PENDAHULUAN
1
2
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi. (Dr. dr. Alexander Lucas Slamat
Ryadi, 2016).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2015
mendapatkan AKI ialah 305 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara di tahun
2017 AKB menurun menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup, tingginya AKB
disebabkan oleh ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), panas tinggi, dan diare
(SDKI, 2017).
Menurut data survei yang dilakukan oleh Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) di Indonesia tahun 2015, yang dilakukan setiap 10 tahun sekali,
Terdapat 346 AKI pada saat hamil, saat melahirkan atau masa nifas per 100.000
kelahiran hidup (SUPAS, 2015) dan pada tahun 2019, terdapat 4.221 Angka
Kematian Ibu di Indonesia, dengan penyebab kematian ibu terbanyak adalah
pendarahan (1.280 kasus) dan hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus).
Berdasarkan model Annual Average Reduction Rate (ARR) atau angka
penurunan rata-rata kematian ibu, diperkirakan pada tahun 2030 AKI di Indonesia
akan turun menjadi 131/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2019). Menurut
hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017
menunjukkan AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000
kelahiran hidup, dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2019,
penyebab kematian neonatal terbanyak adalah kondisi berat badan lahir rendah
(BBLR) (Kemenkes, 2019).
Jumlah AKI di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan laporan Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019, pada tahun 2018 terdapat 120
kasus AKI di Sumatera Selatan dan mengalami meningkat dibandingkan dengan
tahun sebelumnya sebanyak 107 kasus. AKI terbanyak di Sumatera Selatan
disebabkan oleh pendarahan (46 kasus) dan hipertensi dalam kehamilan (29
kasus). Dengan wilayah penyumbang AKI terbanyak terdapat di Kabupaten
banyuasin yaitu sebanyak 15 kasus (Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, 2019).
Sedangkan laporan, pada tahun 2018 terdapat 445 kasus kematian neonatal.
Kematian neonatal terbanyak berdasarkan penyebab kematiannya yaitu, 150 kasus
3
dikarenakan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan138 kasus karena Asfiksia.
Dengan jumlah kematian neonatal terbanyak
terdapat di Kabupaten Banyuasin yaitu sebanyak 48 kasus. (Dinkes
Provinsi Sumatera Selatan, 2019).
Sedangkan untuk kota Palembang sendiri, pada tahun 2018 berdasarkan
laporan, terdapat 4 AKI dengan penyebab perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan, gangguan sistem peredaran darah dan penyebab lain. Hal ini
menunjukkan penurunan AKI dibandingkan dari tahun 2017 yaitu 7 orang AKI.
Untuk AKB terdapat 18 kasus dengan penyebab kematian terbanyak yaitu BBLR
(Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, 2019).
Kedua permasalahan itulah yang sampai saat ini belum dapat diatasi
adalah masih tingginya AKI dan AKB. AKI merupakan rasio kematian ibu selama
masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh komplikasi di
kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya dan bukan karena sebab lain
seperti kecelakaan atau insidental di setiap 100.000 kelahiran hidup. AKI adalah
salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan wanita (Kemenkes RI,
2019). Sedangkan AKB adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama
kehidupan per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2019).
Saat ini, penurunan AKI dan AKB masih menjadi prioritas program
kesehatan di Indonesia. Bidan sebagai pemberi asuhan kebidanan memiliki posisi
strategis untuk berperan dalam upaya percepatan penurunan AKI dan AKB.
Paradigma baru dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak
yaitu dengan asuhan secara berkesinambungan. Asuhan secara berkesinambungan
diberikan agar kejadian AKI dan AKB dapat ditekan karena komplikasi selama
kehamilan sampai masa nifas terdeteksi sedini mungkin (Kemenkes RI, 2015).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam pembuatan laporan ini adalah agar mahasiswa
mampu memberikan asuhan kebidanan Neonatus pada bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun
2022”.
1.3.2 Tujuan Khusus
A. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data secara subjektif pada
Asuhan Kebidanan Neonatus pada Bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun
2022”.
B. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data secaraobjektif pada
Asuhan Kebidanan Neonatus pada Bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun
2022”.
C. Mahasiswa dapat menegakkan diagnosa Asuhan Kebidanan pada
Asuhan Kebidanan Neonatus pada Bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun
2022”.
D. Mahasiswa dapat memberikan penatalaksanaan pada Asuhan
Kebidanan Neonatus pada Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2022”.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil laporan ini di harapkan dapat menambah pengetahuan
penulis dalam menerapkan ilmu yang di dapatkan serta menambah
tinjauan pustaka bagi pendidik.
5
2.1 Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB <
2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapat dibagi menjadi 2
golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu,
berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.(Indrasanto, 2008)
a) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir < 1500-2500 gram.
b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBSLR), berat lahir < 1500 gram.
c) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <1000 gram.
(SarwonoPrawirohardjo Jakarta 2007)
6
7
2.3 Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),
tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.
Ketika hamil tubuh membuat lebih banyak darah untuk berbagi dengan
bayinya. Tubuh mungkin memerlukan darah hingga 30% lebih banyak zat besi
di bandingkan dengan yang10 telah tersedia, maka dapat berpotensi terjadinya
anemia. Anemia selama kehamilan akibat peningkatan volume darah
merupakan anemia ringan.Anemia yang lebih berat meningkatkan resiko tinggi
anemia pada bayi. Selain itu juga secara signifikan terjadi anemia selama dua
trimester pertama, maka berisiko lebih besar untuk memiliki bayi baru lahir
premature atau Bayi Berat Lahir Rendah(Prowerawati 2011).
Pertumbuhan janin pada kehamilan kembar tergantung dari faktor plasenta
apakah menjadi satu atau bagaimana lokalisasi implantasi plasentanya.
Pengaruh infeksi hepatitis dalam kehamilan bersumber dari gangguan fungsi
hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran
nutrisi kejanin dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu pengaruh
infeksi hati dalam kehamilan terdapat keguguran. Persalinan premature dan
melahirkan BBLR. (Manuaba 1998).
8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty.
10. Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :
1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
2.7 Diagnosa
Pemeriksaan fisik yang dapat dijumpai pada bayi BBLR antara lain :
1. Berat badan
2. Tanda – tanda prematuritas
a. Berat badan kurang dari 2500 gram
11
3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
1. Biarkan bayi menyusui pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih
mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusui lebih sering
(setiap 2 jam).
2. pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat mengisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
3. Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh gangguan
napas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung:
a) Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
b) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh 3 jam sekali). Apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kg BB per hari tetapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum. Biarlah bayi menyusui apabila keadaan
bayi sudah stabil dan bayi menunjukan keinginan untuk menyusui dan dapat
menyusui tanpa batuk atau tersedak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500
gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan
Prematur murni kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan atau
biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB berarti bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswi kebidanan dan
mampu belajar lebih giat tentang teori-teori dalam kebidanan yang telah didapat
selama masa pendidikan dan dapat mengamalkan ilmu-ilmu yang didapat dengan
ikhlas, serta dapat bermanfaat bagi mahasiswa tingkat selanjutnya.
14