1
y - y1 = (x - x1)
x 2 - x1
5-2
y-2= (x - 3)
4-3
y - 2 = 3(x -3)
y = 3x -9 + 2 atau
y = 3x -7 (persamaan yang dicari)

Untuk membuktikan bahwa garis tersebut melalui titik (3, 2) dan (4, 5),
maka masukkan (3,2) ke dalam y = 3x -7
2 = 3(3)-7
2 = 2 (terbukti)
Masukkan (4,5) ke dalam y = 3x -7
5 = 3 (4) -7
5 = 12 -7
5 = 5 (terbukti).

Karena terbukti melalui (3,2) dan (4,5), maka persamaan y = 3x-7 adalah
persamaan yang dicari.

D. BENTUK PENGGAL GARIS

Untuk kasus tertentu di mana titik (x1,y1) merupakan penggal x yang


ditunjukkan oleh (a,0) dan titik (x2,y2) merupakan penggal y yang
ditunjukkan oleh (0,b), maka persamaan garisnya diperoleh dengan
memasukkan x1 = a, y1 = 0 dan x2 = 0, y2 = b ke dalam persamaan :
y -y
y - y1 = 2 1 (x - x1)
x 2 - x1
b-0
y-0= (x - a)
0-a
b
y = (x - a)
-a
bx ab
y= +
-a a
bx
y= +b
-a
3.23

Jika ke dua ruas dibagi dengan b, maka :


y -x
= +1
b a
atau
x y
+ =1
a b
dan grafiknya adalah sebagai berikut :

x y
+ =1
a b

0 a x

Diagram 3.14

Contoh 3.20:
Cari persamaan garis yang mempunyai penggal (0,5) dan (-4,0). Untuk
a = -4 dan b = 5, nilainya dimasukkan ke
x y
+ =1
a b
x y
+ =1
-4 5
Ruas kiri dan kanan persamaan dikalikan 20

-5x + 4y = 20 atau

5x -4y + 20 = 0

Jadi persamaan 5x -4y + 20 = 0 adalah persamaan yang dicari.


3.24 Matematika Ekonomi 1

E. BENTUK CURAM - TITIK

Bentuk ini dapat digunakan untuk menentukan persamaan suatu garis


lurus yang diketahui curam garisnya dan titik (x1,y1) yang terletak di garis
tersebut.
Telah dibicarakan bahwa curam garis ditunjukkan oleh persamaan:
y -y
m= 2 1
x 2 - x1
maka persamaan:
y -y
y - y1 = 2 1 (x - x1)
x 2 - x1

dapat ditulis sebagai :

y - y1 = m(x - x1)

Contoh 3.21:
Cari persamaan garis yang melalui titik (2,5) dan mempunyai curam 3.
Nilai m = 3 dan (x1,y1) = (2,5) dimasukkan ke dalam persamaan:
y - y1 = m (x - x1)
y - 5 = 3 (x - 2)
y = 3x - 6 + 5
y = 3x - 1
Jadi persamaan y = 3x -1 adalah persamaan yang dicari.
Rumus-rumus di atas tidak dapat digunakan untuk mencari persamaan
garis yang vertikal, karena curam garis vertikal besarnya tak terhingga. Garis
vertikal yang melalui titik (x1, y1) mempunyai persamaan: x = x1
Berbeda dengan garis vertikal, untuk garis horisontal rumus-rumus yang
dituliskan tadi masih dapat digunakan. Garis horisontal yang melalui titik (x1,
y1)mempunyai persamaan: y = y1
3.25

y x = x1 y

(x1,y1) y=y1

(x1,y1)

0 x 0 x

Diagram 3.15a Diagram 3.15b

F. GARIS SEJAJAR, TEGAK LURUS DAN BERPOTONGAN

Dua garis lurus yang terletak di satu bidang kemungkinannya dapat


saling berimpit, sejajar, tegak lurus dan berpotongan satu sama lain.

Sifat 1:
Dua garis lurus akan saling berimpit kalau persamaan garis yang satu
merupakan kelipatan persamaan garis yang lain.

Sifat 2:
Dua garis akan sejajar bila curamnya sama.

Sifat 3:
Dua garis lurus akan saling berpotongan tegak lurus apabila curam garis
yang satu merupakan kebalikan negatif dari curam garis yang lain, atau
perkalian kedua curamnya sama dengan - 1. Jadi garis y = m1x + b1 dan
garis y = m2x + b2 akan berpotongan tegak lurus bila dipenuhi syarat
1
m1 = - atau m1.m2 = -1. Dua garis yang berpotongan, koordinat titik
m2
potongnya harus memenuhi kedua persamaan garis lurus. Koordinat titik
potong ini diperoleh dengan mengerjakan kedua persamaan secara
serempak.
3.26 Matematika Ekonomi 1

Contoh 3.22:
Perpotongan antara garis 3x-4y+6=0 dan garis x-2y-3=0 diperoleh
dengan mengeliminir x yaitu mengalikan persamaan ke dua dengan -3 dan
menambahkan dengan persamaan pertama.
3x - 4y + 6 = 0 | x 1 | 3x - 4y + 6 = 0
x - 2y – 3 = 0 | x-3 |-3x + 6y + 9 = 0
+
2y + 15 = 0
2y = - 15
y = - 7,5
Substitusi y = -7,5 ke dalam persamaan pertama

3x -4 (-7,5) + 6 = 0
3x + 30 + 6 = 0
x = - 36
x = - 12

Jadi titik potongnya adalah (-12, -7,5).

Untuk menguji kebenarannya, koordinat titik potong ini dimasukkan ke


dalam persamaan-persamaan tersebut. Bila memenuhi persamaan, maka
artinya titik potong tersebut merupakan titik yang dicari.

Persamaan 1: 3 ( -12) -4 (-7,5) + 6 = 0


-36 + 30 + 6 = 0
0=0
Persamaan 2: -12 -2 (-7,5) -3 = 0
-12 + 15 -3 = 0
0=0

L A TIH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Dari titik-titik berikut ini, tentukan mana yang terletak di garis
2x+y-9=0
3.27

A. ((0,5),8)
B. ( 4,1)
C. (5,2)
D. (3,3)
E. (9,-9)

2) Gambarkan garis-garis berikut ini :


A. 4x -3y = 12
B. y = 25 - 2x

3) Tentukan persamaan garis yang melalui titik-titik


A. (2, 1) dan (4, 5)
B. (0, 0) dan (3, 4)
C. (-2, 3) dan (2, -3)
D. (-5, 2) dan (4, 1)
E. (0, 8) dan (5, 0)

4) Tentukan persamaan garis yang melalui titik (4, 3) dan mempunyai


curam :
A. m = -2
B. m = 0
C. m = 1
D. m = 6

5) Tunjukkan hubungan (apakah berpotongan, berimpit atau sejajar) antara


garis 3x - 4y -8 = 0 dengan garis
3
A. y = x - 2
4
2
B. 2x + y + 1 = 0
3
C. y = 5 -3x
D. 6y = 8x + 16

6) Tentukan koordinat titik potong garis y = 50 -2x dengan:


A. y = 3x
1
B. y = x + 15
3
C. x -2y + 20 = 0
D. 2y + x = 160
3.28 Matematika Ekonomi 1

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Garis 2x + y - 9 = 0 atau y = 9 - 2x
A. untuk x = 0,5 maka y = 8. Jadi ((0,5),8) terletak pada garis
B. untuk x = 4 maka y = 1. Jadi (4,1) terletak pada garis
C. untuk x = 5 maka y = -1. Jadi (5,2) tidak terletak pada garis
D. untuk x = 3 maka y = 3. Jadi (3,3) terletak pada garis
E. untuk x = 9 maka y = -9. Jadi (9,-9) terletak pada garis

2) A. Garis 4x - 3y = 12
Untuk y = 0, maka x = 3
x = 0, maka y = 4

0 3 x

-4

B. Garis y = 25 - 2x
Untuk y = 0, maka x = 12,5
x = 0, maka y = 25

y
25

0 12,5 x
3.29

3) A. Y = 2x - 3
4
3y - 4x = 0 atau y = x
3
3
y=− x
2
x + 9y = 13
x y
+ = 1 atau 8x + 5y = 40
5 8

4) Jika diketahui y = f(x) = x – x2 + 5, maka besarnya f(3) adalah ….


A. y = 11 - 2x
B. y = 3
C. y = x - 1
D. y = 6x - 21

5) Jika diketahui y = f(x) = x3 – 3x, maka besarnya f(-2) adalah ….


A. -1
B. -2
C. 2
D. 14

RA NGK UMA N

Fungsi Linier mempunyai bentuk umum: ax + by + c = 0 di mana a


dan b secara bersama-sama tidak bernilai nol. Grafik dari fungsi linier
merupakan garis lurus. Setiap garis lurus mempunyai arah yang
ditunjukkan oleh curam garis dan didefinisikan sebagai tangens dari
sudut yang dibentuk oleh garis tersebut dengan sumbu x. Persamaan
suatu garis lurus dapat dicari apabila diketahui koordinat dua titik yang
berada di garis tersebut atau bila diketahui curam garisnya dan sebuah
titik.
Persamaan garis yang melalui titik A(x1,y1) dan titik B(x2,y2) adalah:
y -y
y - y1= 2 1 (x - x1) . Persamaan garis yang melalui A(a,0) dan B(0,b)
x 2 - x1
x y
adalah persamaan: + = 1 . Persamaan garis lurus yang curamnya m dan
a b
melalui titik (x1, y1) adalah persamaan: y - y1 = m (x - x1).
3.30 Matematika Ekonomi 1

• Dua buah garis lurus yaitu y = m1x + a dan y = m2x + b akan:


• berimpit bila m1 = m2 dan a = b
• sejajar bila m1 = m2
• berpotongan tegak lurus bila m1 . m2 = -1
• berpotongan bila m1 m2

TES FORMATIF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Garis di samping ini persamaannya adalah ….


A. 5y + 4x = 20 y
B. 5x + 4y = 20 5
C. 5x – 4y = 20
D. 5x – 4y = -20

O 4 x
1
2) Persamaan garis yang melalui titik (-4, 6) dan mempunyai curam = −
3
adalah ….
A. x – 3y + 6 = 0
B. 3x – y – 6 = 0
C. 3x + y – 14 = 0
D. x + 3y – 14 = 0

2 1 3
3) Garis y= − x+ akan berpotongan tegak lurus dengan garis ….
5 2 4
A. y = 2x + 4
B. 2x + 4y – 4 = 0
C. 5y – 4x = 20
2
D. y = 2x + 3
5

4) Persamaan garis yang melalui titik (2, -5) dan sejajar dengan garis
4 1 2
x − y + = 0 adalah …
5 3 3
A. 5y = 12x – 49
B. 3y – 10x + 4 = 0
3.31

5
C. x = − y −3
12
D. 12y – 5x + 1 = 0

5) Koordinat titik potong antara garis 5x + 2y – 16 = 0 dengan garis


2 1
y − 1 x = − 1 adalah ….
3 2
A. (3, -2)
B. (-3, 2)
C. (-2, 3)
D. (2, 3)

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
3.32 Matematika Ekonomi 1

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2


1) C 1) B
2) B 2) D
3) B 3) C
4) A 4) A
5) B 5) D
3.33

Daftar Pustaka

Baldani, Jeffrey, James Bradfield and Robert Turner. (1996). Mathematical


Economics, The Dryden Press, Harcourt Brace College Publisher.

