ABSTRACT
Craft product design innovation can be done starting from the manufacture of its
design concept which refers to changes in consumers . Craft products that have cultural base in
the community greatly burdened by tradition philosophical values . Changes in product design
is very evolutive or tend to be very slow and has particularly certain patterns . Craft products
produced as commodities to meet the needs of consumers tend to run relatively more dynamic
. The main key change lies in HR culprit who have the will and skill to innovate the design of
products that have added value better again . The Indonesian people have the capital to make
changes in product design kriyanya . Openness to information and valuable cultural heritage
are the two most important factors in product design innovation craft .
ABSTRAK
Inovasi desain produk kriya dapat dilakukan mulai dari pembuatan konsep
perancangannya yang mengacu pada perubahan konsumennya. Produk kriya yang memiliki
basis budaya dalam komunitas masyarakat tradisi sangat dibebani oleh nilai-nilai filosofis.
Perubahan desain produknya sangat evolutif atau cenderung sangat lambat dan meiliki pola-
pola tertentu. Produk kriya yang dihasilkan sebagai komoditas untuk memenuhi kebutuhan
konsumen cenderung berjalan relatif lebih dinamis. Kunci utama perubahan terletak pada SDM
pelakunya yang memiliki kemauan dan keterampilan untuk menginovasi desain produk supaya
memiliki nilai tambah yang lebih baik lagi. Bangsa Indonesia memiliki modal untuk membuat
perubahan pada desain produk kriyanya. Keterbukaan terhadap informasi dan warisan budaya
adiluhung merupakan dua faktor penting terjadinya inovasi pada desain produk kriya.
* Agung Wicaksono (jokja09@gmail.com), Staf Pengajar Program Studi Kriya Seni, Jurusan Kriya, Fakultas Seni
Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta
13
14 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 3 No.1, Mei-Oktober 2014
kebutuhan hidup sehari-hari. Produk kriya produk yang mudah terjual. Terdapat dua
sebagai produk budaya juga dapat nilai yang dibutuhkan oleh konsumen
digunakan untuk menjelaskan ide dan terhadap produk kriya, yaitu kebutuhan
aktivitas manusia di suatu tempat serta estetik dan fungsi. Di Indonesia
waktu tertentu menurut konteks perkembangan produk kriya tidak terlepas
budayanya. Seiring perjalanan waktu, dari perkembangan industri pariwisata.
kehidupan sosial budaya masyarakat di Pada tahun 1980-an mulai terasa dampak
Indonesia berkembang, ini secara jelas dari industri pariwisata yang
dapat dilihat dari pembentukan membutuhkan produk kriya untuk
strukturnya. Adat istiadat yang merupakan keperluan cindera mata. Saat ini terjadi
wujud dari nilai atau norma dan institusi pergeseran besar pada perkembangan
kemasyarakatan merupakan elemen produk kriya terutama pada tujuan
pembentuk tatanan sosial masyarakat pembuatan produk kriya di masyarakat.
menuju kemapanan tradisi . Tatanan sosial Masyarakat pelaku usaha di bidang ini
dapat diketahui karakternya dari norma menjadi produsen untuk kebutuhan pasar
untuk mengatur keharmonisan dalam dalam dan luar negeri. Produk kriya
masyarakat. Khususnya di Indonesia, menjadi komoditas penting bagi
norma-norma secara filosofis banyak perdagangan produk kriya, artinya
terekspresikan pada visualisasi ornamentik masyarakat menjadi pabrik besar bagi
dan bentuk produk kriya. produk-produk kriya. Produk-produk kriya
Menurut Soedarso Sp. (2006: 107), tidak sekedar memenuhi kebutuhan
bahwa kriya atau crafts memiliki ciri khas industri pariwisata tetapi juga memenuhi
sesuatu yang dibuat dengan tangan, permintaan sektor-sektor industri lainnya.
biasanya sangat dekoratif atau indah Selama ini terdapat dua strata
secara visual, dan seringkali merupakan sosial yang membedakan produk kriya,
benda pakai. Produk kriya dapat dibuat yaitu budaya agung (high culture) yang
dengan mesin sepanjang dalam proses biasanya muncul dari penghayatan estetik
pembuatannya tidak terlepas dari yang mendalam (politesse) dan dikerjakan
pengendalian pembuat secara mutlak. dengan craftmanship tinggi. Jika produk
Misalnya penggunaan alat-alat bantu kriya muncul dari masyarakat tradisi, maka
seperti gergaji mesin, mesin jahit, mesin dimungkinkan akan tercipta karya-karya
finishing, dan sebagainya. Penggunaan klasik, seperti batik tulis halus, kain
mesin otomatis yang dapat diprogram songket, perhiasan, dan sebagainya. Di
untuk mengerjakan semua pekerjaan samping itu ada produk kriya yang
dengan pengawasan sistem sensor dihasilkan dari budaya alit (folk culture),
otomatis tidak dapat dikategorikan produk sebagian besar berasal dari budaya rakyat.
kriya. Produk semacam ini lebih tepat jika Produk ini lebih dominan dibuat untuk
dimasukkan kategori produk manufaktur. memenuhi kebutuhan sehari-hari. Produk
Pada kasus perkembangan produk ini tidak terlalu dibebani dengan nilai-nilai
kriya saat ini, kebutuhan pasar sangat filosofi dan pengerjaannya tidak sehalus
mendominasi niat perajin untuk membuat produk kriya dari budaya agung. Meskipun
Agung Wicaksono, Potensi Pengembangan Inovasi Desain Produk Kriya... [ 15
dikomunikasikan dengan baik agar perajin menentukan tingkat kualitas produk kriya.
memiliki kesadaran atau sensitivitas Ini akan tercermin dari tingkat kerumitan
terhadap kebutuhan konsumen. Perbaikan pengerjaan produk kriya. Bahan berkualitas
pada akses informasi pasar berakibat pada berpengaruh pada penampilan produk
semakin luasnya wawasan pelaku usaha kriya di samping memberikan kemudahan
kerajinan. Media-media yang dimiliki pada proses pengerjaan. Ukuran kualitas
perajin merupakan simpul-simpul adalah kesesuaian antara permintaan
terjadinya proses komunikasi antara konsumen dengan spesifikasi produk yang
konsumen dan produsen. Selama ini dihasilkan pelaku usaha kerajinan. Produk
sebagian besar perajin memiliki posisi pasif kerajinan berbeda dengan produk
dalam hal akses informasi. Perubahan manufaktur yang memiliki tingkat
desain jarang dilakukan jika konsumen keseragaman tinggi. Produk manufaktur
tidak secara langsung meminta kepada sangat tergantung pada kerja-kerja yang
perajin untuk melakukannya. dilakukan mesin-mesin produksi dengan
Hal lain yang diperlukan oleh tingkat akurasi lebih tinggi. Produk
pelaku usaha kerajinan adalah pemahaman kerajinan merupakan hasil karya tangan-
dan penerapan manajemen desain. tangan terampil yang memiliki tingkat
Karakter perajin yang melakukan segala hal akurasi berbeda-beda. Nilai kualitas produk
dalam pengelolaan usahanya kerajinan terletak pada nilai rasa perajin
menyebabkan mereka kehilangan energi yang terekspresikan pada elemen-elemen
untuk melakukan inovasi desain. produk kerajinan. Nilai craftmanship akan
Penyadaran terhadap perilaku usaha terlihat pada kerumitan proses produksi
perajin sangat diperlukan agar mereka yang menghasilkan produk dengan
tidak kehilangan momentum dalam tingginya tingkat kesulitan dalam
melakukan inovasi yang tujuannya adalah pengerjaan. Sebagai contoh dapat dilihat
meningkatkan daya saing di pasar. Inovasi pada produk kriya Indonesia yang memiliki
desain masih dianggap kegiatan yang tidak tingkat kesulitan tinggi dalam pengerjaan
menguntungkan dari sisi pencapaian dan sulit tertandingi oleh kemampuan
keuntungan. Langkah pragmatis dipandang mesin-mesin produksi.
lebih menguntungkan daripada langkah Peningkatan kualitas biasanya
yang memiliki nilai strategis jangka diiringi dengan peningkatan biaya
menengah dan panjang. Inilah faktor yang produksi. Dalam sebuah usaha kerajinan,
mengkhawatirkan bagi keberlangsungan hal ini perlu diperhatikan agar harga
kerajinan Indonesia dalam jangka panjang produk dapat terjangkau oleh segmen
dari sisi ekonomi dan konservasi. pasar yang dibidik. Konsumen yang
memiliki tingkat sensitifitas pada harga
Peningkatan Kualitas Produk Kriya tentu akan memiliki pertimbangan utama
Kualitas produk kriya ditentukan pada kenaikan harga produksi. Pada
oleh kualitas ide atau tema, bahan, produk kriya dengan desain sederhana,
teknik/craftmanship, dan finishing. atau banyak diproduksi oleh perajin
Kapasitas ketrampilan SDM/perajin sangat memiliki kompetisi pada harga yang sangat
18 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 3 No.1, Mei-Oktober 2014
yang memiliki nilai tinggi dan kompatibel pada para perajin yang sering
dengan produk-produk manufaktur. membandingkan karyanya dengan produk
manufaktur. Jahitan halus pada produk
Penguatan Branding Produk Kriya manufaktur sering dibandingkan dengan
Nilai craftmanship dalam seni kriya jahit tangan pada produk kerajinan. Nilai
terkait erat antara keterampilan tangan pada kerajinan tangan berbeda dengan
dan penghayatan perajin terhadap alat dan produk manufaktur, karena produk
bahan. Keterampilan kriya termasuk juga kerajinan tangan dapat mengekspresikan
kepandaian menggunakan peralatan sesuai kesungguhan perajin pada karyanya.
dengan media yang dipakai. Sebagai Branding adalah upaya untuk
contoh perajin ukir kayu sering langsung membuat persepsi masyarakat agar selalu
mengerjakan ukiran pada kayu tanpa ingat terhadap suatu produk. Produk kriya
menggunakan gambar-gambar pola. yang memiliki kekhasan pada proses
Seakan-akan jiwa mereka menyatu dengan produksi dan nilai estetikanya perlu
alat, bahan, dan metode pengerjaannya. dilakukan upaya pengembangan branding
Kebiasaan ini banyak terjadi pada perajin dengan strategi khusus. Upaya pameran
produk kriya tradisi lainnya. Perajin yang merupakan salah satu langkah yang perlu
mengerjakan sistem produksi seperti ini dilakukan. Pameran yang baik adalah
dimungkinkan karena telah mengerjakan pameran yang telah terseleksi dampaknya
selama bertahun-tahun pada pekerjaan dan melalui persiapan yang komprehensif.
yang sama. Namun juga dapat terjadi pada Dengan demikian konsumen atau pasar
perajin yang memiliki karakter pekerjaan akan dapat menemukan apa yang mereka
yang membuat karya kriya dengan tidak inginkan, atau bahkan lebih dari apa yang
merubah kondisi bahan, misalnya ukiran diinginkan.
akar kayu. Ukiran akar kayu tergantung Kekurangan pada produk kriya
dari bentuk akar yang didapat, sulit Indonesia adalah narasi yang dapat
mengharapkan hasil yang sama untuk menjelaskan kepada konsumen tentang
beberapa produk. produk tersebut. Produk kriya Indonesia
Keunikan ini tidak akan dapat diterima oleh adalah produk berbasis pada budaya
konsumen jika tidak ada upaya pengenalan bangsa. Budaya bangsa Indonesia perlu
produk terhadap konsumen. Sering terjadi diperkenalkan atau disebarluaskan ke
konsumen tidak dapat membedakan seluruh dunia agar pasar dapat menerima
antara produk kerajinan dengan produk produk tersebut. Industri kreatif
manufaktur. Ini terjadi pada salah memerlukan penyebarluasan citra kepada
pengertian terhadap batik oleh masyarakat khalayak di seluruh dunia. Globalisasi
luas. Tidak jarang terjadi, konsumen menghasilkan pemahaman lebih
membandingkan harga antara batik tulis mendalam terhadap keanekaragaman
dengan kain printing bermotif seperti budaya semua bangsa.
batik. Ketidakmengertian ini menyebabkan
terjadinya kerancuan apresiasi terhadap
produk kerajinan. Hal serupa juga terjadi
20 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 3 No.1, Mei-Oktober 2014