Keinginannya adalah menjadi penghasil produk furniture, home decoration, kriya yang baru dan
berbeda dimana menciptakan produk yang sesuai keinginan konsumen dan ramah lingkungan.
Melakukan eksplorasi dan pengembangan terhadap produk baik dari segi material dan desain.
Berinovasi untuk menghasilkan produk furniture dan kriya yang berbeda serta diinginkan masyarakat.
Melakukan recycling yakni dengan pemanfaatan maupun penggunaan bahan-bahan yang dapat didaur
ulang.
Produk
Two Side Cupboard Standing Tripod Lamp Office Desk Kitchen Set
Target Audience :
Dewasa muda usia 20-38 tahun, Tinggal di kota besar, perempuan dan laki-laki. Status ekonomi
sosial: Golongan menengah dan menengah keatas. Psikografis orang-orang yang baru berumah
tangga selera interior minimalis dan modern, desain ruangan yang sesuai keinginan dengan harga
terjangkau, orang-orang yang menyukai kerajinan tangan yang bersifat unik, analog, dan bahan alami.
Pesaing
Izemu
Usaha Izamu dimulai sejak tahun 2013, didirikan oleh Ivan yang merupakan lulusan desain produk di
RMIT University. Pada tahun terakhir kuliahnya, Ivan mendapatkan mata kuliah furniture dan langsung
tertarik hingga akhirnya memutuskan untuk membuka usaha di bidang furniture dan benda-benda
untuk keperluan rumah, kantor dan kafe yang terbuat dari kayu, seperti tray, coaster, kotak tisu, tempat
kartu nama dan lainnya. Produk-produk yang dihasilkan oleh Izemu terbuat dari kayu solid dengan jenis
kayu jati dan pinus, yang didapatkan dari perhutani. Izemu mengusung konsep dengan melakukan
eksplorasi teknik produksi maupun material, dan inovasi kecil-kecilan seperti penggabungan 2 jenis
kayu dalam 1 produk, penambahan terhadap fungsi dasar, inovasi pembengkokan kayu. Tujuan utama
izemu ialah menjual produknya sendiri jadi tidak membuka sistem custom. Target market dari izemu
ditujukan untuk kalangan menengah atas dan saat ini lebih fokus untuk furniture perhotelan dan
perkantoran.
Tikalika
Tikalikamerupakan usaha yang menghasilkan beragam produk, seperi furniture dan aksesoris. Selain itu,
tikalika juga menangani proyek interior, baik untuk perumahan, perkantoran, maupun area komersial
dengan memulai usahanya sejak tahun 2004. Tikalika sendiri memiliki store di Jalan Bungur 37
Karangsetra kota Bandung, selain melalui toko fisik Tikalika juga memasarkan produk-produknya
melalui web, media sosial seperti instagram, facebook, dan twitter, serta dengan mengikuti event-event
furniture. Tikalika mengusung konsep unik dan berbeda pada produk-produk furniture buatannya, yang
pada awalnya produk-produk yang dihasilkannya lebih ke gaya modern kontemporer. Bahan utama
yang digunakan adalah kayu pinus yang kemudian difinishing dengan teknik clear base dan ada yang
menggunakan cat dengan warna-warna terang.
Peluang
Berdasarkan hasil wawancara kepada ketua HIMKI DPD Bandung dan Priangan. HIMKI merupakan
himpunan industri mebel dan kerajinan Indonesia, yang resmi dibentuk pada mei 2016. Fungsi HIMKI
adalah mewadahi para pelaku usaha mebel dan kerajinan Indonesia untuk dapat mengembangkan
usahanya dan sejalan dengan arahan pemerintah. Industri mebel dan kerajinan merupakan salah satu
industri andalan Indonesia, karena penggunaan bahan baku dalam negeri hingga 100 persen dan
kontribusi nilai ekspor 2 miliar US Dollar pertahun, meskipun target untuk ekspor US$ 5 milih pertahun
belum terpenuhi. Di dalam negeri sendiri, daya konsumsi masyarakat terhadap produk mebel dan kriya
dinilai cukup tinggi terutama saat ini banyak dibangun hotel-hotel, apartemen, restoran, dan kafe yang
menjadi peluang bagi pelaku usaha ini apalagi furniture dengan custom, desain kreatif, dan sesuai
dengan tren sekarang. Pasar dalam negeri juga cukup bagus karena masyarakat Indonesia cukup
konsumtif . Kendala yang dihadapi oleh industri mebel dan kerajinan indonesia adalah masalah
persaingan dengan produsen mebel China, Vietnam, dan Malaysia. Dimana nilai ekspor Vietnam sudah
mencapai US$ 7,2 miliar pertahun. Selain itu, regulasi dan infrastruktur di negara-negara tersebut jauh
lebih siap sehingga menghasilkan daya saing yang lebih kompetitif, di Indonesia sendiri masih
terhambat masalah birokrasi, adanya ketentuan untuk membayar SVLK( Sistem verifikasi legalitas kayu),
dan berbagai peraturan yang membebani ataupun menghambat gerak laju industri mebel dan kriya
nasional.