Adoc - Pub - Karakterisasi Minyak Ikan Dari Hasil Samping Ikan
Adoc - Pub - Karakterisasi Minyak Ikan Dari Hasil Samping Ikan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Kata kunci: asam lemak, asam lemak bebas, cakalang, hasil samping, kualitas
minyak ikan, tingkat oksidasi.
SUMMARY
Tuna are one of the primary commodity of fishery. Tuna products are
smoked fish and salted fish. Smoked tuna processing typically produces a variety
of adverse outcomes thathas not been utilized. One by-product utilization efforts
of tuna is fish oil that contains a lot of omega-3 fatty acids.
The purpose of this study was to obtain oil extracted from the heads, skin,
liver, intestines, gonads of tuna and determine the quality of oil in these parts.
This research was conducted in two stages. The first stage, are the initial
characterization of each tuna by-products with proximate analysis, heavy metal,
and determination of fatty acid profile of fish oil extraction. The second stage are
the determination the oil quality during storage using analysis of peroxide, free
fatty acid, p-anisidin and total oxidation.
Initial characterization showed that the gonad section has the highest
composition of parts of other by-products, such as fat content of 3,83%,
unsaturated fatty acid profile of 30.10% (DHA), yield 3.53% fish oil and metal
residue levels produced very Indonesian national standards for heavy metal raw
materials that are not harmful to health
The percentage of free fatty acids showed that all parts by-product value
was below standard, namely fish liver oils (3.53-6.35%), intestines (4.94-7.19%),
gonads (6.77-7.90%), skin (5.78-7.33%), head (5.64-6.91%).
The best quality fish oil is the primary (peroxide) obtained in the liver,
intestines and gonads with storage duration of six days. Value of primary liver
(13-19.5 meq/Kg), intestines (14.5-20.5 meq/Kg), gonads (15.5-20 meq/Kg). The
secondary oxidation (p-anisidin) with storage duration of seven days, obtained in
the heart (0.49-2.37 meq/Kg), intestines (0.56-2.51 meq/Kg), gonads (1.97-3.54
meq/Kg), skin (0.79–3.46 meq/Kg), and the head (0.64–3.37 meq/Kg), while the
total value of all the obtained oxidation by-products are still under standard
quality fish oil that is liver (0.51-2.41 meq/Kg), intestines (0.59-2.56 meq/Kg),
gonads (2.00-3.59 meq/Kg), skin (0.83-3.52 meq/Kg), and the head (0.67-3.42
meq/Kg).
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyususnan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
KARAKTERISASI MINYAK IKAN DARI HASIL SAMPING
IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis)
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Hasil Perairan
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Diketahui oleh
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan masalah 1
Tujuan 2
Manfaat 2
Ruang lingkup penelitian 2
2 KARAKTERISASI HASIL SAMPING IKAN CAKALANG
(Katsuwonus pelamis) 4
Pendahuluan 4
Tujuan 4
Bahan dan Metode 4
Hasil dan Pembahasan 9
Simpulan 15
3 KUALITAS MINYAK IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) 16
Pendahuluan 16
Tujuan 16
Bahan dan Metode 16
Hasil dan Pembahasan 19
Simpulan 24
4 PEMBAHASAN UMUM 25
5 SIMPULAN DAN SARAN 27
DAFTAR PUSTAKA 28
RIWAYAT HIDUP 32
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Komposisi proksimat dari masing-masing hasil samping ikan
cakalang 9
2.2 Residu logam berat dari masing-masing hasil samping ikan
cakalang 10
2.3 Total asam lemak pada masing-masing hasil samping ikan cakalang 11
2.4 Profil asam lemak jenuh dari masing-masing hasil samping ikan
cakalang 12
2.5 Profil asam lemak tak jenuh dari masing-masing hasil samping ikan
cakalang 13
2.6 Rendemen minyak ikan dari masing-masing hasil samping ikan
cakalang. 15
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.1 Diagram alir road map penelitian 3
2.1 Diagram alir karakteristik hasil samping ikan cakalang 5
3.1 Diagram alir kualitas minyak ikan dari hasil samping ikan cakalang 17
3.2 Perubahan bilangan peroksida pada setiap bagian hasil samping
selama penyimpanan 20
3.3 Perubahan bilangan asam lemak bebas pada setiap bagian hasil
samping selama penyimpanan 21
3.4 Perubahan bilangan p-anisidin pada setiap bagian hasil samping
selama penyimpanan 22
3.5 Perubahan nilai total oksidasi pada setiap bagian hasil samping
selama penyimpanan 23
1 PENDAHULUAN
Latar belakang
Rumusan masalah
Manfaat
Wardhana. 1995. Dampak Kochhar and Rossell JB. - Bimbo AP. 1998.
