Anda di halaman 1dari 15

UPAYA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN

PERLINDUNGAN ANAK (DP3A) KOTA SEMARANG DALAM

MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK PADA TAHUN 2020

Salsabilla Fastefinola Zulma


Email : salsabillafzulma@gmail.com
Dr. Dewi Erowati, S.Sos., M.Si
Email: dewierowati@yahoo.com
Departemen Politik dan Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Kode Pos: 1296
Website : https://fisip.undip.com/ - Email : fisip@undip.ac.id

ABSTRAKSI

Penelitian ini membahas tentang bagaimana upaya DP3A Kota Semarang


dalam menangani tindak kekerasan terhadap anak yang terjadi di Kota Semarang.
Peneliti tertarik mengangkat topik ini karena maraknya kekerasan terhadap anak di
Kota Semarang, sehingga berbagai upaya yang dilakukan DP3A Kota Semarang secara
optimal dalam menangani kasus kekerasan anak di Kota Semarang pada tahun 2020
menjadi tujuan penelitian ini dilakukan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis mendalam.


Teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan tujuh informan, observasi
dengan cara melakukan pengamatan dan mencatatnya, serta dokumentasi. Sebagai data
pendukung, dalam penelitian ini menggunakan studi literatur.

Penelitian ini melihat bagaimana upaya yang dilakukan DP3A Kota Semarang
melalui tindakan preventif dan kuratif, yang dilakukan dengan kerjasama antar
berbagai stakeholder guna menekan angka kekerasan yang ada di Kota Semarang.
Namun, masih kurangnya partisipasi aktif dalam masyarakat dan kurangnya
monitoring dari pemerintah yang menjadi hambatan dalam menekan tindak kekerasan
yang masih marak terjadi sehingga kasus kekerasan anak di Kota Semarang belum bisa
mengalami penurunan yang signifikan.

Kata Kunci : Anak, Kekerasan anak, DP3A Kota Semarang


THE EFFORTS OF SEMARANG CITY WOMAN EMPOWERMENT AND CHILD

PROTECTION AGENCY (DP3A) IN HANDLING THE CHILDREN’S VIOLENCE

ACTS IN 2020

Salsabilla Fastefinola Zulma


Email : salsabillafzulma@gmail.com
Dr. Dewi Erowati, S.Sos., M.Si
Email: dewierowati@yahoo.com
Departemen Politik dan Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Kode Pos: 1296
Website : https://fisip.undip.com/ - Email : fisip@undip.ac.id

ABSTRACTION

Researchers are interested in bringing up this topic because of the rampant


violence against children in the city of Semarang, so the various efforts made by the
Semarang City DP3A optimally in handling cases of child violence in the city of
Semarang in 2020 are the objectives of this research.

This study uses qualitative methods with in-depth analysis. Data collection
techniques through interviews with seven informants, observation by observing and
recording it, and documentation. As supporting data, this research uses a literature
study.

This study looks at how the efforts made by the Semarang City DP3A through
preventive and curative actions, which are carried out in collaboration between
various stakeholders in order to reduce the number of violence in the city of Semarang.
However, there is still a lack of active participation in the community and the lack of
monitoring from the government which is an obstacle in suppressing acts of violence
that are still rife so that cases of child violence in the city of Semarang have not been
able to experience a significant decline.

Keywords: Children, Child Violence, DP3A Semarang City


PENDAHULUAN haknya secara utuh agar terhindar dari
Eksploitasi, kekerasan, hingga kekerasan dan diskriminasi.1
tindakan kriminal berbahaya lainnya Perlunya peran dan perhatian
menjadikan kewajiban pemerintah di dari berbagai pihak untuk menunjang
seuluruh dunia bekerja keras demi perwujudan perlindungan dan
melindungi kelangsungan hidup anak- kesejahteraan terhadap anak, sesuai
anak mereka dari tindakan kriminal dengan yang tercantum dalam Pasal 1
yang mengancam hak anak atas ayat 5 PERMEN Pemberdayaan
keselamatan. Banyak kekerasan yang Perempuan dan Perlindungan Anak
masih terjadi, menunjukkan bahwa Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
perlindungan anak di Indonesia belum 2010 tentang Pedoman Umum
optimal. Perlindungan anak dari segala Penanganan Anak Yang Berhadapan
bentuk kejahatan harus dilakukan Dengan Hukum.
secara mutlak oleh semua lapisan
Berangkat dari banyak hal
masyarakat. Pemerintah menjamin
tersebut DP3A Kota Semarang dalam
tercapainya perlindungan anak,
menangani dan membantu
termasuk perlindungan terhadap
penyelesaian proses tindakan
segala kegiatan yang ditujukan untuk
kekerasan masih menjadi persoalan
menjaga anak agar mendapatkan
yang serius yang harus diperhatikan.

1
Pasal 1 ayat 2 UU Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak
Kekerasan itu terjadi mulai dari Dapat dilihat pada peta

lingkungan keluarga, sekolah, atau persebaran diatas, jika kasus

ditempat umum. Berbagai upaya kekerasan anak di Kota Semarang

pencegahan sudah dilakukan tetapi masih terjadi di seluruh kecamatan

kasus kekerasan ini masih tergolong secara merata, terlebih dengan warna

cukup tinggi. Terlihat pada peta peta yang semakin merah

persebaran kekerasan anak yang menggambarkan kasus yang terjadi

terjadi di Kota Semarang dibawah pada wilayah tersebut semakin tinggi.

ini: Pada tahun 2020 data yang di release

DP3A Kota Semarang ada 40 kasus


Gambar 1.1
terhadap anak yang tercatat. Tabel 1.1
Peta Sebaran Jumlah Kasus
Jenis dan Jumlah Kasus Kekerasan
Kekerasan Kota Semarang
Jenis Kasus Jumlah

Penganiayaan Anak 13 Kasus

Kekerasan Anak Dalam Rumah Tangga 19 Kasus

Pelecehan Seksual 7 Kasus

Anak Berhadapan Dengan Hukum 1 Kasus

(TAOTALBH) 40 Kasus

periode 1 Januari 2020-31 Desember 2021

Sumber Data : https://dp3a.semarangkota.go.id/ Sumber Data : https://dp3a.semarangkota.go.id/


Data kasus diatas membuat melalui judul Upaya Dinas

DP3A Kota Semarang harus berperan Pemberdayaan Perempuan dan

lebih aktif. Alasan penulis ingin Perlindungan Anak Kota Semarang

mengkaji lebih dalam tentang upaya Dalam Menangani Tindak

perlindungan penanganan kasus Kekerasan Anak Pada Tahun 2020.

kekerasan anak sebagai upaya


KERANGKA TEORI
perlindungan anak di Kota Semarang
1. Teori Good Governance
adalah sejauh pengetahuan penulis

belum adanya tulisan yang membahas Good Governance adalah tata

kajian perlindungan terhadap anak cara pengelolaan sumber daya dengan

atas korban kekerasan oleh Dinas baik untuk memecahkan masalah

Pemerintah Daerah yang berwenang publik.2 Good governance yang baik

di Kota Semarang. Penulis ingin berarti menerapkan demokrasi sesuai

mengkaji lebih dalam mengenai prinsip negara harus efisien dan

Dinas Pemerintah Daerah Kota terhindar dari korupsi, dan

Semarang yang bersangkutan dalam penyalahgunaan alokasi dana. Dalam

menangani kasus kekerasan terhadap situasi seperti itu, kemampuan

anak yaitu DP3A Kota Semarang pemerintah daerah untuk melaksanakan

desentralisasi selalu dipertanyakan.

2
Sumarto Hetifa Sj, Inovasi, Partisipasi dan
Good Governance, (Bandung: Yayasan Obor
Indonesia, 2003), hal 1-2
2. Teori Anak Ketentuan di Pasal 28 B ayat (2) UUD

1945 ditegaskan bahwa: “Setiap anak


Anak biasanya diartikan
berhak atas kelangsungan hidup,
menjadi seseorang yang lahir
tumbuh dan berkembang dan berhak
berdasarkan interaksi biologis antara
atas proteksi berdasarkan kekerasan
laki-laki dan wanita. Anak merupakan
dan subordinat”. Ketentuan ini
seseorang yang belum dewasa dan
memberikan landasan yang kuat untuk
belum mengalami masa pubertas
memastikan bahwa anak memiliki hak
(perubahan fisik, psikis, dan
yang seharusnya mereka terima.
pematangan fungsi seksual pada diri).
3. Teori Kekerasan Anak
Anak dalam artian lain didefinisikan

sebagai seseorang yang berada Kekerasan terhadap anak adalah

dibawah usia ekslusif, belum dewasa, tindakan yang disengaja untuk melukai

dan belum kawin. atau melukai secara fisik atau mental

Menurut Tarhaar bahwa waktu anak. Kekerasan terhadap anak

seorang sebagai dewasa artinya waktu dilarang karena melanggar

dia (pria atau wanita) menjadi undangundang perlindungan anak saat

seseorang yang telah dewasa, menikah, ini.

dan meninggalkan tempat tinggal orang

tuanya dan memiliki keluarga sendiri.3

3
Liza Agnesta Krisna, “Hukum Perlindungan
Anak”, (Yogyakarta: Deepublish 2018), h.7
METODE PENELITIAN dan dirawat dengan baik. Pasal 28B (2)

UUD 1945 menyatakan bahwa “setiap


Metode penelitian merupakan
anak berhak atas kelangsungan hidup,
cara ilmiah untuk memperoleh data
tumbuh kembang, dan perlindungan
dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
dari kekerasan dan diskriminasi”.4
Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian

harus berdasarkan pada rasionalitas,


Kekerasan adalah perbuatan
empiris, dan sistematis. Sehingga
melawan hukum yang membahayakan
peneliti memiliki gambaran umum
jiwa, anggota badan, dan/atau
mengenai penelitian yang akan
pemenjaraan. Perbuatan menyimpang
dianalisis. Dalam penelitian ini
tersebut memberikan dampak buruk
menggunakan jenis penelitian kualitatif
bagi anak seperti penderitaan mental,
deskriptif. Dalam penelitian kualitatif
fisik, seksual, emosional,
ini, teknik pengumpulan data dilakukan
membahayakan integritas fisik,
dengan cara wawancara, observasi, dan
merendahkan martabat anak,
dokumentasi.
penelantaran atau penganiayaan.
HASIL PENELITIAN
Perlindungan anak adalah semua
Upaya Preventif DP3A dalam
tentang menjamin dan melindungi anak
menghadapi kasus kekerasan anak
dan hak-haknya agar mereka dapat
Anak-anak adalah generasi
hidup, tumbuh, berkembang dan
penerus negara yang harus dilindungi

4
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 B ayat 2
berpartisipasi dengan cara yang terbaik, generasi masa depan yang ideal untuk

selaras dengan martabat manusia dan memainkan peran strategis dalam

perlindungan dari kekerasan dan memastikan masa depan dan

diskriminasi. keberadaan negara. Anak harus

menerima haknya untuk dilindungi,


Salah satu jembatan dalam
dan diberi rasa aman agar terhindar dari
melindungi anak dari tindak kekerasan
tindak pelecehan dan kekerasan.
yaitu sebuah kebijakan.5 Peraturan
Pelecehan sering disamakan dengan
Daerah No. 5 Bab IV Pasal 11-14
kekerasan fisik atau seksual, tetapi
Tahun 2016 menjelaskan tentang
pelecehan psikologis dan sosial juga
kelembagaan yang mendukung
dapat memiliki efek buruk yang
terselenggaranya perlindungan. Banyak
bertahan lama pada anak-anak. DP3A
yang telah dilakukan dalam pelaksanaan
Kota Semarang sebagai instansi
kebijakan perlindungan anak, antara lain
pemerintah yang berperan penting
kerjasama perlindungan dan
dalam isu kekerasan terhadap anak.
pengawasan.
Upaya preventif adalah upaya
Pelaksanaan perlindungan
yang dilakukan secara sistematis untuk
diatur dalam Peraturan Daerah Bab 5
mencegah timbulnya kekerasan
dan 7 Pasal 1519 Tahun 2016. Anak-
terhadap anak. Upaya preventif
anak adalah harapan negara dan
adalah tindakan yang dilakukan

5
Waluyadi, Hukum Perlindungan Anak,
(Bandung: CV. Mandar Maju, 2009), hlm. 18
guna mencegah terjadinya Semarang menjadi semakin
hebat seperti visi pak walikota
permasalahan yang menyimpang yang harus dilakukan oleh 4
komponen untuk bergerak
dimasa datang, tujuannya yaitu bersama yaitu pemerintah,
masyarakat,cendekiawan/akade
mengurangi terjadinya hal yang tidak misi, media, pengusaha
bergerak bersama untuk
diinginkan sedini mungkin dan mengatasi permasalahan di kota
Semarang, kita membuat
menghindari dampak buruk akibat jejaring pemberdayaan
perlindungan perempuan dan
suatu masalah yang muncul nantinya. anak (jppa) dari 177 kelurahan
yang ada di kota smg untuk
Upaya preventif dilakukan secara mengatasi kasus kekerasan

sistematis dan berencana untuk perempuan dan anak.”6

menanggulangi kasus kekerasan Menurut pernyataan

terhadap anak. Mukhamad Khadik selaku Kepala

Dinas DP3A Kota Semarang upaya


“Upaya DP3A dalam
membantu pemkot preventif yang dilakukan oleh DP3A
mengimplementasikan perda no
5 th 2016 tentang perlindungan sesuai Undang-Undang No 35 tahun
perempuan dan anak: berupaya
melaksanakan apa yang 2014 tentang perlindungan anak,
menjadi tugas dengan berbagai
program dan kegiatan yang sehingga responsibilitas dari DP3A
dilakukan setiap tahun.
Berbagai upaya yang dilakukan memiliki tupoksi melindungi anak
seperti trobosan-terobosan
membentuk jejaring yang dengan cara bekerja sama dengan 16
personil DP3A baru sampai di
tingkat kecamatan yang PPTK (Pusat Pelayanan Terpadu
diharapkan DP3A dapat hadir
disetiap kecamatan sesuai Kecamatan) yang terdapat di 16
proses dan menjadikan

6
Mukhamad Khadik, Wawancara (10 Maret
2021)
kecamatan di Kota Semarang. Tugas berkoordinasi membangun jejaring

pokok PPTK yaitu melakukan sebagian kerja yang bersinergi, pelayanan

tugas PemDa dalam menyelenggarakan konseling, bantuan hukum, rehabilitasi

pelayanan dengan cepat, tepat, dan social dan reintegrasi social, serta

terpadu pada ruang lingkup Kecamatan, pemantauan terhadap korban kasus

manakala di suatu kecamatan terjadi kekerasan.

kekerasan terhadap anak DP3A Upaya pencegahan secara

melindungi melalui perpanjangan preventif juga dilakukan dengan

tangan di PPTK lalu diadakan memperkuat jejaring sampai tingkat

pendampingan untuk dirujuk ke PPT paling kecil (karena yang paling tahu

Seruni jika anak tersebut butuh bagaimana kondisi disekitar) untuk

mendapatkan layanan psikologis mencover, memperbaiki sistem

ataupun hukum. PPT Seruni sendiri penanganan yang sekarang sudah ada

memiliki 2 psikolog yang bisa (pengaduan-pelayanan yang diberikan

menangani kekerasan perempuan dan hingga kasus dianggap selesai mediasi

anak, PPT Seruni juga memiliki 2 hingga pengadilan), kesadaran

pelayanan hukum jika ada anak yang masyarakat yang menjadi ranah publik

melakukan tindakan kriminal dan akan (upaya pencegahan, dan inisiatif

dilanjut ke proses hukum maka akan memberikan laporan yang terjadi

didampingi oleh 2 ahli hukum dari PPT disekitar (banyak telinga) menjadi

Seruni tersebut. Tugas pokok PPT rambu-rambu dalam masyarakat untuk

Seruni adalah fasilitator terpadu yang melakukan sesuatu yang menyimpang


sehingga muncul kearifan lokal yang mengadakan kerja sama dengan orang

menjadi kontrol di lingkungan tua, masyarakat sekitar, dan

masingmasing, jika dilingkungan ada instansiinstansi terkait yang mengatasi

punishment maka masyarakat akan masalah kekerasan anak.

lebih berpikir dan berhati-hati dalam Upaya kuratif yang dilakukan

bertindak, sehingga masyarakat harus oleh DP3A Kota Semarang adalah

lebih sensitif dan sadar akan keadaan bentuk penanganan yang diberikan

disekitar (tidak boleh cuek dan untuk meminimalisir perilaku

bersikap individualis). kekerasan terhadap anak. Penanganan

Upaya Kuratif DP3A dalam adalah program tindak lanjut setelah

menghadapi kasus kekerasan anak masuknya laporan pengaduan.

Upaya kuratif adalah tindakan Upaya kuratif untuk menangani

yang dilakukan setelah terjadinya kekerasan di Kota Semarang

suatu peristiwa atau pelanggaran. banyak memiliki anggaran hingga ke

Tindakan ini bertujuan agar tidak tingkat rt, rw kelurahan (contohnya:

terjadi lagi di kemudian hari, upaya anggaran pkk rt, anggaran

penanganan yang dilakukan untuk pemberdayaan perlindungan anak (di

menangani perilaku anak mengalami kelurahan), pemberdayaan

perilaku kekerasan. Upaya masyarakat, dan karangtaruna) namun

kuratif diambil setelah keterlibtan perlindungan anak masih

terjadinya tindak penyimpangan social. belum dioptimalkan, sehingga

Usaha tersebut diataranya yaitu stakeholder di semua lapisan


berkoordinasi dan membuat kegiatan mengakses internet untuk melapor

forum anak, forum kesehatan, secara virtual (SDM tidak mampu

kelompok belajar, dll untuk mengikuti perkembangan jaman).

mengidentifikasi permasalahan yang Keterbatasan fasilitas dan ekonomi

ada diwilayah sekitar untuk yang kurang sehingga kesulitan untuk

memecahkan permasalahan tersebut. membeli kuota.

“Hambatan salah satunya Kota


Hambatan DP3A Kota Semarang
Semarang karena ibukota
provinsi kecenderungan pekerja
dalam pelaksanaan penanganan
luar daerah dengan keterbatsan
pendidikan sehingga sering
kasus kekerasan terhadap anak
dilakukan kekerasan,
Kekerasan sering dilakukan
Kendala yang dihadapi oleh oleh pelaku diluar lingkungan
Semarang yang menggangu
DP3A Kota Semarang, menurut staff ketenangan warga.”8
DP3A Kota Semarang di antaranya: Berbeda dengan pendapat

“Hambatan yang muncul yaitu Tegoeh Tri Adijanto bahwa


kadang malu untuk lapor,
masyarakat gaptek, hambatan lainnya adalah
keterbatasan fasilitas dan
ekonomi.”7 kecenderungan masyarakat diluar Kota

Menurut pendapat Wiwara Semarang yang melakukan tindak

Mardikanti hambatan yang muncul kekerasan yang memiliki keterbatasan

yaitu masih banyak masyarakat yang pendidikan. Akibat keterbatasan

gaptek, tidak bisa menggunakan dan pendidikan dan kurangnya pemahaman

7 8
Wiwara Mardikanti, Wawancara (10 Maret Tegoeh Tri Adijanto, Wawancara (8 Maret
2021) 2021)
terhadap peraturan per Undang- menerapkan prinsip partisipasi dalam

Undangan tersebut mengakibatkan Good Governance dimana kerjasama

masih ditemuinya kasus kekerasan. yang terjalin antara DP3A Kota

PENUTUP Semarang dengan berbagai

mitra/stakeholder terkait.
KESIMPULAN
SARAN
Berdasarkan penelitian diatas
Berdasarkan hasil penelitian dan
berbagai upaya baik preventif dan
analisis kendala yang ditemukan di
kuratif telah dilakukan DP3A Kota
lapangan, dapat diberikan saran :
Semarang seperti kegiatan sosialisasi

tentang kebijakan, hukum, peraturan 1. Pada aspek pencegahan, sosialisasi

mengenai kekerasan terhadap anak, terhadap kekerasan oleh anak harus

pencegahan tindak kekerasan terhadap dilakukan kepada seluruh kelompok

anak pada social media (Instagram sasaran anak-anak, karena pengaruh

DP3A Kota Semarang). Selanjutnya tindakan pencegahan di semua

adanya layanan pelayanan pengaduan, kelompok sasaran lainnya pasti akan

yaitu memberikan pelayan pengaduan, memberikan pengaruh baik bagi

pendampingan, dan penyelesaiaan lingkungan.

kasus tindak kekerasan kepada korban


2. Upaya preventif yang dilakukan
berdasarkan kebutuhan dari korban.
DP3A Kota Semarang harus
DP3A Kota Semarang juga telah
membawa inovasi-inovasi baru

terkait program pencegahan


kekerasan terhadap anak, seperti pemajuan perlindungan

penerbitan modul model komunikasi perempuan dan anak dimonitor

untuk anak dan penguatan link. Perlu secara lebih teratur atau sesuai

adanya pemetaan organisasi rencana melalui kunjungan

masyarakat di semua tingkatan RT, lapangan, serta rapat koordinasi,

RW, Kelurahan, kecamatan dan diskusi kelompok terfokus atau studi

daerah rawan kekerasan terhadap dokumenter Perlu ditingkatkan

anak. kegiatan atau sekunder informasi

3. Pemerintah perlu meningkatkan seperti media massa.

kesadaran masyarakat untuk 5. Bagi masyarakat diharapkan lebih

melaporkan kekerasan dengan berpartisipasi aktif dan lebih peka

memasang iklan di media sosial terkait isu-isu kekerasanterhadap

yang sedang berkembang dan anak.

melakukan pemasangan papan tanda

di area di mana insiden sangat

mungkin terjadi.

4. Upaya kuratif yang perlu

ditingkatkan oleh dinas untuk


DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal


Liza Agnesta Krisna, “Hukum Perlindungan Anak”, (Yogyakarta: Deepublish 2018), h.7
Nandiyah Abdullah, “Kekerasan Terhadap Anak Bom Waktu Masa Depan, Magistra No. 73 Th.
XXII (September2010) ISSN 0215-9511, hlm. 2

RI, Depkes, 1999, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hlm 15-17

Sumarto Hetifa Sj, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, (Bandung: Yayasan Obor
Indonesia, 2003), hal 1-2
Waluyadi, Hukum Perlindungan Anak, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2009), hlm. 18

Undang-Undang

Pasal 1 ayat 2 UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 B ayat (2)

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23


Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 ayat (1 dan 2)

Anda mungkin juga menyukai