Haeussler, Ernest F. and Richard S. Paul. (1996). Introductory Mathematical


Analysis for Business Economics, and The Life and Social Sciences, Eighth
Edition, Prentice Hall International Inc.

Hoy, Michael, John Livernois, Chris McKenna, Ray Rees and Thanasis
Stengos. (1996). Mathematics for Economics, Addison-Wesley Publisher
Limited.

Jacques, Ian. (1995). Mathematics for Economics and Business, Second Edition,
Addison-Wesley Publishing Company.

Silberberg, Eugene and Wing Suen. (2001). The Structure of Economics a


Mathematical Analysis, Irwin McGraw-Hill

Weber, Jean E., (1982). Mathematical Analysis: Business and Economic


Applications, New York: Harper & Row.
Modul 4

Penggunaan Fungsi dalam Ekonomi

PE NDAH ULUA N

atematika adalah suatu alat untuk menyederhanakan penyajian dan


M pemahaman suatu masalah. Dengan menggunakan bahasa matematika,
penyajian suatu masalah menjadi lebih sederhana sehingga mudah untuk
dipahami, dianalisis serta dipecahkan. Di dalam ilmu ekonomi yang
berkembang dengan pesat, berbagai konsep matematika digunakan sebagai
alat analisis. Salah satu konsep di antaranya adalah fungsi linier. Bila dalam
modul-modul sebelumnya secara ringkas telah disajikan model-model
matematika murni, maka modul ini menyajikan penerapan model matematika
itu dalam konsep ekonomi dan disertai contoh-contoh praktisnya.
Dengan mempelajari modul ini, Anda mendapat banyak manfaat. Selain
lebih memahami konsep-konsep matematika juga akan memudahkan Anda
dalam mempelajari teori ekonomi mikro dan makro. Setelah mempelajari
modul ini, Anda diharapkan, mampu untuk memahami penggunaan fungsi
linier sebagai alat untuk menjelaskan beberapa konsep ekonomi. Secara
khusus Anda diharapkan mampu untuk:
1. menjelaskan fungsi permintaan dan fungsi penawaran;
2. menghitung harga dan jumlah keseimbangan;
3. menjelaskan pengaruh pajak dan subsidi;
4. menjelaskan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan.
4.2 Matematika Ekonomi 1

Kegiatan Belajar 1

Fungsi Permintaan dan Penawaran


A. FUNGSI PERMINTAAN

Dalam ilmu ekonomi, konsep tentang permintaan merupakan bagian


yang penting. Fungsi permintaan adalah persamaan yang menunjukkan
hubungan antara jumlah sesuatu barang yang diminta dan semua
faktor-faktor yang mempengaruhi-nya. Fungsi permintaan akan sesuatu
barang dapat ditunjukkan oleh persamaan:

Qx = f( Px, Py, Pz, M , S)

di mana : Qx = Jumlah barang X yang diminta


Px = harga barang X
Py = harga barang Y
Pz = harga barang z
M = pendapatan konsumen
S = selera konsumen

Pada Contoh di atas, fungsi permintaan tidak dapat disajikan dengan


diagram dua dimensi. Diagram dua dimensi hanya dapat digunakan untuk
menggambar grafik fungsi yang mengandung dua variabel saja. Suatu fungsi
yang mengandung tiga variable grafiknya harus menggunakan diagram tiga
dimensi. Agar fungsi permintaan dapat digambar grafiknya, maka
faktor-faktor selain jumlah yang diminta dan harga barang tersebut dianggap
tidak berubah selama dilakukan analisis. Faktor-faktor yang dianggap tetap
ini disebut ceteris paribus.
Dengan anggapan ceteris paribus tersebut, sekarang bentuk fungsi
menjadi lebih sederhana karena hanya terdiri dari dua variabel yaitu variabel
harga dan variabel jumlah yang diminta. Faktor-faktor yang dianggap tetap
pengaruhnya dapat dilihat dari besarnya konstanta pada persamaan
permintaan. Fungsi permintaan tunduk pada hukum permintaan yang
mengatakan bahwa "bila harga suatu barang naik, maka ceteris paribus
jumlah yang diminta konsumen akan barang tersebut turun; dan sebaliknya
bila harga barang turun, maka jumlah barang yang diminta akan bertambah".
4.3

Bila hukum permintaan itu dipenuhi, maka fungsi permintaan


mempunyai curam yang nilainya negatif. Di dalam grafik, sumbu Y
digunakan untuk harga per unit dan sumbu X digunakan untuk jumlah barang
yang ditawarkan. (Ingat cara penggambaran ini menyimpang dari cara yang
lazimnya digunakan dalam matematika).

Contoh 4.1:
Sepuluh jam tangan merek tertentu akan terjual kalau harganya (dalam
ribuan) Rp80,00 dan 20 jam tangan akan terjual bila harganya Rp 60,00.
Tunjukkan bentuk fungsi permintaannya dan gambarkan grafiknya.

Q1 = 10, P1 = 80 dan Q2 = 20, P2 = 60.

Rumus yang digunakan:


y − y1
y - y1 = 2 (x - x1)
x 2 − x1

Dengan mengganti X dengan Q dan Y dengan P, maka


P −P
P - P1 = 2 1 (Q - Q1)
Q 2 − Q1

60 − 80
P - 80 = (Q - 10)
20 − 10
P - 80 = -2 (Q - 10)
P - 80 = - 2Q + 20 atau 2Q + P - 100 = 0

Persamaan di atas biasanya ditulis dalam bentuk


100 − P
Q= atau Q = 50 - 0,5 P
2

Ditulis demikian karena Q merupakan variabel tak bebas dan P adalah


variabel bebasnya.
4.4 Matematika Ekonomi 1

Gambar grafiknya

25

Q = 50 - 0,5P

0 50 Q

Diagram 4 .1

Contoh 4.2:
Suatu fungsi permintaan ditunjukkan oleh persamaan Q = 25 – 5P.

Pertanyaan:
1. Berapakah jumlah yang diminta bila harga permintaannya Rp3,00?
2. Misalkan jumlah yang diminta adalah 18 unit, berapakah tingkat harga
yang berlaku?
3. Kalau barang tersebut adalah barang bebas (tidak mempunyai harga),
berapakah jumlah yang diperlukan oleh konsumen?
4. Berapakah harga tertinggi yang mau dibayar oleh konsumen?

Jawaban:
Fungsi permintaan Q = 25 – 5P
1. Masukkan P = 3 ke dalam persamaan, maka
Q = 25 – 5(3)
= 25 – 15
= 10
Jadi jumlah yang diminta pada harga Rp3,00 per unit adalah 10 unit
2. Jumlah yang diminta 18 unit, atau Q = 18
Masukkan Q = 18 ke dalam persamaan:
18 = 25 – 5P
5P = 25 – 18
5P = 7
7
P =
5
= 1,4
4.5

3. Bila barang tersebut barang bekas maka P = 0


Untuk P = 0 maka:
Q = 25 – 5(0)
= 25
Jadi jumlah maksimum yang dibutuhkan konsumen adalah 25 unit
4. Jika sangat tinggi, maka konsumen tidak mau membeli barang tersebut.
Tidak ada barang yang dibeli ditunjukkan oleh Q = 0 ke dalam
persamaan, maka diperoleh:
0 = 25 – 5P
5P = 25
25
P =
5
P =5
Pada tingkat harga adalah Rp5,00 tidak ada yang dibeli oleh konsumen.
Jadi harus kurang dari Rp5,00 per unit agar ada barang yang dibeli oleh
konsumen.

B. FUNGSI PENAWARAN

Fungsi penawaran menghubungkan harga barang di pasar dengan jumlah


barang yang ditawarkan produsen. Menurut hukum penawaran, pada
umumnya bila harga suatu barang naik maka ceteris paribus (faktor-faktor
lain dianggap tetap) jumlah yang ditawarkan akan naik. Curam kurva
penawaran umumnya positif. Dalam kasus-kasus tertentu mungkin juga dapat
terjadi bahwa curam kurva penawaran nol atau tak terhingga.
Seperti halnya pada kurva permintaan, sumbu y digunakan untuk harga
barang setiap unitnya dan sumbu x untuk jumlah barang yang ditawarkan.
Bentuk umum
fungsi penawaran:
Q = a + bP

Contoh 4.3:
Jika harga kamera jenis tertentu Rp 65,00 (dalam ribuan), maka ada 125
kamera yang tersedia di pasar. Kalau harganya Rp 75,00 maka di pasar akan
tersedia 145 kamera. Tunjukkan persamaan penawarannya!
4.6 Matematika Ekonomi 1

Rumus yang dapat digunakan adalah persamaan :


y −y
y - y1 = 2 1 (x - x1)
x 2 − x1
Kemudian simbol untuk Y diganti P dan X diganti Q

P1 = 65 Q1 = 125 dan P2 = 75 Q2 = 145

Masukkan ke dalam rumus :


75 − 65
P - 65 = (Q - 125)
145 − 125
10
P - 65 = (Q - 125)
20
1 1
P - 65 = Q + 62
2 2
1 1
P = Q+2
2 2

Jadi persamaan penawarannya adalah :


1 1
P = Q+2 atau Q = 2P - 5
2 2

Contoh 4.4:
Seandainya untuk suatu jenis barang tertentu fungsi penawarannya
ditunjukkan oleh persamaan
Q = 3P – 2

Pertanyaan:
1. Pada tingkat harga 5, berapakah jumlah yang ditawarkan?
2. Jika produsen bersedia menawarkan sebanyak 10, berapa harga per unit
barang tersebut?
3. Berapakah harga terendah yang produsen mau menjual barangnya?

Persamaan penawaran: Q = 3P – 2
1. Bila harga = 5, maka masukkan P = 5 ke dalam persamaan:
Q = 3(5) – 2
= 15 – 2
4.7

= 13
Jadi jumlah yang ditawarkan = 13 unit.
2. Untuk Q = 10, maka masukkan ke dalam persamaan
10 = 3P – 2
-3P = -10 – 2
3P = 12
P =4
Jadi harga barang tersebut adalah 4.
3. Pada saat produsen tidak bersedia menawarkan barangnya dapat diberi
simbol Q = 0, dan itu terjadi pada
0 = 3P – 2
-3P = -2
2
atau P =
3
Jadi harga terendah yang produsen mau menjual barangnya harus pada
2
tingkat harga yang lebih tinggi dari .
3

Fungsi permintaan dan fungsi penawaran bersama-sama membentuk


keseimbangan pasar. Keseimbangan pasar terjadi apabila jumlah barang yang
ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta dan harga yang
ditawarkan sama dengan harga yang diminta. Keseimbangan ditunjukkan
oleh koordinat titik potong antara kurva penawaran dan kurva permintaan.
Secara aljabar, jumlah keseimbangan dan harga keseimbangan diperoleh
dengan mengerjakan persamaan penawaran dan persamaan permintaan secara
serempak.

Contoh 4.5:
Dapatkan titik keseimbangan dari fungsi permintaan Pd = 10 - 2Qd dan fungsi
3
penawaran Ps = Qs + 1
2
di mana :
Pd = harga yang diminta,
Qd = adalah jumlah yang diminta
Ps = adalah harga yang ditawarkan
Qs = adalah jumlah yang ditawarkan
4.8 Matematika Ekonomi 1

Keseimbangan pasar akan terjadi apabila dipenuhi syarat:

Qd = Qs dan Pd = Ps

Karena syarat tersebut di atas harus dipenuhi, maka sekarang kita dapat
mengabaikan subscript yang ada pada variabel Q dan P sehingga kedua
persamaan dapat ditulis menjadi:

P = 10 - 2Q
3
P= Q+1
2
Dengan cara substitusi, diperoleh:
3
10 - 2Q = Q + 1
2
3
- Q - 2Q = 1 - 10
2
7
- Q = -9
2
4
Q= 2
7
P = 10 - 2Q
4
P = 10 - 2( 2 )
7
1
P = 10 - 5
7
6
P= 4
7
6 4
Jadi keseimbangan tercapai pada tingkat harga 4 dan jumlah 2 .
7 7
4.9

3
P Ps = Qs + 1
2

6
4
7
Pd = 10 – 2Qd

4
0 2 Q
7

Diagram 4.2

Contoh 4.6:
Dapatkan titik keseimbangan dari persamaan permintaan dan persamaan
penawaran berikut ini.
Pd = 6 – Qd
Ps = 10 + Qs
Keseimbangan tercapai apabila Ps = Pd atau Qs = Qd

Jadi dengan cara substitusi dapat dicari:


6 − Q = 10 + Q
− 2Q = 4
Q = −2
P = 6 − (−2) = 8

Dalam contoh ini keseimbangan tidak tercapai karena jumlah


keseimbangannya bernilai negatif atau perpotongan antara kurve permintaan
dan penawaran tidak terjadi pada kuadran I. Gambarnya dalam grafik adalah
sebagai berikut:
P

10

-10 -2 0 6 Q
4.10 Matematika Ekonomi 1

Kurve seperti yang ditunjukkan di atas dapat terjadi pada suatu jenis barang
yang ditawarkan pada tingkat harga yang tinggi sehingga harga terendah dari
penawarannya pun sudah melebihi harga tertinggi yang konsumen masih mau
beli.

C. PAJAK DAN SUBSIDI

Ceteris paribus (faktor-faktor yang dianggap tetap) dalam fungsi


penawaran adalah teknologi, pajak dan subsidi. Apa yang terjadi kalau
pemerintah mengenakan pajak atau subsidi ?
Bila faktor-faktor yang dianggap tetap itu berubah, maka fungsi
penawaran akan berpindah tempat atau bergeser. Misalkan pemerintah
mengenakan pajak terhadap rokok yang dijual (cukai tambahan). Jenis pajak
ini dikenakan pada setiap bungkus rokok yang terjual dan besarnya pajak
yang dikenakan untuk setiap bungkus misalnya t, maa produsen berusaha
untuk menggeser beban pajak tersebut kepada konsumen dengan cara
menaikkan harga sebesar pajak yang harus dibayar kepada pemerintah.
Tindakan seperti ini sama saja dengan menggeser kurva penawaran ke atas
sebesar pajak (t) yang dikenakan.
Dengan adanya pajak maka posisi keseimbangan berubah karena
produsen menawarkan harga jual yang lebih tinggi. Akibatnya, harga
keseimbangan yang tercipta menjadi lebih tinggi dari harga keseimbangan
sebelum ada pajak dan jumlah keseimbangannyapun menjadi lebih sedikit.

Contoh 4.7:
Bila fungsi permintaan dan penawaran akan suatu barang ditunjukkan oleh
persamaan:

Qd = 15 - Pd dan Qs = 2Ps - 6

Pajak yang dikenakan oleh pemerintah Rp 3,00 per unit. Berapa harga dan
jumlah keseimbangan sebelum dan sesudah ada pajak ?

Sebelum pajak, keseimbangan tercapai bila Pd = Ps dan Qd = Qs atau


15 – P = 2P - 6
-3P = -21
P = 7
4.11

Q = 15 - P
Q = 15 - 7
Q = 8
Jadi harga keseimbangan P = 7 dan jumlah keseimbangan Q = 8

Setelah ada pajak, fungsi permintaan tidak berubah yaitu:

Qd = 15 - Pd

Fungsi penawaran yang baru:

Qs = 2(Ps1 - 3) - 6.
atau

Qs = 2Ps1 - 6 - 6.
Qs = 2Ps1 - 12

Keseimbangan yang baru tercapai bila Pd = Ps1 dan Qd = Qs.

15 - P = 2P - 12.
-3P = -27
P = 9
Q = 15 - P
Q = 15 - 9
Q = 6
Keseimbangan yang baru terjadi pada P = 9 dan Q = 6.
Dari contoh di atas ternyata pajak menyebabkan harga jual menjadi
lebih tinggi. Hal ini disebabkan produsen berusaha untuk menggeser beban
pajak ke konsumen. Sebenarnya produsen menginginkan agar seluruh beban
pajak itu ditanggung oleh konsumen. Akan tetapi dalam kenyataannya
konsumen tidak menanggung seluruh beban pajak. Ini berarti ada sebagian
pajak yang masih harus ditanggung oleh produsen. Beban pajak yang
ditanggung oleh konsumen besarnya merupakan selisih antara harga
keseimbangan setelah ada pajak dengan harga keseimbangan sebelum ada
pajak. Dari contoh di atas, beban pajak yang ditanggung oleh konsumen
= P2 – P1 = 9 – 7 = 2. Sisa pajak (yaitu selisih antara besar pajak yang
dikenakan dengan bagian pajak yang ditanggung oleh konsumen), menjadi
4.12 Matematika Ekonomi 1

tanggungan produsen. Beban pajak yang ditanggung produsen = t – (P2 – P1)


= 3 – 2 = 1.
Pajak yang dikenakan pemerintah pada setiap unit barang yang dijual
diterima oleh pemerintah. Jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah
dapat dihitung dengan mengalikan jumlah unit barang yang dijual dikalikan
dengan besarnya pajak yang dikenakan untuk setiap unitnya. Jumlah
keseimbangan setelah pajak adalah 6, dan besarnya pajak untuk setiap unit
barang yang dijual adalah 3. Jadi penerimaan pemerintah dari pajak = 6 × 3 =
18.
Subsidi merupakan kebalikan pajak dan menyebabkan harga jual barang
tersebut menjadi lebih murah karena biaya produksi menjadi lebih ringan.
Akibatnya setelah dilakukan subsidi harga keseimbangannya menjadi lebih
rendah dari pada sebelumnya dan jumlah keseimbangan menjadi lebih
banyak.

Contoh 4.8:
Fungsi permintaan dan penawaran sesuatu barang ditunjukkan oleh
persamaan:
Qd = 10 - Pd dan Qs = -6 + 2Ps

Pemerintah mengenakan subsidi sebesar Rp 2,00 untuk setiap unit barang


yang dijual.

Pertanyaan:
a. Hitung harga dan jumlah keseimbangan sebelum ada subsidi!
b. Hitung harga dan jumlah keseimbangan setelah ada subsidi!
c. Berapakah bagian subsidi yang dinikmati oleh produsen?
d. Berapakah pengeluaran pemerintah untuk subsidi?
e. Gambarkan grafiknya!

a. Persamaan permintaan dan penawaran sebelum ada subsidi :


Qd = 10 - Pd
Qs = -6 + 2Ps
Keseimbangan tercapai bila Pd = Ps dan Qd = Qs.

Jadi :
Q = 10 - P
4.13

Q = -6 + 2P
10 - P = -6 + 2P
-3P = -16
1
P =5
3
Q = 10 - P
1
Q = 10 - 5
3
2
Q= 4
3
1 2
Jadi harga keseimbangan P1 = 5 dan jumlah keseimbangan Q1 = 4
3 3

b. Setelah ada subsidi sebesar S = 2


Persamaan permintaan:
Qd = 10 - Pd

Persamaan penawaran:
Qs = -6 + 2 ( Ps′ + s) atau
Qs = -6 + 2 Ps′ + 4
Qs = -2 + 2 Ps′
Keseimbangan baru tercapai bila Pd = Ps′ dan
Q d = Qs
Q = 10 - P
Q = -2 + 2P
10 - P = -2 + 2P
-3P = -12
P=4
Q = 10 - P
Q = 10 - 4 = 6

Jadi setelah ada subsidi, harga keseimbangan P2 = 4 dan jumlah


keseimbangan Q2 = 6.
4.14 Matematika Ekonomi 1

c. Bagian subsidi yang dinikmati oleh konsumen


1 1
P1 - P 2 = 5 - 4 = 1
3 3
1 2
Bagian subsidi yang dinikmati oleh produsen: = S - (P1 - P2) = 2 - 1 =
3 3
d. Pengeluaran pemerintah untuk subsidi:
Q2 x S = 6 x 2 = 12

e. Gambar grafiknya :

Q=10-P
Q=-6+2P

Q=-2+P
1
5
3
4
3

2
0 4 6 Q
3

Diagram 4.3

L A TIH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Suatu fungsi permintaan ditunjukkan oleh persamaan Q = 100 - 5P.
a. Berapakah jumlah yang diminta bila harganya adalah 50 dan 16?
b. Berapakah harga yang diminta bila jumlah yang diminta adalah 19
dan 10?
c. Berapakah jumlah maksimum yang dibutuhkan konsumen?
d. Gambarkan kurvanya!
4.15

2) Fungsi penawaran suatu barang ditunjukkan oleh persamaan Q = 2P - 1.


a. Berapakah jumlah yang ditawarkan bila harganya adalah 2 dan 10?
b. Berapakah harga yang ditawarkan bila jumlah yang ditawarkan
adalah 25 dan 100?
c. Berapakah harga terrendah yang produsen bersedia untuk menjual
barangnya?
d. Gambarkan kurvanya!

3) Bila fungsi permintaan untuk suatu barang ditunjukkan oleh persamaan


Q = 10 - 3P dan penawarannya Q = 2P - 1.
a. Berapakah harga dan jumlah keseimbangannya?
b. Buatlah gambar grafik fungsi-fungsi tersebut di atas!

4) Bila ditentukan kurva permintaan Q = 20 - 2P dan kurva penawaran


Q = -4 + 3P.
a. Berapakah besarnya jumlah dan harga keseimbangannya?
b. Berapakah besarnya jumlah dan harga keseimbangan yang baru bila
pemerintah mengenakan pajak sebesar Rp 2,00?
c. Berapakah beban pajak yang ditanggung konsumen dan berapakah
beban pajak yang ditanggung produsen?
d. Berapakah penerimaan pemerintah dari pajak?
e. Gambarkan grafiknya!

5) Bila ditentukan kurva permintaan dan penawaran seperti pada soal


nomor 4.
a. Berapakah besarnya jumlah dan harga keseimbangan bila
pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp 1,00 per unitnya?
b. Berapakah bagian subsidi yang dinikmati konsumen dan berapa
yang dinikmati produsen?
c. Gambarkan grafiknya!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) a. Fungsi permintaan Q = 100 - 2P


Untuk P = 50, maka Q = 0
Untuk P = 16, maka Q = 20
4.16 Matematika Ekonomi 1

1
b. Untuk Q = 19, maka P = 16
5
Untuk Q = 10, maka P = 18

c. Jumlah maksimum yang dibutuhkan konsumen adalah 100


d. Grafiknya

20 Q = 100 – 5P

0 100 Q

2) Fungsi penawaran Q = 2P - 1
a. Untuk P = 2, maka Q = 3
Untuk P = 10, maka Q = 19
b. Untuk Q = 25, maka P = 13
Untuk Q = 100, maka P = 50,5
c. Harga penawaran terendah P = 0,5
d. Grafiknya
P

Q = 2P - 1

0,5

-1 0 Q

3) Fungsi permintaan Q = 10 - 3P, dan penawaran Q = 2P - 1


a. Harga keseimbangan P = 2,2
Jumlah keseimbangan Q = 3,4
4.17

b. P

Q = 2P - 1
3,5
2,5

0,5 Q = 10 - 3P

-1 0 3,4 10 Q

4) Kurva permintaan Q = 20 -2P dan kurva penawaran Q = -4 + 3P


a. Harga keseimbangan P = 4,8
Jumlah keseimbangan Q = 10,4
b. Setelah ada pajak
Harga keseimbangan P = 6
Jumlah keseimbangan Q = 8
c. Beban pajak yang ditanggung konsumen = Rp1,20
Beban pajak yang ditanggung produsen = Rp0,80
d. Penerimaan pemerintah dari pajak = Rp16,00
e. Grafiknya

10

Q = 20 – 2P
Q = 10 – 3P

6 Q = -4 + 3P
4,8
3,3
1,3

-4 0 8 10,4 20 Q

5) Kurva permintaan Q = 20 -2P dan kurva penawaran Q = -4 + 3P


a. Harga keseimbangan P = 4,2
Jumlah keseimbangan Q = 11,6
b. Subsidi yang dinikmati konsumen = 0,6
Subsidi yang dinikmati produsen = 0,4
c. Grafiknya
4.18 Matematika Ekonomi 1

10

Q = 20 – 2P

Q = -4 + 3P
4,8
4,2 Q = -1 + 3P

1,3
0,3

-4 0 10,4 11,6 20 Q

RA NGK UMA N

Fungsi permintaan adalah persamaan yang menunjukkan hubungan


antara jumlah sesuatu barang yang diminta dan harga barang tersebut.
Fungsi penawaran menghubungkan antara harga barang di pasar dengan
jumlah barang yang ditawarkan. Fungsi permintaan bersama-sama fungsi
penawaran membentuk harga dan jumlah keseimbangan (keseimbangan
pasar).
Bila pemerintah mengenakan pajak atau subsidi maka kurva
penawaran akan bergeser dan harga serta jumlah keseimbangan akan
berubah. Pengenaan pajak akan berakibat bergesernya kurva penawaran
ke atas dan sebaliknya subsidi akan menyebabkan kurva penawaran
bergeser ke bawah.

TES FORMATIF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Suatu fungsi permintaan ditunjukkan oleh persamaan 3P + Q = 45.


Misalkan jumlah yang diminta adalah 18. maka tingkat harga yang
berlaku adalah ….
A. 6
B. 18
C. 27
D. 45

2) Seandainya untuk suatu jenis barang tertentu fungsi penawarannya


ditunjukkan oleh persamaan Q = 5P – 3, maka harga terendah yang
produsen mau menjual barangnya adalah ….
A. 0,6
4.19

B. lebih tinggi dari 0,6


C. kurang dari 0,6
D. 0

3) Suatu fungsi permintaan ditunjukkan oleh persamaan Pd = 12 – 3 Qd dan


fungsi penawarannya ditunjukkan oleh persamaan Ps = 4/5 Qd + 2.
Maka titik keseimbangannya adalah ….
A. (3, 3)
2 5
B. ( 4 , 7 )
7 7
C. (4,2)
D. (6,4)

4) Bila fungsi permintaan dan penawaran akan suatu barang ditunjukkan


oleh persamaan Qd = 25 – 2Pd dan Qs = 4Ps – 11, sedang pajak yang
dikenakan Rp.5,00 per unit, maka harga keseimbangan sebelum dan
sesudah pajak adalah ….
A. 6 dan 13
1
B. 13 dan 6
3
1 1
C. 9 dan 6
3 3
1
D. 6 dan 9
3

5) Fungsi permintaan dan penawaran sesuatu barang ditunjukkan oleh


persamaan Qd = -Pd + 14 dan Qs = -10 + 3P. Pemerintah mengenakan
subsidi sebesar Rp4,00 untuk setiap unit barang yang dijual, maka
pengeluaran pemerintah untuk subsidi adalah ….
A. 44
B. 32
C. 24
D. 12

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
4.20 Matematika Ekonomi 1

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
4.21

Kegiatan Belajar 2

Fungsi Konsumsi dan Tabungan

eorang ahli dalam ilmu ekonomi yaitu Keynes mempunyai pendapat


S bahwa pengeluaran seseorang untuk konsumsi dipengaruhi oleh
pendapatannya. Semakin tinggi tingkat pendapatannya maka tingkat
konsumsinya juga semakin tinggi. Sejalan dengan pemikiran tersebut,
kiranya mudah untuk dimengerti bahwa seseorang yang tingkat
pendapatannya semakin tinggi, semakin besar pula tabungannya karena
tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsikan.
Secara matematis, hubungan fungsional antara konsumsi dan pendapatan
dapat ditulis:
C = f(Y) atau C = a + bY (a > 0, b > 0)
di mana:
C = pengeluaran untuk konsumsi
a = besarnya konsumsi pada saat pendapatannya nol
b = MPC yaitu besarnya tambahan konsumsi karena adanya tambahan
pendapatan.
Y = pendapatan.
Pendapatan (Y) digunakan untuk konsumsi (C) dan tabungan (S), atau
Y=C+S
S=Y-C
S = Y - (a + bY)
S = Y - a - bY
S = -a + (1 - b) Y
(1 - b) disebut hasrat menabung marjinal (MPS).
C,S C=Y

C=a+bY
E

a
S=-a+(1-b)Y

0 YE Y
Diagram 4.4
-a
4.22 Matematika Ekonomi 1

Keterangan:
a adalah perpotongan antara fungsi dengan sumbu vertikal C
C = Y adalah garis impas karena semua titik pada garis tersebut
menunjukkan bahwa semua pendapatan tepat habis dikonsumsikan.
E adalah titik impas yaitu titik perpotongan antara garis konsumsi
dengan garis impas. Pada titik tersebut semua pendapatan
dikonsumsikan habis atau S = 0.
OYE adalah besarnya pendapatan yang hanya cukup untuk konsumsi.

Contoh 4.9:
Bila diketahui bahwa fungsi konsumsi ditunjukkan oleh persamaan C =
10 + 0,75 Y, maka carilah fungsi tabungannya. Berapakah besarnya
konsumsi pada saat tabungan sama dengan nol. Gambarkan grafik fungsi
konsumsinya dan fungsi tabungannya!

Tabungan = S = Y - C
S = Y - (10 + 0,75 Y)
S = -10 + 0,25 Y

Pada tabungan = 0, maka:


0 = -10 + 0,25 Y
-0,25 Y = -10
Y = 40
Y = C + S pada saat S = 0, maka Y = C.

Jadi besarnya konsumsi pada saat tabungan nol adalah 40.

Gambar grafiknya:
C,S C=Y

C=10+0.75Y
E
40

10 S=-10+0,25Y

0 40 Y Diagram 4.5

-10
4.23

Contoh 4.10:
Pak Santosa mengatakan bahwa pada saat menganggur ia harus
mengeluarkan Rp 30.000,00 untuk kebutuhannya sebulan. Sekarang setelah
bekerja dengan penghasilan Rp 100.000,00 bisa menabung Rp10.000,00 per
bulan. Berapakah tabungannya perbulan bila penghasilannya telah mencapai
Rp120.000,00 perbulan?

Saat pak Santosa menganggur berarti penghasilannya (Y) = 0 dan


konsumsinya = Rp30.000,00 Andaikan fungsi konsumsinya adalah
C = a + bY, maka a = Rp30.000,00 atau C = 30.000 + bY.
Pada tingkat penghasilan Rp100.000 tabungan (S) = Rp 10.000 berarti
C = Rp100.000,00 - Rp10.000,00 = Rp90.000,00
Dengan mensubstitusikan Y = 100.000 dan C = 90.000 ke dalam
persamaan C = 30.000 + bY diperoleh:

90.000 = 30.000 + b(100.000)


- 100.000 b = - 60.000
60.000
b=
100.000
Jadi persamaan konsumsinya adalah: C = 30.000 + 0,6Y

Pada tingkat pendapatan (Y) = 120.000, maka

C = 30.000 + 0,6 (120.000).


C = 30.000 + 72.000
C = 102.000
S=Y-C
S = 120.000 - 102.000
S = 18.000

Jadi tabungan pak Santosa pada saat penghasilannya mencapai


Rp120.000,00 adalah Rp18.000,00 per bulan. Untuk memperoleh persamaan
konsumsi dapat pula digunakan rumus persamaan garis yang melalui 2 titik :
Y -Y
Y - Y1 = 2 1 (X - X1)
X 2 - X1
4.24 Matematika Ekonomi 1

Sumbu Y digunakan untuk konsumsi dan sumbu X untuk pendapatan,


sehingga persamaan menjadi:

C 2 - C1
C - C1 = (Y - Y1)
Y 2 - Y1
C1 = 30.000 ; Y1 = 0
C2 = 90.000 ; Y2 = 100.000

90.000 - 30.000
C - 30.000 = (Y - 0)
100.000 - 0
60.000
C - 30.000 = Y
100.000
atau
C = 30.000 + 0,6 Y

C,S
C=Y

C=30.000+0,6Y

S=-30.000+0,4Y
30.000

0
E Y

-30.000

Diagram 4.6

L A TIH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Pada tingkat pendapatan sebesar Rp25.000,00 konsumsi yang dilakukan
adalah Rp20.000,00 dan bila pendapatannya sebesar Rp35.000,00
besarnya konsumsi adalah Rp25.000,00. Bagaimanakah bentuk fungsi
konsumsinya?
4.25

2) Suatu masyarakat tidak bisa menabung bila pendapatannya hanya Rp20


juta dan meskipun pendapatannya nol, mereka masih harus melakukan
konsumsi sebesar Rp10 juta. Bagaimanakah bentuk fungsi tabungannya?
3) Bila fungsi konsumsi ditunjukkan oleh persamaan C = 20 + 0,55 Y.
Tunjukkan fungsi tabungannya dan tentukan titik impasnya.
4) Pak Anu dengan penghasilan Rp80.000,00 per bulan dapat menabung
Rp10.000,00 per bulan. Bila pendapatannya naik menjadi Rp120.000,00
ia memperkirakan dapat menabung Rp20.000,00. Berapakah
konsumsinya jika ia tidak bekerja (penghasilannya nol)?
5) Suatu fungsi konsumsi yang ditunjukkan oleh persamaan C = a + bY,
diketahui bahwa b = 0,75 dan titik impasnya 80 milyar. Tentukan
besarnya tabungan bila konsumsi mencapai 95 milyar!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) C = 7500 + 0,5Y
2) S = -10 + 0,5Y
3) S = -20 + 0,45Y
4
Titik impas terjadi pada C = Y = 44dan S = 0
9
4) Fungsi tabungan S = -10.000 + 0,25Y
Fungsi konsumsi C = 10.000 + 0,75Y
Untuk Y = 0, maka C = 10.000
5) Fungsi tabungan S = -20 + 0,25Y
Fungsi konsumsi C = 20 + 0,75Y
Untuk C = 95 milyar, maka tabungan S = 5 milyar

RA NGK UMA N

Konsumsi dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Semakin tinggi


tingkat pendapatan maka semakin tinggi pula tingkat konsumsinya.
Demikian pula dengan tabungan, dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.
Semakin tinggi tingkat pendapatan, semakin besar pula tabungannya.
Secara matematis fungsi konsumsi dapat ditulis sebagai: C = a + by
dan fungsi tabungan: S = -a + ( 1-b )Y. Perpotongan antara garis C = Y
dan C = a + bY disebut dengan titik impas. Titik pendapatan pada saat
4.26 Matematika Ekonomi 1

C = Y hanya cukup untuk konsumsi saja dan pada saat tersebut tabungan
(= S) sama dengan nol.

TES FORMATIF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Pada saat pendapatannya per bulan Rp300.000,00 Pak Andi tidak pernah
bisa menabung karena semua uang yang diterima persis habis untuk
konsumsi. Sekarang dengan penghasilan Rp580.000,00 per bulan ia
dapat menabung Rp40.000,00 per bulan. Maka bentuk fungsi konsumsi
pak Andi adalah ….
1
A. Y + 42.857,14
7
6
B. Y + 42.857,14
7
1
C. Y − 42.857,14
7
6
D. Y + 42.857,14
7

2) Fungsi konsumsi suatu masyarakat ditunjukkan oleh persamaan


C = 50 + 0,6Y. Tabungan masyarakat itu = 80 pada tingkat
pendapatan ….
A. 98
B. 125
C. 225
D. 325

3) Suatu fungsi konsumsi ditunjukkan oleh persamaan: C = a + by. Apabila


b = 0,8 dan titik impasnya 86 juta, maka besarnya tabungan bila
konsumsi mencapai 98 juta adalah ….
A. 3 juta
B. 9,6 juta
C. 12 juta
D. 101 juta

4) Pak Badu dapat menabung Rp25.000,00 per bulan bila pendapatannya


Rp360.000,00 dan akan menabung Rp60.000,00 per bulan bila
4.27

pendapatannya Rp500.000,00 per bulan. Apabila pendapatannya


mencapai Rp800.000,00 per bulan, maka besarnya tabungan per bulan
adalah….
A. Rp85.000,00
B. Rp110.000,00
C. Rp135.000,00
D. Rp265.000,00

5) Bila fungsi konsumsi ditunjukkan oleh persamaan C = 30 + 0,45Y, maka


titik impasnya adalah ….
A. 45,55
B. 54,55
C. 56,67
D. 66,67

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
4.28 Matematika Ekonomi 1

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2


1) C 1) B
2) B 2) D
3) A 3) A
4) D 4) C
5) A 5) B
4.29

Daftar Pustaka

Baldani, Jeffrey, James Bradfield and Robert Turner. (1996). Mathematical


Economics, The Dryden Press, Harcourt Brace College Publisher.

Haeussler, Ernest F. and Richard S. Paul. (1996). Introductory Mathematical


Analysis for Business Economics, and The Life and Social Sciences,
Eighth Edition, Prentice Hall International Inc,

Hoy, Michael, John Livernois, Chris McKenna, Ray Rees and Thanasis
Stengos, (1996). Mathematics for Economics, Addison-Wesley Publisher
Limited,

Jacques, Ian. (1995). Mathematics for Economics and Business, Second


Edition, Addison-Wesley Publishing Company,

Pindyck, Robert S and Daniel L Rubinfeld. (1998). Microeconomics, Fourth


Edition, Prentice Hall International Inc.

Prakin, Michael and Robin Bade. (1995). Modern Macroeconomics, Prentice


Hall Canada Inc Scarborough Ontaro,

Silberberg, Eugene and Wing Suen. (2001). The Structure of


Economics a Mathematical Analysis, Irwin McGraw-Hill.
Modul 5

Fungsi Non-Linear

PE NDAH ULUA N

F ungsi non-linier merupakan bagian yang penting dalam matematika


untuk ekonomi, karena pada umumnya fungsi-fungsi yang
menghubungkan variabel-variabel ekonomi bentuknya tidak linier. Oleh
sebab itu dengan mempelajari bentuk-bentuk fungsi non- linier dan
memahami sifat-sifatnya akan sangat bermanfaat dalam mendalami teori-
teori ekonomi. Model-model persamaan yang dipilih untuk diterapkan dapat
dilakukan lebih tepat dan mendekati keadaan yang sebenarnya. Fungsi non-
linier merupakan fungsi yang banyak sekali digunakan dalam ekonomi,
karena lebih mendekati keadaan nyata. Banyak masalah dalam ilmu ekonomi
yang menggunakan fungsi non-linier sebagai model, khususnya persamaan-
persamaan kuadratik. Meskipun demikian tidak semua aplikasinya dimuat
dalam modul ini. Aplikasi fungsi kuadratik yang dibicarakan, dibatasi untuk
fungsi permintaan dan penawaran
Dalam modul ini dijelaskan cara membuat grafik fungsi non-linier,
sehingga persamaan-persamaan yang ditampilkan pada modul-modul
berikutnya dapat digambarkan secara cepat tanpa menggunakan titik-titik
yang memenuhi persamaan dalam jumlah yang terlalu banyak.
Dengan mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan dapat
memahami berbagai macam bentuk fungsi non-linier, mengenai sifat-sifatnya
dan dapat menggambarkan grafiknya. Di samping itu, Anda diharapkan
mampu untuk:
a. menggambarkan grafik fungsi non-linier.
b. menggunakan sifat-sifat fungsi kuadratik untuk membuat gambar
grafiknya.
c. membedakan bentuk-bentuk fungsi kuadratik seperti lingkaran, elips,
parabola dan hiperbola.
d. menentukan jika ada: format, jari-jari, asimtot dari fungsi kuadratik serta
batasan-batasan nilai untuk variabel-variabelnya.
5.2 Matematika Ekonomi 1

Kegiatan Belajar 1

Grafik Kurva Non-Linear

P olinom atau suku banyak dalam x dan y dilambangkan f(x) adalah


ungkapan yang mengandung suku-suku kxrys, di mana k adalah konstan,
r dan s adalah bilangan bulat. Nilai tertinggi (r + s) pada suku f(x,y)
dinamakan pangkat polinom. Jika polinom f(x,y) berpangkat n dan
disamakan dengan nol, maka diperoleh persamaan pangkat n dalam x dan y
yaitu f(x,y) = 0. Persamaan ini disebut persamaan aljabar. Suatu grafik yang
melukiskan persamaan aljabar disebut sebagai kurva aljabar. Suatu contoh
kurva aljabar adalah garis lurus.
Persamaan dalam x dan y yang bukan persamaan aljabar disebut
persamaan transcendental dan grafiknya disebut kurva transcendental.
Contoh-contoh kurva transcendental adalah grafik fungsi trigonometri,
logaritma, dan fungsi berpangkat.
Cara membuat grafik yang akan dibahas dapat digunakan untuk
membuat grafik aljabar maupun grafik transcendental. Cara ini merupakan
cara yang umum untuk melukis suatu grafik. Kemudian akan dibahas cara
lain yaitu cara yang lebih khusus untuk melukiskan jenis fungsi tertentu. Cara
ini lebih efisien untuk melukis grafik dari fungsi jenis tertentu, seperti fungsi
kuadratik (lingkaran, elips, parabola dan hiperbola), fungsi perpangkatan dan
fungsi logaritma.
Menggambar grafik fungsi non-linear, dilakukan dengan menentukan
titik-titik yang memenuhi persamaan dalam jumlah yang cukup banyak. Akan
tetapi titik-titik yang jumlahnya banyak itu, mungkin masih belum
memberikan informasi yang lengkap tentang bentuk kurva sesungguhnya.
Sebaiknya suatu persamaan yang hendak dibuat grafiknya diuji dulu
dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang berhubungan dengan fungsi
tersebut, sehingga titik-titik yang digunakan jumlahnya tidak terlalu banyak.
Kaidah-kaidah dalam membuat grafik kurva non-linear dan kegunaannya
adalah sebagai berikut:
5.3

A. TITIK PENGGAL

Titik penggal suatu kurva adalah titik perpotongan antara kurva dan garis
sumbu. Titik penggal dengan sumbu x diperoleh dengan memasukkan y = 0
ke dalam persamaan dan kemudian mencari nilai x nya. Titik penggal dengan
sumbu x diperoleh dengan memasukkan x = 0 ke dalam persamaan dan
kemudian mencari nilai y nya. Untuk menggambar grafik suatu fungsi,
titik-titik penggal ini harus dicari.

B. SIMETRIS

Dua titik dikatakan simetris terhadap suatu garis bila garis tersebut
terletak di antara dua titik dan jarak masing-masing titik ke garis tersebut
sama.

Contoh 5.1:

(-x,y) (x,y)

(x,-y)

Titik (x,y) simetris dengan titik (x,-y) terhadap sumbu x. Titik (x,y) simetris
dengan titik (-x,y) terhadap sumbu y.
Dua titik simetris terhadap titik ke tiga, jika titik ke tiga itu terletak di
tengah-tengah garis yang menghubungkan ke dua titik tersebut.

Contoh 5.2:
Titik (x,y) simetris dengan titik (-x,-y) terhadap titik origin.
5.4 Matematika Ekonomi 1

(x,y)

X
0

(-x,-y)

Suatu kurva juga dapat simetris terhadap garis sumbu atau terhadap titik
origin. Kurva simetris terhadap sumbu x bila untuk setiap titik (x,y) pada
kurva, simetris dengan titik (x,-y) yang juga terletak pada kurva.

Contoh 5.3:

Y
(x,y)

X
0

(x,-y)

Kurva simetris terhadap sumbu y, bila untuk setiap titik (x,y) pada kurva
simetris dengan titik (-x,y) yang juga terletak pada kurva.
5.5

Contoh 5.4:
Y

(-x,y) (x,y)

Kurva simetris terhadap titik origin apabila setiap titik (x,y) pada kurva
simetris dengan titik (-x,-y) yang juga terletak pada kurva.

Contoh 5.5:

(x,y)

(-x,-y)

Dari tiga contoh terakhir dapat dilihat bahwa grafik persamaan f(x,y) = 0
simetris terhadap:
a. Sumbu x jika f(x,y) = f(x,-y) = 0
b. Sumbu y jika f(x,y) = f(-x,y) = 0
c. Titik origin jika f(x,y) = f(-x,-y) = 0

Perlu diperhatikan di sini bahwa suatu fungsi yang simetris terhadap


sumbu x dan sumbu y tentu simetris terhadap origin. Akan tetapi sebaliknya,
kurva yang simetris terhadap origin belum tentu simetris terhadap sumbu x
dan y.
5.6 Matematika Ekonomi 1

Contoh 5.6:
Kurva yang ditunjukkan oleh persamaan x2y + y + x3 = 0 merupakan fungsi
dengan kurva yang simetris terhadap origin tetapi tidak simetris terhadap
salah satu sumbu.

0 X

f(x,-y) = -x2y - y + x3 > f(x,-y) = 0 tidak sama dengan f(x,y) = 0. Jadi


f(x,y) = 0 tidak simetris terhadap sumbu x.

f(-x,y) = x2y + y - x3 > f(-x,y) = 0 tidak sama dengan f(x,y) = 0. Jadi


f(x,y) = 0 tidak simetris terhadap sumbu y.

f(-x,-y) = -x2y - y - x3 = 0 > f(-x,-y) = 0 sama dengan f(x,y) = 0. Jadi


f(x,y) = 0 simetris terhadap origin.

Contoh 5.7:
Kurva yang ditunjukkan oleh persamaan x3y + xy = 0 merupakan fungsi
yang simetris terhadap sumbu x,y dan titik origin, karena:
f(x,-y) = -x3y - xy = 0 = f(x,y) Y
3
f(-x,y) = -x y - xy = 0 = f(x,y)
f(-x,-y) = x3y + xy = 0 = f(x,y)
0
X
5.7

Di dalam menggambar suatu grafik, kadang-kadang harus diperhatikan


kesimetrisan kurva terhadap garis yang bukan garis sumbu atau titik lain
selain titik origin. Grafik persamaan f(x,y) = 0 simetris terhadap garis x =
h, jika f(h + c,y) = f(h - c,y) = 0 untuk semua nilai c dan y.

Contoh 5.8:
Pada gambar di bawah j1 = c dan c > 0 dan f(x,y) simetris terhadap garis
x=h

Y
x=h

(h-c,y) (h+c,y)
Ji Ji

0 X

Grafik persamaan f(x,y) = 0 simetris terhadap garis y = k, jika f(x, k + c) =


f(x,k - c) = 0 untuk semua nilai c dan x.

Y
(x,k+c)

J2

y=k

J2
X
0 (x,k-c)

Pada gambar di atas j2 = c dan c > 0; f(x,y) simetris terhadap garis x =


k. Grafik persamaan f(x,y) = 0 simetris terhadap titik (h,k), jika f(h + c, k +
d)= f(h - c,k - d)= 0 untuk semua c dan d.
5.8 Matematika Ekonomi 1

Contoh 5.9:

(h+c,k+d)
J3
*
J3
(h-c,k-d)

0 X

Pada gambar di atas j3 = c 2 + d 2 dan c > 0, d > 0 sehingga f(x,y)


simetris terhadap titik (h,k).

C. BATAS NILAI

Pada sistim sumbu koordinat, titik (x,y) mempunyai koordinat bilangan


riil. Jadi untuk titik (x,y) di mana nilai x merupakan bilangan riil tetapi y
bilangan imajiner atau nilai y merupakan bilangan riil tetapi x bilangan
imajiner harus dikecualikan dan titiknya tidak digunakan. Hal ini disebabkan
variabel-variabel yang berpangkat genap dalam persamaan, penyelesaiannya
melibatkan akar dan bilangan negatif tidak mempunyai akar bilangan riil.
Akibatnya kurva harus dibatasi sedemikian rupa sehingga semua titik
mempunyai koordinat bilangan riil. Setiap variabel pada suatu persamaan,
sebaiknya dilihat apakah nilainya mempunyai batas.

Contoh 5.10:
Tentukan apakah kurva yang ditunjukkan oleh persamaan x2 + y2 = 25
mempunyai batas?
x2 = 25 - y2
x = ± 25 − y 2
Nilai di bawah tanda akar yaitu 25 - y2 akan bertanda negatif bila:
25 - y2 < 0
- y2 < - 25 atau y > ±5
dan batas untuk y adalah -5 < y < 5
Batas untuk x:
y2 = 25 - x2
5.9

y = ± 25 − X 2
Nilai di bawah tanda akar bertanda negatif bila:
25 - x2 < 0
- x2 < 25 atau x > ±5
dan batas untuk x adalah -5 < x < 5

D. ASIMTOTIS

Asimtot suatu kurva adalah suatu garis lurus yang didekati oleh kurva
dengan jarak yang semakin dekat dengan nol bila kurva tersebut semakin
jauh dari origin atau dapat pula dikatakan bahwa garis y = mx + b
merupakan asimtot kurva y = f(x), jika f(x) semakin dekat mx + b maka x
dan y nilainya bertambah tanpa batas. Jadi, f(x) mx + b jika x dan y ∞.
Pada umumnya garis asimtot yang banyak digunakan adalah garis
asimtot yang sejajar sumbu x atau sumbu y. Garis asimtot yang sejajar
dengan sumbu x disebut asimtot horisontal dan yang sejajar sumbu y disebut
asimtot vertikal dan didefinisikan:
Garis y = k adalah asimtot horisontal kurva y = f(x) bila y → k untuk
x → ∞.
Garis x = h adalah asimtot vertikal kurva y = f(x) bila x → h untuk y →
∞. Untuk kepentingan penggambaran suatu kurva, akan dibedakan arah
gerakan suatu kurva apakah x dan y nilainya terus bertambah besar tanpa
batas (x → +∞ ; y → +∞) atau x dan y nilainya terus berkurang tanpa batas (x
→ -∞; y → -∞). Di samping itu harus diperhatikan juga nilai variabel yang
tidak bertambah atau berkurang tanpa ada batasnya. Hal ini sangat berguna
untuk menentukan apakah suatu kurva mendekati asimtot dari kiri atau dari
kanan (untuk asimtot vertikal) atau mendekati asimtot dari atas atau dari
bawah (untuk asimtot horisontal).
5.10 Matematika Ekonomi 1

Contoh 5.11:

Asimtot vertikal Asimtot horisontal

Y Y

0 X 0 X

Contoh 5.12:
Tentukan apakah kurva yang ditunjukkan oleh persamaan xy-3x-4y-2= 0
mempunyai asimtot horisontal atau vertikal?

Langkah pertama adalah mengeluarkan x:


4y + 2
x=
y-3
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa, jika y → +∞, maka x → 4
dan x > 4. Jika y → -∞, maka x → 4 dan x < 4. Jadi x = 4 merupakan
asimtot vertikal yang didekati oleh kurva dari kiri dan kanan.
Langkah kedua adalah mengeluarkan y:
3x + 2
y=
x-4
Jika x → +∞, maka y → 3 dan y > 3, tetapi bila x → -∞ maka y → 3
dan y < 3. Jadi y = 3 merupakan asimtot horisontal yang didekati kurva dari
atas dan bawah.
Y

y=3
xy - 3x - 4y - 2 = 0

x=4
5.11

E. FAKTORISASI

Persamaan kurva f(x,y) = 0 mungkin dapat terjadi sebagai hasil perkalian


antara dua faktor atau lebih, atau f(x,y) = g(x,y) . h(x,y) = 0. Dengan
demikian maka grafik f(x,y) = 0 terdiri dari dua grafik yaitu g(x,y) = 0 dan
h(x,y) = 0, dan titik (x,y) yang memenuhi persamaan g(x,y) = 0 atau h(x,y) =
0 terletak pada f(x,y) = 0.

Contoh 5.13:
Buatlah grafik persamaan 2x2 + 3xy - 2y2 = 0
Faktorisasi:

2x2 - xy + 4xy - 2y2 = 0


x(2x - y) + 2y(2x - y) = 0
(2x - y) (x + 2y) = 0

Jadi grafik persamaan 2x2 + 3xy - 2y2 = 0 terdiri dari grafik dua garis
lurus yaitu:
2x - y = 0 dan x + 2y = 0.