pencemaran lingkungan. 1990. Detection, Guidelines for
estimation, and evaluation characterizing food-grade
of antioxidants in food fish oils. International
Aidos I. 2002. Production system. Dalam: Food News on Fats, Oils and
of high-quality oil from Antioxidants. Related Materials.
herring by-products. - Hamilton RS, Rossell JB.
1986. Analysis of oils and
Pokorny J et al. 2001. fats.
Iverson et al. 2002. Fat Antioxidants in food.
content and fatty acid Pratical Application.
composition of forage fish
and invertebrates in prince
william sound, Alaska: Aidos et al. 2002. Seasonal
factors contributing to changes in crudeand lipid
among and with in species composition of herring
variability. fillets, by-products and
respective produced oils.
Junker et al. 2006. Effects
of diets containing olive Sathivel et al. 2002.
oil, sunflower oil, or Memproduksi minyak ikan
rapeseed oil on the dari asian catfish. - Karakteristik masing-
hemostatic system. masing hasil samping
ikan cakalang
Boran G et al. 2006. (proksimat, residu
Leaver et al. 2008. Towards Changes in the quality of logam, profil asam
fish lipid nutrigenomics: fish oil due to storage lemak).
Current state and prospects temperature and time. - Ekstraksi dengan
for fin-fish aquaculture pelarut organik
- Mengukur kualitas
Wu dan Bechtel. 2008. minyak berdasarkan
Sudhakar et al. 2009. Penyimpanan dan ekstraksi metode akselerasi dan
Nutritive value of hard and minyak dari hasil samping analisis oksidasi.
soft shell crabs of Portunus salmon.
sanguinolentus (Herbst).
Keterangan :
penelitian dilakukan, perkembangan penelitian selanjutnya
Gambar 1.1 Diagram alir road map penelitian
2 KARAKTERISTIK HASIL SAMPING IKAN CAKALANG
(Katsuwonus pelamis)
Pendahuluan
Latar belakang
Tujuan
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2013
dan tempat penelitian antara lain yaitu laboratorium Bahan Baku Hasil Perairan,
laboratorium Pengolahan Hasil Perikanan, laboratorium Bioteknologi Hasil
Perairan, laboratorium MIPA Terpadu Barangsiang Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil samping
ikan cakalang berupa kepala, kulit, usus, hati dan gonad. Bahan kimia yang
digunakan untuk analisis yaitu H2SO4, akuades, NaOH, asam borat (H3BO3),
indikator bromchresol green-methyl red, HCl, HNO3, HClO4, metanol, n-heksana,
BF3, dan NaCl.
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kromatografi gas
tipe shimadzu 2010 plus. Alat kimia untuk analisis yaitu rotary evaporator merek
Buchi, desikator vakum merek normax, tabung soxhlet merek pyrex, labu kjeldahl
merek pyrex, AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) Shimadzu 2007, dan
oven Yamato DV41.
Tahapan penelitian
Homogenisasi
Ka ar air x 00
Keterangan:
A : berat sampel sebelum dikeringkan
B : berat sampel setelah dikeringkan
Ka ar lemak x 00
Keterangan:
: berat sampel (gram)
: berat labu lemak tanpa lemak (gram)
: berat labu lemak dengan lemak (gram)
(m Cl m lanko) x Cl x 4 00
itrogen x 00
mg sampel
erat a u
Ka ar a u x 00
erat sampel
konsentrasi sampel
sam lemak x 00
00 konsentrasi
Timbal (Pb)
Timbal (Pb) merupakan logam berat non essensial yang sama sekali tidak
dibutuhkan oleh tubuh manusia. Penyebab adanya logam berat jenis timbal yaitu
terjadinya kontaminasi dari bahan lain pada saat pembongkaran ikan diatas kapal.
