Anda di halaman 1dari 10

BUDAYA SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER DI SMK N 1 BOYOLALI

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Akuntansi

Diajukan Oleh:

Liana Herayanti

A210180035

PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020

A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pada Bab 2
pasal 2 yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta
bertanggungjawab.

Pengembangan budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat antar anggota
masyarakat sekolah saling berinteraksi. Interaksi terjadi meliputi antar peserta didik
berinteraksi dengan sesamanya, kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan
siswa, konselor dengan siswa dan sesamanya. Interaksi tersebut terkait oleh berbagai aturan,
norma, moral, keramahan toleransi, rasa kebangsaan, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial,
kepedulian lingkungan, tanggung jawab dan rasa memiliki nilai-nilai yang dikembangkan
dalam budaya sekolah.

Budaya sekolah pada dasarnya adalah pandangan hidup yang diakui bersama warga
sekolah yang mencakup cara berpikir, perilaku, sikap, nilai-nilai yang tercermin baik dalam
wujud fisik maupun abstrak, budaya juga dlihat sebagai perilaku nilai-nilai, sikap dan cara
hidup yang dilakukan oleh warga sekolah untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan
dan cara memandang persoalan dan cara memecahkannya (Masaong 2002: 186)

Budaya dapat menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang adalah budaya
dilingkungan terdekat terutama lingkungan sekolah. Apabila peserta didik menjadi asing
terhadap lingkungan budaya tersebut maka peserta didik tidak mengenal dengan baik budaya
bangsanya dan dirinya sebagai anggota budaya.

Pendidikan karakter adalah proses yang tak pernah berhenti. Ibarat pemeritah boleh
berganti, raja boleh turun tahta, namun pendidikan karakter harus berjalan terus.

Pendidikan karakter diperlukan agar setiap individu menjadi orang yang lebih baik,
menjadi warga masyarakat yang lebih baik, dan menjadi warga negara yang lebih baik.

Tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan


pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses
sekolah maupun setelah lulus dari sekolah.

Pada kegiatan observasi yang dilakukan di SMK N 1 Boyolali, menemukan bahwa


peran guru sangat strategis melalui kegiatan akademis dan non akademis, dalam penamaan
nilai-nilai budaya melalui kegiatan kurikuler maka upaya meningkatkan kualitas guru
merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara terus menerus. Karena faktor kompetensi
dalam pengembangan nilai-nilai budaya dalam pembentukan karakter peserta didik
merupakan tugas utama guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan baik dalam
berinteraksi antara guru dengan peserta didik, antara kepala sekolah dengan peserta didik
serta lingkungan sekolah.
Namun yang ada dilapangan bahwa guru hanya berperan sebagai pengajar dalam
kelas, hal ini guru hanya semata-mata memberi ilmu pengetahuan kepada siswa tetapi kurang
memperhatikan nilai-nilai budaya seperti disiplin dalam melaksanakan tugas, tepat waktu
mengajar, menghargai pendapat peserta didik, bersifat toleransi terhadap peserta didik,
bersifat toleransi dalam membentuk karakter siswa.

Dalam penguatan nilai-nilai budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa dapat
diukur pada kinerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pembimbing dan mengarahkan
siswa kearah yang lebih baik melalui kegiatan yang dilaksanakan di sekolah, guru selalu
membimbing siswa dalam melaksanakan tugas tepat waktu. Nilai karakter adalah disiplin dan
ketepatan waktu disetiap melaksanakan tugas.

Nilai-nilai budaya yang diterapkan disekolah adalah budaya disiplin, budaya kerja
bakti, budaya 5S (salam, sapa, senyum, sopan, santun).

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengangkat judul Budaya Sekolah Dalam
Pendidikan Karakter di SMK N 1 BOYOLALI.

B. RUMUSAN MASALAH

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai pendidikan karakter siswa yang terkandung dalam bentuk budaya sekolah.
2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan karakter siswa di SMK N 1
BOYOLALI.
C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran nilai-nilai budaya dalam membentuk karakter siswa di


SMK N 1 BOYOLALI.
2. Untuk mengetahui gambaran kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan
budaya pendidikan karakter siswa di SMK N 1 BOYOLALI.
D. BATASAN MASALAH

Untuk memperjelas permasalahan yang diteliti, agar lebih fokus dan mengkaji
permasalahan. Penelitian ini menitik beratkan pada budaya sekolah karena budaya dibagi
menjadi 3 yaitu keluarga, masyarakat, dan sekolah. Maka dispesifikasikan tentang budaya
sekolah dan karakter tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya karena karakter
terbentuk dalam budaya tertentu.

E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Pihak Sekolah

Sebagai informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengoptimalkan


pembiasaan budaya sehingga dapat bermanfaat untuk semua pihak.

2. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan dan pengembangan karakter siswa di sekolah.

3. Bagi Peserta Didik

Sebagai acuan bagaimana membentuk karakter yang baik.

4. Bagi Peneliti

Sebagai pengetahuan mengenai karakter siswa yang dapat bermanfaat untuk menghadapi
dunia pendidikan di SMK.

F. PENELITIAN YANG RELEVAN

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

Penelitian relevan yang pertama dilakukan oleh Wattie, dkk. (2012). Penelitian ini bertujuan
untuk menelusuri implementasi regulerasi pendidikan karakter tingkat sekolah dasar,
khususnya pendidikan karakter berbasis seni budaya, dan mencari penjelasan tentang
pandangan guru, orangtua peserta didik, peserta didik, penyelenggara pendidikan, tentang
pentingnya pendidikan karakter berbasis seni budaya di tingkat sekolah dasar dan
implementasi pendidikan seni budaya. Penelitian dilakukan menggunakan metode
wawancara, pengamatan terlibat, dan FGD (Focus Group Discussion) terhadap pendidik,
peserta didik, dan orangtua peserta didik diempat sekolah dasar yang dipilih berdasarkan
kriteria tertentu. Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi pendidikan karakter di
empat sekolah dasar terpilih menggunakan metode pembiasaan. Setiap sekolah memiliki
landasan pendidikan karakter yang ditonjolkan, mata pelajaran seni budaya belum
diimplementasikan dalam pendidikan karakter, pendidikan karakter tidak eksklusif di
pelajaran seni budaya tapi di seluruh mata pelajaran, mata pelajaran seni budaya pada
umumnya masuk dalam ekstrakulikuler sekolah, belum tampak jejak operasionalisasi yang
sesuai dengan edaran Mendiknas No 383/MPN/LL/2011 tentang Tim Penggerak Pendidikan
Karakter di Kota Malang.

Penelitian relevan yang kedua dilakukan oleh Simatupang, dkk. (2012). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pendidikan karakter termuat dalam pendidikan seni
budaya di Kota Surakarta. Penelitian dilakukan di empat sekolah dasar dalam wilayah Kota
Surakarta. Hasil studi tersebut menunjukan bahwa meskipun pendidikan seni budaya
memiliki peluang besar menjadi wahana pendidikan karakter, namun terindikasi muatan nilai
dan watak yang ditanampan serta dikembangkan dalam proses pendidikan seni budaya masih
bersifat umum misalnya kedisiplinan, kerja sama, kepemimpinan, yang belum sepenuhnya
terkait dengan materi seni budaya yang diajarkan. Terindikasi juga adanya kecenderungan
penekanan lebih besar pada dimensi pencapaian keterampilan (skill) daripada penanaman dan
pengembangan watak dan nilai. Keadaan tersebut terkait dengan kurang jelasnya kurikulum
pendidikan seni budaya, daya kreatif guru seni budaya, dukungan dari pihak sekolah dan
orangtua atau wakil peserta didik, serta kerja sama dengan instansi lain. Rekomendasi dari
penelitian ini berupa perlunya perubahan cara pemahaman (mindset) pendidikan seni budaya
dari orientasi keterampilan menuju orientasi pendidikan karakter yang gagasan dan
kurikulumnya perlu disosialisasikan dan melibatkan segenap pemangku kepentingan
pendidikan, serta memperoleh dukungan dan kerja sama dari instansi pemerintah, maupun
pihak swasta terkait.

Penelitian relevan yang ketiga dilakukan oleh Akbar, dkk. (2014). Penelitian ini bertujuan
untuk menghasilkan sebuah konstruksi model pendidikan karakter yang baik berdasar riset di
the best practice pendidikan karakter yang dipraktikan sekolah-sekolah tingkat dasar terbaik
di Jawa Timur. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa visi satuan pendidikan yang
telah disepakati, disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah agar dapat dipahami.
Selanjutnya warga sekolah dapat membangun komitmen bersama untuk mencapai visi
tersebut disusunlah program kegiatan pembelajaran karakter melalui pembelajaran di kelas,
kultur satuan pendidikan, kegiatan ekswtrakulikuler, dan pelibatan serta orangtua dan
masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan pendidikan karakter yang baik dapat
menumbuhkan karakter baik di satuan pendidikan dasar.

Penelitian yang relevan yang ke empat dilakukan oleh Buchory dan Budi (2014) Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan program pendidikan karakter di SMP,
pengorganisasian program pendidikan karakter, pelaksanaan program pendidikan karakter,
dan pengawasan program pendidikan karakter. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, guru PPKn, guru agama, guru olahraga, guru Bimbingan dan
Konseling, orangtua, dan peserta didik SMP. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan teknik
analisis deskriptif kuaitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) perencanaan pendidikan
karakter di SMP dilaksanakan oleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan semua guru; 2)
pengorganisasian pendidikan karakter dilakukan secara bersama-sama antara kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, dan semua guru; 3) pelaksanaan pendidikan karakter didukung penuh
oleh semua komponen sekolah, baik kepala sekolah dan wakilnya, semua guru, orangtua,
pengawas sekolah, maupun peserta didik, dan 4) pengawasan pendidikan karakter diserahkan
tanggungjawabnya kepada wakil kepala sekolah urusan kurikulum, Pembina OSIS, STP2K,
dan guru Bimbingan Konseling dengan saling kerja sama.

G. KERANGKA BERPIKIR

Pembangunan karakter siswa merupakan komitmen kolektif dalam menghadapi tuntutan


global. Pembanguna karakter siswa diharapkan dapat menghasilkan generasi muda yang
berkarakter dan berbudi pekerti luhur. Budaya sekolah dalam pendidikan karakter membahas
berbagai permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan mengenai pembiasaan nilai-nilai
utama dalam keseharian sekolah, keteladanan orang dewasa di lingkungan pendidikan, serta
mempertimbangkan norma, peraturan, dan tradisi sekolah. Diterapkan melalui metode
pembiasaan, diharapkan guru dapat memberikan perubahan positif pada pembentukan
karakter peserta didik. Dengan demikian guru dapat menanamkan pendidikan karakter
melalui budaya sekolah kepada peserta didik dan peserta didik menjadi terbiasa melakukan
kegiatan-kegiatan positif yang akan menjadi dasar bagi pembentukan karakter yang baik.

Budaya Sekolah:

1. Budaya 5S
2. Budaya Disiplin
3. Budaya Kerja Bakti

Lingkungan Sekolah:

1. Lingkungan Fisik
2. Lingkungan Sosial
3. Lingkungan Akademis

Karakter Siswa:

1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
4. Tanggung Jawab
H. HIPOTESIS

Melalui nilai budaya disiplin, kerja bakti, dan 5S (salam, sapa, senyum, sopan, santun) yang
diterapkan sekolah di SMK N 1 BOYOLALI dapat ditingkatkan.

I. METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK N 1 BOYOLALI Tahun Ajaran 2020/2021.

2. Subyek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh guru dan siswa yang ada di SMK N 1 BOYOLALI.
Sample pada penelitian ini yaitu guru dan siswa kelas X dan XI sebagai kelompok
eksperimen dan kelompok perbandingan. Jumlah kelompok guru kelas X sebanyak 12 dan
siswa kelas X 30. Kelompok guru kelas XI sebanyak 10 sedangkan siswa sebanyak 32.

3. Metode Dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar dengan sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersamaan.

1) Metode eksperimen

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh penerapan budaya di sekolah


terhadap kemampuan disiplin siswa SMK N 1 BOYOLALI kelas X dan XI. Penelitian ini
menggunakan quasy eksperiment, dimana terdapat perlakuan terhadap sample dan adanya
kelompok pembanding. Dalam penelitian pendidikan tidak dapat dilakukan metode penelitian
true eksperiment karena variable bebas tidak dapat dimanipulasi secara penuh.

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengambilan sample
tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau peneliti. Proses pengambilan
sampling secara purposive sampling akan sangat baik hasilnya jika peneliti megenal populasi
dan dapat segera mengetahui lokasi permasalahan yang khusus.

Langkah pertama menetapkan desain penelitian yang sesuai dengan maksud tujuan yang akan
dicapai peneliti, dan menerapkan pola metode analisis. Variable bebas dan variable terikat
ditetapkan sebagai instrumen analisis yang dilengkapi dengan indikator yang sesuai dalam
menilai.

2) Desain penelitian

Pengumpulan data dalam peneitian ini adalah non tes. Non tes yang digunakan adalah angket
dan kuesioner, dan studi dokumentasi.

a. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data melalui formulir yang berisi pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk
mendapatkan jawaban atau tanggapan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis,
2008: 66). Bentuk kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner terbuka
dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka berisi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
kepada respoden dengan memberikan keluasaan kepada responden untuk memberikan
pendapat sesuai dengan kegiatan mereka (Siregar, 2013: 21), sedangkan kuesioner tertutup
berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah memiliki alternative jawaban (option) yang tinggal
dipilih oleh responden (Sukmadinata, 2011: 219), Kuesioner ini digunakan untuk
mengetahui sejauh mana penerapan pendidikan krakter berbasis budaya sekolah di SMK N 1
BOYOLALI.

b. Studi dokumenter

Studi dokumenter (documentary study) merupakan salah satu teknik pengumpulan pada
penelitian. Studi dokumenter adalah teknik pengumpulan data yang menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik
(Sukmadinata, 2011: 221). Mahdi dan Mujahidin (2014: 119) menjelaskan bahwa studi
dokumenter adalah teknik pengumpulan data yang haruskan peneliti melakukan analisis
terhadap dokumen-dokumen yang diperlukan selama penelitian.

Studi dokumenter yang diperoleh selama penelitian ini berlangsung berupa nama SMK N 1
BOYOLALI, data jumlah guru dan alamat sekolah yang didapatkan melalui Dapodik (Data
Pokok Pendidikan). Dapodik merupakan server resmi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
yang berisi data-data pokok pada setiap satuan pedidikan. Peneliti juga mendapatkan
dokumen berupa foto kegiatan yang dilakukan di salah satu sekolah untuk menerapkan nilai-
nilai karakter melalui budaya sekolah. Tujuan peneliti menggunakan teknik ini ialah agar
peneliti mempunyai data fisik yang dijadikan sebagai bukti pelaksanaan penelitian.

3) Subjek Penelitian
Subjek dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kelompok yang menjadi kelompok
eksperimen yaitu kelas X dengan jumlah guru 12 dan siswa 30 dan yang menjadi kelompok
pembanding yaitu kelas XI dengan jumlah guru 10 dan siswa 32.

4) Instrumen Penelitian
a. Non tes

Dilakukan dengan angket atau kuesioner dan studi dokumentasi. Kuesioner digunakan untuk
mengetahui sejauh mana penerapan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah, sedangkan
studi dokumenter digunakan untuk menghimpun dan menganalisis dokumen, baik dokumen
tertulis, gambar, maupun elekronik.

J. PROSEDUR PENELITIAN
1. Tahap Persiapan

Memberikan formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan secara tertulis pada seseorang atau
sekumpulan orang kepada kelas eksperimen dan kelas pembanding.

2. Tahap Pelaksanaan

Perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen, yaitu dalam bentuk penerapan metode
eksperimen. Siswa diberikan formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan, dengan
memberikan pengarahan terlebih dahulu dan hasil laporan dikumpulkan sebagai syarat untuk
mengukur kemampuan disiplin. Waktu yang diberikan untuk mengisi formulir selama 1 jam.

Siswa dipandu untuk mengisi formulir tersebut dengan pengawasan guru. Siswa juga
diarahkan untuk melaksanakan penelitian berdasarkan metode eksperimen dengan
menganalisis lingkungan sekolah sehingga siswa dapat menjalankan proses secara terarah
untuk mencapai tujuan penelitian.

Siswa pembanding diberikan perlakuan berupa menganalisis kelas terhadap kemampuan


disiplin. Siswa melakukan penelitian dengan pengawasan guru.

Setelah siswa melakukan penelitian, baik dilingkungan sekolah maupun kelas, siswa diminta
untuk mengisi formulir yang kemudian dikumpulkan.

3. Tahap Akhir

Setelah diberikan perlakuan, data yang sudah dikumpulkan kemudian di analisis.

K. TEKNIK PENGOLAHAN DATA

Langkah-langkah dalam mengelola data diantaranya:

1. Data penelitian yang diolah untuk mengetahui sejauh mana penerapan program
budaya sekolah dalam pendidikan karakter di satuan pendidikan SMK 1 BOYOLALI
adalah jawaban guru dan siswa berupa uraian.
2. Setelah seluruh data instrumen penelitian diperoleh, peneliti mengelompokan
instrumen berdasarkan jawaban guru dan siswa.
3. Data yang sudah diperoleh oleh peneliti kemudian ditabulasi. Tabulasi adalah
kegiatan untuk mengelompokan jawaban dari guru dan siswa berupa uraian per
itemnya.
4. Setelah data dikelompokan, peneliti merekap data berupa jawaban, selanjutnya data
tersebut dihitung.
5. Langkah selanjutnya adalah menghitung persentase dari jawaban yang telah
dikelompokan sebelumnya.
6. Langkah yang terakhir adalah mendeskripsikan tentang sejauh mana penerapan
program budaya sekolah dalam pendidikan karakter, dan bagaimana penerapan
program budaya sekolah dalam pendidikan karakter di SMK N 1 BOYOLALI

DAFTAR PUSTAKA

Gaer, S, 1998. Less Teaching and More Learning Turning from Traditional Methods to
Project Based Intruction the Author Found that Her Students Learned More. Focus on Basic
Connecting Research and Practice. Tersedia dalam http://www.nscall.net

Feyzioglu, B, 2009. An Investigation of the Relationship between Science Proccess Skill with
Efficient Laboratory Use and Science Achievment in Chemistry Education. Jurnal of
Turkish Science Education 6 (3). p 114-132.

Agus Wibowo. (2012). Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter

Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Akhmad Muhaimin Azzet. (2011). Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia.

Jogjakarta: Ar-ruz Media.

Barnawidan Arifin M. (2012). Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan

Karakter. Jogjakarta: Ar-ruz Media.

Depdiknas. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dharma Kesuma. Cepi Triatna. & Johar Permana. (2011). Pendidikan Karakter

Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Offset.

Doni Koesoema A. (2010). Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Grasindo.

Endah Sulistyowati. (2012). Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter.

Jogjakarta: PT Citra Aji Parama

Fatchul Mu’in. (2011).

Anda mungkin juga menyukai