Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA UNSUR


STOIKIOMETRI SENYAWA KOMPLEKS AMMIN TEMBAGA(II)

Disusun oleh :
Nama : Elisa Yuliana
NIM : 19104060050
Prodi : Pendidikan Kimia
Kelompok :B
Pernyataan Keaslian
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan secara jujur bahwa laporan yang
saya buat adalah hasil kerja sendiri, tidak menjiplak hasil kerja orang lain dan
atau tidak memanipulasi data. Jika terbukti ada hal-hal hasil menjiplak karya
orang lain dan atau memanipulasi data, maka saya
Yang menyatakan,
siap menerima sanksi yang semestinya.
Selesai pada tanggal : 16 Juni 2021
Jam : 01:03 WIB
Asisten Praktikum, Total Nilai

Abdurrachman Turmudji

LABORATORIUM KIMIA
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2020
STOIKIOMETRI SENYAWA KOMPLEKS
AMMIN TEMBAGA(II)
1. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan kali ini adalah menentukan rumus molekul kompleks
ammin tembaga(II).
2. DATA PENGAMATAN
N
PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN
O
1 V H2C2O4
a) Standarisasi NaOH V1 3,9 mL
 H2C2O4 10 mL + 2 tetes PP V2 3,8 mL V = 3,8 mL

 Dititrasi dengan NaOH V3 3,7 mL


Larutan berwarna merah muda
V1 10,6 mL
b) Standarisasi HCl V2 10,6 mL V = 10,43 mL
 NaOH 10 mL + indikator PP V3 10,1 mL

Larutan dititrasi HCl Larutan berwarna merah muda


hingga larutan tidak berwarna
V1 7,2 mL
c) Standarisasi NH3 V2 7,5 mL V = 7,53 mL
 10 mL larutan HCL + Indikasi V3 7,9 mL

 Dititrasi dengan NH3 Larutan tidak berwarna hingga


larutan berwarna merah muda
2 Penentuan Koefisien Distribusi
Amonia antara air dan kloroform
a) 10 mL NH3 1 M + 10 mL akuades
Larutan tidak berwarna dan ada
dimasukkan dalam corong pisah +
gas
dikocok 15 menit
b) Larutan ditambah 25 mL Larutan tidak berwarna dan ada
kloroform + dikocok 5-10 menit gas
c) Campuran didiamkan Larutan tidak berwarna
d) Lapisan bawah kloroform diambil Kloroform sebanyak 23 mL
10 mL
Air sebanyak 11,5 mL
e) Kloroform ditambah indikator Larutan berwarna kuning
MO 2 tetes kecoklatan
f) Campuran dititrasi dengan HCl Larutan berwarna merah muda
g) 10 mL air hasil + indikator MO V1 = 0,5 HCl V kloroform =10 ml

