Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut laporan World Health Organization (WHO), tahun 2018 melaporkan AKI

didunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9.300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan

Asia Tenggara 16.000 jiwa. AKI di Negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214/100.000 KH,

sedangkan AKB pada tahun 2017 sekitar 2.5 juta kematian, 47% dari seluruh angka kematian

balita (WHO, 2018).

Angka kematian ibu meningkat sebanyak 300 kasus dari 2019 menjadi sekitar 4.400

kematian pada 2020 sedangkan kematian bayi pada 2019 sekitar 26.000 kasus meningkat

hampir 40% menjadi 44.000 kasus pada 2020 (Kompas, 2021).

Angka Kematian Bayi secara global masih mengkhawatirkan, di kawasan Afrika Sub-

Sahara 29/1000 KH, di Asia Tenggara 24/1.000 KH, 80% kematian disebabkan oleh asfiksia,

komplikasi saat lahir, hipotermi dan sepsis ( Adjat, DK, 2017).

Menurut Rahmawati (2015) salah satu program yang sangat berperan dalam menurunkan

AKB adalah dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (early initiation). Tindakan ini

merupakan langkah penting untuk menurunkan angka kematian bayi di masa awal

kehidupannya yaitu melalui pemberian ASI di satu jam pertama kelahiran.

Program ini dilakukan segera setelah bayi lahir, bayi dikeringkan kecuali kedua telapak

tangan bayi, kemudian bayi diletakkan didada ibu untuk skin to skin selama minimal satu jam

(Chaidir, 2016). Menurut Hutagaol (2014) bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama

satu jam pertama kelahiran. Pada bayi baru lahir kehilangan panas empat kali lebih besar dari

pada orang dewasa, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan suhu. Pada 30 menit

pertama bayi dapat mengalami penurunan suhu 3-40C. Pada ruangan dengan suhu 200C-250C
suhu kulit bayi turun sekitar 0,30C per menit. Kemampuan bayi yang belum sempurna dalam

memproduksi panas maka bayi sangat rentan untuk mengalami hipotermi.

Kemampuan pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir sangat penting untuk

mempertahankan suhu tubuh bayi normal 36,5-37,50C. Hipotermi terjadi saat suhu tubuh bayi

di bawah 36,50C. Suhu ruangan yang panas atau dingin dapat mempengaruhi suhu tubuh

bayi, dengan begitu bayi baru lahir mempertahankan suhu dan menghasilkan panas melalui

termogulasi tanpa menggigil (Ratih A, 2018).

Salah satu penanganan hipotermi adalah dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Yohmi

(2010) menyatakan bahwa manfaat inisiasi menyusu dini yaitu dada ibu akan menghangatkan

bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Dr.Niels Bergman dari Afrika Selatan membuktikan bahwa

dada ibu yang melahirkan satu derajat lebih panas dari ibu yang tidak melahirkan. Jika

bayinya kedinginan, suhu kulit ibu otomatis naik dua derajad untuk menghangatkan bayi. Jika

bayi kepanasan, suhu kulit ibu otomatis turun satu derajat untuk mendinginkan bayinya

(Roesli, 2012).

Karena pada bayi baru lahir kehilangan panas empat kali lebih besar dari pada orang

dewasa, serta kemampuan bayi yang belum sempurna dalam memproduksi panas maka bayi

sangat rentan untuk mengalami hipotermi , tenaga kesehatan dapat melakukan IMD dengan

mengetahui manfaat IMD terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir agar suhu tubuh

bayi baru lahir terkontrol dalam batas normal sehingga mencegah terjadinya hipotermi.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Indah Dewi S (2020) dengan judul

efektivitas IMD terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir bahwa terdapat Pengaruh

Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir Di Klinik Sehati

Medan Tahun 2020 .


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Efektivitas IMD terhadap Perubahan Suhu Tubuh Bayi dan Ibu”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Efektivitas IMD terhadap

Perubahan Suhu Tubuh Bayi dan Ibu”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas

IMD terhadap perubahan suhu tubuh bayi dan ibu.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui frekuensi Bayi Baru Lahir yang melakukan Inisiasi Menyusu Dini

2. Untuk mengetahui frekuensi Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir

3. Untuk mengetahui Efektivitas IMD terhadap Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu manfaat teoris dan manfaat

praktis.

1.4.1 Manfaat Teoris

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan referensi mengenai teori-

teori yang berkaitan dengan Efektivitas IMD terhadap Perubahan Suhu Tubuh Bayi dan Ibu.

1.4.2 Manfaat praktis

Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

pelaksanaan IMD untuk mencegah perubahan suhu tubuh pada bayi baru lahir.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

2.1.1 Definisi IMD

Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai

menyusu sendiri segera setelah lahir. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat

melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan

kehangatan. Selain itu, dapat membangkitkan hubungan atau ikatan antara ibu dan bayi

(Marmi, 2017).

2.1.2 Manfaat IMD

Menurut (Sudarti., 2017), bahwa IMD bermanfaat bagi ibu dan bayi secara fisiologis

maupun psikologis, yaitu sebagai berikut:

• Ibu

Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya oksitosin. Oksitosin

menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga membantu keluarnya plasenta, mencegah

perdarahan, dan ASI keluar dengan lancar.

• Bayi

Sentuhan dengan ibu memberikan kehangatan, ketenangan sehingga napas dan denyut

jantung bayi menjadi teratur. Bayi memperoleh kolostrum yang mengandung faktor

pertumbuhan yang membantu usus bayi berfungsi secara efektif.

• Manfaat secara psikologis

- Adanya ikatan emosi (Emotional Bonding)

- Hubungan ibu dan bayi lebih erat dan penuh kasih sayang
- Ibu dan bayi merasa lebih tenang

- Ibu berprilaku lebih peka (affectionately)

2.1.3 ASI Ekslusif

Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan terbaik bagi

bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk mencapai dan

oerkembangan bayi secara optimal (Julina Br, 2019).

Walyani & Purwoastuti (2020) pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif adalah

bayi hanya diberi ASI saja, sejak post natal (setelah lahir) sampai usia 6 bulan, tanpa

tambahan cairan lain seperti : susu formula, sari buah, air putih, madu, air teh, dan tanpa

tambahan makanan padat seperti buah-buahan, biscuit, bubur susu, bubur nasi dan nasi tim.

2.1.4 Tahap Inisiasi Menyusu Dini

Menurut Indrayani (2016) ada tiga tahap dalam asuhan bayi baryu lahir, yaitu:

Tahap 1: Lahirkan, lakukan penilaian, keringkan.

1) Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran

2) Sambil meletakan bayi diperut ibu lakukan penilaian apakah bayi memerlukan tindakan

resusitasi atau tidak

3) Jika bayi normal dan tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi secara lembut

(tanpa membersihkan verniks) mulai dari uka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali

bagian tangan. Verniks akan 2membantu menghangatkan tubuh bayi. Bau cairan

amnion pada tangan bayi membantu bayi mencari puting susu ibunya yang berbau

sama. Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering dan bersih serta lembut

untuk menunggu tali pusat berhenti berdenyut.

Tahap 2: Lakukan kontak kulit ke kulit selama paling sedikit satu jam
1) Setelah tali pusat dipotong dan didikat, letakan bayi tengkurap di dada ibu. Lurusakan

bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berasa diantara

payudara ibu tetapi lebih rendah dari puting.

2) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi

3) Lakukan kontak kulit bayi ke kulit dada ibu paling sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk

memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu letakan bantal diabwah keoala ibu untuk

mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Sebagian besar bayi akan berhasilkan

melakukan IMD dalam waktu 30-60 menit

4) Hindari membasuh atay menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusu

5) Selama kontak kulit bayi kekulit ibu, lakukan manajmeen aktif kala tiga persalinan

Tahap 3: Biarkan bayi nebcari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu

1) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu

2) Anjurkan ibu dan orang lainnya tidak menginterupsi menyusu misal memindahkan bayi

dari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu pertama biasanya berlangsung

sekittar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara

3) Menunda semua asuhan bayi normal lainnya hingga bayi selesai menyusu

4) Usahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang bersalin hingga bayi selesai

menyusu

5) Segera setelah BBL selesai menyusu, bayi akan berhentuimenelan dan melepaskan

puting sertua bayi dan ibu akan menghanuk. Selimutui bayi denghan kain bersih,

lakukan penimbangan dan pengukuran, beryikan suntuikan Vit K1 dan oleskan

salep/tetesan anibiotika pada mata bayi

a) Jika bayi belum selesai melakukan imd salam waktu satu jam, posisikan bayi lebih

dekat dean puin ibu dan baikan konak kuli denan kuli selama 30-0 meni
b) Jika bayi masih belum melakukan iMd dalam waku dua jam, pindahkan ibu

keruangan pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjukan asuhan BBL dan

kemudian kembalikan bayi pada ibu unuk menyusu.

6) Kenakan pada bayi atau tetap selimti bayi untuk menjaga kehangatannya. tetap tutupi

kepala bayi dengan topi pada beberapa jam pertama. Bila kemudian kaki bayi terasa

dingin, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu sampai hangat

kembali

7) Satu jam kemudian setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan hepatitis B pertama

pada sisi paha yang berbeda

8) Tempatkan ibu dan bayi diruangan yang sama. Letakan bayi dekat dengan ibu sehingga

mudah tejangkau dan bayi bisa menyusu sesering keinginannya.

2.1.5 Indikator Keberhasilan IMD

Menurut Indrayani (2016) keberhasilan dari pelaksanaan IMD tergantung dari

bagaimana cara atau langkah dalam melakukan IMD, yaitu :

1) Segera setelah tali pusat dipotong bayi ditengkurapkan di dada ibu

2) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir sekitar

30-60 menit.

3) Bayi harus dengan naluri alamiahnya untuk melakukan IMD. Bayi dibiarkan mencari

puting susu ibu tanpa diarahkan sehingga dapat mencerdaskan bayi karena sejak dini

bayi belajar untuk mencari puting susu ibu dengan bantuan aroma khas pada tangan

bayi.

4) Bayi mulai menyusu dengan sendirinya dalam waktu satu jam pertama setelah bayi

lahir.
2.1.6 Efektivitas IMD terhadap Suhu Tubuh BBL dan Ibu

Bayi baru lahir mengalami perubahan biologis selama hari pertama kelahiran, akan

tetapi kesehatannya tergantung pada perawatan yang diterimanya. Kulit ibu bersalin

berfungsi sebagai incubator, karena lebih hangat dari pada kulit ibu yang tidak bersalin.

Secara otomatis dapat mempengaruhi suhu bayi baru lahir yang rentan mengalami kehilangan

panas. Ini artinya, dengan inisiasi menyusu dini dapat mengurangi resiko kehilangan panas

pada bayi baru lahir (Wildan HD, 2017). manfaat IMD terhadap perubahan suhu tubuh bayi

baru lahir agar suhu tubuh bayi baru lahir terkontrol dalam batas normal sehingga mencegah

terjadinya hipotermi (Roesli, 2012).

Kulit ibu berfungsi sebagai inkubator karena ibu merupakan thermoregulator bagi bayi.

Suhu kulit ibu 10C lebih tinggi dari ibu yang tidak bersalin. Apabila pada saat lahir bayi

mengalami hipotermi, dengan terjadinya skin to skin contac otomatis suhu kulit ibu akan

meningkat 20C. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat, kulit ibu akan menyesuaikan

suhunya dengan kebutuhan bayi (Roesli, 2008).

2.1.7 Mekanisme kehilangan panas

Menurut Marmi & Rahardjo (2015) berikut ini merupakan penjelasan tentang 4

mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir :

a. Konduksi

Melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi (Sinta, dkk. 2019). Panas

dihantarkan dari tubuh bayi ke tubuh benda di sekitarnya yang kontak langsung dengan

tubuh bayi. Contohnya nimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong yang

dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan

bayi baru lahir.


2. Konveksi

Pendinginan melaui aliran udara di sekitar bayi. Suhu udara di kamar bersalin tidak

boleh kurang dari 200C dan tidak berangin. Tidak boleh ada pintu/jendela yang

terbuka. Kipas angin dan AC harus cukup jauh dari area resusitasi. Troli resusitasi

harus mempunyai sisi untuk meminimalkan konveksi ke udara sekitar bayi (Sinta, dkk,

2019). Panas hilang dari bayi ke udara sekitanya yang sedang bergerak. Contohnya

membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru

lahir di ruangan yang terpasang kipas angin.

3. Radiasi

Melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit

bayi. Panas dapat hilang secara radiasi ke benda padat yang terdekat, misalnya jendela

pada musim dingin. Karena itu, bayi harus diselimuti, termasuk kepalanya (Sinta, dkk,

2019). Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke lingkungan lebih

dingin. Contohnya bayi dibiarkan dalam ruangan dengan Air Conditioner (AC), bayi

dibiarkan keadaan telanjang, bayiditidurkan berdekatan dengan ruangan yang dingin,

misalnya dekat tembok. 108

4. Evaporasi

Kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah. Bayi harus

dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan rambut, sesegera mungkin setelah

dilahirkan (Sinta, dkk, 2019). Panas hilang melalui proses penguapan tergantung

kepada kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas dengan cara merubah

cairan menjadi uap)


2.1.8 Mencegah kehilangan panas

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan panas dari tubuh bayi yaitu :

1) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks

Keringkan tubuh bayi (tanpa membersihkan verniks) mulai dari muka, kepala dan

bagian tubuh lainnya, kecuali bagian tangan (untuk membantu bayi dalam prosses

IMD).

2) Letakan bayi di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi

Letakan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan dan usahakan kedua bahu bayi

menempel di dada ibu atau perut ibu. Ushakan kepala bayi berada di antara payudara

ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.

3) Selimuti ibu dan bayi serta pasang topi di kepala bayi

4) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi, atau setelah bayi

selesai IMD.

5) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat

Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya bbl ditempatkan secara aman

ditempat tidur yang smaa dengan ibunya.

6) Bayi jangan di bedong kuat

Bayi jangan di bedong ketat karena membedong bayi dengan ketat akan membatasi

gerakan bayi sehingga aktivitas otot berkurang dengan demikian tidak menghasilkan

panas tubuh sehingga dapat membuat bayi kedinginan.

2.1.9 Hipotermi

Hipotermia merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian bayi baru lahir di

negara berkembang. Prevalensi yang tinggi dari hipotermia telah dilaporkan secara luas

bahkan dari negara tropis. WHO telah merekomendasikan asuhan untuk mempertahankan
panas dalam asuhan bayi baru lahir, namun hipotermia terus berlanjut menjadi kondisi yang

biasa terjadi pada neonatal, yang tidak diketahui, tidak di dokumentasikan dan kurang

memperoleh penanganan (Hutagaol, 2014)

2.1.10 Penyebab Hipotermia

Menurut Dewi (2011), dalam Ekawati (2014), Bayi Baru Lahir dapat mengalami

hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk

menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas, yaitu:

1. Penurunan produksi panas : Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin

dan terjadi penurunan basal metabolisme tubuh, sehingga timbul proses penurunan

produksi panas, misalnya pada keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun

pituitary.

2. Kegagalan Termoregulasi: Kegagalan termoregulasi secara umum disebabkan

kegagalan hipotalamus dalam menjalankan fungsinya dikarenakan berbagai penyebab.

Keadaan hipoksia intrauterine, saat persalinan, post partum, defek neurologik dan

paparan obat prenatal (analgesik/anestesi) dapat menekan respons neurologik bayi

dalam mempertahankan suhu tubuhnya. Bayi sepsis akan mengalami masalah dalam

pengaturan suhu dapat menjadi Hipotermi atau hipertermi.

3. Peningkatan panas yang hilang: Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan

sekitar dan tubuh kehilangan panas.

Bayi baru lahir yang mengalami Hipotermi biasanya terjadi akibat paparan kulit pada

udara atau larutan dingin. Hipotermia biasanya menyebabkan peningkatan frekuensi jantung

dan pernafasan serta penurunan kadar glukosa (Wulan MP, 2017).

Menurut Erni Hernawati (2017) penyebab bayi baru lahir mudah menjadi hipotermia

adalah karena luas permukaan tubuh relatif lebih luas. Lemak sub kutan lebih tipis.

Kurangnya lemak atau verniks pada bayi.


2.2 Landasan Teori

Kulit ibu berfungsi sebagai incubator, secara otomatis


IMD dapat mempengaruhi suhu bayi baru lahir yang rentan
mengalami kehilangan panas. Ini artinya, dengan inisiasi
menyusu dini dapat mengurangi resiko kehilangan panas
pada bayi baru lahir dan mencegah terjadinya
hipotermia.

Mekanisme Kehilangan Panas :


Suhu Tubuh
1. Konduksi
BBL
2. Konveksi
3. Radiasi
4. Evaporasi
1.

Hipotermia

1. Penurunan produksi panas


2. Kegagalan Termoregulasi
3. Peningkatan panas yang hilang
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep


Bayi baru lahir mengalami perubahan biologis selama hari pertama kelahiran, akan

tetapi kesehatannya tergantung pada perawatan yang diterimanya. Kulit ibu bersalin

berfungsi sebagai incubator, karena lebih hangat dari pada kulit ibu yang tidak bersalin.

Secara otomatis dapat mempengaruhi suhu bayi baru lahir yang rentan mengalami kehilangan

panas. Ini artinya, dengan inisiasi menyusu dini dapat mengurangi resiko kehilangan panas

pada bayi baru lahir yang bisa menimbulkan kematian. (Wildan HD, 2017)

Kemampuan bayi yang belum sempurna dalam memproduksi panas maka bayi sangat

rentan untuk mengalami hipotermi. Bayi baru lahir yang mengalami Hipotermi biasanya

terjadi akibat paparan kulit pada udara atau larutan dingin.

Menurut Azwar (2016), kerangka konsep merupakan kerangka fikir mengenai

hubungan diantara variabel-variabel. Model mengorganisasikan sarana konseptual dan juga

mengarahkan hubungan antara konsep-konsep dengan fenomena yang dikonsepkan.

Pada penelitian ini, inisiasi menyusu dini (IMD) sebagai variabel independen dan suhu

tubuh bayi baru lahir sebagai variabel dependen.

Inisiasi Menyusu Dini Suhu Tubuh Bayi


(IMD) Baru Lahir (BBL)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


3.2 Hipotesis Penelitian

a. Ha : Terdapat perubahan suhu

tubuh bayi sebelum dan sesudah dilakukan IMD

b. Ho : Tidak terdapat perubahan suhu tubuh bayi sebelum dan sesudah dilakukan

IMD.

3.3 Definisi Operasional

Definisi oprasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang di rumuskan

berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar, 2016).

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Inisiasi Permulaan Observasi Lembar 1. Ya : IMD Nominal
Menyusu bayi menyusu observasi dilakukan
Dini (IMD) sendiri segera 2. Tidak : IMD
setelah lahir tidak
dilakukan
Suhu Tubuh Pengukuran Observasi Termomete 1. Normal : 36,5 Ordinal
Bayi baru suhu tubuh r digital 0
C-370C
Lahir bayi baru lahir 2. Hipotermia
sedang : <
36,50C
3. Hipotermia :
320C

3.3 Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin di capai, desain penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah quasi experiment dan desain pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pretest dan postest. Dimana tujuan penelitian ini ingin mengetahui

bagaimana efektivitas IMD terhadap perubahan suhu tubuh bayi dan ibu.
3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Menurut sugiyono (2016).Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah bayi baru lahir yang melakukan IMD segera

setelah lahir.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yanag akan diteliti atau sebagai jumlah dari

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayanti, 2014).

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian bayi baru lahir yang melakukan IMD

segera setelah lahir.

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

3.6 Teknik dan Instrument Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode

observasi berupa lembar observasi dan alat termometer untuk mengetahui bagaimana

efektivitas IMD terhadap perubahan suhu tubuh bayi dan ibu.

3.7 Etika Penelitia

Peneliti sebaiknya mengerti tentang etika-etika yang harus dilakukan dalam jalanyan

penelitian meliputi :

a) Izin penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mendapatkan izin di Stikes Abdurahman Palembang

sebagai tempat dimana penelitian akan dilakukan.

b) Lembar Persetujuan (Inform Consent)

Lembar persetujuan dibuat untuk menyatakan kebersediaan responden. Peneliti tidak

akan memaksa responden jika responden tidak bersedia.

c) Tanpa Nama (Anonimity)

Dalam penelitian lembar instrumen tidak akan dicantumkan nama responden

sehingga peneliti akan menjaga privasi dan kerahasiaan responden untuk melindungi

hak-haknya. Peneliti hanya memberikankode pada lembar instrumen.

d) Keberhasilan (Confidentialy)

Dalam melakukan penelitian, data dan informasi yang didapat dari responden akan

dihasilkan kecuali pada angka tertentu yang digunakan sebagai laporan hasil.

3.8 Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2016). Pengelolahan data dengan komputerisasi dapat

dilakukan sebagai berikut:

1. Editing ( Memeriksa Atau Mengkoreksi)

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian lembar checklist

2. Coding (Pengkodean Data)

Coding adalah kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka

atau bilangan yang sangat berguna dalam pengumpulan data

3. Proccesing (Pemasukan Data)

Pemasukan dapat dilakukan dengan cara mengentry data atau memasukan data dar

lembar checklist ke program komputer

4. Cleaning (Pemberian Data)


Cleaning merupakan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan apakah ada

kesalahan atau tidak.

3.9 Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa univariat yang dilakukan untuk

mengetahui perubahan suhu tubuh bayi yang diberikan perlakuan IMD dalam bentuk

distribusi frekuensi dan presentase.

3.10 Waktu penelitian

Anda mungkin juga menyukai