2x - y = 0

x + 2y = 0

L A TIH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) y = (x + 2)(x - 3)2
2) y3 + xy2 - xy - x2 = 0
5.12 Matematika Ekonomi 1

3) y2 - 4xy - 1 = 0
4) xy - y - x - 2 = 0
5) x2y - x2 - 4y = 0

Petunjuk Jawaban Latihan

1) (0,18)

y = (x + 2) (x – 3)2

(-2,0) (3,0) X

2)
Y

y = (x + 2) (x – 3)2

3)

y=1
y2 - 4xy - 1 = 0

x=1
5.13

4)
Y

xy - x - y - 2 = 0
y = -1

x = -1

5)

y=1
x2y- x2 – 4y = 0

x=2

RA NGK UMA N

Dalam menggambar grafik suatu kurva perlu diperhatikan Titik


penggal, Simetris, Asimtot, Faktorisasi. Titik penggal dengan sumbu x
diperoleh dengan memasukkan y = 0. Titik penggal dengan sumbu y
diperoleh dengan memasukkan x = 0.
Grafik persamaan f(x,y) simetris terhadap:
a. Sumbu x jika f(x,y) = f(x,-y) = 0
b. Sumbu y jika f(x,y) = f(-x,y) = 0
c. Titik origin jika f(x,y) = f(-x,-y) = 0

Batas nilai untuk variabel x dan y harus dicari sehingga dapat


diketahui selang untuk variabel x dan y yang menyebabkan titik (x,y)
mempunyai koordinat bilangan riil. Suatu kurva perlu diselidiki apakah
mempunyai garis asimtot. Garis y = k adalah asimtot horisontal kurva y
= f(x) bila y → k untuk x → ∞. Garis x = h adalah asimtot vertikal kurva
5.14 Matematika Ekonomi 1

y = f(x) bila x → h untuk y → ∞. Apabila f(x,y) = g(x,y) . h(x,y) = 0,


maka grafik f(x,y) terdiri dari dua grafik yaitu g(x,y) dan h(x,y) = 0.

TES FORMATIF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Batas kurva yang ditunjukkan oleh persamaan x 2 + y 2 =16 adalah ….


A. y ≥ 4 atau y ≤ − 4
B. y ≥ − 4 atau y ≤ 4
C. x ≥ 4 atau x ≤ − 4
D. x ≥ − 4 atau x ≤ 4

2) Di bawah ini yang bkan titik penggal persamaan (x − 5)(x + 3) 2


adalah ….
A. (0, -45
B. (0, -15)
C. (5, 0)
D. (-3, 0)

3) Suatu kurva yang ditunjukkan oleh persamaan x3 + x 2 y − y + 5 = 0


adalah ….
A. simetris terhadap sumbu x
B. simetris terhadap sumbu y
C. simetris terhadap origin
D. simetris terhadap sumbu x dan origin
5.15

4) Grafik dari persamaan 12 x 2 − 5 xy − 2 y 2 = 0 adalah ….


A.
y

3x – 2y = 0

4x + y
B.
4x - y

3x – 2y
4

0 1 2 x

C.

x
3x + 2y

4x + y
5.16 Matematika Ekonomi 1

D. y

4x - y

3x + 2y

5) Titik penggal dari grafik persamaan y = x 3 + x 2 − 12x −12 adalah ….


A. (3, 0), (-2,0), (0, 12)
B. (-3, 0), (2, 0), (0, -12)
C. (-3, 0), (-2, 0), (0, 12)
D. (3, 0), (-2, 0), (0, -12)

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
5.17

Kegiatan Belajar 2

Fungsi Kuadratik

A. FUNGSI KUADRATIK

Suatu persamaan kuadrat mungkin dapat berbentuk suatu lingkaran elips,


parabola, hiperbola atau bentuk yang lain. Bentuk umum persamaan
kuadratik:

Ax2 + Bxy + Cy2 + Dx + Ey + F = 0

di mana: A,B,C,D,E dan F adalah konstan dan paling tidak salah satu dari
A,B dan C tidak bernilai sama dengan nol. Kurva yang menggambarkan
persamaan di atas dapat diperoleh dengan mengiris dua buah kerucut dengan
suatu bidang datar.

Parabola Hiperbola Elips Lingkaran

Irisan yang didapat bisa berbentuk lingkaran, elips, parabola atau hiperbola.
Selain itu mungkin diperoleh pula bentuk-bentuk yang lebih khusus, yaitu
dua garis lurus yang berpotongan dan dua buah garis sejajar.
Dari persamaan kuadratik Ax2 + Bxy + Cy2 + Dx + Ey + F = 0 dengan
mudah dapat diketahui secara cepat apakah kurvanya berbentuk lingkaran,
elips, parabola atau hiperbola.
Jika B = 0 dan A = C, maka irisan berbentuk lingkaran.
Jika B2 - 4 AC < 0, maka irisan berbentuk elips.
Jika B2 - 4 AC = 0, maka irisan berbentuk parabola.
Jika B2 - 4 AC > 0, maka irisan berbentuk hiperbola.
5.18 Matematika Ekonomi 1

Untuk kasus yang lebih khusus yaitu B = 0 dan paling tidak salah satu
dari A dan C tidak bernilai nol, maka irisan kerucut bentuknya dapat
diidentifikasi dengan menggunakan kriteria berikut ini:
Jika A = C, maka irisan berbentuk lingkaran.
Jika A=/ C, tetapi A dan C bertanda sama, maka irisan berbentuk elips.
Jika A = 0 atau C = 0 akan tetapi tidak sama dengan nol bersama-sama,
maka irisan berbentuk parabola.
Jika A dan C tandanya tidak sama, maka irisan berbentuk hiperbola.

1. Lingkaran
Secara ilmu ukur, lingkaran didefinisikan sebagai tempat kedudukan
titik-titik pada bidang datar yang jaraknya dari suatu titik tertentu tetap. Titik
tertentu itu dinamakan pusat dan jarak titik-titik pada lingkaran ke pusat
dinamakan jari-jari lingkaran. Bentuk umum persamaan lingkaran adalah:

Ax2 + Ay2 + Dx + Ey + F = 0

Persamaan di atas dapat dibawa ke bentuk:

(x - h)2 + (y - k)2 = r2

di mana (h,k) merupakan pusat lingkaran dan r adalah jari-jari. Gambar


lingkaran tersebut adalah sebagai berikut:

(h,k)

X
0

Contoh 5.14:
Tentukan titik pusat dan jari-jari lingkaran dengan persamaan:
x2 - 4x + y2 = 0
5.19

Bentuk umum lingkaran:


(x - h)2 + (y - k)2 = r2
x2 – 4x + y2 = 0 → ruas kiri dan kanan ditambah 4
x2 - 4x + 4 + y2 = 4
(x - 2)2 + (y - 0)2 = 22
Titik pusat (2,0), jari-jari = 2.

(2,0) X

0

Contoh 5.15:
Dari persamaan berikut tentukan bentuk standar dari lingkaran.
Tentukan letak titik pusat dan jari-jari lingkarannya.
x 2 + y 2 − 6x − 8y + 16 = 0
Bentuk umum lingkaran:
(x − h) 2 + (y − k) 2 = r 2
(x 2 − 6x + 9) + (y 2 − 8y + 16) = − 16 + 9 + 16
(x − 3) 2 + (y − 4) 2 = 32
Titik pusat (3, 4), jari-jari = 3.

2. Elips
Secara ilmu ukur, elips didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik
pada bidang datar yang jumlah jaraknya dari dua buah titik tetap. Kedua titik
tersebut dinamakan fokus. Suatu elips dibagi secara simetris oleh dua sumbu
yang berpotongan tegak lurus. Yang panjang dinamakan sumbu panjang dan
yang pendek dinamakan sumbu pendek. Perpotongan kedua sumbu disebut
pusat elips.
Bentuk umum persamaan Elips adalah Ax2 + Cy2 + Dx + Ey + F = 0 di
mana A, C, A dan C berlainan tanda. Persamaan Elips dapat ditulis dalam
bentuk standar:
5.20 Matematika Ekonomi 1

(x - h ) 2 (y - k ) 2
+ =1
a2 b2

Pusat elips adalah (h,k) dan bila a > b, maka sumbu panjang sejajar
dengan sumbu x. Akan tetapi bila a < b, maka sumbu panjang sejajar dengan
sumbu y. Sumbu panjangnya 2a dan sumbu pendeknya 2b. Sumbu panjang
disebut jari-jari panjang dan sumbu pendek disebut jari-jari pendek.

Contoh 5.16:
Tentukan pusat elips, jari-jari panjang dan pendek dari elips yang
ditunjukkan oleh persamaan:

4x2 + 9y2 + 16x - 18y - 11 = 0


4(x2 + 4x + 4) + 9(y2 - 2y + 1) = 11 + 16 + 9
4(x + 2)2 + 9(y - 1)2 = 36
(x + 2) 2 (y - 1) 2
+ =1
9 4
Pusat elips (-2,1)
Jari-jari panjang = 9 = 3
Jari-jari pendek = 4 = 2

(2,1)
X
0

Contoh 5.17:
Tentukan pusat elips, jari-jari panjang dan pendek dari elips yang
ditunjukkan oleh persamaan 9x2 + y2 + 36x + 2y + 28 = 0.
5.21

Bentuk umum persamaan elips:


(x - h ) 2 (y - k ) 2
+ =1
a2 b2
9(x2 + 4x + 4) + (y2 + 2y + 1) = -28 + 36 + 1
9(x + 2)2 + (y + 1)2 = 9
(x + 2) 2 (y + 1) 2
+ =1
1 9
Pusat elips (-2, -1).
Jari-jari panjang = 3
Jari-jari pendek = 1

(-2,-1) X

3. Parabola
Secara ilmu ukur, parabola didefinisikan sebagai tempat kedudukan
titik-titik pada suatu bidang datar yang jaraknya ke suatu titik dan ke suatu
garis tertentu sama. Titik tersebut dinamakan fokus dan garisnya disebut
"directrix". Suatu parabola simetris terhadap suatu garis yang disebut sumbu.
Perpotongan sumbu parabola dengan parabola disebut dengan "vertex"
parabola. Persamaan umum dari suatu parabola yang sumbunya sejajar
sumbu y adalah:
Ax2 + Dx + Ey + F = 0,
Jika sumbunya sejajar sumbu x, persamaannya:
Cy2 + Dx + Ey + F = 0,

Bentuk persamaan standar dari parabola adalah:


(x - h)2 = 4p (y - k)
di mana (h,k) adalah vertex parabola dan sumbunya sejajar dengan sumbu y;
atau
(y - k)2 = 4p (x - h)
5.22 Matematika Ekonomi 1

di mana (h,k) adalah vertex parabola dan sumbu parabola sejajar dengan
sumbu x, sedang p adalah parameter yang tanda serta besarnya menentukan
keadaan bentuk parabola.

Untuk parabola yang sumbunya sejajar dengan sumbu y:


Jika p < 0, maka parabola terbuka ke bawah.
Jika p > 0, maka parabola terbuka ke atas.

Untuk parabola yang sumbunya sejajar dengan sumbu x:


Jika p < 0, maka parabola terbuka di sebelah kiri.
Jika p > 0, maka parabola terbuka di sebelah kanan.

Besarnya jarak antara titik fokus dan garis directrix adalah 2p. Apabila nilai p
semakin besar, maka parabola semakin cepat membuka. Bagian-bagian
parabola dapat Anda perhatikan pada gambar berikut.

directrix

fokus
vertex
sumbu

2p

0 X

Contoh 5.18:
Jadikan bentuk standar persamaan parabola:
x2 - 4x + 4y + 16 = 0
dan tentukan vertexnya.
Bentuk standar parabola:
(x - h)2 = 4p(y - k)
2
x - 4x + 4y + 16 =0
x2 - 4x + 4 = -4y - 16 + 4
5.23

(x - 2)2 = -4 (y + 3)
Jadi parabola mempunyai vertex (2, -3); p = -1; sumbu sejajar dengan
sumbu y dan parabola terbuka ke bawah.

0 X

x2 - 4x + 4y + 16 = 0

4. Hiperbola
Secara ilmu ukur hiperbola didefinisikan sebagai tempat kedudukan
titik-titik pada bidang datar yang selisih jaraknya terhadap dua titik tertentu
besarnya tetap. Hiperbola mempunyai dua sumbu yang membagi dua
hiperbola secara simetris dan yang memotong hiperbola disebut sumbu
"transverse". Pada suatu hiperbola terdapat dua buah garis asimtot yang
saling berpotongan. Titik potongnya disebut pusat hiperbola.
Bentuk umum persamaan hiperbola yaitu Ax2 + Cy2 + Dx + Ey + F = 0
di mana A dan C berlawanan tanda. Persamaan tersebut dapat dijadikan
bentuk standar untuk hiperbola.

( x − h )2 ( y − k )2 ( y − k )2 ( x − h )2
+ = 1 atau + =1
a2 b2 b2 a2

di mana (h,k) adalah pusat hiperbola dan sumbu transverse sejajar dengan
sumbu x. Asimtot ditunjukkan oleh persamaan:
x−h y−k

a b

Bila a = b, maka kedua asimtot berpotongan tegak lurus.


5.24 Matematika Ekonomi 1

Contoh 5.19:
Tentukan pusat hiperbola dan persamaan asimtotnya bila diketahui
persamaan hiperbola adalah 9x2 - 4y2 - 18x - 16y - 43 = 0.

Bentuk umum persamaan hiperbola:


(x - h ) 2 (y - k ) 2 (y - k ) 2 (x - h ) 2
+ = 1 atau - =1
a2 b2 b2 a2
9x2 - 4y2 - 18x - 16y - 43 = 0
9(x2 - 2x + 1) - 4(y2 + 4y + 4) = 43 + 9 - 16
9(x - 1)2 - 4(y + 2)2 = 36
(x - 1) 2 (y + 2) 2
+ =1
4 9

Jadi titik pusat hiperbola (1,-2), a = 2, b = 3.


Sumbu transverse sejajar dengan sumbu x.

Persamaan asimtot:

x−h y−k

a b
x −1 y+2

2 3
3x - 3 = ±(2y + 4)
Asimtot 1: 3x - 3 = 2y + 4 atau
3x - 2y - 7 = 0

Asimtot 2: 3x - 3 =-2y - y atau


3x + 2y + 1 = 0
5.25

0 X

9x2 - 4y2 - 18x - 16y - 43 = 0

Telah disebutkan bila a = b, maka asimtot hiperbola akan saling berpotongan


tegak lurus. Apabila asimtot hiperbola sejajar dengan sumbu x dan sumbu y,
maka bentuk persamaan standar hiperbola menjadi:

(x - h) (y - k) = c

di mana (h,k) merupakan pusat hiperbola, x = h dan y = k merupakan


asimtotnya. Hal ini merupakan keadaan yang khusus dari hiperbola karena
dari Ax2 + bxy + Cy2 + Dx + Ey + F = 0, nilai A = C = 0 dan 0.
Bila asimtot hiperbola berimpit dengan sumbu x dan sumbu y, maka
bentuk persamaan hiperbola menjadi xy = c. Ini merupakan bentuk yang
lebih khusus lagi dari hiperbola karena h = k = 0 dan persamaan (x - h)(y -
k) = c. Jenis hiperbola xy = C ini mempunyai titik pusat yang berimpit
dengan origin. Bila C > 0, maka kurva hiperbola terletak pada kuadran I dan
III dan bila C < 0, maka kurva hiperbola terletak pada kuadran II dan IV.
Persamaan xy = C menunjukkan hubungan kebalikan yang proporsional
antara x dan y yaitu bila suatu variabel nilainya bertambah besar, maka yang
lain akan turun nilainya secara proporsional. Suatu variabel y merupakan
kebalikan secara proporsional dengan variabel x apabila ada konstanta C
sedemikian rupa sehingga:
C
y= atau xy = C
X

Dengan definisi tersebut di atas, secara umum dapat pula dikatakan


bahwa variabel y merupakan kebalikan secara proporsional dengan variabel x
berpangkat bilangan positif, jika ada konstanta C sedemikian rupa sehingga:
5.26 Matematika Ekonomi 1

C
y= n
atau xny = C
X
Hiperbola ini mempunyai pusat di origin dengan asimtot yang berimpit
dengan sumbu x dan y dan disebut hiperbola Fermat.
Apabila n merupakan bilangan ganjil dan C > 0, maka hiperbola terletak
di kuadran I dan III pada sistim sumbu koordinat. Akan tetapi jika C < 0,
maka hiperbola terletak di kuadran II dan IV. Persamaan XnY = C, bila
dengan n yang nilainya genap, maka hiperbola terletak di kuadran I dan II
untuk C > 0 dan terletak di kuadran III dan IV untuk C < 0. Akan tetapi untuk
persamaan XYm = C dan m bernilai genap sedangkan C > 0, maka kurva akan
terletak pada kuadran I dan IV dan bila C < 0, maka kurva berada kuadran II
dan III.

Contoh 5.20:
Gambarkan persamaan x(y - 1) = - 2
Titik pusat: (0,1); Asimtot: x = 0 dan y = 1

y =1
0 X

x(y - 1) = -2

L A TIH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) x2 +y2 -6x -2y -6 = 0


2) xy -4y = 4
3) x2 +9y2 -8x +7 = 0
5.27

4) y2 - 4x2 -4y +4 = 0
5) y2 -2y -8x +25 = 0

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Lingkaran dengan bentuk standarnya (x – 3)2 + (y – 1)2 = 4

(3,1) X
0

2) Hiperbola dengan bentuk standarnya (x – 4) + (y – 0) = 4

0 X

xy – 4y = 4

x =4
5.28 Matematika Ekonomi 1

3) Elips dengan titik pusat (4,1); jari panjang 3 dan pendek 1

(3,1)
X
0

4) Hiperbola dengan bentuk standarnya (y – 4) + (x – 0) = -4

y =4

0 X

5) Parabola, dengan persamaan (y – 1)2 = 8 (x – 3)

y2 -2y -8x +25 = 0

(3,1)

0 X
5.29

RA NGK UMA N

Bentuk umum fungsi kuadratik adalah:


Ax2 + Bxy + Cy2 + Dx + Ey + F = 0
Bentuk irisan kerucut untuk:
B = 0 dan A = C adalah lingkaran
B2 - 4AC < 0 adalah elips
B2 - 4AC = 0 adalah parabola
B2 - 4AC > 0 adalah hiperbola
Bila B = 0, maka irisan kerucut untuk:
A = C adalah lingkaran
A ≠ C tetapi A dan C tandanya sama, adalah elips
A = 0 atau C = 0 akan tetapi tidak nol bersama-sama adalah parabola
A dan C tandanya tidak sama adalah hiperbola
Bentuk-bentuk standar untuk:
Lingkaran : (x - h)2 + (y - k)2 = r2
(x - h ) 2 (y - k ) 2
Elips : + =1
a2 b2
Parabola : (y - k)2 = 4p (x - h) atau (x - h)2 = 4p (y - k)
(x - h ) 2 (y - k ) 2
Hiperbola : − =1
a2 b2

TES FORMATIF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Titik pusat dan jari-jari lingkaran dari persamaan lingkaran


x + y + 8x − 10y + 32 = 0 adalah….
2 2

A. titik pusat (4, 5) jari-jari = 3


B. titik pusat (-4, 5), jari-jari = 3
C. titik pusat (-4, 5), jari-jari = 4
D. titik pusat (5, -4), jari-jari = 4.

2) Jari-jari panjang dari elips yang ditunjukkan oleh persamaan


9x 2 + 4y 2 − 90x − 32y + 253 = 0 adalah ….
A. 9
B. 4
C. 3
5.30 Matematika Ekonomi 1

D. 2

3) Pernyataan di bawah ini yang benar untuk parabola dengan persamaan


y 2 − 10y + 8x + 1 = 0
adalah ….
A. parabola terbuka ke bawah, vertex = (3, 5)
B. parabola terbuka ke bawah, vertex = (-5, 3)
C. parabola terbuka di sebelah kiri, vertex = (5, 3)
D. parabola terbuka di sebelah kiri, vertex = (-3, 5)

4) Diketahui hiperbola dengan persamaan 9x 2 − y 2 − 36x + 10y + 2 = 0 .


Persamaan asimtot hiperbola itu adalah ….
A. 3x – y = 1 dan x + 3y = 11
B. 3x + y = 1 dan 3x – y = 11
C. 3x + y = 11 dan x – 3y = 1
D. 3x – y = 1 dan 3x + y = 11

5) Bentuk kurva dari persamaan x 2 − 9y 2 − 14x + 36y + 4 = 0 adalah ….


A. lingkaran
B. elips
C. parabola
D. hiperbola

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
5.31

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
5.32 Matematika Ekonomi 1

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2


1) C 1) B
2) B 2) C
3) C 3) A
4) A 4) D
5) D 5) D
5.33

Daftar Pustaka

Baldani, Jeffrey, James Bradfield and Robert Turner. (1996). Mathematical


Economics, The Dryden Press, Harcourt Brace College Publisher.

Haeussler, Ernest F. and Richard S. Paul. (1996). Introductory Mathematical


Analysis for Business Economics, and The Life and Social Sciences,
Eighth Edition, Prentice Hall International Inc.

Hoy, Michael, John Livernois, Chris McKenna, Ray Rees and Thanasis
Stengos. (1996). Mathematics for Economics, Addison-Wesley Publisher
Limited,

Jacques, Ian. (1995). Mathematics for Economics and Business, Second


Edition, Addison-Wesley Publishing Company.

Silberberg, Eugene and Wing Suen. (2001). The Structure of Economics a


Mathematical Analysis, Irwin McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai