Anda di halaman 1dari 5

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by Portal Jurnal Elektronik Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)

MANFAAT PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT)


DALAM PEMBELAJARAN

Donald Samuel Slamet Santosa


dsamuel@president.ac.id
Program Studi PGSD, Fakultas Humaniora, President University

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manfaat pembelajaran kooperatif Team Games
Tournament (TGT) dalam pembelajaran. Penelitian ini merupakan generalisasi dari penelitian-
penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan sebelumnya. Sebanyak tujuh penelitian terdahulu
dikumpulkan melalui pencarian di google cendekia. Hasil-hasil penelitian dianalisis dengan teknik
meta analisis. Hasil generalisasi menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran kooperatif team
games tournament (TGT) dalam pembelajaran efektif untuk meningkatkan kualitas proses maupun
hasil belajar. Dengan membaiknya proses belajar, maka hasil belajar juga akan semakin baik. Secara
spesifik, variable yang dapat ditingkatkan adalah hasil belajar atau prestasi belajar atau hasil belajar,
kemampuan koneksi siswa, keaktifan siswa, motivasi belajar siswa, dan pemahaman siswa. Selain itu,
penelitian ini juga menemukan bahwa pembelajaran TGT yang dimodifikasi atau diberi tambahan
variasi lebih baik disbanding TGT murni. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan kepada
guru untuk menggunakan metode pembelajaran kooperatif team games tournament bila hendak
meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar, dan variable-variabel proses seperti kemampuan
koneksi, keaktifan, motivasi belajar, serta pemahaman siswa.

Kata kunci: Manfaat, TGT

Info Artikel
Diterima: 23 Agustus 2018 Disetujui: 21 September 2018 Dipublikasikan: 1 Oktober 2018

PENDAHULUAN
Sebagai sebuah system, pembelajaran akan terdiri dari input, proses dan output(Salam, 2015).
Secara sederhana, input merupakan kondisi awal yang akan dihadapi oleh guru, yaitu kemampuan
siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Kemampuan ini dapat diindikatori dalam berbagai hal,
seperti motivasi, kemampuan kerja sama, kemandirian, hasil belajar yang lampau, dan sebagainya.
Selanjutnya, input ini perlu diproses oleh guru melalui pembelajaran. Pembelajaran yang
diselenggarakan guru tidak akan dapat dilepaskan dari adanya metode pembelajaran yang digunakan.
Setelah mengikuti serangkaian proses pembelajaran, akhirnya siswa akan meraih tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan, yaitu pada tahapan output.

Input: Proses:
Output:
Kondisiawalsisw Pembelajaran yang
Ketercapaiantuju
asebelumpembel diselenggarakan
anpembelajaran
ajaran guru

Gambar 1. Pembelajaran Sebagai Sistem


Kualitas output yang dihasilkan sangat bergantung tidak hanya pada kualitas input, namun
lebih kepada proses pembelajaran yang diselenggarakan. Dalam hal ini, dengan input yang buruk
sekalipun akan diperoleh output yang baik apabila proses pembelajaran yang dilakukan baik. Untuk
itulah, maka penyelenggaraan proses pembelajaran perlu dilakukan sebaik mungkin (dengan
penerapan berbagai strategi pengajaran) supaya hasil belajar yang diperoleh memuaskan (Samuel,
2014). Dalam hal ini, kompetensi guru menjadi penting karena menunjang performa guru dalam
mengajar(Sumantri & Sinulingga, 2017). Kompetensi yang dimaksud utamanya adalah kompetensi
pedagogik (Undang-Undang No. 14 Tentang Guru dan Dosen, 2005).
Pemilihan metode pembelajaran perlu disesuaikan dengan karakteristik input yang diperoleh,
dan output yang diharapkan. Guru perlu memilih metode berbasis permasalahan yang dihadapi.
Dalam hal ini, permasalahan ada dalam komponen input. Selanjutnya, setelah mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi, guru perlu menyesuaikan metode pembelajaran yang dipilih dengan
berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai. Tujuan ini termuat dalam komponen output.
Meski telah ada arahan yang jelas untuk memilih metode pembelajaran, kenyataan yang
ditemui di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua guru memilih metode sesuai dengan arahan
tersebut. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan pada guru-guru SMP Negeri di
Kota Salatiga, ditemukan bahwa dari 10 orang guru yang pernah menyusun Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) cenderung menentukan metode pembelajaran berdasarkan kedalaman pemahaman mereka
mengenai metode tersebut. Sebuah metode pembelajaran yang sangat dikuasai oleh guru kemudian
dipilih untuk diimplementasikan. Hal ini tentu menjadi masalah, karena tidak adanya kepastian bahwa
metode pembelajaran yang dipilih sesuai dengan input yang dihadapi, dan menjawab tujuan atau
output yang diharapkan.
Masalah kebingungan guru dalam memilih metode pembelajaran perlu diselesaikan secara
sistematis melalui penelitian. Sebuah metode dimungkinkan untuk dapat menghasilkan output-output
tertentu, misalnya metode jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa, keaktifan atau aktifitas
siswa, dan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat(Santosa, 2017). Dengan demikian, perlu
dilakukan penelitian mengenai kemampuan sebuah metode pembelajaran dalam menghasilkan output
tertentu. Terdapat banyak metode pembelajaran yang dapat diteliti, misalnya pembelajaran
kooperatif(Slavin, 1995), dan pembelajaran aktif(Silberman, 1996). Banyaknya metode tersebut
membuat tidak semua dapat diteliti. Untuk itu, penelitian ini hanya membatasi pada pembelajaran
yang sering digunakan untuk Penelitian Tindakan Kelas di Indonesia, yaitu pembelajaran kooperatif
Team Games Tournament (TGT).
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dikembangkan oleh Slavin (Slavin, 1995),
dan salah satunya adalah pembelajaran Team Games Tournament (TGT). Inti dari kegiatan yang perlu
dilakukan meliputi penyajian kelas, belajar kelompok, permainan, pertandingan atau lomba, dan
pemberian penghargaan kelompok.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adlaah
menganalisis manfaat pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran.
Manfaat yang dimaksud adalah dampak-dampak positif yang dihasilkan dari implementasi
pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan generalisasi dari penelitian-penelitian tindakan kelas yang telah
dilakukan sebelumnya. Terdapat 6 penelitian terdahulu yang digeneralisasi dalam penelitian ini.
Keenam penelitian terdahulu dikumpulkan melalui pencarian di google cendekia, dengan demikian,
penelitian-penelitian terdahulu telah terpublikasi dalam jurnal atau prosiding yang terindeks google
cendekia. Hasil penelitian yang digunakan untuk keperluan generalisasi adalah variable dampak dari
implementasi pembelajaran TGT. Hasil-hasil penelitian dianalisis dengan teknik meta analisis. Setiap
variable dampak yang dihasilkan dalam satu penelitian dibandingkan dengan variable dampak pada
penelitian yang lain untuk diketahui kesamaan maupun perbedaannya. Jika keduanya dianggap sama,
maka hanya aka nada satu konsep yang terbangun dari kedua variable tersebut. Namun jika hasil
analisis menunjukkan keduanya berbeda, maka keduanya akan berdiri masing-masing sebagai dua
konsep.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Terdapat 7 penelitian tindakan kelas yang berhasil dikumpulkan. Ketujuh penelitian tersebut
menggunakan pembelajaran TGT untuk meningkatkan variable dampak pada masing-masing
permasalahan yang dihadapi. Berikut ini dijelaskan hasil yang diperoleh oleh ketujuh penelitian
terdahulu tersebut.
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Putra(Putra, 2015). Penelitian ini membandingkan
antara TGT berbantu software Cabri 3d dengan TGT yang murni tanpa bantuan apapun. Dampak
yang dihasilkan dalam perbandingan adalah kemampuan koneksi matematis siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa TGT berbantu software Cabri 3d menghasilkan dampak yang lebih baik
dibanding TGT murni. Selanjutnya, pembelajaran TGT berbantuan software Cabri 3d ini lebih cocok
untuk diterapkan pada siswa dengan kemampuan koneksi matematis yang tinggi dan sedang.
Sedangkan untuk siswa dengan koneksi matematis yang rendah, perbedaan hasil antara TGT biasa
dengan TGT berbantuan software Cabri 3d tidak terlalu signifikan.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Fajri dkk (Fajri & Martini, 2012). Penelitian ini
memodifikasi pembelajaran TGT dengancara memberikan teka-teki silang, dan diimplementasikan
pada pelajaran kimia tingkat SMA. Variabel dampak yang dihasilkan dari implementasi pembelajaran
TGT ini adalah kualitas proses pembelajaran (yang dipandang dari keaktifan siswa), dan hasil belajar
(yang diukur dengan nilai siswa). Kedua variable terbukti meningkat secara efektif setelah
implementasi pembelajaran TGT.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Rakhmadhani dkk (Rakhmadhani, Yamtinah, &
Utomo, 2013). Hampir sama dengan penelitian dari Fajri, penelitian ini memodifikasi TGT dengan
memberikan bantuan teka-teki silang, namun dengan tambahan ular tangga. Selanjutnya,
pembelajaran tersebut diimplementasi pada mata pelajaran kimia di SMA. Variabel dampak yang
diangkat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar dan prestasi belajar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kedua variable dampak dapat meningkat setelah implementasi TGT berbantuan
teka-teki silang dan ular tangga.
Penelitian keempat dilakukan oleh Musyafa dkk (Musyafa & Djatmiko, 2015). Penelitian ini
menggunakan pembelajaran TGT murni tanpa dimodifikasi atau ditambah apapun. Pembelajaran TGT
diimplementasikan di SMK untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pembelajaran TGT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penelitian kelima dilakukan oleh Rahmawati (Rahmawati, 2011). Penelitian ini bertujuan
untuk membandingkan penelitian TGT dan Number Head Together (NHT) di SMP. Variabel yang
digunakan untuk membedakan TGT dan NHT adalah keaktifan siswa dan hasil belajar matematika.
Meskipun sama-sama menjadi bentuk pembelajaran kooperatif, namun hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa TGT lebih baik dibandingkan NHT baik dari perspektif keaktifan siswa maupun
hasil belajar siswa.
Penelitian keenam dilakukan oleh Safitri (Safitri & Santosa, 2018). Penelitian ini
mengimplementasikan pembelajaran kooperatif TGT berbantu media powerpoint berbasis video pada
mata pelajaran IPS SMP. Hasil penelitian menunjuukan bahwa implementasi pembelajaran kooperatif
TGT berbantu powerpoint berbasis video dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa
SMP.
Penelitian ke tujuh dilakukan oleh Wijayanti (Astuti Wijayanti, 2016). Penelitian ini berjudul
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman
Konsep Fisika Dasar Mahasiswa Pendidikan IPA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pemahaman dan partisipasi mahasiswa
dalam hal IPA.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dianalisis, terdapat berbagai dampak yang
dihasilkan dari implementasi TGT murni, TGT yang dimodifikasi, serta TGT yang diberikan
tambahan. Meski berbeda-beda dalam hal dampak yang dihasilkan, ketujuh penelitian tetap memiliki
kesamaan, yaitu sama-sama dapat meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran apapun dan pada jenjang apapun. Selanjutnya, variable proses yang menjadi dampak antara
lain adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan koneksi (Putra, 2015).
2. Keaktifan siswa (Fajri & Martini, 2012; Rahmawati, 2011).
3. Motivasi belajar (Rakhmadhani et al., 2013; Safitri & Santosa, 2018).
4. Pemahaman (Astuti Wijayanti, 2016).
Apabila dikaji lebih dalam, pembelajaran TGT merupakan salah satu bentuk dari
pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995). Pembelajaran kooperatif sesuai namanya menekankan pada
kegiatan kerja sama atau kegiatan social yang lain. Adanya kegiatan ini berpotensi untuk dapat
membuat siswa aktif (Fajri & Martini, 2012; Rahmawati, 2011), termotivasi dengan baik
(Rakhmadhani et al., 2013; Safitri & Santosa, 2018), serta memiliki skill-skill tertentu yang
dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti kemampuan koneksi (Putra, 2015).
Pembelajaran kooperatif TGT yang dimodifikasi atau diberi tambahan tampak lebih efektif
dibandingkan TGT murni (Putra, 2015). Hal ini diakibatkan karena tambahan variasi membuat TGT
lebih sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Sehingga tidak hanya metode saja yang perlu ditekankan,
tetapi tambahannya, misalnya berupa media (Luhsasi, 2017).
Untuk memilih tambahan atau modifikasi yang sesuai, guru perlu dibekali dengan
kompetensi-kompetensi yang memadahi, misalnya seperti kopetensi secara pedagogic (Fananta,
Umbara, & Hastuti, 2018), serta kompetensi yang mengarah pada efisiensi, khususnya dalam
pembelajaran, seperti dapat diadopsi dari Permatasari (Permatasari, Yanto, & Widiyanto, 2016).
Untuk itulah perlu dikembangkan program tertentu guna memberdayakan guru, yang di mana hal ini
bahkan telah dilaksanakan di luar dunia pendidikan (Rezeki, 2018).

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif Team Games Tournament bermanfaat untuk meningkatkan hasil atau prestasi belajar,
kemampuan koneksi, keaktifan siswa, dan motivasi belajar siswa. Untuk itu disarankan kepada guru
yang menghadapi masalah-masalah tersebut dapat mengimplementasikan pembelajaran TGT. Selain
itu, disarankan kepada peneliti lain untuk melakukan generalisasi terhadap pembelajaran TGT dari
perspektif yang lain, ataupun melakukan generalisasi berbasis variable dampak.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti Wijayanti. (2016). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt Sebagai Upaya
Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika. Jurnal Pijar MIPA, XI(1), 15–16. Retrieved from
http://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/JPM/article/viewFile/3/3
Fajri, L., & Martini, K. (2012). Upaya peningkatan proses dan hasil belajar kimia materi koloid
melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dilengkapi dengan teka-
teki. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 1(1), 89–96. Retrieved from http://eprints.uns.ac.id/11435/
Fananta, M. R., Umbara, T., & Hastuti, S. D. (2018). In-Service Professional Development on
Supporting ElementaryTeachers’ Pedagogical Content Knowledge and Efficacy throughInquiry-
Based Teacher Training. SHS Web of Conferences, 42, 8. Retrieved from https://www.shs-
conferences.org/articles/shsconf/abs/2018/03/shsconf_gctale2018_00008/shsconf_gctale2018_0
0008.html
Luhsasi, D. I. (2017). Youtube: trobosan media pembelajaran ekonomi bagi mahasiswa. Jurnal
Ekonomi Pendidikan Dan Kewirausahaan, 5(2), 219–229.
Musyafa, W. N. M., & Djatmiko, R. D. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams
Games Tournament ( Tgt ) Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Teknik Pegelasan the
Influence of Cooperative Learning Model of Teams Games. Prodi Pendidikan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, 3(5), 371–378.
Permatasari, C. L., Yanto, H., & Widiyanto. (2016). Penerimaan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Oleh Pengelola Keuangan Yayasan Pendidikan: Analisis Technology Acceptance
Model. Journal of Economic Education, 5(1), 90. https://doi.org/10.1002/dir
Putra, F. G. (2015). Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
(TGT) Berbantuan Software Cabri 3DDI Tinjau Dari Kemampuan Koneksi Matematis Siswa.
Al-Jabar, 6(2), 53–66. https://doi.org/10.24042/AJPM.V6I2.43
Rahmawati, N. D. (2011). Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (TGT) dan Number Head Together (NHT) pada Materi Pokok Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri Se-Kabupaten
Grobongan. Prosiding Seminar Nasional Matematika, (4), 98–110.
Rakhmadhani, N., Yamtinah, S., & Utomo, S. B. (2013). Pengaruh penggunaan metode teams games
tournaments berbantuan media teka - teki silang dan ular tangga dengan motivasi belajar
terhadap prestasi siswa pada materi koloid kelas XI SMA Negeri 1 Simo tahun pelajaran
2011/2012. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 2(4), 190–197.
Rezeki, F. (2018). Pengembangan model pendidikan dan pelatihan gaya kepemimpinan transaksional
bagi pengusaha toko kelontong. Ecodunamika, 1(2).
Safitri, A. G., & Santosa, D. S. S. (2018). Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Dengan Model
Pembelajaran Team Game Tournament ( TGT ) Berbantu Media Powerpoint BerbasisVideo
Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII B Di SMP Negeri 2 Suruh. In Seminar Nasional
Hardiknas(pp. 31–36). FKIP UKSW. Retrieved from
http://callforpapers.uksw.edu/index.php/semnas_hardiknas/semnas_2018/paper/view/430/275
Salam, A. (2015). Input, Process and Output: system approach in education to assure the quality and
excellence in performance. Bangladesh Journal of Medical Sciences (Vol. 14).
https://doi.org/10.3329/bjms.v14i1.21553
Samuel, D. (2014). Pengaruh Budaya Belajar, Strategi Pengajaran Dosen, dan Motivasi Belajar
terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW. Journal of Educational
Social Studies, 3(2), 6–12. https://doi.org/10.15294/jess.v3i2.6636
Santosa, D. S. S. (2017). Dampak Implementasi Metode Pebelajaran Koperatif Tipe Jigsaw di
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa, 3(2), 440–446. Retrieved from
http://jurnal.stkippersada.ac.id/jurnal/index.php/JPDP/article/view/93/90
Silberman, M. L. (1996). Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject. Allyn and Bacon.
Slavin, R. E. (1995). Cooperative Learning. Pearson.
Sumantri, M. S., & Sinulingga, J. N. (2017). Relationship between Motivation to Achieve and
Professional Competence in the Performance of Elementary School Teachers. International
Education Studies, 10(7), 118. https://doi.org/10.5539/ies.v10n7p118
Undang-Undang No. 14 Tentang Guru dan Dosen (2005).

Anda mungkin juga menyukai