Titrasi dengan HCl V= 0,5 HCl V2 = 0,5 HCl V kloroform =10 ml

Titrasi dengan air V= 7,05 mL V = 7,05 mL V air =10 ml

3 Penentuan rumus kompleks Cu


ammin
a) 10 mL larutan NH3 1 M + 10 mL
Larutan berwarna biru tua dan
Cu2+ 0,1 M dimasukkan ke corong
ada gas
pisah
b) Campuran + 25 mL kloroform
Larutan berwarna biru
dan dikocok 5 menit
c) Campuran dikocok selama 30
Larutan berwarna biru
menit
Lapisan bawah kloroform = 24
d) Campuran dipisahkan, diambil 10
mL
lapisan bawah
Lapisan atas Cu2+ = 13 mL
e) Kloroform 10 mL + akuades 10
Larutan tidak berwarna
mL
f) Campuran + indikator MO Larutan berwarna kekuningan
V1 0,5 mL
V2 0,6 mL V = 0,4 mL
g) Campuran dititrasi dengan larutan
V3 0,1 mL
HCl 0,05 M
Larutan tidak berwarna hingga
larutan berwarna merah muda
3. PEMBAHASAN
Percobaan ini berjudul Stoikiometri Senyawa Kompleks Ammin
Tembaga (II) yang bertujuan untuk menentukan rumus molekul kompleks
ammin tembaga (II). Prinsip kerja percobaan ini adalah titrasi asam basa dan
ekstraksi cair-cair untuk menentukan Kd dan senyawa kompleks yang
terbentuk. Ekstraksi cair-cair merupakan proses proses pemisahan substansi
atau zat yang memiliki perbedaan kelarutan pada dua jenis pelarut yang
berbeda dan tidak saling bercampur menggunakan pelarut yang sesuai (Yazid,
2005). Percobaan ini dimulai degan melakukan tahapan standardisasi larutan
NaOH, HCl, dan NH3. Standarisasi dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui secara tepat konsentrasi larutan yang belum diketahui
konsentrasinya secara pasti Ketiga larutan tersebut merupakan larutan standar
sekunder sedangkan untuk larutan primernya adalah H2C2O4 karena sifatnya
yang mudah diperoleh dalam keadaan murni, cukup stabil, mudah
dikeringkan, dan memiliku berat ekuivalen yang tinggi.
Standarisasi yang pertama yaitu standarisasi NaOH menggunakan asam
oksalat dengan indikator PP. NaOH perlu distandarisasi karena merupakan
zat yang tak murni, berubah-ubah konsentrasinya, dan bersifat higroskopis
sehingga dititrasi menggunakan asam oksalat sebagai larutan standar primer.
Pada praktikum kali ini mengguanakn titrasi aside-alkalimetri. Reaksi asidi-
alkalimetri melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam
yang berasal dari asam lemah (asidi) dan titrasi asam bebas yang berasal dari
basa lemah (alkalimetri) (Bassett, 1994). Titrasi dilakukan sampai larutan
yang dititrasi mencapai titik ekuivalen.  Titik ekuivalen yaitu titik dimana
pada saat jumlah ion OH- yang ditambahkan kelarutan sama dengan jumlah
mol ion H+ yang ada pada larutan (Chang, 2004)
Mekanisme perubahan warna saat titrasi yaitu larutan berubah warna dari
tidak berwarna menjadi merah muda. Adanya perubahan warna menandakan
telah tercapainya titik ekuivalen. Indikator PP merupakan asam dwiprotik dan
tidak berwarna. Mula-mula zat ini berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak
berwarna kemudian karena kehilangan proton kedua menjadi ion dengan
sistem konjugasi timbulan warna merah, trayek pH indikator PP adalah 8,0 –
9,6 (Day dan Underwood, 1986). Reaksi yang terjadi pada standarisasi NaOH
adalah:

……………………..……… (i)
Standarisasi kedua yakni standarisasi HCl menggunakan larutan NaOH
yang telah diketahui konsentrasinya karena telah distandarisasi sebelumnya.
HCl merupakan asam kuat bereaksi dengan larutan NaOH merupakan basa
kuat akan menghasilkan garam yang bersifat netral. Reaksi yang terjadi:

………………………..……………(ii)

Standarisasi ketiga yakni standarisasi larutan NH3 menggunakan larutan


standar HCl yang sudah diketahui konsentrasinya. Larutan NH 3 merupakan
basa lemah bereaksi dengan HCl merupakan asam kuat maka akan dihasilkan
garam bersifat asam. Reaksi yang terjadi yaitu:

……………………………………………(iii)
Langkah selanjutnya yaitu penentuan koefisien distribusi (Kd) ammonia
antara air dan koroform dengan metode ekstraksi cair-cair, prinsipnya yaitu
distribusi zat terlarut yang merupkan zat cair ke dalam dua pelarut cair yang
tidak saling bercampur. Koefisien distribusi merupakan perbandingan
konsentrasi zat terlarut di dalam dua fasa yaitu fasa organik dan fasa air.
Larutan ammonia direaksikan dengan akuades dalam corong pisah, kemudian
ditambahkan dengan kloroform, digojog dan didiamkan. Tujuan digojog
adalah agar amonia dapat terdistribusi secara maksimal. Setelah didiamkan,
terbentuk dua lapisan yakni lapisan atas adalah larutan yang mengandung
NH3 dalam air, sedangkan lapisan bawah adalah larutan yang mengandung
NH3 dalam kloroform. Munculnya dua lapisan ini dikarenakan adanya
perbedaan kepolaran. Seperti yang kita tau bahwa kloroform non polar
sedangkan air adalah polar, perbedaan kepolaran tersebut menyebabkan air
dan kloroform tidak dapat bersatu, keduanya memang berdampingan tetapi
tidak bisa bersatu karena itulah air dan kloroform terpisah menjadi dua
lapisan. Selain itu adanya dua lapisan juga dikarenakan perbedaan massa
jenis dari air dan kloroform. Larutan NH3 dalam kloroform berada dalam
lapisan bawah dan larutan NH3 dalam air berada dilapisan atas dikarenakan
memiliki massa jenis yang lebih besar dari pada memiliki masa jenis yang
lebih besar daripada larutan NH3 dalam air. Massa jenis kloroform 1,49 g/mL
dan masa jenis air adalah 1 g/mL. Setelah itu, lapisan ammonia dalam
kloroform (lapisan bawah) dipisahkan dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
yang berisi air. Erlenmeyer diisi air dengan tujuan agar ammonia yang
dimasukkan di dalamnya tidak menguap mengingat sifat ammonia yang
mudah menguap, sehingga ketika dicampur dengan air maka larutan tidak
akan bercampur dan air akan berada di lapisan atas menghalangi ammonia
untuk menguap. Campuran ini kemudian dititrasi secara perlahan dengan
larutan HCl untuk menentukan besarnya konsentrasi ammonia yang ada
dalam kloroform yang selanjutnya akan digunakan untuk penentuan nilai Kd.
Reaksi yang terjadi yaitu:

………………………………...…………(iv)

……………………………….….(v)

Pada tahap standarisasi memakai PP dikarenakan senyawa-senyawa nya


memiliki pH yang tinggi sedangkan penentuan koefisien distribusi
menggunakan NO dikarenakan memiliki pH yang lebih rendah seperti NO.
Tahap terakhir percobaan ini adalah menentukan rumus kompleks Cu-
ammin. Ion tembaga memiliki konfigurasi elektron yang memungkinkan
sebagai ion pusat suatu senyawa kompleks seperti kompleks tembaga (II)
ammin. Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan
paling aktif. Selain itu, tembaga juga mengalami disproporsionasi secara
spontan  pada keadaan standar (baku) (Petrucci, 1987).
Prinsip kerja hampir sama dengan tahap kedua yaitu ekstraksi cair-
cair. Cu yang dimasukkan dalam corong Buchner sebagai pengganti air.
Langkah kerja yang dilakukan adalah mereaksikan ammonia dan larutan
CuSO4 ke dalam corong pisah. Campuran kemudian digojog agar homogen,
kemudian ditambahkan dengan kloroform dan kembali digojog untuk
membantu proses distribusi ammonia ke dalam dua pelarut. Larutan yang
telah digojog lalu didiamkan hingga terbentuk dua lapisan, dimana lapisan
atas adalah lapisan CuSO4 yang mengandung ammonia dan lapisan bawah
adalah lapisan kloroform dan ammonia. Langkah selanjutnya adalah
memisahkan larutan kloroform dengan memasukkannya ke dalam erlenmeyer
berisi air. Erlenmeyer diisi air dengan tujuan mencegah kloroform menguap
karena sifatnya yang mudah menguap. Kemudian larutan tersebut dititrasi
dengan larutan HCl. Indikator yang digunakan adalah indikator MO karena
pada suasana asam, titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna
dari kuning muda menjadi merah bata muda. Reaksi yang terjadi dalam tahap
ini adalah:

…………………………….………………(vi)

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh rumus senyawa kompleks ammin
tembaga (II) yaitu [Cu(NH3)3]2+.
5. LAMPIRAN
Perhitungan
1. Standarisasi Larutan
a. NaOH
m NaOH = M H2C2O4 × n H2C2O4 × V H2C2O4
V NaOH × n NaOH
0,1 M ×2 ×10 mL
=
3,8 mL × 1
= 0,5263 M
b. HCl
m HCl = M NaOH × n NaOH× V NaOH
V HCl × n HCl
0,5263 M ×1 ×10 mL
=
10,43 mL × 1
= 0,5046 M

c. NH3
m NH3 = M HCl × n HCl× V HCl
V NH3 × n NH3
0,5046 M ×1 ×10 mL
=
7,53mL × 1
= 0,6701 M
2. Kd ammonia air dan kloroform
[NH3] Kloroform = V HCl × M HCl
V kloroform
0,2522
=
22
= 0,01096 M

[NH3] Air = V HCl × M HCl


V air
7,05 mL ×0,5046 M
=
11,5 mL
3,55743
= M
11,5
= 0,3093 M
Kd = [NH3] kloroform
[NH3] air
0,01096
=
0,3093
= 0,0354 M
3. Penentuan Rumus Molekul
[NH3] kloroform = V HCl × M HCl
V kloroform
0,4 mL × 0,5046 M
=
24 mL
= 0,00841 M

[ NH ¿¿ 3] kloroform
[NH3] air = ¿
Kd
0,00841 M
= 0,0254
= 0,2375 M
[NH3] terkompleks
= [NH3]awal – mmol × [NH3]kloroform – mmol × [NH3]air
= (V.M) NH3 – (V.M) [NH3]CHCl3 – (V.M) [NH3] H2O
= (10 × 0,6701) – (24 × 0,00841) – (13 × 0,2375)
= 6,701 – 0,20184 – 3,0875
= 3,4116 mmol
Mol Cu2+ = volume Cu2+ × M Cu2+
= 10 mL × 0,1 M
= 1 mmol
Mmol Cu2+ = mmol NH3 terkompleks
1mmol = 3 mmol
Rumus molekul = [Cu(NH3)3]2+
DAFTAR PUSTAKA
Bassett, J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analitik Kuantitatif Anorganik.
Kedokteran. Jakarta: EGC

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga


Petrucci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga
Yazid,. E,. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis, Yogyakarta : Andi
Underwood dan Day. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai