Diktat Matematika Ekonomi 1
Diktat Matematika Ekonomi 1
MATEMATIKA EKONOMI 1
DISUSUN OLEH:
NURYANTO ST., MT
Puji syukur penulis kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat-Nya, penyusunan Buku Matematika Ekonomi dapat diselesaikan. Buku Ajar ini
disusun untuk menunjang proses belajar mengajar mata kuliah Matematika Ekonomi 1
sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta pada akhirnya
tujuan instruksional umum dari mata kuliah ini dapat dicapai.
Diktat ini bukanlah satu-satunya pegangan mahasiswa untuk mata kuliah ini,
terdapat banyak buku yang bisa digunakan sebagai acuan pustaka. Diharapkan
mahasiswa bisa mendapatkan materi dari sumber lain.
Penulis menyadari bahwa diktat ini masih banyak kelemahan dan
kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran pembaca dan juga rekan sejawat
terutama yang mengasuh mata kuliah ini, sangat kami perlukan untuk kesempurnaan
tulisan ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
i
Daft ar Isi
KATA PENGANTAR i
Daftar Isi ii
MODUL 1: HIMPUNAN DAN SISTEM BILANGAN 1.1
Kegiatan Belajar 1:
Himpunan ........................................................................................... 1.2
Latihan …………………………………………............................... 1.13
Rangkuman ………………………………….................................... 1.17
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 1.18
Kegiatan Belajar 2:
Sistem Bilangan .................................................................................. 1.20
Latihan …………………………………………............................... 1.30
Rangkuman ………………………………….................................... 1.33
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.33
Kegiatan Belajar 2:
Banjar dan Deret ................................................................................. 2.17
Latihan …………………………………………............................... 2.26
Rangkuman ………………………………….................................... 2.26
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.27
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ............................................. 2.30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 2.31
Kegiatan Belajar 2:
Fungsi Linear ..................................................................................... 3.18
Latihan …………………………………………............................... 3.26
Rangkuman ………………………………….................................... 3.29
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.30
Kegiatan Belajar 2:
Fungsi Konsumsi dan Tabungan ........................................................ 4.21
Latihan …………………………………………............................... 4.24
Rangkuman ………………………………….................................... 4.25
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.26
Kegiatan Belajar 2:
Fungsi Kuadratik ................................................................................ 5.17
Latihan …………………………………………............................... 5.26
Rangkuman ………………………………….................................... 5.29
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.29
PE NDAH ULUA N
Kegiatan Belajar 1
H i m p u n a n
A. PENGERTIAN HIMPUNAN
A , B , C , D , X , Y , ..........
Contoh 1.1:
Jika A merupakan suatu himpunan yang anggotanya adalah nama
buah-buahan, seperti salak, nanas, pisang, mangga, jambu, maka himpunan A
ditulis:
A = {salak, nanas, pisang, mangga, jambu}
Suatu himpunan dapat disajikan dengan cara yang lain, yaitu dengan
cara kaidah. Penyajian dengan cara kaidah dapat dilakukan dengan
1.3
Contoh 1.2:
Himpunan B yang beranggotakan x sedemikian rupa sehingga x adalah
bilangan genap, dapat ditulis:
B = {x | x = bilangan genap}
Perlu diperhatikan bahwa garis tegak "|" yang dicetak di antara dua tanda
kurung kurawal dapat dibaca sebagai "sedemikian rupa sehingga".
Contoh 1.3:
Himpunan C adalah himpunan penyelesaian persamaan x2 + 3x + 2
= 0 dan dapat ditulis:
C = {x | x2 + 3x + 2 = 0}
Contoh 1.4:
Himpunan bilangan ganjil positif yang lebih kecil dari 10, dapat ditulis A
= {1, 3, 5, 7, 9} atau A = {x | x = bilangan ganjil positif < 10}
Contoh 1.5:
Himpunan huruf-huruf hidup:
B = {a, e, i, o, u} atau B = {y | y = huruf hidup}
Contoh 1.6:
Himpunan merek beberapa mobil Jepang. C = {Mazda, Honda, Suzuki,
Toyota, Datsun} atau C = {Z | Z = merek beberapa mobil Jepang}
Contoh 1.7:
Himpunan beberapa nama buah-buahan:
1.4
Contoh 1.8:
Jika A = {a, b, c, d}, maka a ∈ A, b ∈ A dan e ∉ A
Contoh 1.9:
Jika A = {x | x = bilangan genap}, maka 1 ∉ A, 2 ∈ A, 3 ∉ A, 4 ∈ A.
Contoh 1.10:
Jika A = {1, 3, 5, 7} dan B = {7, 1, 5, 3}, maka A = B karena {1, 3, 5, 7}
= {7, 1, 5, 3} dan setiap anggota yaitu 1, 3, 5, 7 yang dimiliki himpunan A
juga dimiliki oleh himpunan B dan setiap anggota yaitu 7, 1, 5, 3 yang
dimiliki himpunan B juga dimiliki oleh himpunan A.
Contoh 1.11:
Jika X = {9, 10, 9, 11} dan Y = {11, 9, 10, 11} maka X = Y karena {9,
10, 9, 11} = {11, 9, 10, 11} dan setiap anggota yang dimiliki Y juga
dimiliki oleh X. Suatu himpunan tidak akan berubah nilainya, bila anggota
yang sama dihilangkan. Jadi himpunan {9, 10, 11} nilainya sama dengan
himpunan X dan Y.
1.5
Contoh 1.12:
Misalkan A adalah suatu himpunan manusia yang tinggal di bulan.
Karena sampai saat ini bulan tidak dihuni oleh manusia, maka A adalah
himpunan kosong dan ditulis A = ∅.
Contoh 1.13:
Misalkan B = {x | x = Profesor yang berumur 200 tahun}. Karena
menurut statistik, sampai saat ini tidak ada Profesor yang berumur sampai
200 tahun, maka B adalah himpunan kosong atau B = ∅.
B. HUBUNGAN ANTARHIMPUNAN
Contoh 1.14:
C = {1, 2, 3} merupakan himpunan bagian sejati dari A = {1, 2, 3, 4, 5}
karena anggota himpunan C yaitu angka 1, 2 dan 3 juga merupakan anggota
himpunan A dan ditulis C ⊂ A atau A ⊃ C.
Contoh 1.15:
D = {a, c, e} merupakan himpunan bagian sejati dari E = {f, e, d, c, b, a}
karena huruf a, c dan e merupakan anggota himpunan D dan juga merupakan
anggota himpunan E.
1.6
A ⊆ B atau B ⊇ A
Contoh 1.16:
Bila X = {a, b, c} dan Y = {b, c, a}, maka X = Y dan X merupakan
himpunan bagian sejati dari Y dan sebaliknya Y merupakan himpunan bagian
sejati dari himpunan X, atau ditulis X ⊆ Y atau Y ⊇ X.
Contoh 1.17:
Jumlah himpunan bagian yang dimiliki oleh A = {3} adalah 21 = 2 yaitu
P = {3} dan K = ∅.
1.7
Contoh 1.18:
Jumlah himpunan bagian yang dimiliki oleh Q = {a, b} adalah 22 = 4
yaitu A = {a}; B = {b}; C = {a, b}; D = ∅.
Contoh 1.19:
Berbicara mengenai abjad, maka himpunan semesta adalah himpunan
semua abjad yaitu a sampai z.
Contoh 1.20:
Misalkan A ⊂ B dan B ⊄ A, maka A dan B dapat ditunjukkan oleh
diagram berikut:
B A
A
Contoh 1.21:
Jika A = {a, b, c, d} dan B = {c, d, e, f}, maka kedua himpunan tersebut
dapat disajikan melalui diagram Venn sebagai berikut:
1.8
A B
a c e
b d f
Diagram 1.2
A
Diagram 1.3
Contoh 1.22:
Jika A ⊂ B dan B ⊂ C, maka diagram garisnya adalah:
C
A
Diagram 1.4
Contoh 1.23:
Jika A = {a}, B = {b} dan C = {a, b}, maka diagram garis dari A, B dan
C adalah:
1.9
A B
Diagram 1.5
Contoh 1.24:
Jika D = {d}, E = {d, e}, F = {d, e, f} serta G = {d, e, g}, maka diagram
garis dari D, E, F dan G adalah:
F G
Diagram 1.6
C. OPERASI HIMPUNAN
Contoh 1.25:
Pada diagram Venn berikut, A ∪ B adalah luas A dan luas B yang
diarsir.
A B
Diagram 1.7
Contoh 1.26:
Misalkan A = {a, b, c} dan B = {a, b, c, d, e, f} maka A ∪ B =
{a, b, c, d, e, f}.
B A
Diagram 1.8
Contoh 1.27:
Pada diagram Venn berikut, A ∩ B adalah bagian luas A yang juga
menjadi bagian luas B dan ditunjukkan dalam gambar sebagai bagian luas
yang diarsir.
1.11
A B
Diagram 1.9
Contoh 1.28:
Misalkan A = {a, b, c, d} dan B = {c, d, e, f, g} maka A ∩ B = {c, d}
Contoh 1.29:
Misalkan A = {1, 3, 5} dan B = {7, 3, 5, 6, 8} maka A ∩ B = {3, 5}
Contoh 1.30:
Pada diagram Venn berikut, A - B adalah bagian A yang tidak menjadi
bagian luas B dan dalam gambar ditunjukkan oleh bagian yang diarsir.
A B
Diagram 1.10
Contoh 1.31:
Misalkan A = {12, 14, 16, 13, 15} dan B = {9, 10, 12, 13}, maka
A - B = {14, 15, 16}
1.12
Contoh 1.32:
Misalkan P = {a, b, c, d} dan Q = {a, b, e, f} maka P - Q = {c,d}
Contoh 1.33:
Pada diagram Venn berikut, komplemen dari himpunan A adalah bagian
luas yang tidak termasuk bagian luas A dan dalam diagram dilukiskan
sebagai bagian luas yang diarsir. Anggapan yang digunakan di sini adalah
himpunan semesta U merupakan luas segi empat panjang.
Diagram 1.11
Contoh 1.34:
Misalkan himpunan semesta U anggotanya adalah bilangan 1 sampai
100 dan A = {1, 2, 3}, maka A′ = {4, 5, 6,............, 99, 100}
D. PASANGAN URUT
Contoh 1.35:
{a,b,c} adalah himpunan yang mempunyai tiga buah anggota yang
urut-urutan penulisannya boleh sembarang. (a,b,c) adalah suatu himpunan
urut dengan tiga buah anggota yang urut-urutan penulisannya tidak boleh
diubah dan harus seperti itu.
Bila suatu himpunan hanya mempunyai dua anggota di mana satu
anggota dinyatakan sebagai nomor satu dan yang lain dinyatakan sebagai
nomor dua, maka himpunan tersebut dinamakan pasangan urut.
Contoh 1.36:
Pasangan urut (1,4) dan (4,1) adalah berbeda.
Contoh 1.37:
Pasangan urut boleh memiliki anggota pertama dan anggota kedua yang
sama seperti (1,1), (2,2), (5,5)
L A TIH A N
6) Bila diketahui:
X = {a, b, c, d, e}
Y = {b, c, d}
Z = {c, d}
Tunjukkan pernyataan-pernyataan berikut ini yang salah dan sebutkan
mengapa.
A. Y ⊂ X
B. Y ⊃ X
C. Z ⊂ X
D. Z ⊃ Y
1) A. a∉A
B. p∈Q
C. X⊂Y
D. R⊄S
E. M⊃N
3) A. A∩B = {a}
B. A–C = {a}
C. B∪C = {a, b, c, d, e} = S
D. A∪C = {a, b, e}
A B
1.16
A B
A B
A B
C
1.17
5) {p}, {q}, {r}, {s}, {p, q}, {p, r}, {p, s}, {q, r}, {q, s}, {r, s}, {p, q, r},
{p, q, s}, {q, r, s},
{p, q, r, s}, ∅.
6) A. benar
B. salah, sebab a dan c tidak ada di Y
C. benar
D. salah, sebab b tidak ada di Z
7) A. {1, 2, 3, a, b, c}
B. {a, b, c, 1, 2}
C. {a, b, c, 2}
8) A. ∅
B. {a}
C. {a, b}
9) A. H1 – H2 = {1, 2, 3}
H2 – H1 = {a, b, c}
B. H1 – H2 = {1, 2}
H2 – H1 = {b, c}
C. H1 – H2 = {2}
H2 – H1 = {c}
10) A. {1, 2, 3, a, b, c}
B. {1, 2, b, c}
C. {2, c}
RA NGK UMA N
(union) dari dua himpunan atau lebih merupakan suatu himpunan yang
anggotanya adalah semua anggota yang ada di kedua atau lebih
himpunan tersebut. Irisan (interseksi) antara dua himpunan adalah suatu
himpunan yang anggotanya merupakan anggota di kedua himpunan
tersebut. Selisih dua himpunan adalah suatu himpunan yang anggotanya
merupakan anggota salah satu dari himpunan tersebut. Komplemen suatu
himpunan adalah suatu himpunan yang anggotanya merupakan selisih
antara himpunan semesta dan himpunan tersebut.
Himpunan urut adalah suatu himpunan yang urut-urutan anggotanya
tertentu. Bila himpunan urut mempunyai dua anggota dan satu anggota
dinyatakan sebagai nomor satu dan yang lain dinyatakan sebagai nomor
dua, maka himpunan tersebut dinamakan pasangan urut.
TES FORMATIF 1
C. {d}
D. {b, c}
Kegiatan Belajar 2
Sistem Bilangan
Contoh 1.38:
45 artinya 4 × 101 + 5 × 100 = 40 + 5
Contoh 1.39:
1990 artinya
= 1 × 103 + 9 × 102 + 9 × 101 + 0 × 100
= 1000 + 900 + 90 + 0.
Contoh 1.40:
67,85 = 6 × 101 + 7 × 100 + 8 × 10-1 + 5 × 10-2
8 5
= 60 + 7 + +
10 100
1.21
Contoh 1.41:
Bilangan 1011 mempunyai harga
= 1 × 23 + 0 × 22 + 1 × 21 + 1 × 20
=8+0+2+1
= 11
Contoh 1.42:
Bilangan 101010 mempunyai harga
= 1 × 25 + 0 × 24 + 1 × 23 + 0 × 22 + 1 × 21 + 0 × 20
= 32 + 0 + 8 + 0 + 2 + 0 = 42
C. BILANGAN KOMPLEKS
Contoh 1.43:
2
3x - 2 = 0. x =
3
Bilangan yang ditulis sebagai hasil bagi dua bilangan bulat disebut
bilangan rasional. Bilangan rasional juga dapat ditulis sebagai bilangan
desimal berulang.
Contoh 1.44:
2
= 0, 6666....... (satu angka berulang).
3
Contoh 1.45:
Keliling suatu lingkaran dengan diameter satu adalah π yaitu suatu
simbol untuk angka yang nilainya 3,141592. Angka ini merupakan bilangan
irasional karena tidak dapat ditunjukkan sebagai hasil bagi dua bilangan
bulat.
Bilangan irasional diciptakan, agar Anda dapat menyelesaikan suatu
persamaan kuadrat yang bentuk umumnya:
ax2 + bx + c = 0
i2 = -1
i3 = -1 −1
i4 = 1
i5 = −1
Contoh 1.46:
Akar persamaan x2 + 6x + 13 = 0 adalah:
-6 ± 36 - 52
x1,2 =
2
-6 ± -16
=
2
= - 3 ± 2 -1
karena i = -1 , maka x1,2 = -3 ± 2i
Contoh 1.47:
Akar persamaan x2 - 8x + 17 = 0 adalah
8 ± 64 - 68
x1,2 = = 4 ± -1
2
karena i = -1 , maka x1,2 = 4 ± i
Bilangan kompleks
Bilangan komplex
D. PERTIDAKSAMAAN
Sifat-sifat Pertidaksamaan
Contoh 1.48:
3 < 5 dan 5 < 9, maka 3 < 9
Contoh 1.49:
3 < 5 dan c = 2, maka 3 + 2 < 5 + 2 atau 5 < 7
Contoh 1.50:
3 < 5 dan 8 < 11 maka 3 + 8 < 5 + 11 atau 11 < 16
Contoh 1.51:
3 < 5 dan c = 2, maka 3(2) < 5(2) atau 6 < 10
Contoh 1.52:
3 < 5 dan c = -2, maka 3(-2) > 5(-2) atau -6 > -10
7. Bila 0 < a < b dan 0 < c < d, maka a(c) < b(d)
Contoh 1.53:
2 < 4 dan 3 < 6, maka 2(3) < 4(6) atau 6 < 24.
1.26
Mulai sifat no 2 sampai sifat nomor 7 tanda > dapat diganti dengan
tanda < dan begitu pula tanda < dapat diganti dengan tanda >. Sifat penting
bilangan riil yang lain adalah bahwa setiap bilangan riil dapat digambarkan
pada suatu garis lurus yang disebut garis bilangan. Pada garis bilangan dipilih
satu titik dan diberi nilai 0. Titik ini sebut titik awal. Dari titik awal ini
kemudian dibuat skala dengan satuan tertentu. Di sebelah kanan titik awal
digunakan untuk bilangan- bilangan positif dan bilangan-bilangan negatif
diletakkan di sebelah kiri titik awal.
Contoh 1.54:
-2 -1 0 1 2 3 4
C A B
Disebut selang terbuka karena nilai x tidak pernah akan sama dengan a
ataupun dengan b. Jika nilai x dapat menjadi sama dengan a dan b maka
didefinisikan dengan:
[a, b] = {x a ≤ x ≤ b}
Contoh 1.55:
Carilah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan:
2 + 6x < 4x + 8
2 + 6x -2 < 4x + 8 - 2
atau
6x < 4x + 6
6x - 4x < 4x + 6 - 4x
atau
2x < 6
x<3
Contoh 1.56:
Carilah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan
x2 + 5x + 6 ≥ 0
Harus diingat bahwa hasil perkalian dua bilangan akan bernilai positif
kalau kedua bilangan itu bertanda positif atau kedua-duanya bertanda negatif.
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan ini, pertama kita harus menganggap
bahwa kedua suku bertanda positif dan dicari himpunan penyelesaiannya,
kemudian menganggap bahwa kedua suku bernilai negatif dan dicari
himpunan penyelesaiannya.
Kasus 1:
Bila kedua bilangan yaitu (x + 2) dan (x + 3) bertanda positif. Atau (x +
2) ≥ 0 dan (x + 3) ≥ 0. Ini akan terpenuhi bila x ≥ -2 dan x ≥ -3. Bilangan
yang memenuhi kedua pertidaksamaan tersebut hanyalah jika x ≥ -2.
Kasus 2:
Bila kedua bilangan yaitu (x + 2) dan (x + 3) bertanda negatif. Atau (x +
2) ≤ 0 dan (x + 3) ≤ 0. Ini akan terpenuhi bila x ≤ -2 dan x ≤ -3. Bilangan
yang memenuhi kedua pertidaksamaan tersebut hanyalah jika x ≤ -3. Jadi
himpunan penyelesaian pertidaksamaan:
(x + 2)(x + 3) ≥ 0
adalah
{x x ≥ -2} ∪ {x x ≤ -3}
yaitu
{x -2 ≤ x ≤ -3}
-2 -1 0 1 2 3 4
C A B
1. a ≥ a
Contoh 1.57:
7 ≥ 7 dalam hal ini 7 = 7
-12 ≥ -12 dalam hal ini 12 > -12
2. ab = ab
Contoh 1.58:
12 = 4 . 3
a a
3. =
b b
Contoh 1.59:
11 11
=
13 13
4. a + b ≤ a + b
Contoh 1.60:
Bila a = -3 dan b = 5, maka (-3) + 5 ≤ -3 + 5
atau 2 ≤ -3 + 5 karena 2 < 8
1.30
5. a - b ≥ a - b
Contoh 1.61:
Bila a = -3 dan b = 5 maka (-3) - 5 ≥ -3 - 5
atau -8 ≥ -3 - 5 karena 8 > -2
Contoh 1.62:
x ≤ 3 untuk -3 ≤ x ≤ 3
Contoh 1.63:
x ≥ 4 untuk x ≥ 4 atau x ≤ -4
Contoh 1.64:
Carilah himpunan penyelesaian pertidaksamaan x - 3 ≥ 5
Dari sifat no 7 maka diperoleh penyelesaian x - 3 ≥ 5 atau x - 3 ≤−5 jadi
agar pertidaksamaan terpenuhi, maka x ≥ 8 atau x ≤ -2, dan himpunan
penyelesaiannya adalah {x x ≥ 8 atau x ≤ -2}
L A TIH A N
x −1
7) <0
x +5
8) x −3 < 5
9) 2x − 4 > 5
10) x − 4 < 3+ x
1) 2 - 4x < 1
- 4x < -1
1
x>
4
1
Himpunan penyelesaiannya: {x x > }
4
2) 3 + 5x ≥ 3x + 5
2x ≥ 2
x≥1
Himpunan penyelesaiannya: { x x ≥ 1 }
3) 10 - 6x < x - 4
-7x < -14
x>2
Himpunan penyelesaiannya: { x x > 2 }
4) x2 - x - 12 > 0
(x-4)(x+3) > 0
+ + - - - + +
-3 4
5) x2 - 5x + 4 < 0
(x-4)(x-1) < 0
+ + - - - + +
1 4
1.32
6) x2 - 4 > 0
(x+2)(x-2) > 0
+ + - - - + +
-2 2
x -1
7) <0
x +5
+ + - - - + +
-5 1
8) x - 3 < 6
-6 < (x - 3) < 6
untuk x - 3 < 6, maka x < 9
untuk x - 3 > -6, maka x > -3
Himpunan penyelesaiannya { x -3 < x < 9 }
9) 2x - 4 > 5
(2x - 4) > 5 atau (2x - 4) < -5
untuk 2x - 4 > 5, maka x > 4,5
untuk 2x - 4 < -5, maka x < -0,5
Himpunan penyelesaiannya { x x < -0,5 atau x > 4,5 }
x−4
10) x - 4 < 3 + x atau <1
3+ x
x-4
-1 < <1
3+ x
Himpunan penyelesaiannya {x x < − 3 atau x > 0,5}
1.33
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 2
x +5
7) Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan > 0 adalah ….
x -3
A. {xx < -5}
B. {xx > 3}
C. {x-5 < x < 3}
D. {xx < -5 atau x > 3}
1.35
Daftar Pustaka
Hoy, Michael, John Livernois, Chris McKenna, Ray Rees and Thanasis
Stengos. (1996). Mathematics for Economics, Addison-Wesley Publisher
Limited,
PE NDAH ULUA N
Kegiatan Belajar 1
A. PANGKAT
Suatu ekspresi an dibaca "a pangkat n"; a disebut basis dan n disebut
pangkat. Jika n merupakan suatu bilangan bulat positif, maka
an = a x a x ........x a
1. am x an = am + n
am
2. = am-n
an
3. (a m) n = a m.n
4. (a m.b m ) n = a mn.b mn
m
a am
5. = m untuk b ≠ 0
b b
1
6. m
= a -m
a
Contoh 2.1:
a. 6 4 x 6 7 = 611
2.3
47
b. = 47 - 3 = 44
43
c. (32) 3 = 32x3 = 36
d. (3x4) 2 = 3 2 x 4 2 = 9 x 16 = 144
3 32
e. ( )2 = 2
5 5
1
f. = -2
2 3
3
y = ax di mana a > 0
Grafik fungsi y = ax terletak pada kuadran I dan kuadran II. Grafik fungsi
eksponensial tersebut akan merupakan kurva yang menaik untuk nilai a > 1
dan merupakan kurva yang menurun untuk 0 < a < 1. Pada kedua kasus di
atas, kurva memotong sumbu y di titik (0,1). Ingat nilai a0 = 1.
a=0,4 y y a=10 a=e a=0,6
a=2
a=0,9
0 0
0<a<1 x a>1 x
y = aekx + c
y
k=3 k=2
k=1
a+c
0 x
Diagram 2.2
B. AKAR
dapat ditunjukkan oleh pembagian dua bilangan bulat p/q, untuk q ≠ 0 serta p
dan q merupakan bilangan bulat.
Pengembangan kaidah-kaidah perpangkatan untuk pangkat suatu
bilangan pecahan (yaitu bilangan rasional) menghendaki agar bentuk ap/q
didefinisikan sesuai dengan kaidah-kaidah perpangkatan yang berlaku.
Misalnya ada suatu ekspresi dalam bentuk a1/n dan berlaku kaidah (am)n maka
dengan menganggap m = 1/n akan berlaku pula:
(a1/n)n = an/n = a
Bentuk a1/n disebut akar pangkat n dari a dan disimbolkan n
a
Contoh 2.2:
(a) a1/2 menunjukkan akar kuadrat dari a atau hanya disebut akar dari a dan
ditulis 2 a atau hanya a .
(b) a1/3 menunjukkan akar pangkat tiga dari a dan ditulis 3 a .
(c) a3/4 menunjukkan akar pangkat empat dari a pangkat tiga dan ditulis
4
a3 .
Seperti telah disebut di atas, bentuk a1/2 dapat ditulis menjadi a dan
a1/n dapat ditulis n a . Lebih umum lagi untuk bentuk am/n dapat ditulis
menjadi:
am/n =
am
n
Dengan cara seperti itu, maka ekspresi dalam bentuk eksponensial dapat
diubah menjadi bentuk akar dan begitu pula sebaliknya.
Contoh 2.3:
3 2
a. 8 2/3 = 8 2 = 3 (2 3) = 4
b. 4x 2/3 = 4 3 x 2
3
c. 4 2 = 4 2/3
3
d. = 3x -2/4
4 2
x
2.6 Matematika Ekonomi 1
Kaidah-kaidah Akar
m
a n = a n/m
m
a.b = m a.m b
m
a = a1/m
mn
a = m.n a
a ma
m =
b mb
Contoh 2.4:
3
a. 4 = 3 2 2 = 2 2/3
3
b. 216 = 3 8.27 = 3 2 3.3 33 = 6
4
c. 16 = 161/4 = 2 4/4 = 2
3 6
d. 26 = 26 = 2
36 36 6
e. = = =2
9 9 3
C. LOGARITMA
Kaidah-kaidah Logaritma
Untuk setiap bilangan riil positif x dan y, setiap bilangan riil r dan
bilangan riil positif b = 1, berlaku:
(1) alog x.y = alog x + alog y
(2) alog x/y = alog x - alog y
2.7
Contoh 2.5:
a. 2log (8 . 16) = 2log 8 + 2log 16
=3+4=7
e. 6log 6 = 1
f. 8log 1 = 0
Contoh 2.6:
10 2
a. log 3 = log 10 2 - log 10 3 = 2 - 3 = − 1
10
b. log 100 = log 102 = 2
c. log 3 10 1 = log 101/3 = 1/3
d. log 103 = 3log 10 = 3
e. ln e = 1
f. ln e 2 = ln e1/2 = 1/2
g. ln 1 = 0
L A TIH A N
13) 3x-1(3y)
14) (3x)-1(2y)
-3
x -2 y
15) −1
x -4y
16) (3x)2 + (5y)0
17) (2x)-1 (y)2 (y-1)2
1) 4
2) 26
3) 16y2
4) 602
9x 2
5)
25y 2
6) 34.x 6
x
7)
y
44
8)
36
1
9)
43
10) 106
9y 2
11)
4x 2 z 2
4
36 y
12)
29 x 6
2.11
9y
13)
x
2y
14)
3x
x2
15)
y2
16) 9x2 + 1
1
17) 2x
0 x
0 x
2.12 Matematika Ekonomi 1
a=10 a=e
y
a=2
a=1
0 x
21) 5
22) 8
1
23)
4
24) 5
1
25)
2
1
26)
4
27) 12
5
28) 5 3
1
x3
29) 1
y2
1
30) 1 1
x 2 y4
3
31) 2 x 2
2.13
3
x
32)
4 y
33) 5
(3x) 4
1
34)
( x )( 4 y)
4
35) 5
x
4
36) log (4.32) = 3 4log 2
8
37) log 64-3 = -6
5
38) log (25/625) = -2
3
39) log (1/27) = -3
7
40) log (49/343) = -1
25
41) log 625 = 5log 25
64
42) log 8 = 2log 4-1
9
43) log 243 = (½)3log 243
3
44) log 81= 2. 9log 81
4
45) log 2 = 2. 16log 2
RA NGK UMA N
m
a n = a n/m
m
a.b = m a.m b
m
a = a1/m
mn
a = m.n a
m
a a
m = m
b b
2.14 Matematika Ekonomi 1
TES FORMATIF 1
1 5
25 2 9 2
2) Nilai dari . adalah ….
49 16
135
A.
448
448
B.
135
7168
C.
1215
1215
D.
7168
2.15
( )(
3) Hasil dari 5 4 9 2 4 9 adalah …. )
A. (10 9 ) 4
B. 90
C. 63
D. 30
4) Jika diketahui log 2 = 0,301, log 3 = 0,477 maka hasil dari log 12
adalah ….
A. 2,778
B. 1,556
C. 1,079
D. 0,2872
( )
5
3 4
5) 7 7 jika diubah ke bentuk perpangkatan adalah ….
5
A. 7 12
7
B. 7 12
17
C. 7 12
12
D. 75
Kegiatan Belajar 2
A. BANJAR
Banjar di atas dapat disimbolkan dengan [an], sehingga kalau ditulis lagi
dengan lengkap menjadi:
Suatu banjar yang tidak mempunyai akhir atau banyaknya suku tidak
terbatas dinamakan banjar tak terhingga. Sedangkan banjar yang banyaknya
suku tertentu dinamakan banjar terhingga.
Bilangan alam yang terdapat pada suatu banjar pada umumnya tersusun
secara teratur dengan suatu pola tertentu. Dengan memperhatikan pola yang
terdapat pada suku - sukunya, banjar dapat dibedakan menjadi banjar hitung,
banjar ukur dan banjar harmoni.
Banjar hitung adalah banjar yang antara dua suku berurutan mempunyai
selisih yang besarnya sama. Jadi, suatu banjar
a2 - a1 = b
a3 - a2 = b
a4 - a3 = b
...
an - an-1 = b
di mana b merupakan beda yang besarnya tetap dan dapat bernilai positif atau
negatif.
Contoh 2.7:
a. [n] = 1 , 2 , 3 , 4, . . . . . n
b = Sn - Sn-1 = 1
b. [5n] = 5 , 10 , 15 , 20 , . . . 5n
b = Sn - Sn-1 = 5
Banjar ukur adalah banjar yang antara dua suku berurutan mempunyai hasil
bagi yang sama besarnya. Jadi untuk banjar :
[an] = a1 , a2 , a3 , . . . . . an
akan disebut sebagai banjar ukur kalau
S2 / S1 = p
S 3 / S2 = p
...
Sn / Sn-1 = p
di mana p merupakan nilai banding (= ratio) yang besarnya tetap dan dapat
bertanda positif atau negatif.
Contoh 2.8:
a. [apn-1] = a , ap , ap2 , . . . ,apn-1
Contoh 2.9:
1 1 1 1 1
a. = 1 , , , , . . . ,
n 2 3 4 n
1 1 1 1 1 1
b. = , , , , ... ,
5n 5 10 15 20 5n
B. DERET
Contoh 2.10:
a. Deret hitung : 1 + 2 + 3 + . . . + n
Jn = a1 + a2 + a3 + . . . . + an
∑a
i=1
i untuk deret terhingga
dan
2.20 Matematika Ekonomi 1
∑a
i =1
i untuk deret tak terhingga
suku pertama = a
suku kedua = a + b
suku ketiga = a + 2b
suku keempat = a + 3b
.....
suku ke n = a + (n - 1)b = Sn
1
J = n(a + S n )
2
Contoh 2.11:
Jika ingin mengetahui suku ketujuh suatu banjar hitung yang suku
pertamanya = 1 dan beda = 2 adalah:
Sn = a + (n - 1)b
= 1 + (7 - 1)2
= 13
Selain banjar hitung, kita telah mengenal banjar ukur. Suatu banjar ukur
ditandai oleh banjar yang hasil bagi suatu sukunya dengan suku sebelumnya
merupakan bilangan konstan. Atau suku suatu banjar ukur diperoleh dari
hasil kali suku sebelumnya dengan suatu pengali yang besarnya konstan. Bila
suatu banjar ukur memiliki suku pertama a dan pengali sebesar p, maka
secara matematis dapat ditulis:
suku pertama = a
suku kedua = ap
suku ke n = apn-1 = Sn
Contoh 2.12:
Bila ada suatu banjar ukur yang suku pertamanya a = 1 dan pengalinya
p = 2 , maka besarnya suku ke 5 adalah:
Sn = apn-1
S5 = 1(25-1)
= 16
1. Bunga Pinjaman
Bunga pinjaman selama setahun atau kurang, sering dihitung dengan
menggunakan cara yang sederhana, yaitu bunga yang hanya dikenakan pada
jumlah pinjaman. Jumlah yang dipinjam ini untuk selanjutnya akan disebut
dengan pokok pinjaman. Jika besarnya pokok pinjaman adalah p dengan
bunga sebesar r persen setahun dan lama meminjam adalah t tahun, maka
besarnya bunga yang harus di bayar yaitu I adalah hasil perkalian antara
pokok pinjaman dan bunga dan lama meminjam, atau
I = P.r.t
2.23
Contoh 2.13:
Berapakah jumlah yang harus dikembalikan oleh seseorang yang
meminjam uang sebanyak Rp2.500,00 pada tanggal 5 Juni 1992 dan
dikembalikan pada tanggal 5 Pebruari 1993 dengan bunga sebesar 14 persen?
Mulai tanggal 5 Juni 1992 sampai 5 Pebruari 1993 ada 8 bulan, atau
waktu peminjamannya 8/12 = 2/3 tahun. Besarnya bunga pinjaman:
I = P.r.t
= 2.500 (0,14) (2/3)
= 233,33
2. Nilai Sekarang
Nilai sekarang dari jumlah yang diperoleh di masa mendatang atau
sering pula disebut dengan present value adalah nilai sejumlah uang yang
saat ini dapat dibungakan untuk memperoleh jumlah yang lebih besar di masa
mendatang. Misalkan P adalah nilai sekarang dari uang sebanyak A pada t
tahun yang akan datang. Bila kemudian diumpamakan tingkat bunga adalah r,
maka bunga yang dapat diperoleh dari P rupiah adalah:
I = P.r.t
P(1 + rt) = A
atau
A
P=
1 + rt
2.24 Matematika Ekonomi 1
Contoh 2.14:
Setahun lagi Asbun akan menerima uang sebanyak Rp10.000,00.
Berapakah nilai sekarang uang tersebut jika tingkat bunga adalah 13 persen
setahun? Dalam masalah ini, A = 10.000,- r = 0,13 dan t = 1
10.000
P=
1 + (0,13)(1)
= 8.849,56
3. Bunga Majemuk
Bunga sederhana seperti yang dibahas sebelumnya adalah bunga yang
umumnya diterapkan untuk pinjaman dalam jangka waktu satu tahun atau
kurang. Dengan bunga majemuk, bunga selain dikenakan pada pokok
pinjaman, juga dikenakan pada bunga yang dihasilkan. Misalkan seseorang
membungakan uangnya sebanyak P dengan bunga sebesar i pertahun. Setelah
satu tahun ia mendapatkan bunga sebesar:
P + P.i = P(1 + i)
Jumlah sebanyak itu, menjadi pokok pinjaman yang baru sehingga pada akhir
tahun kedua bunga yang diterima sebesar :
P(1 + i)(i)
= P(1 + i)2
Dengan cara yang sama, maka di tahun ke tiga seluruh uangnya menjadi
= P(1 + i)3
2.25
= P(1 + i)n
Contoh 2.15:
Misalkan ada uang sebanyak Rp1.000,00 dibungakan selama 6 tahun
dengan bunga majemuk sebesar 5 persen per tahun dan diambil setahun
sekali, maka berapakah jumlah uang tersebut setelah 6 tahun?
Dari rumus
i
A = P(1 + ) n.m
m
L A TIH A N
RA NGK UMA N
Sn = a + (n - 1) b
TES FORMATIF 2
C. Rp2.965.777,05
D. Rp11.200.000,00
Daftar Pustaka
Hoy, Michael, John Livernois, Chris McKenna, Ray Rees and Thanasis
Stengos. (1996). Mathematics for Economics, Addison-Wesley Publisher
Limited.
F u n g s i
PE NDAH ULUA N
e. menentukan dua buah garis lurus apakah berimpit, sejajar, berpotongan atau
saling tegak lurus.
f. mencari koordinat titik potong dua garis lurus.
3.3
Kegiatan Belajar 1
F u n g s i
Kuadran II Kuadran I
+
0 x
Diagram 3.1
Sumbu x yang ada di sebelah kanan 0 dan sumbu y yang berada di atas
0 digunakan untuk nilai yang positif dari himpunan nilai x di sumbu x dan
nilai y di sumbu y, sedangkan untuk himpunan nilai yang negatif digunakan
sumbu x yang berada di sebelah kiri 0 dan sumbu y yang berada di sebelah
bawah 0.
Sumbu koordinat membagi bidang menjadi empat bagian. Setiap bagian
dinamakan kuadran. Masing-masing kuadran diberi nomor secara berurutan
3.4 Matematika Ekonomi 1
dimulai dari bidang sebelah atas kanan sebagai kuadran I, kemudian dengan
arah menurut kebalikan arah putaran jarum jam ditentukan kuadran II,
kuadran III dan IV (lihat gambar di atas). Jadi, suatu bidang datar dibagi oleh
sumbu koordinat menjadi empat kuadran.
Suatu titik, yang sebidang dengan sumbu koordinat, letaknya ditentukan
oleh suatu pasangan urut (x, y). Anggota pertamanya dinamakan koordinat x
atau absis dan anggota keduanya dinamakan koordinat y atau ordinat. Suatu
titik (a,b) yang mana a > 0 dan b > 0 menunjukkan bahwa x = a dan y = b.
Titik ini dapat dilukiskan dengan bergeser dari origin a unit ke kanan dan b
unit ke atas. Titiknya ditentukan oleh perpotongan dua garis yang ditarik dari
kedudukan yang baru karena pergeseran tadi dan sejajar dengan sumbu
koordinat.
Contoh 3.1:
Titik (3,2) menunjukkan bahwa x = +3 dan y = +2. Titik ini didapat
dengan bergeser ke kanan 3 unit dari origin dan dibuat garis yang sejajar
sumbu y, kemudian dari origin bergeser 2 unit ke atas dan dibuat garis yang
sejajar sumbu x. Maka diperoleh letak titik (3,2) pada kuadran I dan
selanjutnya titik ini dapat diberi nama, misalnya titik A.
y
Kuadran I
A(3,2)
2
x
O 1 2 3
Diagram 3.2
Contoh 3.2:
Titik (-2,4) menunjukkan bahwa x = -2, y = +4, dan dapat diperoleh
dengan bergeser dari origin 2 unit ke kiri (ke arah negatif) dan kemudian 4
unit ke atas. Maka diperoleh letak titik (-2,4) pada kuadran II dan misalnya
titik ini dinamakan titik B.
3.5
B(-2,4) y
4
Kuadran II
2
x
-2 -1 0
Diagram 3.3
Contoh 3.3:
Titik (-4,-4) menunjukkan bahwa x = -4, y = -4 dan gambarnya seperti
berikut ini:
x
-4 -3 -2 -1
1
Kuadran III
C(-4,-4) 4
Diagram 3.4
B. FUNGSI
dihubungkan sedemikian rupa sehingga tidak ada dua pasangan urut yang
anggota pertamanya sama. Ada 3 cara untuk menunjukkan suatu fungsi yaitu:
a. Cara daftar lajur
b. Cara penulisan dengan lambang
c. Cara grafik
Contoh 3.4:
Fungsi ditunjukkan dengan cara daftar lajur.
X Y
1 -1
2 0
3 3
4 8
5 15
Contoh 3.5:
Fungsi ditunjukkan dengan cara lambang:
a. y = x2 - 2x atau
b. f(x) = x2 - 2x atau
c. f(x, y) ialah fungsi yang pasangan urutnya (x, x2 - 2x) atau
d. {(x, y) | y = x2 - 2x }
Cara penulisan dengan lambang yang sering dipakai adalah cara a atau b,
karena lebih singkat bila dibandingkan dengan cara yang lain.
3.7
Contoh 3.6:
Fungsi ditunjukkan dengan cara grafik.
Misalkan fungsi yang akan dilihat grafiknya adalah y = x2 - 2x. Agar
supaya grafiknya dapat dilukis, maka harus dibuat dahulu daftar lajurnya
kemudian menentukan letak titik-titiknya menurut pasangan urutnya. Grafik
dari fungsi diperoleh dengan menghubungkan titik-titik tersebut.
X y
-2 8
-1 3
0 0
1 -1
2 0
3 3
4 8
0 X
(1, -1)
Diagram 3.5
Contoh 3.7:
Pada persamaan garis lurus y = a + bx, maka a dan b adalah konstanta, x
adalah variabel bebas dan y adalah variabel tak bebas.
Contoh 3.8:
x y
Pada persamaan garis lurus + = 1 , angka 1 adalah konstanta absolut, a
a b
dan b adalah parameter, x dan y adalah variabel.
Contoh 3.9:
Fungsi permintaan ditunjukkan oleh persamaan D = 10 - 3P ; D dan P
adalah variabel. D menunjukkan demand (permintaan) dan P menunjukkan
price (harga).
3.9
Agar lebih mudah memahami apa yang telah dibahas di atas, maka
berikut ini diberikan contoh-contoh penggunaannya.
Contoh 3.10:
Gambarkan titik-titik berikut ini pada sistem sumbu koordinat: A(1,6),
B(-3,4), C(-4,-5), D(3,-6)
y
B
Diagram 3.6
Contoh 3.11:
Gambarkan titik-titik (0,0); (1,1); (2,2) dan (3,3). Tunjukkan bahwa
titik-titik tersebut terletak pada sebuah garis lurus.
3.10 Matematika Ekonomi 1
1
x
0 1 2 3
Diagram 3.7
Contoh 3.12:
Hitung jarak antara titik-titik A(0,2) dan B(-3,-2)
O x
B C
Diagram 3.8
AC = 4 , BC = 3
AB = AC 2 + BC 2
AB = 16 + 9
AB = 25
AB = 5
Jadi AB = 5
Contoh 3.13:
Hitung jarak antara titik-titik (1,1) dan (3,4)
B
4
1 A C
0 x
1 2
Diagram 3.9
AC = 2, BC = 3
Contoh 3.14:
Apabila diketahui y = f(x) = 4 + x - x2 berapakah f(0), f(-2), f(3), f(-1)?
f(0) = 4 + (0) - (0)2
=4
3.12 Matematika Ekonomi 1
Contoh 3.15:
Apabila y = f(x) = 3x /(x2 -1)
a. Berapakah f(0), f(-3), f(4)?
b. Apakah nilai x = 1 dan x = -1 boleh dimasukkan ke dalam fungsi?
1) f(0) = 3.0 /(02-1) = 0
f(-3) = 3.(-3)/(-3)2 -1) = -9/8
f(4) = 3.4 /(42 -1) = 12/15
2) Nilai x = 1 dan x = -1 tidak boleh dimasukkan ke dalam fungsi
karena f(x) nilainya menjadi tak tentu.
Contoh 3.16:
Apabila y = ax2 + bx + c, di mana a, b dan c adalah konstanta. Berapakah f(0),
f(1), f(a), f(a+b)?
f(0) = a.0 + b.0 + c = c
f(1) = a.12 + b.1 + c = a + b + c
f(a) = a.a2 + b.a + c = a3 + ab + c
f(a + b) = a(a + b)2 + b (a + b) + c
= a (a2 + 2ab + b2) + ab + b2 + c
= a3 + 2a2b + ab2 + ab + b2 + c
3.13
Contoh 3.17:
Gambarkan fungsi y = 3 - 2x untuk jangkau x = -3 sampai x = 4.
X y
-3 9
-2 7
-1 5
0 3
1 1
2 -1
3 -3
4 -4
3.14 Matematika Ekonomi 1
L A TIH A N
1)
3 A(4,3)
D(-4,2) 2
-4 -3 O 3 4 x
C(-3,-2)
-4 B(3,-4)
3.15
2)
y
0 2 4 6 x
-4
2
3) AB = 42 + 3
= 25
=5
4) AC = 2
BC = 4
AB = AC2 + BC2
= 22 + 42
= 4 + 16
= 20
= 2 5
5) f (x) = 9 - x2
f (0) = 9
f (2) = 5
f (-2) = 5
f (3) = 0
RA NGK UMA N
Sumbu koordinat adalah dua garis lurus yang saling berpotongan tegak
lurus. Perpotongan antara kedua sumbu tersebut dinamakan titik origin atau
titik asal atau titik nol. Sumbu koordinat membagi bidang menjadi 4 kuadran.
3.16 Matematika Ekonomi 1
Suatu titik letaknya ditentukan oleh koordinat X atau absis dan koordinat
Y atau ordinat. Fungsi adalah himpunan pasangan urut dan dihubungkan
sedemikian rupa sehingga tidak ada dua pasangan urut yang anggota
pertamanya sama. Fungsi dapat ditunjukkan dengan 3 cara yaitu: cara daftar
lajur, cara penulisan dengan lambang dan cara grafik.
Konstan adalah jumlah yang nilainya tetap dalam suatu masalah tertentu.
Konstan dapat dibedakan menjadi konstan absolut dan parameter.
Variabel adalah jumlah yang nilainya berubah-ubah pada suatu masalah.
Variabel dapat dibedakan menjadi variabel bebas dan variabel tak bebas.
TES FORMATIF 1
Kegiatan Belajar 2
Fungsi Linear
A. FUNGSI LINEAR
ax + by + c = 0
Contoh 3.18:
Gambarkan garis dengan persamaan 3x + 4y = 12
Langkah pertama adalah mencari titik potong garis dengan sumbu x dan
sumbu y. Titik potong dengan sumbu x diperoleh bila y = 0. Untuk y = 0,
maka 3x = 12 atau x = 4. Jadi titik potong dengan sumbu x adalah (4, 0).
Titik potong dengan sumbu y diperoleh bila x = 0 Untuk x = 0, maka 4y
= 12 atau y = 3. Jadi titik potong dengan sumbu y adalah (0, 3). Kemudian
kedua titik potong tersebut digambar dan dihubungkan dengan garis lurus.
3.19
3x + 4y = 12
0 4 x
Diagram 3.11
B. CURAM
Setiap garis lurus mempunyai arah. Arah suatu garis lurus ditunjukkan
oleh curam (gradien) yang didefinisikan sebagai tangens dari sudut yang
dibentuk oleh garis tersebut dengan sumbu x. Sudut yang dibentuk oleh garis
di titik A dengan sumbu x misalnya dinamakan sudut ∝. Jika pada garis
tersebut ditentukan sebuah titik sembarang B dan kemudian melalui B dibuat
garis tegak lurus ke sumbu x dan memotong sumbu x di titik C, maka curam
garis dapat didefinisikan sebagai:
BC
m = tg α =
AC
α
x
A C
Diagram 3.12
3.20 Matematika Ekonomi 1
Untuk sudut ∝ yang besarnya lebih dari 900, maka m bernilai negatif,
sehingga:
BC
m = tg α = -
AC
Untuk garis yang sejajar dengan sumbu x, curamnya sama dengan nol atau:
m = tg 0 = 0
y
y2 B
A
y1 D
α C
x
E 0 x1 x2
Diagram 3.13
3.21
m = tg α
BC BD
=
EC AD
y 2 - y1
m = tg α =
x 2 - x1
Selanjutnya bila diambil sebuah titik sembarang (x,y) dan bersama titik
(x1,y1), digunakan lagi untuk mencari curam garis, maka besarnya curam
garis adalah
y - y1
m = tg α =
x - x1
Karena sifat suatu garis lurus mempunyai curam yang konstan, maka itu
berarti dua curam yang dicari tadi besarnya pasti sama. Jadi
y - y1 y 2 - y1
=
x - x1 x 2 - x1
y 2 - y1
y - y1 = (x - x1)
x 2 - x1
Contoh 3.19:
Cari persamaan garis yang melalui titik (3,2) dan titik (4,5).
Misalkan (x1,y1) = (3,2) dan (x2,y2) = (4,5)
3.22 Matematika Ekonomi 1
y 2 - y1
y - y1 = (x - x1)
x 2 - x1
5-2
y-2= (x - 3)
4-3
y - 2 = 3(x -3)
y = 3x -9 + 2 atau
y = 3x -7 (persamaan yang dicari)
Untuk membuktikan bahwa garis tersebut melalui titik (3, 2) dan (4, 5),
maka masukkan (3,2) ke dalam y = 3x -7
2 = 3(3)-7
2 = 2 (terbukti)
Masukkan (4,5) ke dalam y = 3x -7
5 = 3 (4) -7
5 = 12 -7
5 = 5 (terbukti).
Karena terbukti melalui (3,2) dan (4,5), maka persamaan y = 3x-7 adalah
persamaan yang dicari.
x y
+ =1
a b
0 a x
Diagram 3.14
Contoh 3.20:
Cari persamaan garis yang mempunyai penggal (0,5) dan (-4,0). Untuk
a = -4 dan b = 5, nilainya dimasukkan ke
x y
+ =1
a b
x y
+ =1
-4 5
Ruas kiri dan kanan persamaan dikalikan 20
-5x + 4y = 20 atau
5x -4y + 20 = 0
y - y1 = m(x - x1)
Contoh 3.21:
Cari persamaan garis yang melalui titik (2,5) dan mempunyai curam 3.
Nilai m = 3 dan (x1,y1) = (2,5) dimasukkan ke dalam persamaan:
y - y1 = m (x - x1)
y - 5 = 3 (x - 2)
y = 3x - 6 + 5
y = 3x - 1
Jadi persamaan y = 3x -1 adalah persamaan yang dicari.
Rumus-rumus di atas tidak dapat digunakan untuk mencari persamaan
garis yang vertikal, karena curam garis vertikal besarnya tak terhingga. Garis
vertikal yang melalui titik (x1, y1) mempunyai persamaan: x = x1
Berbeda dengan garis vertikal, untuk garis horisontal rumus-rumus yang
dituliskan tadi masih dapat digunakan. Garis horisontal yang melalui titik (x1,
y1)mempunyai persamaan: y = y1
3.25
y x = x1 y
(x1,y1) y=y1
(x1,y1)
0 x 0 x
Sifat 1:
Dua garis lurus akan saling berimpit kalau persamaan garis yang satu
merupakan kelipatan persamaan garis yang lain.
Sifat 2:
Dua garis akan sejajar bila curamnya sama.
Sifat 3:
Dua garis lurus akan saling berpotongan tegak lurus apabila curam garis
yang satu merupakan kebalikan negatif dari curam garis yang lain, atau
perkalian kedua curamnya sama dengan - 1. Jadi garis y = m1x + b1 dan
garis y = m2x + b2 akan berpotongan tegak lurus bila dipenuhi syarat
1
m1 = - atau m1.m2 = -1. Dua garis yang berpotongan, koordinat titik
m2
potongnya harus memenuhi kedua persamaan garis lurus. Koordinat titik
potong ini diperoleh dengan mengerjakan kedua persamaan secara
serempak.
3.26 Matematika Ekonomi 1
Contoh 3.22:
Perpotongan antara garis 3x-4y+6=0 dan garis x-2y-3=0 diperoleh
dengan mengeliminir x yaitu mengalikan persamaan ke dua dengan -3 dan
menambahkan dengan persamaan pertama.
3x - 4y + 6 = 0 | x 1 | 3x - 4y + 6 = 0
x - 2y – 3 = 0 | x-3 |-3x + 6y + 9 = 0
+
2y + 15 = 0
2y = - 15
y = - 7,5
Substitusi y = -7,5 ke dalam persamaan pertama
3x -4 (-7,5) + 6 = 0
3x + 30 + 6 = 0
x = - 36
x = - 12
L A TIH A N
A. ((0,5),8)
B. ( 4,1)
C. (5,2)
D. (3,3)
E. (9,-9)
1) Garis 2x + y - 9 = 0 atau y = 9 - 2x
A. untuk x = 0,5 maka y = 8. Jadi ((0,5),8) terletak pada garis
B. untuk x = 4 maka y = 1. Jadi (4,1) terletak pada garis
C. untuk x = 5 maka y = -1. Jadi (5,2) tidak terletak pada garis
D. untuk x = 3 maka y = 3. Jadi (3,3) terletak pada garis
E. untuk x = 9 maka y = -9. Jadi (9,-9) terletak pada garis
2) A. Garis 4x - 3y = 12
Untuk y = 0, maka x = 3
x = 0, maka y = 4
0 3 x
-4
B. Garis y = 25 - 2x
Untuk y = 0, maka x = 12,5
x = 0, maka y = 25
y
25
0 12,5 x
3.29
3) A. Y = 2x - 3
4
3y - 4x = 0 atau y = x
3
3
y=− x
2
x + 9y = 13
x y
+ = 1 atau 8x + 5y = 40
5 8
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 2
O 4 x
1
2) Persamaan garis yang melalui titik (-4, 6) dan mempunyai curam = −
3
adalah ….
A. x – 3y + 6 = 0
B. 3x – y – 6 = 0
C. 3x + y – 14 = 0
D. x + 3y – 14 = 0
2 1 3
3) Garis y= − x+ akan berpotongan tegak lurus dengan garis ….
5 2 4
A. y = 2x + 4
B. 2x + 4y – 4 = 0
C. 5y – 4x = 20
2
D. y = 2x + 3
5
4) Persamaan garis yang melalui titik (2, -5) dan sejajar dengan garis
4 1 2
x − y + = 0 adalah …
5 3 3
A. 5y = 12x – 49
B. 3y – 10x + 4 = 0
3.31
5
C. x = − y −3
12
D. 12y – 5x + 1 = 0
Daftar Pustaka
Hoy, Michael, John Livernois, Chris McKenna, Ray Rees and Thanasis
Stengos. (1996). Mathematics for Economics, Addison-Wesley Publisher
Limited.
Jacques, Ian. (1995). Mathematics for Economics and Business, Second Edition,
Addison-Wesley Publishing Company.
PE NDAH ULUA N
Kegiatan Belajar 1
Contoh 4.1:
Sepuluh jam tangan merek tertentu akan terjual kalau harganya (dalam
ribuan) Rp80,00 dan 20 jam tangan akan terjual bila harganya Rp 60,00.
Tunjukkan bentuk fungsi permintaannya dan gambarkan grafiknya.
60 − 80
P - 80 = (Q - 10)
20 − 10
P - 80 = -2 (Q - 10)
P - 80 = - 2Q + 20 atau 2Q + P - 100 = 0
Gambar grafiknya
25
Q = 50 - 0,5P
0 50 Q
Diagram 4 .1
Contoh 4.2:
Suatu fungsi permintaan ditunjukkan oleh persamaan Q = 25 – 5P.
Pertanyaan:
1. Berapakah jumlah yang diminta bila harga permintaannya Rp3,00?
2. Misalkan jumlah yang diminta adalah 18 unit, berapakah tingkat harga
yang berlaku?
3. Kalau barang tersebut adalah barang bebas (tidak mempunyai harga),
berapakah jumlah yang diperlukan oleh konsumen?
4. Berapakah harga tertinggi yang mau dibayar oleh konsumen?
Jawaban:
Fungsi permintaan Q = 25 – 5P
1. Masukkan P = 3 ke dalam persamaan, maka
Q = 25 – 5(3)
= 25 – 15
= 10
Jadi jumlah yang diminta pada harga Rp3,00 per unit adalah 10 unit
2. Jumlah yang diminta 18 unit, atau Q = 18
Masukkan Q = 18 ke dalam persamaan:
18 = 25 – 5P
5P = 25 – 18
5P = 7
7
P =
5
= 1,4
4.5
B. FUNGSI PENAWARAN
Contoh 4.3:
Jika harga kamera jenis tertentu Rp 65,00 (dalam ribuan), maka ada 125
kamera yang tersedia di pasar. Kalau harganya Rp 75,00 maka di pasar akan
tersedia 145 kamera. Tunjukkan persamaan penawarannya!
4.6 Matematika Ekonomi 1
Contoh 4.4:
Seandainya untuk suatu jenis barang tertentu fungsi penawarannya
ditunjukkan oleh persamaan
Q = 3P – 2
Pertanyaan:
1. Pada tingkat harga 5, berapakah jumlah yang ditawarkan?
2. Jika produsen bersedia menawarkan sebanyak 10, berapa harga per unit
barang tersebut?
3. Berapakah harga terendah yang produsen mau menjual barangnya?
Persamaan penawaran: Q = 3P – 2
1. Bila harga = 5, maka masukkan P = 5 ke dalam persamaan:
Q = 3(5) – 2
= 15 – 2
4.7
= 13
Jadi jumlah yang ditawarkan = 13 unit.
2. Untuk Q = 10, maka masukkan ke dalam persamaan
10 = 3P – 2
-3P = -10 – 2
3P = 12
P =4
Jadi harga barang tersebut adalah 4.
3. Pada saat produsen tidak bersedia menawarkan barangnya dapat diberi
simbol Q = 0, dan itu terjadi pada
0 = 3P – 2
-3P = -2
2
atau P =
3
Jadi harga terendah yang produsen mau menjual barangnya harus pada
2
tingkat harga yang lebih tinggi dari .
3
Contoh 4.5:
Dapatkan titik keseimbangan dari fungsi permintaan Pd = 10 - 2Qd dan fungsi
3
penawaran Ps = Qs + 1
2
di mana :
Pd = harga yang diminta,
Qd = adalah jumlah yang diminta
Ps = adalah harga yang ditawarkan
Qs = adalah jumlah yang ditawarkan
4.8 Matematika Ekonomi 1
Qd = Qs dan Pd = Ps
Karena syarat tersebut di atas harus dipenuhi, maka sekarang kita dapat
mengabaikan subscript yang ada pada variabel Q dan P sehingga kedua
persamaan dapat ditulis menjadi:
P = 10 - 2Q
3
P= Q+1
2
Dengan cara substitusi, diperoleh:
3
10 - 2Q = Q + 1
2
3
- Q - 2Q = 1 - 10
2
7
- Q = -9
2
4
Q= 2
7
P = 10 - 2Q
4
P = 10 - 2( 2 )
7
1
P = 10 - 5
7
6
P= 4
7
6 4
Jadi keseimbangan tercapai pada tingkat harga 4 dan jumlah 2 .
7 7
4.9
3
P Ps = Qs + 1
2
6
4
7
Pd = 10 – 2Qd
4
0 2 Q
7
Diagram 4.2
Contoh 4.6:
Dapatkan titik keseimbangan dari persamaan permintaan dan persamaan
penawaran berikut ini.
Pd = 6 – Qd
Ps = 10 + Qs
Keseimbangan tercapai apabila Ps = Pd atau Qs = Qd
10
-10 -2 0 6 Q
4.10 Matematika Ekonomi 1
Kurve seperti yang ditunjukkan di atas dapat terjadi pada suatu jenis barang
yang ditawarkan pada tingkat harga yang tinggi sehingga harga terendah dari
penawarannya pun sudah melebihi harga tertinggi yang konsumen masih mau
beli.
Contoh 4.7:
Bila fungsi permintaan dan penawaran akan suatu barang ditunjukkan oleh
persamaan:
Qd = 15 - Pd dan Qs = 2Ps - 6
Pajak yang dikenakan oleh pemerintah Rp 3,00 per unit. Berapa harga dan
jumlah keseimbangan sebelum dan sesudah ada pajak ?
Q = 15 - P
Q = 15 - 7
Q = 8
Jadi harga keseimbangan P = 7 dan jumlah keseimbangan Q = 8
Qd = 15 - Pd
Qs = 2(Ps1 - 3) - 6.
atau
Qs = 2Ps1 - 6 - 6.
Qs = 2Ps1 - 12
15 - P = 2P - 12.
-3P = -27
P = 9
Q = 15 - P
Q = 15 - 9
Q = 6
Keseimbangan yang baru terjadi pada P = 9 dan Q = 6.
Dari contoh di atas ternyata pajak menyebabkan harga jual menjadi
lebih tinggi. Hal ini disebabkan produsen berusaha untuk menggeser beban
pajak ke konsumen. Sebenarnya produsen menginginkan agar seluruh beban
pajak itu ditanggung oleh konsumen. Akan tetapi dalam kenyataannya
konsumen tidak menanggung seluruh beban pajak. Ini berarti ada sebagian
pajak yang masih harus ditanggung oleh produsen. Beban pajak yang
ditanggung oleh konsumen besarnya merupakan selisih antara harga
keseimbangan setelah ada pajak dengan harga keseimbangan sebelum ada
pajak. Dari contoh di atas, beban pajak yang ditanggung oleh konsumen
= P2 – P1 = 9 – 7 = 2. Sisa pajak (yaitu selisih antara besar pajak yang
dikenakan dengan bagian pajak yang ditanggung oleh konsumen), menjadi
4.12 Matematika Ekonomi 1
Contoh 4.8:
Fungsi permintaan dan penawaran sesuatu barang ditunjukkan oleh
persamaan:
Qd = 10 - Pd dan Qs = -6 + 2Ps
Pertanyaan:
a. Hitung harga dan jumlah keseimbangan sebelum ada subsidi!
b. Hitung harga dan jumlah keseimbangan setelah ada subsidi!
c. Berapakah bagian subsidi yang dinikmati oleh produsen?
d. Berapakah pengeluaran pemerintah untuk subsidi?
e. Gambarkan grafiknya!
Jadi :
Q = 10 - P
4.13
Q = -6 + 2P
10 - P = -6 + 2P
-3P = -16
1
P =5
3
Q = 10 - P
1
Q = 10 - 5
3
2
Q= 4
3
1 2
Jadi harga keseimbangan P1 = 5 dan jumlah keseimbangan Q1 = 4
3 3
Persamaan penawaran:
Qs = -6 + 2 ( Ps′ + s) atau
Qs = -6 + 2 Ps′ + 4
Qs = -2 + 2 Ps′
Keseimbangan baru tercapai bila Pd = Ps′ dan
Q d = Qs
Q = 10 - P
Q = -2 + 2P
10 - P = -2 + 2P
-3P = -12
P=4
Q = 10 - P
Q = 10 - 4 = 6
e. Gambar grafiknya :
Q=10-P
Q=-6+2P
Q=-2+P
1
5
3
4
3
2
0 4 6 Q
3
Diagram 4.3
L A TIH A N
1
b. Untuk Q = 19, maka P = 16
5
Untuk Q = 10, maka P = 18
20 Q = 100 – 5P
0 100 Q
2) Fungsi penawaran Q = 2P - 1
a. Untuk P = 2, maka Q = 3
Untuk P = 10, maka Q = 19
b. Untuk Q = 25, maka P = 13
Untuk Q = 100, maka P = 50,5
c. Harga penawaran terendah P = 0,5
d. Grafiknya
P
Q = 2P - 1
0,5
-1 0 Q
b. P
Q = 2P - 1
3,5
2,5
0,5 Q = 10 - 3P
-1 0 3,4 10 Q
10
Q = 20 – 2P
Q = 10 – 3P
6 Q = -4 + 3P
4,8
3,3
1,3
-4 0 8 10,4 20 Q
10
Q = 20 – 2P
Q = -4 + 3P
4,8
4,2 Q = -1 + 3P
1,3
0,3
-4 0 10,4 11,6 20 Q
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 1
Kegiatan Belajar 2
C=a+bY
E
a
S=-a+(1-b)Y
0 YE Y
Diagram 4.4
-a
4.22 Matematika Ekonomi 1
Keterangan:
a adalah perpotongan antara fungsi dengan sumbu vertikal C
C = Y adalah garis impas karena semua titik pada garis tersebut
menunjukkan bahwa semua pendapatan tepat habis dikonsumsikan.
E adalah titik impas yaitu titik perpotongan antara garis konsumsi
dengan garis impas. Pada titik tersebut semua pendapatan
dikonsumsikan habis atau S = 0.
OYE adalah besarnya pendapatan yang hanya cukup untuk konsumsi.
Contoh 4.9:
Bila diketahui bahwa fungsi konsumsi ditunjukkan oleh persamaan C =
10 + 0,75 Y, maka carilah fungsi tabungannya. Berapakah besarnya
konsumsi pada saat tabungan sama dengan nol. Gambarkan grafik fungsi
konsumsinya dan fungsi tabungannya!
Tabungan = S = Y - C
S = Y - (10 + 0,75 Y)
S = -10 + 0,25 Y
Gambar grafiknya:
C,S C=Y
C=10+0.75Y
E
40
10 S=-10+0,25Y
0 40 Y Diagram 4.5
-10
4.23
Contoh 4.10:
Pak Santosa mengatakan bahwa pada saat menganggur ia harus
mengeluarkan Rp 30.000,00 untuk kebutuhannya sebulan. Sekarang setelah
bekerja dengan penghasilan Rp 100.000,00 bisa menabung Rp10.000,00 per
bulan. Berapakah tabungannya perbulan bila penghasilannya telah mencapai
Rp120.000,00 perbulan?
C 2 - C1
C - C1 = (Y - Y1)
Y 2 - Y1
C1 = 30.000 ; Y1 = 0
C2 = 90.000 ; Y2 = 100.000
90.000 - 30.000
C - 30.000 = (Y - 0)
100.000 - 0
60.000
C - 30.000 = Y
100.000
atau
C = 30.000 + 0,6 Y
C,S
C=Y
C=30.000+0,6Y
S=-30.000+0,4Y
30.000
0
E Y
-30.000
Diagram 4.6
L A TIH A N
1) C = 7500 + 0,5Y
2) S = -10 + 0,5Y
3) S = -20 + 0,45Y
4
Titik impas terjadi pada C = Y = 44dan S = 0
9
4) Fungsi tabungan S = -10.000 + 0,25Y
Fungsi konsumsi C = 10.000 + 0,75Y
Untuk Y = 0, maka C = 10.000
5) Fungsi tabungan S = -20 + 0,25Y
Fungsi konsumsi C = 20 + 0,75Y
Untuk C = 95 milyar, maka tabungan S = 5 milyar
RA NGK UMA N
C = Y hanya cukup untuk konsumsi saja dan pada saat tersebut tabungan
(= S) sama dengan nol.
TES FORMATIF 2
1) Pada saat pendapatannya per bulan Rp300.000,00 Pak Andi tidak pernah
bisa menabung karena semua uang yang diterima persis habis untuk
konsumsi. Sekarang dengan penghasilan Rp580.000,00 per bulan ia
dapat menabung Rp40.000,00 per bulan. Maka bentuk fungsi konsumsi
pak Andi adalah ….
1
A. Y + 42.857,14
7
6
B. Y + 42.857,14
7
1
C. Y − 42.857,14
7
6
D. Y + 42.857,14
7
Daftar Pustaka
Hoy, Michael, John Livernois, Chris McKenna, Ray Rees and Thanasis
Stengos, (1996). Mathematics for Economics, Addison-Wesley Publisher
Limited,
Fungsi Non-Linear
PE NDAH ULUA N
Kegiatan Belajar 1
A. TITIK PENGGAL
Titik penggal suatu kurva adalah titik perpotongan antara kurva dan garis
sumbu. Titik penggal dengan sumbu x diperoleh dengan memasukkan y = 0
ke dalam persamaan dan kemudian mencari nilai x nya. Titik penggal dengan
sumbu x diperoleh dengan memasukkan x = 0 ke dalam persamaan dan
kemudian mencari nilai y nya. Untuk menggambar grafik suatu fungsi,
titik-titik penggal ini harus dicari.
B. SIMETRIS
Dua titik dikatakan simetris terhadap suatu garis bila garis tersebut
terletak di antara dua titik dan jarak masing-masing titik ke garis tersebut
sama.
Contoh 5.1:
(-x,y) (x,y)
(x,-y)
Titik (x,y) simetris dengan titik (x,-y) terhadap sumbu x. Titik (x,y) simetris
dengan titik (-x,y) terhadap sumbu y.
Dua titik simetris terhadap titik ke tiga, jika titik ke tiga itu terletak di
tengah-tengah garis yang menghubungkan ke dua titik tersebut.
Contoh 5.2:
Titik (x,y) simetris dengan titik (-x,-y) terhadap titik origin.
5.4 Matematika Ekonomi 1
(x,y)
X
0
(-x,-y)
Suatu kurva juga dapat simetris terhadap garis sumbu atau terhadap titik
origin. Kurva simetris terhadap sumbu x bila untuk setiap titik (x,y) pada
kurva, simetris dengan titik (x,-y) yang juga terletak pada kurva.
Contoh 5.3:
Y
(x,y)
X
0
(x,-y)
Kurva simetris terhadap sumbu y, bila untuk setiap titik (x,y) pada kurva
simetris dengan titik (-x,y) yang juga terletak pada kurva.
5.5
Contoh 5.4:
Y
(-x,y) (x,y)
Kurva simetris terhadap titik origin apabila setiap titik (x,y) pada kurva
simetris dengan titik (-x,-y) yang juga terletak pada kurva.
Contoh 5.5:
(x,y)
(-x,-y)
Dari tiga contoh terakhir dapat dilihat bahwa grafik persamaan f(x,y) = 0
simetris terhadap:
a. Sumbu x jika f(x,y) = f(x,-y) = 0
b. Sumbu y jika f(x,y) = f(-x,y) = 0
c. Titik origin jika f(x,y) = f(-x,-y) = 0
Contoh 5.6:
Kurva yang ditunjukkan oleh persamaan x2y + y + x3 = 0 merupakan fungsi
dengan kurva yang simetris terhadap origin tetapi tidak simetris terhadap
salah satu sumbu.
0 X
Contoh 5.7:
Kurva yang ditunjukkan oleh persamaan x3y + xy = 0 merupakan fungsi
yang simetris terhadap sumbu x,y dan titik origin, karena:
f(x,-y) = -x3y - xy = 0 = f(x,y) Y
3
f(-x,y) = -x y - xy = 0 = f(x,y)
f(-x,-y) = x3y + xy = 0 = f(x,y)
0
X
5.7
Contoh 5.8:
Pada gambar di bawah j1 = c dan c > 0 dan f(x,y) simetris terhadap garis
x=h
Y
x=h
(h-c,y) (h+c,y)
Ji Ji
0 X
Y
(x,k+c)
J2
y=k
J2
X
0 (x,k-c)
Contoh 5.9:
(h+c,k+d)
J3
*
J3
(h-c,k-d)
0 X
C. BATAS NILAI
Contoh 5.10:
Tentukan apakah kurva yang ditunjukkan oleh persamaan x2 + y2 = 25
mempunyai batas?
x2 = 25 - y2
x = ± 25 − y 2
Nilai di bawah tanda akar yaitu 25 - y2 akan bertanda negatif bila:
25 - y2 < 0
- y2 < - 25 atau y > ±5
dan batas untuk y adalah -5 < y < 5
Batas untuk x:
y2 = 25 - x2
5.9
y = ± 25 − X 2
Nilai di bawah tanda akar bertanda negatif bila:
25 - x2 < 0
- x2 < 25 atau x > ±5
dan batas untuk x adalah -5 < x < 5
D. ASIMTOTIS
Asimtot suatu kurva adalah suatu garis lurus yang didekati oleh kurva
dengan jarak yang semakin dekat dengan nol bila kurva tersebut semakin
jauh dari origin atau dapat pula dikatakan bahwa garis y = mx + b
merupakan asimtot kurva y = f(x), jika f(x) semakin dekat mx + b maka x
dan y nilainya bertambah tanpa batas. Jadi, f(x) mx + b jika x dan y ∞.
Pada umumnya garis asimtot yang banyak digunakan adalah garis
asimtot yang sejajar sumbu x atau sumbu y. Garis asimtot yang sejajar
dengan sumbu x disebut asimtot horisontal dan yang sejajar sumbu y disebut
asimtot vertikal dan didefinisikan:
Garis y = k adalah asimtot horisontal kurva y = f(x) bila y → k untuk
x → ∞.
Garis x = h adalah asimtot vertikal kurva y = f(x) bila x → h untuk y →
∞. Untuk kepentingan penggambaran suatu kurva, akan dibedakan arah
gerakan suatu kurva apakah x dan y nilainya terus bertambah besar tanpa
batas (x → +∞ ; y → +∞) atau x dan y nilainya terus berkurang tanpa batas (x
→ -∞; y → -∞). Di samping itu harus diperhatikan juga nilai variabel yang
tidak bertambah atau berkurang tanpa ada batasnya. Hal ini sangat berguna
untuk menentukan apakah suatu kurva mendekati asimtot dari kiri atau dari
kanan (untuk asimtot vertikal) atau mendekati asimtot dari atas atau dari
bawah (untuk asimtot horisontal).
5.10 Matematika Ekonomi 1
Contoh 5.11:
Y Y
0 X 0 X
Contoh 5.12:
Tentukan apakah kurva yang ditunjukkan oleh persamaan xy-3x-4y-2= 0
mempunyai asimtot horisontal atau vertikal?
y=3
xy - 3x - 4y - 2 = 0
x=4
5.11
E. FAKTORISASI
Contoh 5.13:
Buatlah grafik persamaan 2x2 + 3xy - 2y2 = 0
Faktorisasi:
Jadi grafik persamaan 2x2 + 3xy - 2y2 = 0 terdiri dari grafik dua garis
lurus yaitu:
2x - y = 0 dan x + 2y = 0.
2x - y = 0
x + 2y = 0
L A TIH A N
3) y2 - 4xy - 1 = 0
4) xy - y - x - 2 = 0
5) x2y - x2 - 4y = 0
1) (0,18)
y = (x + 2) (x – 3)2
(-2,0) (3,0) X
2)
Y
y = (x + 2) (x – 3)2
3)
y=1
y2 - 4xy - 1 = 0
x=1
5.13
4)
Y
xy - x - y - 2 = 0
y = -1
x = -1
5)
y=1
x2y- x2 – 4y = 0
x=2
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 1
3x – 2y = 0
4x + y
B.
4x - y
3x – 2y
4
0 1 2 x
C.
x
3x + 2y
4x + y
5.16 Matematika Ekonomi 1
D. y
4x - y
3x + 2y
Kegiatan Belajar 2
Fungsi Kuadratik
A. FUNGSI KUADRATIK
di mana: A,B,C,D,E dan F adalah konstan dan paling tidak salah satu dari
A,B dan C tidak bernilai sama dengan nol. Kurva yang menggambarkan
persamaan di atas dapat diperoleh dengan mengiris dua buah kerucut dengan
suatu bidang datar.
Irisan yang didapat bisa berbentuk lingkaran, elips, parabola atau hiperbola.
Selain itu mungkin diperoleh pula bentuk-bentuk yang lebih khusus, yaitu
dua garis lurus yang berpotongan dan dua buah garis sejajar.
Dari persamaan kuadratik Ax2 + Bxy + Cy2 + Dx + Ey + F = 0 dengan
mudah dapat diketahui secara cepat apakah kurvanya berbentuk lingkaran,
elips, parabola atau hiperbola.
Jika B = 0 dan A = C, maka irisan berbentuk lingkaran.
Jika B2 - 4 AC < 0, maka irisan berbentuk elips.
Jika B2 - 4 AC = 0, maka irisan berbentuk parabola.
Jika B2 - 4 AC > 0, maka irisan berbentuk hiperbola.
5.18 Matematika Ekonomi 1
Untuk kasus yang lebih khusus yaitu B = 0 dan paling tidak salah satu
dari A dan C tidak bernilai nol, maka irisan kerucut bentuknya dapat
diidentifikasi dengan menggunakan kriteria berikut ini:
Jika A = C, maka irisan berbentuk lingkaran.
Jika A=/ C, tetapi A dan C bertanda sama, maka irisan berbentuk elips.
Jika A = 0 atau C = 0 akan tetapi tidak sama dengan nol bersama-sama,
maka irisan berbentuk parabola.
Jika A dan C tandanya tidak sama, maka irisan berbentuk hiperbola.
1. Lingkaran
Secara ilmu ukur, lingkaran didefinisikan sebagai tempat kedudukan
titik-titik pada bidang datar yang jaraknya dari suatu titik tertentu tetap. Titik
tertentu itu dinamakan pusat dan jarak titik-titik pada lingkaran ke pusat
dinamakan jari-jari lingkaran. Bentuk umum persamaan lingkaran adalah:
Ax2 + Ay2 + Dx + Ey + F = 0
(x - h)2 + (y - k)2 = r2
(h,k)
X
0
Contoh 5.14:
Tentukan titik pusat dan jari-jari lingkaran dengan persamaan:
x2 - 4x + y2 = 0
5.19
(2,0) X
•
0
Contoh 5.15:
Dari persamaan berikut tentukan bentuk standar dari lingkaran.
Tentukan letak titik pusat dan jari-jari lingkarannya.
x 2 + y 2 − 6x − 8y + 16 = 0
Bentuk umum lingkaran:
(x − h) 2 + (y − k) 2 = r 2
(x 2 − 6x + 9) + (y 2 − 8y + 16) = − 16 + 9 + 16
(x − 3) 2 + (y − 4) 2 = 32
Titik pusat (3, 4), jari-jari = 3.
2. Elips
Secara ilmu ukur, elips didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik
pada bidang datar yang jumlah jaraknya dari dua buah titik tetap. Kedua titik
tersebut dinamakan fokus. Suatu elips dibagi secara simetris oleh dua sumbu
yang berpotongan tegak lurus. Yang panjang dinamakan sumbu panjang dan
yang pendek dinamakan sumbu pendek. Perpotongan kedua sumbu disebut
pusat elips.
Bentuk umum persamaan Elips adalah Ax2 + Cy2 + Dx + Ey + F = 0 di
mana A, C, A dan C berlainan tanda. Persamaan Elips dapat ditulis dalam
bentuk standar:
5.20 Matematika Ekonomi 1
(x - h ) 2 (y - k ) 2
+ =1
a2 b2
Pusat elips adalah (h,k) dan bila a > b, maka sumbu panjang sejajar
dengan sumbu x. Akan tetapi bila a < b, maka sumbu panjang sejajar dengan
sumbu y. Sumbu panjangnya 2a dan sumbu pendeknya 2b. Sumbu panjang
disebut jari-jari panjang dan sumbu pendek disebut jari-jari pendek.
Contoh 5.16:
Tentukan pusat elips, jari-jari panjang dan pendek dari elips yang
ditunjukkan oleh persamaan:
(2,1)
X
0
Contoh 5.17:
Tentukan pusat elips, jari-jari panjang dan pendek dari elips yang
ditunjukkan oleh persamaan 9x2 + y2 + 36x + 2y + 28 = 0.
5.21
(-2,-1) X
3. Parabola
Secara ilmu ukur, parabola didefinisikan sebagai tempat kedudukan
titik-titik pada suatu bidang datar yang jaraknya ke suatu titik dan ke suatu
garis tertentu sama. Titik tersebut dinamakan fokus dan garisnya disebut
"directrix". Suatu parabola simetris terhadap suatu garis yang disebut sumbu.
Perpotongan sumbu parabola dengan parabola disebut dengan "vertex"
parabola. Persamaan umum dari suatu parabola yang sumbunya sejajar
sumbu y adalah:
Ax2 + Dx + Ey + F = 0,
Jika sumbunya sejajar sumbu x, persamaannya:
Cy2 + Dx + Ey + F = 0,
di mana (h,k) adalah vertex parabola dan sumbu parabola sejajar dengan
sumbu x, sedang p adalah parameter yang tanda serta besarnya menentukan
keadaan bentuk parabola.
Besarnya jarak antara titik fokus dan garis directrix adalah 2p. Apabila nilai p
semakin besar, maka parabola semakin cepat membuka. Bagian-bagian
parabola dapat Anda perhatikan pada gambar berikut.
directrix
fokus
vertex
sumbu
2p
0 X
Contoh 5.18:
Jadikan bentuk standar persamaan parabola:
x2 - 4x + 4y + 16 = 0
dan tentukan vertexnya.
Bentuk standar parabola:
(x - h)2 = 4p(y - k)
2
x - 4x + 4y + 16 =0
x2 - 4x + 4 = -4y - 16 + 4
5.23
(x - 2)2 = -4 (y + 3)
Jadi parabola mempunyai vertex (2, -3); p = -1; sumbu sejajar dengan
sumbu y dan parabola terbuka ke bawah.
0 X
x2 - 4x + 4y + 16 = 0
4. Hiperbola
Secara ilmu ukur hiperbola didefinisikan sebagai tempat kedudukan
titik-titik pada bidang datar yang selisih jaraknya terhadap dua titik tertentu
besarnya tetap. Hiperbola mempunyai dua sumbu yang membagi dua
hiperbola secara simetris dan yang memotong hiperbola disebut sumbu
"transverse". Pada suatu hiperbola terdapat dua buah garis asimtot yang
saling berpotongan. Titik potongnya disebut pusat hiperbola.
Bentuk umum persamaan hiperbola yaitu Ax2 + Cy2 + Dx + Ey + F = 0
di mana A dan C berlawanan tanda. Persamaan tersebut dapat dijadikan
bentuk standar untuk hiperbola.
( x − h )2 ( y − k )2 ( y − k )2 ( x − h )2
+ = 1 atau + =1
a2 b2 b2 a2
di mana (h,k) adalah pusat hiperbola dan sumbu transverse sejajar dengan
sumbu x. Asimtot ditunjukkan oleh persamaan:
x−h y−k
=±
a b
Contoh 5.19:
Tentukan pusat hiperbola dan persamaan asimtotnya bila diketahui
persamaan hiperbola adalah 9x2 - 4y2 - 18x - 16y - 43 = 0.
Persamaan asimtot:
x−h y−k
=±
a b
x −1 y+2
=±
2 3
3x - 3 = ±(2y + 4)
Asimtot 1: 3x - 3 = 2y + 4 atau
3x - 2y - 7 = 0
0 X
(x - h) (y - k) = c
C
y= n
atau xny = C
X
Hiperbola ini mempunyai pusat di origin dengan asimtot yang berimpit
dengan sumbu x dan y dan disebut hiperbola Fermat.
Apabila n merupakan bilangan ganjil dan C > 0, maka hiperbola terletak
di kuadran I dan III pada sistim sumbu koordinat. Akan tetapi jika C < 0,
maka hiperbola terletak di kuadran II dan IV. Persamaan XnY = C, bila
dengan n yang nilainya genap, maka hiperbola terletak di kuadran I dan II
untuk C > 0 dan terletak di kuadran III dan IV untuk C < 0. Akan tetapi untuk
persamaan XYm = C dan m bernilai genap sedangkan C > 0, maka kurva akan
terletak pada kuadran I dan IV dan bila C < 0, maka kurva berada kuadran II
dan III.
Contoh 5.20:
Gambarkan persamaan x(y - 1) = - 2
Titik pusat: (0,1); Asimtot: x = 0 dan y = 1
y =1
0 X
x(y - 1) = -2
L A TIH A N
4) y2 - 4x2 -4y +4 = 0
5) y2 -2y -8x +25 = 0
(3,1) X
0
0 X
xy – 4y = 4
x =4
5.28 Matematika Ekonomi 1
(3,1)
X
0
y =4
0 X
(3,1)
0 X
5.29
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 2
D. 2
Daftar Pustaka
Hoy, Michael, John Livernois, Chris McKenna, Ray Rees and Thanasis
Stengos. (1996). Mathematics for Economics, Addison-Wesley Publisher
Limited,