Tabel 2.2 menunjukkan bahwa residu logam timbal yang dihasilkan oleh
masing-masing hasil samping ikan cakalang masih dibawah nilai batas standar
sehingga tidak berbahaya. Residu logam timbal yang diperoleh dari masing-
masing hasil samping yaitu kepala (0,68 ppm), usus (0,8 ppm), hati (0,45 ppm),
gonad (0,30 ppm), dan kulit (0,21 ppm).
Merkuri (Hg)
Merkuri (Hg) merupakan logam berat yang sangat berbahaya bagi
makhluk hidup. Merkuri organik dalam bentuk metil merkuri, mempunyai daya
racun yang tinggi dan susah diurai dibandingkan Hg murni. Jika metil merkuri
terakumulasi dalam tubuh dapat mengakibatkan keracunan.
Tabel 2.2 menunjukkan bahwa residu logam merkuri yang dihasilkan oleh
masing-masing hasil samping ikan cakalang masih dibawah nilai batas standar
sehingga tidak berbahaya dan sangat aman. Residu logam merkuri yang diperoleh
dari masing-masing hasil samping yaitu kepala (0,10 ppm), usus (0,56 ppm),
gonad (0,31 ppm), kulit (0,28 ppm), dan hati tidak terdeteksi (tdd).
Arsen (As)
Arsen (As) merupakan logam berat yang tidak larut diperairan dan
mengendap di sedimen. Tabel 2.2 menunjukkan bahwa residu logam arsen yang
dihasilkan oleh masing-masing hasil samping ikan cakalang sangat memenuhi
standar nilai ambang batas. Residu logam arsen yang diperoleh dari masing-
masing hasil samping ikan cakalang rata-rata masih dibawah nilai batas standard
(<0,005 ppm) sehingga tidak berbahaya dan sangat aman untuk dijadikan sebagai
produk pangan.
Nikel (Ni)
Nikel (Ni) merupakan logam berat yang bersifat mudah ditempa dan
dibentuk serta berwarna mengkilat. Logam ini dapat menyebabkan gangguan
syaraf, kerusakan hati, dan kerusakan paru-paru. Tabel 2.2 menunjukkan
menunjukkan bahwa residu logam nikel yang dihasilkan oleh masing-masing hasil
samping ikan cakalang sangat rendah dan memenuhi standar nilai ambang batas.
Residu logam nikel yang diperoleh dari masing-masing hasil samping ikan
cakalang rata-rata masih dibawah nilai batas standar (<0,005 ppm) sehingga tidak
berbahaya dan sangat aman untuk kesehatan manusia.
Tabel 2.5 menunjukkan bahwa nilai total tertinggi asam lemak tak jenuh
majemuk dimulai dari bagian gonad (41,50%), kulit (25,44%), usus (25,10%),
kepala (16,41%), dan hati (6,91%). Asam lemak tak jenuh tunggal tertinggi
dimulai dari bagian kepala (17,76%), kulit (15,21%), usus (6,97%), gonad
(5,94%), dan hati (4,85%).
Kandungan asam lemak tak jenuh didalam tubuh ikan cakalang lebih
didominasikan oleh asam lemak tak jenuh majemuk (PUFA) sehingga hal tersebut
berkaitan dengan kerentanan minyak ikan untuk mengalami ketengikan oksidatif.
Asam lemak tak jenuh yang paling mendominasikan didalam tubuh ikan
cakalang adalah asam lemak dokosaheksanoat (C22:6n3) yang ditemukan pada
bagian kulit (18,89%) dan gonad (30,10%), sedangkan asam lemak oleat
(C18:1n9c) ditemukan pada bagian kepala (11,96%) dan usus (4,92%). Asam
lemak arakhidonat (C20:4n6) ditemukan pada bagian gonad (5,89%) dan usus
(4,97%) dan asam lemak palmitoleat (C16:1) ditemukan pada bagian kepala
(3,80%) dan kulit (3,21%).
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa hasil samping ikan cakalang
memiliki karakteristik kandungan asam lemak omega-3 yang tinggi terutama
dokosaheksanoat (DHA). Hal ini diduga bahwa sumber asam lemak DHA
diperoleh dari makanan karena asam lemak ini tidak dapat diproduksi dalam
tubuh.
Tingginya asam lemak DHA pada bagian gonad karena asam lemak ini
sangat berperan dalam pertumbuhan dan reproduksi ikan. Yildiz (2008)
menyatakan ikan laut sangat membutuhkan PUFA rantai panjang omega-3 dan
omega-6 dari pakan untuk pertumbuhan yang optimum. Sargent et al. (2002) dan
Leaver et al. (2008) menyatakan asam lemak DHA sangat dibutuhkan dalam
pertumbuhan yang normal, perkembangan dan reproduksi ikan. Kusumo (1997)
menyatakan bahwa aktivitas ikan pelagis cukup tinggi sehingga memerlukan
energi yang cukup besar.
Adanya asam lemak PUFA yang tinggi merupakan cadangan energi yang
potensial untuk menunjang aktivitas yang tinggi khususnya pada saat
bereproduksi. Watanabe (2007) menyatakan asam lemak esensial yang terpenting
adalah dokosaheksanoat (DHA) yang berperan untuk kelangsungan hidup ikan
pada saat reproduksi dan pertumbuhannya. Jenis ikan laut yang kaya kandungan
omega-3 (DHA) antara lain salmon, tuna, sardin, cakalang, mackerel dan kerang-
kerangan (Klaypradit et al. 2009).
Peranan omega-3 untuk kesehatan manusia adalah memperkuat daya tahan
otot jantung, meningkatkan kecerdasan otak jika diberikan sejak dini, melenturkan
pembuluh darah, hingga menurunkan kadar trigliserida dan mencegah
penggumpalan darah. Pike dan Jackson (2010) menyatakan bahwa DHA
merupakan nutrien vital yang diperlukan untuk memelihara fungsi kesehatan
tubuh yaitu sistem kardiovaskular, pertumbuhan manusia, dan perkembangan
intelektual.
Astawan (2003) menyatakan omega-3 mampu mencegah dan mengurangi
penumpukan kolesterol dan meletakkan bintik-bintik darah pada dinding
pembuluh yang merupakan sebab utama timbulnya serangan jantung dan stroke
yang mematikan. Omega-3 dapat mengatasi beban penderita penyakit asma,
rematik, penyakit kulit, komplikasi diabetes dan kanker payudara. Bahkan
pertumbuhan sel otak manusia sangat tergantung pada kadar omega-3 secara
cukup sejak bayi dalam kandungan sampai balita. Bila pada masa tersebut cukup
tersedia omega-3 maka anak tersebut akan tumbuh dengan potensi kecerdasan
maksimal.
Rendemen minyak ikan cakalang
Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat bagian bahan
dengan berat total bahan (Kusumawati et al. 2008). Penentuan rendemen minyak
ikan pada masing-masing hasil samping ikan cakalang menggunakan metode
Bligh dan Dyer 1959. Hasil rendemen minyak ikan dari masing-masing hasil
samping ikan cakalang disajikan pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Rendemen minyak ikan dari masing-masing hasil samping ikan
Cakalang.
Simpulan
Pendahuluan
Latar belakang
Tujuan
Penelitian ini dimulai bulan Mei sampai dengan Juli 2013 dan tempat
penelitian di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan dan Laboratorium Bahan
Baku Hasil Perairan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan alat
Bahan utama penelitian ini adalah minyak ikan hasil ekstraksi dari masing-
masing hasil samping ikan cakalang. Bahan kimia untuk analisis yaitu larutan
thiosulfat, asam asetat, kloroform, larutan kalium-iodin (KI), akuades, larutan
sodium thiosufat, indikator pati, alkohol, indikator PP, KOH, larutan
trimethylpentane, akuades, dan p-anisidin.
Alat utama untuk ekstraksi minyak adalah rotary evaporator merek Buchi
dan alat analisis kimia lainya yaitu spektrofotometer spektronik 20 untuk
pengujian kualitas minyak ikan dan oven merek memmert UNB-400.
Tahapan penelitian
Penelitian ini diawali dengan mengekstraksi bahan baku dari hasil samping
ikan cakalang yaitu kepala, kulit, usus, hati, dan gonad menjadi minyak. Minyak
hasil ekstraksi disimpan selama 7 hari pada suhu 40˚C dan setiap harinya diukur
kualitas minyak ikan berdasarkan analisis bilangan peroksida, bilangan asam
lemak bebas, bilangan p-anisidien, dan nilai total oksidasi. Diagram alir penentuan
kualitas minyak selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Ekstraksi lemak
(Bligh and Dyer 1959)
Minyak ikan
(Kepala, Kulit, Usus, Hati, dan Gonad)
Penyimpanan
(0,1,2,3,4,5,6,7 hari - suhu 40˚C)
Gambar 3.1 Diagram alir kualitas minyak ikan dari hasil samping ikan cakalang
Bilangan peroksida (PV) (AOAC 1990)
Sebanyak 5 gram sampel dilarutkan ke dalam 30 mL larutan asam asetat
glasial dan kloroform (3:2), kemudian ditambahkan kalium-iodin (KI) jenuh,
akuades sebanyak 30 mL dan 0,5 mL larutan indikator pati 1% sampai merubah
warna larutan menjadi biru. Selanjutnya dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N
hingga berubah menjadi warna kuning. Persentase bilangan peroksida (PV) dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
S x M x 000
ilangan peroksi a meq Kg)
erat sampel g)
Keterangan:
S : Jumlah sodium thiosulfat (mL)
M : Konsentrasi sodium thiosulfate (0.1)
x )
ilangan p anisi in meq Kg)
m
Keterangan:
: absorbansi larutan uji 1
: absorbansi larutan uji 2
M : massa sampel yang digunakan pada larutan uji 1
Bilangan p-anisidin
Nilai anisidin merupakan oksidasi sekunder dimana telah mengalami
degradasi lemak yang diinisiasi oleh hidroperoksida sehingga menghasilkan
produk sampingan karbonil yang bersifat yang non-volatile (Aidos et al. 2002).
Perubahan bilangan p-anisidin selama penyimpanan dilihat pada Gambar 3.4.
Simpulan
Simpulan
Kualitas minyak yang diperoleh masing-masing hasil samping ikan
cakalang selama penyimpanan tujuh hari pa a suhu 40˚C masih erkualitas aik
yang ditandai dengan nilai asam lemak bebas dan nilai total oksidasi masih
dibawah batas standar mutu minyak ikan.
Saran
Perlu dilakukan penambahan waktu penyimpanan untuk mengetahui
kestabilan minyak ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ackman RG. 1982. Fatty acid composition in fish oil in SM Barlow and ME
Stansby. Nutritional evaluation of long chain fatty acids in fish oil. London
(GB): Academy Pr.
Ahmadi. 2012. Pemurnian minyak ikan hasil samping penepungan ikan lemuru
(Sardinella longsceps) menggunakan zeolit alami keaktivasi perikanan.
Malang (ID): UNITRI Pr.
Aidos I. 2002. Production of high-quality oil from herring by-products.
Netherlands (NL): Wageningen University.
Aidos I, van der Padt A, Boom RM, Luten JB. 2002. Seasonal changes in
crudeand lipid composition of herring fillets, by-products and respective
produced oils. J Agricul Food Chem. 50: 4589-4599.
[AOAC] Association of Official Analitycal Chemist. 1990. Official method of
analysis of the association of official analitycal of chemist. Arlington,
Virginia (USA): Association of Official Analitycal Chemist, Inc.
[AOAC] Association of Official Analitycal Chemist. 1995. Official method of
analysis of the association of official analitycal of chemist. Arlington,
Virginia (USA): Association of Official Analitycal Chemist, Inc.
[AOAC] Association of Official Analitycal Chemist. 1999. Official method of
analysis of the association of official analytical of chemist. Arlington,
Virginia (USA): Association of Official Analytical Chemist, Inc.
[AOAC] Association of Official Analitycal Chemist. 2005. Official method of
analysis of the association of official analytical of chemist. Arlington,
Virginia (USA): Association of Official Analytical Chemist, Inc.
Astawan M. 2003. Teknik ekstraksi dan pemanfaatan minyak ikan untuk
kesehatan. Bul Teknol Indust Pangan. 9(1): 44-45.
Belitz HD, Grosch W, Schieberle P. 2009. Food chemistry, 4th revised and
extended edition. Berlin (DE): Springer-Verlag, Heidelberg.
Berger KG. 1997. Industrial frying. International news on fats, oils and related
materials. 8: 812-814.
Bimbo AP. 1998. Guidelines for characterizing food-grade fish oils. International
news on fats, oils and related materials. 9(5): 473-483.
Bhatnagar D dan Durrington PN. 2003. An omega-3 polyunsaturated fatty acid
concentrate administered for one year decreased triglycerides in
simvastatin treated patients with coronary heart disease and persisting
hypertriglyceridaemia. 85(5): 544-8.
Bligh EG dan Dyer WJ. 1959. A rapid method of total lipid extraction and
purification. Canadian J Biochem Physiol. 37: 911-17.
Bligh EG, Shaw SJ, Woyewoda AD. 1988. Effect of drying and smoking
on Lipids of fish. Di dalam: Burt JR, editor. Fish Smoking and Drying.
New York (USA): Elsevier Sci Publishers Ltd. hlm 41-52.
Boran G, Karac H, Boran M. 2006. Changes in the quality of fish oil due to
storage temperature and time. Food Chem. 98: 693-698.
Estiasih T. 2009. Minyak ikan. Teknologi dan Penerapannya untuk Pangan dan
Kesehatan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. hlm 274.
Fardiaz D. 1989. Kromatografi gas dalam analisis pangan. Bogor (ID): Pusat
Antar Universitas Pr.
Gokce MA, Tasbozan O, Celik M, Tabakoglu SS. 2004. Seasonal variations in
proximate and fatty acid compositions of female common sole (Solea).
Food Chem. 88: 419-423.
Hamilton RS, Rossell JB. 1986. Analysis of oils and fats. Elsevier Applied Sci.
London (GB): Pp 23-32.
Hamilton RJ. Kalu C. McNeill GP. Padley FB. Pierce JH. 1988. Effects
of tocopherols, ascorbyl palmitate and lecithin on autoxidation of fish oil.
J Am Oil Chem Soc. 75(7): 813-821.
Hjaltson B, Epax AS, Iceland, Haraldsson GG. 2006. Fish oil and lipids from
marine sources. Di dalam: Modifying Lipids for Use in Food. Frank D.
Gunstone, editor. Cambridge (GB): Woodhead Publishing Ltd.
Imre S, Saghk S. 1997. Fatty acid composition and cholesterol content of mussel
and shrimp consumed in Turkey. J Mar Sci. 3(3): 179-189.
[ITIS] Integrated Taxonomic Information System. 2009a. Katsuwonus pelamis
[Internet]. [diunduh 2012 Jun 27]. Tersedia pada: http://itis_katsuwonus_
pelamis.
Iverson SJ, Frost KJ, Lang SLC. 2002. Fat content and fatty acid composition
of forage fish and invertebrates in prince william sound,
Alaska: factors contributing to among and with in species variability.
Mar Ecol Prog Ser. 241: 161-181.
Junker R, Kratz M, Neufeld M. 2006. Effects of diets containing olive oil,
sunflower oil, or rapeseed oil on the hemostatic system. J Acad Nutr Die.
112(5): 280–286.
Ketaren S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta (ID): UI Pr.
Ketaren S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta (ID): UI Pr.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Data indikator kinerja umum
tahun 2010. Jakarta (ID): BPS KKP. hlm 16.
Klaypradit W, Kerdproboon S, Singh RK. 2009. Application of artificial neural
networks to predict the oxidation of menhaden fish oil obtained from fourier
transform infrared spectroscopy method. Food Biopro Technol. 10: 1-6.
Kochhar SP and Rossell JB. 1990. Detection, estimation, and evaluation of
antioxidants in food system. Di dalam: Food Antioxidants. Hudson BJF.
Elsevier Applied Sci. London (GB) and New York (USA).
Kurniasari F. 2004. Proses pengalengan dean lemuru (Sardinella longiceps)
di PT. Blambangan Raya Muncar, Banyuwangi. Jawa Timur.
Bogor (ID): IPB Pr
Kusumawati R, Tazwir, Wawasto A. 2008. Pengaruh perandaman dalam asam
klorida terhadap kualitas gelatin tulang kakap merah (Lutjanus sp).
J Pasca Biotek Perikanan. 3(1): 1-6.
Kusumo WA. 1997. Keragaan asam lemak beberapa ikan pelagis dan demersal
yang didaratkan di Pelabuhan Ratu dan Muara Angke. Bogor (ID): IPB Pr.
Leaver MJ, Bautista JN, Bjornsson BT, Jonsson E, Krey G, Tocher DR, and
Torstensen BE. 2008. Towards fish lipid nutrigenomics: Current state and
prospects for fin-fish aquaculture. Rev Fish Sci. 16: 73-94.
Leblanc JC, Volatier JL, Aouachria NB, Oseredczuk M, Sirot V. 2008. Lipid and
fatty acid composition of fish and seafood consumed in France.
J Food Compos Anal. 21: 8-16.
Mohanarangan AB. 2012. Extraction of omega-3 fatty acids from atlantic herring
(Clupea harengus) [thesis]. Canada (CA): Dalhousie University Halifax.
Oceanlink. 2006. Deep sea biology [Internet]. [diunduh 2012 Jun 27]. Tersedia
: http://www.oceanlink.island.net/ask/depsea.
O’Keefe SF koh CC, Min DB. 2002. Food lipids: chemistry, nutrition, and
biotechnology. New York (USA): Marcel Dekker, Inc.
Palar H. 2004. Pencemaran dan toksikologi logam berat. Jakarta (ID): Rineka
cipta. hlm 78-86
Panagan AT, Hanity, Jujur VG. 2011. Analisis kuantisasi dan kuantitatif asam
lemak tak jenuh omega-3 dari minyak ikan patin (Pangasius) dengan metode
kruna.
Paul S, Mittal GS. 1997. Regulating the use of degraded oil/fat in deep-fat/oil
food frying. Critical Rev Food Sci Nutr. 37(7): 635-662.
Perrin JL. 1996. Determination of alteration. In: Karleskind A, Wolff J. Oils and
Fats, Manual. Paris (FX): Lavoisier Publishing.
Pike IH, Jackson A. 2010. Fish oil: production and use now and in the future.
Lipid technology. Di dalam: Houlihan D, Boujard T, Jobling M, editor.
Food Intake in Fish. Oxford (GB): Blackwell Scientific. 22(3): 354-375.
Pokorny J, Yanishlieva N, and Gordon M. 2001. Antioxidants in food. Pratical
Application. Cambridge (GB): Woodhead Publishing Ltd. Pp 380.
Pomeranz Y, Meloan CE. 2002. Food analysis, theory and practice.
Maryland (USA): Aspen Publisher, Inc.
Pranoto T. 2006. Asam lemak tak jenuh-penurunan resiko penyakit jantung
coroner. Jakarta (ID): UI Pr.
Sargent JR, Tocher DR, Bell JG. 2002. The lipids, In: Halver JE, Hardy RW. Fish
nutrition. San Diego (USA): Academy Pr. 181–257.
Sathivel S, Prinyawiwatkul W, King JM, Grimm CC, Lloyd S. 2002. Oil
production from catfish viscera. J Am Oil Chem Soc. 80(4): 277-382.
Shahidi F. 2007. Maximixing the value of marine by-products. Boca Raton
(USA): CRC Pr.
[SNI] Standarisasi Nasional Indonesia. 2009. Peraturan Badan Standarisasi
Nasional Nomor 3748 tahun 2009 tentang penentuan logam berat untuk
bahan baku.
Steel RD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan
Biometrik. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Sudarmadji S. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta (ID):
Liberty Yogyakarta. hal: 93-97, 101-103, 108, 114.
Sudhakar M, Manivannan K, Soundrapandian P. 2009. Nutritive value of
hard and soft shell crabs of Portunus sanguinolentus (Herbst).
J Animal Veter Advanc. 1(2): 44-48.
Wardhana WA. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta (ID): Andi
Offset.
Watanabe T. 2007. Importance of docosahexaenoic acid in marine larval fish.
J World Aquacul Soc. 24(2): 152-161.
Watson CA. 1994. Official and standardized methods of analysis (Third Ed).
Cambridge (GB): Royal Society of Chemistry.
Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama.
Winarno FG. 2008. Kimia Pangan Dan Gizi. Bogor (ID): M-Brio Pr. hlm 286.
Wu TH dan Bechtel PJ. 2008. Salmon by-product storage and oil extraction.
Food Chem. 111(4): 868-871.
Yildiz M. 2008. Fatty acid composition of some commercial marine fish feeds
available in Turkey. Turk J Vet Anim Sci. 32(3): 151-158.
Yin H dan Sathievel S. 2010. Physical properties and oxidation rates of unrefined
menhaden oil (Brevoortia patronus). J Food Sci. 75(3): 163-169.
Zuta CP. 2003. Synthesis of novel triglycerides from mackerel by-products and
vegetable oils. Canada (CA): Montreal UR. hlm 20-200.
Zuta CP, Simpson BK, Chan HM, Philips L. 2003. Concentrating PUFA from
mackerel processing waste. J Am Oil Chem Soc. 80: 933-936.
RIWAYAT HIDUP