Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


BBLR menurut World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa
semua bayi yang baru lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500
gram disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah, BBLR). Berat
badan lahir rendah merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan
secara global dan dikaitkan dengan berbagai konsekuensi jangka pendek dan
konsekuensi jangka panjang. Secara keseluruhan, diperkirakan 15% hingga 20%
dari semua kelahiran di seluruh dunia mengalami BBLR, yang mewakili lebih dari
20 juta kelahiran per tahun. (World health Organization, 2014).
Kelahiaran bayi dengan BBRL paling banyak ditemukan di negaranegara
dengan pendapatan rendah, termasuk di negara berkembang. Negara berkembang
merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan negaranegara dengan
kesejahteraan material tingkat rendah. Indonesia merupakan salah satu Negara
berkembang di Kawasan Asia Tenggara. Indonesia memiliki beberapa ciri yang
menunjukkan sebagai Negara berkembang yaitu, tingkat pertumbuhan penduduk
tinggi, dengan tingkat perekonomian rendah (World health Organization, 2014).
Tingkat perekonomian rendah ini dipengaruhi oleh kesedian lapangan
pekerjaan yang rendah sehingga banyak masyarakat Indonesia yang 2
menggantungkan hidupnya dengan bertani, nelayan dan beberapa dari mereka
memutuskan untuk menjadi pemulung demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah ini biasanya mengalami
kekurangan nutrisi atau mal-nutrisi akibat keterbatan pemenuhan nutrisi pada
makanan yang dikonsumsi.
Kekurangan nutrisi yang dialami oleh masayarakat secara berkelanjutan
dari masa anak-anaknya hingga dewasa dapat menyebabkan dampak signifkan
pada hidupnya. Khususnya pada wanita dengan keadaan defisit nutrisis pada saat
pra-hamil dan kehamilan akan melahirkan bayi BBRL (berat bayi lahir rendah),

1
2

vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi. (Dr. dr. Alexander Lucas Slamat
Ryadi, 2016).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2015
mendapatkan AKI ialah 305 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara di tahun
2017 AKB menurun menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup, tingginya AKB
disebabkan oleh ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), panas tinggi, dan diare
(SDKI, 2017).
Menurut data survei yang dilakukan oleh Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) di Indonesia tahun 2015, yang dilakukan setiap 10 tahun sekali,
Terdapat 346 AKI pada saat hamil, saat melahirkan atau masa nifas per 100.000
kelahiran hidup (SUPAS, 2015) dan pada tahun 2019, terdapat 4.221 Angka
Kematian Ibu di Indonesia, dengan penyebab kematian ibu terbanyak adalah
pendarahan (1.280 kasus) dan hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus).
Berdasarkan model Annual Average Reduction Rate (ARR) atau angka
penurunan rata-rata kematian ibu, diperkirakan pada tahun 2030 AKI di Indonesia
akan turun menjadi 131/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2019). Menurut
hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017
menunjukkan AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000
kelahiran hidup, dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2019,
penyebab kematian neonatal terbanyak adalah kondisi berat badan lahir rendah
(BBLR) (Kemenkes, 2019).
Jumlah AKI di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan laporan Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019, pada tahun 2018 terdapat 120
kasus AKI di Sumatera Selatan dan mengalami meningkat dibandingkan dengan
tahun sebelumnya sebanyak 107 kasus. AKI terbanyak di Sumatera Selatan
disebabkan oleh pendarahan (46 kasus) dan hipertensi dalam kehamilan (29
kasus). Dengan wilayah penyumbang AKI terbanyak terdapat di Kabupaten
banyuasin yaitu sebanyak 15 kasus (Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, 2019).
Sedangkan laporan, pada tahun 2018 terdapat 445 kasus kematian neonatal.
Kematian neonatal terbanyak berdasarkan penyebab kematiannya yaitu, 150 kasus
3

dikarenakan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan138 kasus karena Asfiksia.
Dengan jumlah kematian neonatal terbanyak
terdapat di Kabupaten Banyuasin yaitu sebanyak 48 kasus. (Dinkes
Provinsi Sumatera Selatan, 2019).
Sedangkan untuk kota Palembang sendiri, pada tahun 2018 berdasarkan
laporan, terdapat 4 AKI dengan penyebab perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan, gangguan sistem peredaran darah dan penyebab lain. Hal ini
menunjukkan penurunan AKI dibandingkan dari tahun 2017 yaitu 7 orang AKI.
Untuk AKB terdapat 18 kasus dengan penyebab kematian terbanyak yaitu BBLR
(Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, 2019).
Kedua permasalahan itulah yang sampai saat ini belum dapat diatasi
adalah masih tingginya AKI dan AKB. AKI merupakan rasio kematian ibu selama
masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh komplikasi di
kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya dan bukan karena sebab lain
seperti kecelakaan atau insidental di setiap 100.000 kelahiran hidup. AKI adalah
salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan wanita (Kemenkes RI,
2019). Sedangkan AKB adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama
kehidupan per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2019).
Saat ini, penurunan AKI dan AKB masih menjadi prioritas program
kesehatan di Indonesia. Bidan sebagai pemberi asuhan kebidanan memiliki posisi
strategis untuk berperan dalam upaya percepatan penurunan AKI dan AKB.
Paradigma baru dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak
yaitu dengan asuhan secara berkesinambungan. Asuhan secara berkesinambungan
diberikan agar kejadian AKI dan AKB dapat ditekan karena komplikasi selama
kehamilan sampai masa nifas terdeteksi sedini mungkin (Kemenkes RI, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana memberikan peranan Asuhan Kebidanan Neonatus pada Bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang Tahun 2022”?
4

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam pembuatan laporan ini adalah agar mahasiswa
mampu memberikan asuhan kebidanan Neonatus pada bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun
2022”.
1.3.2 Tujuan Khusus
A. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data secara subjektif pada
Asuhan Kebidanan Neonatus pada Bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun
2022”.
B. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data secaraobjektif pada
Asuhan Kebidanan Neonatus pada Bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun
2022”.
C. Mahasiswa dapat menegakkan diagnosa Asuhan Kebidanan pada
Asuhan Kebidanan Neonatus pada Bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun
2022”.
D. Mahasiswa dapat memberikan penatalaksanaan pada Asuhan
Kebidanan Neonatus pada Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2022”.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil laporan ini di harapkan dapat menambah pengetahuan
penulis dalam menerapkan ilmu yang di dapatkan serta menambah
tinjauan pustaka bagi pendidik.
5

1.4.2 Manfaat Praktis


A. Bagi Institusi
Manfaat penelitian ini bagi institusi adalah sebagai sumber informasi
penambahan ilmu pengetahuan tentang bagaimana memberikan asuhan
kebidanan Neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
B. Bagi Rumah Sakit
Manfaat bagi Rumah Sakit adalah bisa meningkatkan teknik
perawatan klien dengan BBLR, dapat meningkatkan model
keperawatan kolaboratif baik dalam masa perawatan maupun proses
penyembuhan pada BBLR.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB <
2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapat dibagi menjadi 2
golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu,
berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.(Indrasanto, 2008)
a) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir < 1500-2500 gram.
b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBSLR), berat lahir < 1500 gram.
c) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <1000 gram.
(SarwonoPrawirohardjo Jakarta 2007)

a. Bayi berat lahir rendah


Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2.500gram atau lebih rendah. Idealnya, definisi dari BBLR
seharusnya berdasarkan dari data populasi masyarakat dan genetik yang
sebisa mungkin homogen. Penyebab berat lahir rendah dengan
prematurita, dan buruknya pertumbuhan janis di dalam kandungan atau
disebut intra uterine restrictio (IUGR). Bayi brat lahir rendah
berhubungan dengtan peningkatan mobiditas dan mortalitas dari bayi
baru lahir (Damanik.2014)

6
7

b. Berat bayi lahir sangat rendah


Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat
lahir 1.000gram hingga kurang dari 2.500 gram. Bayi BBLSR
didomisilikan oleh bayi prematur. Kemampuan BBLSR untuk
bertahan hidup sangat berhubungan dengan berat badan lahinya,
dengan perkiraan 20% bayi bertahan hidup pada BB 1500 gram.
Dibandingkan dengan berat bayi normal, bayi BBLSR memiliki
insiden yang lebih tinggi untuk dirawat kembali dirumah sakit pada 1
tahun khidupannya oleh karena itu sekuel dari prematuritas, infeksi,
komplikasi neurologi dan ganguan psikososial (Carlo, 2016).
2.2 Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien
misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,
toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20
tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap
timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan
social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang
kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula
kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir
perkawinan yang sah.
d. Sebab lain karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu
obat narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan
kromosom
3. Faktor Lingkungan
8

Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan


zat-zat tertentu.(Suryadi dan Yuliani, 2006 )

2.3 Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),
tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.
Ketika hamil tubuh membuat lebih banyak darah untuk berbagi dengan
bayinya. Tubuh mungkin memerlukan darah hingga 30% lebih banyak zat besi
di bandingkan dengan yang10 telah tersedia, maka dapat berpotensi terjadinya
anemia. Anemia selama kehamilan akibat peningkatan volume darah
merupakan anemia ringan.Anemia yang lebih berat meningkatkan resiko tinggi
anemia pada bayi. Selain itu juga secara signifikan terjadi anemia selama dua
trimester pertama, maka berisiko lebih besar untuk memiliki bayi baru lahir
premature atau Bayi Berat Lahir Rendah(Prowerawati 2011).
Pertumbuhan janin pada kehamilan kembar tergantung dari faktor plasenta
apakah menjadi satu atau bagaimana lokalisasi implantasi plasentanya.
Pengaruh infeksi hepatitis dalam kehamilan bersumber dari gangguan fungsi
hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran
nutrisi kejanin dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu pengaruh
infeksi hati dalam kehamilan terdapat keguguran. Persalinan premature dan
melahirkan BBLR. (Manuaba 1998).

2.4 Manifestasi Klinis


Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram
9

2. Panjang kurang dari 45 cm


3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit
(Prawirohardjo. 2005)

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (missal: foto thorax).(Ngastiyah,
2005)
2.6 Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir
rendah antara lain yaitu:
1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
10

8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty.
10. Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :

1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
2.7 Diagnosa

Menurut Pantiawati 2010 menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan


mengukur berat badan bayi dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat
diketahui dengan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk
menegakkan etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
BBLR.
3 Umur ibu
4 Riwayat hari pertama haid terakhir
5 Riwayat persalinan sebelumnya
6 Paritas, jarak kehamilan sebelumnya
7 Kenaikan berat badan selama hamil
8 Aktifitas
9 Penyakit yang diderita selama hamil
10 Obat-Obatan yang diminum selama hamil

Pemeriksaan fisik yang dapat dijumpai pada bayi BBLR antara lain :
1. Berat badan
2. Tanda – tanda prematuritas
a. Berat badan kurang dari 2500 gram
11

b. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm


c. Kuku panjangnnya belum lewat ujung jari
d. Batas dahi dan rambut tidak jelas
e. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
f. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
g. Rambut lanugo masih banyak
h. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna
j. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
k. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif
l. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang
m. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak yang masih kurang.
n. Verniks caseosa tidak ada atau sedikit

3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).

a. Lemak subkutan berkurang17


b. Kulit longgar dan kering
c. Lingkar dada abdomen kurang dari normal
d. Abdomen cekung, kurus, lemah, umbilicus kering,
e. rambut, jarang, mata terbuka.

4. Pemeriksaan skor ballard


2.8 Penatalaksanaan
Menurut Pudiastuti 2011 perawatan BBLR adalah :
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara
1. Membungkus bayi dengan selimut bayi yang tebal
2. Menidurkan bayi pada incubator
3. Menjaga suhu lingkungan
b. Memberikan nutrisi yang adekuat
12

c. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi


d. Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada perubahan
rujuk bayi kerumah sakit21 Menurut Pantiawati 2010
1. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian
b. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).
2. Diaterik
Pemberian nutrisi yang adekuat
a) Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menyusui sedikit demi
sedikit
b) Apabila yang belum bisa menetek pemberian ASI diberikan melalui
sendok atau pipet
c) Apabila bayi belum ada refleks mengisap dan menelan harus dipasang
selang penduga/sonde fooding.
Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
mengisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan
dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau
pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih
untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan diberikan dengan pipet
atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama:
a. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian
b. ASI dan nilai kemampuan bayi mengisap paling kurang sehari sekali.
c. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan baratnya naik 20 g/ hari
selama 3 hari berturut-tirut, timbang bayi 2 kali seminggu
d. Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan dan
keadaan bayi sebagian berikut:
1. Berat lahir 1750-2500 gram
a. Bayi sehat
13

1. Biarkan bayi menyusui pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih
mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusui lebih sering
(setiap 2 jam).
2. pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat mengisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
3. Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh gangguan
napas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung:
a) Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
b) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh 3 jam sekali). Apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kg BB per hari tetapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum. Biarlah bayi menyusui apabila keadaan
bayi sudah stabil dan bayi menunjukan keinginan untuk menyusui dan dapat
menyusui tanpa batuk atau tersedak.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500
gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan
Prematur murni kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan atau
biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB berarti bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya.

3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswi kebidanan dan
mampu belajar lebih giat tentang teori-teori dalam kebidanan yang telah didapat
selama masa pendidikan dan dapat mengamalkan ilmu-ilmu yang didapat dengan
ikhlas, serta dapat bermanfaat bagi mahasiswa tingkat selanjutnya.

14

Anda mungkin juga menyukai