Anda di halaman 1dari 34

RUKUN IMAN

KAJIAN PEKANAN
PERGURUAN ISLAM RAUDLATUL JANNAH
Rukun Iman
• Pokok-pokok keimanan terdapat
dalam rukun iman yang enam,
sebagaimana diterangkan Nabi
SAW dalam hadist Jibril :
ِ ‫قَا َل أ َ ْن تُؤْ ِم َن ِب ه‬
ُ ‫اَّلل َو َم ََلئِ َكتِ ِه َو ُكت ُ ِب ِه َو ُر‬
‫س ِل ِه‬
‫َو ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر َوتُؤْ ِم َن بِ ْالقَ َد ِر َخي ِْر ِه َوش َِر ِه‬
• “Kamu beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari
akhir, dan takdir baik dan
buruk.” (H.R. Muslim 8)
Pengertian Iman menurut Ahlis Sunnah Wal Jamaah

• Iman dalam pandangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah ucapan dengan lisan,
keyakinan hati, serta pengamalan dengan anggota badan, bisa bertambah
dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
• Imam Muhammad bin Isma’il al Asbahani mengatakan : “ Iman menurut
pandangan syariat adalah pembenaran hati, dan amalan anggota badan”.
• Imam Al Baghawi mengatakan : ” Para sahabat, tabi’in, dan ulama ahlis sunnah
sesudah mereka bahwa amal termasuk keimanan… mereka mengatakan bahwa
iman adalah perkataan, amalan, dan aqidah”
• Imam Asy Syafi’i berkata dalam kitab Al Umm : “ Telah terjadi ijma’ (konsesus) di
kalangan para sahabat, para tabi’in, dan pengikut sesudah mereka dari yang
kami dapatkan bahwasanya iman adalah perkataan, amal, dan niat. Tidaklah
cukup salah satu saja tanpa mencakup ketiga unsur yang lainnya”
• Imam Bukhari : “ Aku telah bertemu lebih dari seribu ulama dari berbagai negeri.
Tidak aku dapatkan satupun di antara mereka berselisih bahwasanya iman
adalah ucapan dan perbuatan,bisa bertambah dan berkurang “
• Iman itu mencakup ucapan dengan
lisan, keyakinan dengan hati dan
perbuatan dengan anggota badan.
• Iman itu akan meningkat dengan
melakukan ketaatan, dan menurun
dengan melakukan maksiat

• “ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu


adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman
mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal. (Yaitu orang-orang yang mendirikan
shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki
yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-
orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.”
(QS.Al-Anfal:2-4).
Contoh Aplikasi Iman :
• Iman dalam bentuk ucapan lisan : dzikir, do’a, amar ma’ruf nahi munkar, membaca Al-
Qur’an dan lain-lain.
• Iman dalam bentuk keyakinan hati : meyakini keesaan Allah, rasa cinta (mahabbah),
rasa takut (khosyah), malu (haya’), ridho, tawakal kepada Allah dll
• Iman dalam bentuk amalan anggota badan : Ubudiyah : shalat, puasa, haji dll.
Muamalah : bekerja, bersilaturrahim, menuntut ilmu, berjihad di jalan Allah dsb
.

• Iman seseorang akan bertambah dan


meningkat bilamana ketaatan dan ibadahnya
bertambah dan meningkat
• Iman seseorang akan menurun bilamana
kadar ketaatan dan ibadahnya menurun.
• Perbuatan maksiat sangat berpengaruh
kepada iman seseorang, apabila
kemaksiatannya berupa syirik besar atau
kekufuran, maka bisa mengikis keimanan
sampai ke akar-akarnya.
• Apabila kemaksiatannya tidak sampai
ketingkatan syirik atau kufur, maka akan
mengurangi kesempurnaan iman,
mengeruhkan kejernihannya, atau
melemahkannya.
Energi Iman
• “ Tidaklah seorang pezina ketika
berzina sedangkan dia dalam
keadaan beriman, dan tidak pula
seorang pencuri ketika mencuri
sedangkan dia dalam keadaan
beriman, dan tidak pula
seseorang ketika minum
minuman keras sedangkan dia
dalam keadaan beriman. ” (HR
Bukhari dan Muslim).
Iman Kepada Allah SWT

Mewujudkan iman kepada Allah


Seseorang tidak dianggap beriman kepada Allah sehingga meyakini hal-hal berikut ini:
1. Pertama: Meyakini bahwa hanya Allah SWT pencipta alam semesta ini, menguasai, mengatur,
mengurus segala sesuatunya, memberi rizki, berkuasa, menjadikan, mematikan, menghidupkan dan
mendatangkan manfaat serta madharat.
• Dia berbuat segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya, menghukum sesuai dengan kehendak-
Nya, memuliakan siapa yang dikendaki-Nya dan menghinakan siapa saja yang dikendaki-Nya,
ditangan- Nya semua kekuasaan langit dan bumi, Maha Kuasa atas segala sesuatu, Maha
Mengetahui segala sesuatu, tidak butuh kepada siapapun, bagi-Nya segala urusan, di tangan-Nya
semua kebaikan, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak satupun yang bisa menghalangi-Nya.
• Semua makhluk; baik malaikat, jin, manusia adalah hamba-Nya, semuanya di bawah kekuasaan,
ketetapan dan kehendak-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya tidak terhitung dan tidak terhingga.
• Semua kekhususan tersebut hanya dimiliki oleh Allah SAW, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada
yang berhak memiliki sifat- sifat tersebut selain-Nya, dan tidak boleh menisbatkan dan
menetapkan salah satu sifat-sifat tersebut kepada siapapun selain-Nya.
Iman Kepada Allah SWT

• “ Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah


menciptakanmu dan orang-orang sebelummu agar
kamu bertaqwa, Dialah yang menjadikan bumi
sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap
dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala tumbuh-
tumbuhan sebagai rezki untukmu.” (QS.Al-
Baqarah:21-22).

• “ Katakanlah! wahai Tuhan yang mempunyai


kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan
dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan
Engkua hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di
tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya
Engkau maha kuasa atas segala sesuatu.” (Ali
Imran:26).
Iman Kepada Allah SWT

• “ Dan tidak ada satupun binatang melata di


bumi melainkan Allah lah yang memberi
rezkinya dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu dan tempat menyimpannya.
Semua tertulis dalam kitab yang nyata (lauh
mahfudz).” (QS.Hud:6).

• “Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang


menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan)
matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk
kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala
penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya.
Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS.Al-
A’raf:54)
2. Kedua: Meyakini bahwa hanya Allah SWT satu-satunya yang
memiliki nama-nama yang paling agung dan sifat-sifat yang paling
sempurna, yang sebagiannya telah Allah jelaskan dalam Al-Qur’an
maupun sunah Rasulullah SAW.
• “ Hanya milik Allah asmaul husna (nama-nama yang agung),
maka mohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna
itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran dalam menyebut nama- nama-Nya. Nanti mereka
akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan. ” (QS.Al- A’raf: 180).
• “ Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama,
barangsiapa menghitungnya, maka akan masuk surga dan Allah
itu witir (ganjil) dan menyukai hal-hal yang (berjumlah) ganjil.”
(Muttafaq alaih).
Keyakinan ini dibangun di atas dua unsur pokok :
1. Sesungguhnya Allah memiliki nama-nama yang mulia dan sifat-sifat yang
agung lagi sempurna, tidak ada sedikitpun kekurangan, dan tidak ada
satupun makhluk yang menyerupai dan menyukutui- Nya dalam sifat-sifat
tersebut.
• Dan di antara nama-nama Allah itu; Al-Hayyu (Yang Maha Hidup), maka Allah
memiliki sifat Al- Hayat (hidup) yang wajib ditetapkan kepada-Nya secara
sempurna dan layak. Yaitu hidup yang sempurna, lagi abadi, yang terhimpun
pada-Nya berbagai macam kesempurnaan, seperti berilmu, berkuasa dan
lainnya. Hidup-Nya tidak ada permulaan dan tidak ada kesudahan.

2. Sesungguhnya Allah subhanahu wataala mutlak suci dari segala sifat


kekurangan dan sifat cacat, seperti; tidur, lemah, bodoh, dzalim dan lain-
lain, sebagaimana Dia maha suci dari menyerupai semua makhluk.
• Maka kita wajib menafikan segala sifat yang telah Allah nafikan dari diri-Nya dan
yang dinafikan oleh Rasulullah, serta meyakini bahwa Allah memiliki sifat
kesempurnaan, kebalikan dari apa yang telah dinafikan-Nya. Sebagai contoh:
Ketika kita menafikan dari Allah sifat mengantuk berarti kita menetapkan bagi-
Nya kesempurnaan sifat berdiri sendiri. Menafikan sifat tidur dari-Nya berarti
menetapkan bagi-Nya kesempurnaan sifat hidup. Maka setiap kita menafikan
satu sifat dari Allah, berarti kita menetap-kan Bagi-Nya kesempurnaan lawan
sifat tersebut. Dialah yang maha sempurna, tidak ada kekurangan pada-Nya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan
nama-nama Allah:
1. Beriman dengan semua nama-nama Allah SWT,
baik yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun
sunah tanpa menambah dan mengurangi.
2. Beriman bahwa Allah sendiri yang telah
menamakan diri-Nya dengan nama-nama itu,
tidak ada seorang makhlukpun yang memberi
nama kepada-Nya
3. Beriman bahwa nama-nama Allah yang agung
tersebut mengandung makna yang maha
sempurna, tidak ada kekurangan sedikitpun pada-
Nya, dan wajib kita mengimani kandungan makna
dari nama-nama tersebut sebagaimana kita wajib
mengimani nama-nama itu sendiri.
4. Wajib memuliakan kandungan makna dari nama-
nama tersebut, tanpa menyelewangkan atau
meniadakannya.
5. Beriman dengan hukum-hukum yang dikandung
oleh setiap nama-nama tersebut
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan
sifat-sifat Allah:
1. Menetapkan semua sifat-sifat Allah yang terdapat
dalam Al-Qur’an dan sunah secara hakiki, tanpa ada
penyelewengan dan penafian maknanya. .

2. Meyakini bahwa Allah SWT mempunyai sifat-sifat


yang sempurna dan maha suci dari sifat-sifat kurang
dan tercela.
3. Tidak menyerupakan sifat-sifat Allah SWT dengan
sifat makhluk, karena tidak ada sesuatupun yang
menyerupai Allah SWT baik dalam sifat maupun
perbuatan-Nya
4. Kesadaran penuh bahwa kita tidak akan mungkin
mengetahui tentang kaifiyyat (bagaimana) sifat-sifat
Allah itu
5. Mengimani segala yang menjadi konsekwensi dari
sifat-sifat itu baik berupa hukum, atau kesan-kesan
yang dilahirkan oleh beriman dengan sifat tersebut.
Maka setiap sifat mengandung Ubudiyyah
(penghambaan diri kepada Allah).
Urgensi tauhid
1. Tauhid adalah yang pertama dan terakhir, yang
lahir dan bathin (inti) dari agama Islam dan
merupakan misi dari setiap rasul.
2. Karena tauhid inilah Allah menciptakan
makhluk, mengutus para rasul, dan
menurunkan kitab-kitab. Dan karena tauhid Memurnikan Tauhid
pula manusia tergolong menjadi muslim dan
kafir, bahagia dan celaka. • Yaitu Membersihkannya dan memurnikannya dari unsur-
unsur syirik, bid’ah dan maksiat, dan terbagi menjadi dua:
3. Tauhid adalah kewajiban pertama bagi seorang wajib dan sunah.
hamba, dan merupakan hal pertama yang • Adapun yang wajib ada tiga hal:
memasukkan seseorang ke dalam Islam, dan
perkara terakhir manusia yang hendak 1. Mensucikan tauhid dari perbuatan syirik, yang menafikan
meninggalkan dunia. asas tauhid.
2. Mensucikan tauhid dari macam-macam bid’ah, yang
menafikan kesempurnaan tauhid yang wajib, atau
menafikan asas tauhid manakala bid’ah tersebut
membawa kepada kekufuran.
3. Mensucikan tauhid dari bentuk-bentuk kemaksiatan yang
bisa mengurangi pahala tauhid dan berpengaruh
kepadanya.
• Maka barangsiapa telah mewujudkan tauhid
sesuai dengan yang digariskan di atas dan
terhindar dari syirik besar, maka ia akan
selamat, terhindar dari kekal di neraka, dan
• Adapun yang sunah adalah
perintah yang sifatnya anjuran, • barangsiapa yang terhindar dari semua
bentuk syirik, besar maupun kecil serta dosa-
seperti: dosa besar dan semua jenis kemaksiatan
a. Mewujudkan kesempurnaan tingkatan maka ia akan selamat di dunia dan akhirat.
Ihsan. • Allah berfirman: “ Sesungguhnya Allah tidak
b. Menggapai kesempurnaan tingkatan akan mengampuni dosa syirik dan Dia
yakin. mengampuni segala dosa selain dari (syirik)
c. Mewujudkan kesempurnaan sifat itu, bagi siapa yang dikendakinya. ” (QS.An-
sabar. Nisa’:48).
d. Mewujudkan kesempurnaan qana'ah, • Di ayat lain Allah berfirman: “ Orang-orang
dengan memohon hanya kepada Allah. yang beriman dan tidak mencampur adukkan
e. Menyempurnakan tingkatan tawakal Iman mereka dengan kedzaliman (syirik),
f. Mewujudkan kesempurnaan tingkatan mereka itulah orang-orang yang mendapat
cinta kepada Allah keamanan dan mereka itu adalah orang-
orang yang mendapat petunjuk.” (QS.Al-
An’am:83).
Hal-hal yang bertentangan
dengan Tauhid
Ada tiga perkara yang berlawanan dengan tauhid
1. Syirik besar yang menafikan asas tauhid,
Allah tidak akan mengampuninya kecuali
dengan benar-benar bertaubat. (QS.Al-
Maidah:72).
2. Syirik kecil yang menafikan kesempurnaan
tauhid, yaitu: semua sarana dan jalan yang
bisa mengantarkan kepada syirik besar
3. Syirik yang tersembunyi, yaitu: yang
berhubungan dengan niat dan maksud
seseorang.
Pengertian ibadah
Definisi Ibadah
• Ibadah adalah sebuah ungkapan yang mencakup
segala hal yang dicintai dan diridhai oleh Allah
baik itu berbentuk keyakinan, amalan hati, ‫اسم جامع لكل ما يحبه هللا و‬
perbuatan anggota badan, dan segala yang
mendekatkan diri kepada Allah berupa ‫يرضاه من األقوال و األفعال‬
melaksanakan perintah atau meninggalkan ‫الظاهرة و الباطنة‬
larangan-Nya.
• Masuk dalam kategori ibadah semua apa yang
disyari’atkan Allah dalam kitab-Nya atau sunnah
nabi- Nya.
• Ibadah itu sifatnya bathiniyah dan lahiriyah (
ibadah hati, seperti rukun Iman yang enam, rasa ‫كل ما يتقرب به العبد إلي هللا‬
takut, harap, tawakal dan lain-lain. Ibadah lahir,
seperti shalat, zakat, puasa dan haji. ‫عز و جل ممتثَل بذلك األمرو‬
‫النهي‬
Syarat sahnya ibadah
• Ibadah dianggap sah apabila
terpenuhi dua syarat berikut
1. Mengikhlaskan ibadah hanya
karena Allah SWT, tanpa ‫أنواع‬
menyekutukan-Nya dengan
sesuatupun, inilah makna syahadat
‫العبادات‬
Lailaha illallah. .” (QS.Az-Zumar:2-
3), (QS.Al-Bayyinah:5).
2. Mengikuti sunnah Rasulullah SAW
yaitu: berbuat sesuai dengan apa
yang telah dicontohkan beliau, ‫مالية‬ ‫بدنية‬ ‫قولية‬ ‫قلبية‬
tanpa ada menambah dan
mengurangi. Inilah makna syahadat
Muhammadar Rasulullah (QS.Ali
Imran:31), (QS.Al-Hasyr:7), (QS.An-
Nisa:65).
Ubudiyyah (penghambaan diri kepada
Allah) secara sempurna tidak akan terwujud
kecuali dengan dua hal:
1. Kesempurnaan cinta kepada Allah
(seorang hamba mengedepankan
cintanya kepada Allah dan cintanya
kepada apa-apa yang dicintai Allah dari • Dengan Ubudiyyah yang benar seseorang
cinta kepada yang lainnya) akan sampai kepada kecintaan Allah dan
2. Kesempurnaan tunduk dan ridha-Nya.
merendahkan diri kepada Allah • Dan Allah sangat mencintai hamba-Nya
(seorang hamba tunduk dan patuh yang senantiasa mendekatkan diri
dalam melaksanakan semua perintah kepada-Nya dengan ibadah-ibadah yang
dan menjauhi semua larangan-Nya) wajib, serta memperbanyak ibadah-
(QS.Al- A’raf:55). ibadah sunah. Sebagai balasannya di
akhirat dia akan dimasukkan ke surga
dengan rahmat dan karunia-Nya.
Bukti keesaan
Allah Diantara bukti dan dalil tentang keesaan Allah
1. Alam semesta ( sempurna dan berjalan dengan
sistem ) (QS.Al-Anbiya’:31-33, (QS.Ar- Rum:22).
• Dalil dan bukti keesaan 2. Kedatangan para rasul Allah yang membawa
Allah SWT sangat banyak syari’ah (hukum) dan dikuatkan dengan mu’jizat
sekali (QS.Al-Hadid:25, (QS.Al-Isra’:88).
• Siapa yang menggunakan 3. Fitrah manusia. (Ar-Rum:30-31).
akalnya untuk mengkaji
dan memikirkan bukti-
bukti tersebut maka akan Nabi Saw bersabda : “ Setiap anak dilahirkan dalam
mantap pengetahuannya keadaan fitrah (suci) maka kedua orang tuanya yang
dan bertambah menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau Majusi.
keyakinannya Sebagaimana binatang melahirkan anaknya secara
sempurna, maka apakah kamu lihat pada hidungnya
cacat? (cacat yang ada setelah lahir adalah akibat ulah
pemiliknya) kemudian beliau membaca Fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. (QS.Ar
Ruum: 30).” (HR. Bukhari).

Anda mungkin juga menyukai