Anda di halaman 1dari 10

POTENSI PENGEMBANGAN INOVASI DESAIN

PRODUK KRIYA KUKM INDONESIA


DI ERA INDUSTRI KREATIF
Agung Wicaksono

ABSTRAK

Inovasi desain produk kriya dapat dilakukan mulai dari pembuatan konsep
perancangannya yang mengacu pada perubahan konsumennya. Produk kriya yang memiliki
basis budaya dalam komunitas masyarakat tradisi sangat dibebani oleh nilai-nilai filosofis.
Perubahan desain produknya sangat evolutif atau cenderung sangat lambat dan meiliki pola-
pola tertentu. Produk kriya yang dihasilkan sebagai komoditas untuk memenuhi kebutuhan
konsumen cenderung berjalan relatif lebih dinamis. Kunci utama perubahan terletak pada SDM
pelakunya yang memiliki kemauan dan keterampilan untuk menginovasi desain produk supaya
memiliki nilai tambah yang lebih baik lagi. Bangsa Indonesia memiliki modal untuk membuat
perubahan pada desain produk kriyanya. Keterbukaan terhadap informasi dan warisan budaya
adiluhung merupakan dua faktor penting terjadinya inovasi pada desain produk kriya.

Kata kunci : inovasi desain, produk kriya, industri kreatif

PENDAHULUAN kemasyarakatan merupakan elemen


Produk Kriya sebagai produk pembentuk tatanan sosial masyarakat
budaya dapat dilacak dari sisi sejarah menuju kemapanan tradisi . Tatanan sosial
perkembangannya. Pada awalnya produk dapat diketahui karakternya dari norma
kriya merupakan alat atau perabot yang untuk mengatur keharmonisan dalam
berfungsi untuk memenuhi atau membantu masyarakat. Khususnya di Indonesia,
manusia dalam memenuhi kebutuhan norma-norma secara filosofis banyak
hidup sehari-hari. Produk kriya sebagai terekspresikan pada visualisasi ornamentik
produk budaya juga dapat digunakan untuk dan bentuk produk kriya.
menjelaskan ide dan aktivitas manusia di Menurut Soedarso Sp. (2006: 107),
suatu tempat serta waktu tertentu menurut bahwa kriya atau crafts memiliki ciri khas
konteks budayanya. Seiring perjalanan sesuatu yang dibuat dengan tangan,
waktu, kehidupan sosial budaya masyarakat biasanya sangat dekoratif atau indah secara
di Indonesia berkembang, ini secara jelas visual, dan seringkali merupakan benda
dapat dilihat dari pembentukan pakai. Produk kriya dapat dibuat dengan
strukturnya. Adat istiadat yang merupakan mesin sepanjang dalam proses
wujud dari nilai atau norma dan institusi pembuatannya tidak terlepas dari

* Agung Wicaksono, (agung_w@yahoo.com), Staf Pengajar Program studi Kriya Seni, Jurusan Kriya, Fakultas Seni
Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
103
104 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 5 No.2, Nopember 2016-April 2017

pengendalian pembuat secara mutlak. kriya muncul dari masyarakat tradisi, maka
Misalnya penggunaan alat-alat bantu dimungkinkan akan tercipta karya-karya
seperti gergaji mesin, mesin jahit, mesin klasik, seperti batik tulis halus, kain songket,
finishing, dan sebagainya. Penggunaan perhiasan, dan sebagainya. Di samping itu
mesin otomatis yang dapat diprogram ada produk kriya yang dihasilkan dari
untuk mengerjakan semua pekerjaan budaya alit (folk culture), sebagian besar
dengan pengawasan sistem sensor berasal dari budaya rakyat. Produk ini lebih
otomatis tidak dapat dikategorikan produk dominan dibuat untuk memenuhi
kriya. Produk semacam ini lebih tepat jika kebutuhan sehari-hari. Produk ini tidak
dimasukkan kategori produk manufaktur. terlalu dibebani dengan nilai-nilai filosofi
Pada kasus perkembangan produk dan pengerjaannya tidak sehalus produk
kriya saat ini, kebutuhan pasar sangat kriya dari budaya agung. Meskipun
mendominasi niat perajin untuk membuat demikian tidak menutup kemungkinan
produk yang mudah terjual. Terdapat dua digunakannya unsur estetika dan dan
nilai yang dibutuhkan oleh konsumen craftmanship. Contoh produk kriya ini
terhadap produk kriya, yaitu kebutuhan antara lain batik cap, ukir-ukiran pada
estetik dan fungsi. Di Indonesia furniture, gerabah, dan sebagainya
perkembangan produk kriya tidak terlepas (Soedarso Sp., 2006: 113 ).
dari perkembangan industri pariwisata. Konsep industri kreatif merupakan
Pada tahun 1980-an mulai terasa dampak industri budaya (culture industries) yang
dari industri pariwisata yang membutuhkan menawarkan terobosan baru dalam
produk kriya untuk keperluan cindera mata. menggali potensi-potensi budaya lokal
Saat ini terjadi pergeseran besar pada untuk basis pembuatan produk inovatif.
perkembangan produk kriya terutama pada Industri kreatif di Indonesia memberikan
tujuan pembuatan produk kriya di banyak kontribusi secara ekonomi dan
masyarakat. Masyarakat pelaku usaha di penyerapan tenaga kerja (Agung
bidang ini menjadi produsen untuk Wicaksono, 2009:208). Pada era
kebutuhan pasar dalam dan luar negeri. kepemimpinan Presiden Joko Widodo,
Produk kriya menjadi komoditas penting urusan ekonomi kreatif tidak lagi di bawah
bagi perdagangan produk kriya, artinya suatu kementerian seperti pada era
masyarakat menjadi pabrik besar bagi pemerintahan sebelumnya. Kemungkinan
produk-produk kriya. Produk-produk kriya urusan ini akan ditangani oleh lembaga
tidak sekedar memenuhi kebutuhan setingkat badan. Meskipun demikian
industri pariwisata tetapi juga memenuhi kegiatan industri kreatif tetap berjalan di
permintaan sektor-sektor industri lainnya. tengah masyarakat yang didukung oleh
Selama ini terdapat dua strata komunitas-komunitas kreatif di masing-
sosial yang membedakan produk kriya, masing daerah. Kota-kota di Bali dan Jawa
yaitu budaya agung (high culture) yang masih menjadi barometer kemajuan
biasanya muncul dari penghayatan estetik industri kreatif Indonesia. Jika disebutkan
yang mendalam (politesse) dan dikerjakan kata industri maka hal tersebut selalu
dengan craftmanship tinggi. Jika produk terkait dengan pasar. Pada hakekatnya
Agung Wicaksono, Potensi Pengembangan Inovasi Desain Produk Kriya Kukm Indonesia... [ 105

kegiatan industri adalah mata rantai antara masih cukup besar. Inovasi desain
produsen dan pasar atau konsumen. Pada merupakan ujung tombak peningkatan
tulisan ini penyebutan pasar berarti juga daya saing disamping faktor-faktor lain
terkait erat dengan penyebutan istilah seperti penguatan akses permodalan,
industri kreatif. perbaikan sistem produksi, dan
peningkatan sistem distribusi dalam
Inovasi Desain Produk Kriya pemasaran.
Inovasi desain produk kriya Produk kriya yang dibuat oleh
mengandung pengertian perubahan desain perajin dalam kawasan sentra kerajinan
(material, bentuk/visual, fungsi, dan memiliki karakter khas dalam pola inovasi
teknologi) untuk tujuan tertentu, misalnya desainnya. Mereka banyak yang melakukan
memenuhi kebutuhan konsumen yang perubahan atau inovasi desain secara
selalu mengalami perubahan dalam jangka evolutif, ini berakibat pada perubahan
waktu tertentu. Perubahan desain desain yang relatif sangat lambat. Desain
dilakukan dengan berbagai alasan, antara produk kriya mengalami proses perubahan
lain perubahan perilaku konsumen, secara evolutif, atau perubahan tersebut
perkembangan kompetitor, penemuan dilakukan dalam rentang waktu yang sangat
teknologi, dan perkembangan nilai estetik. panjang. Pola ini banyak terdapat pada
Daya saing produk kriya ditentukan oleh kawasan sentra yang memiliki karakter
ketajaman produsen untuk mengantisipasi komunal dan kolegial. Komunal berarti
perubahan-perubahan cepat yang terjadi di berkeompok yang saling mempengaruhi
pasar. satu dengan lainnya dan kolegial berarti
Perubahan ini menyebabkan memiliki relasi-relasi tertentu pada struktur
terjadinya siklus dalam inovasi desain. komunitasnya. Menurut Soerjono Soekanto
Siklus ini lazim dikenal dengan istilah umur (2010:54), bahwa terdapat dinamisasi
desain produk yang dimulai dari fase masyarakat yang disebabkan interaksi
muncul, berkembang, puncak (mature), anggota-anggotanya. Di dalam masyarakat
penurunan, dan hilang. Banyak produsen tersebut terjadi proses sosial yang dapat
produk kriya berkompetisi pada inovasi menyebabkan terjadinya perubahan-
desain dan menyebabkan perlunya perubahan pola kehidupan sosial.
pengembangan inovasi pada desain produk Perubahan evolutif desain produk
kriya. Produk kriya yang menjadi salah satu kriya disebabkan dua hal, yaitu beban
komoditas penting di Indonesia memiliki psikologis masyarakat terhadap simbol dan
tantangan cukup besar dalam makna serta sistem pembelajaran
mengembangkan daya saing produknya di masyarakat perajin. Faktor pertama dapat
pasar internasional. Di dalam negeri pun dijelaskan bahwa produk kriya tertentu
mereka juga menghadapi kompetisi ketat yang masih terkait dengan kesakralan atau
dengan produk-produk impor dari simbol status sosial masyarakat tradisional
beberapa negara di Asia. Meskipun masih dibebani dengan nilai-nilai filosofis
demikian, peluang produk kriya untuk atau makna-makna simbolik. Karakter baku
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (pakem) sangat dijunjung tinggi oleh
106 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 5 No.2, Nopember 2016-April 2017

komunitas atau masyarakatnya. Elemen panjang pembelajaran dan pengayaan


desain yang banyak dibakukan menjadi pengalaman praksis. Wawasan dan
pakem sebagian besar adalah motif-motif keterampilan perajin secara simultan
ornamentik. Motif-motif tersebut memiliki didorong untuk tidak berhenti
daya ekspresi nilai-nilai yang dijunjung menghasilkan karya-karya kriya yang unggul
tinggi dalam masyarakat tradisional. Faktor dalam konsep dan kualitasnya.
kedua terjadi karena sistem pembelajaran Faktor lain yang mendorong
perajin masih mengandalkan sistem terjadinya inovasi desain adalah tuntutan
duplikasi atau peniruan terhadap produk- terhadap keberagaman kebutuhan
produk baru yang memiliki daya jual lebih konsumen. Tuntutan konsumen ini perlu
baik. Masyarakat perajin memiliki rasa takut dikomunikasikan dengan baik agar perajin
untuk merubah desain-desain tersebut memiliki kesadaran atau sensitivitas
karena beban psikologis dan perasaan takut terhadap kebutuhan konsumen. Perbaikan
untuk berspekulasi terhadap kemauan pada akses informasi pasar berakibat pada
pasar. semakin luasnya wawasan pelaku usaha
Produk-produk kerajinan yang kerajinan. Media-media yang dimiliki
memiliki nilai kesakralan dalam perajin merupakan simpul-simpul
penggunaannya cenderung mengalami terjadinya proses komunikasi antara
pengurangan secara jumlah untuk konsumen dan produsen. Selama ini
penggunaan dalam kehidupan (operasional sebagian besar perajin memiliki posisi pasif
sehari-hari). Sebagai contoh : keris yang dalam hal akses informasi. Perubahan
pada awalnya memiliki fungsi sebagai desain jarang dilakukan jika konsumen tidak
senjata tikam, sekarang lebih banyak secara langsung meminta kepada perajin
dipakai untuk keperluan spiritual magis dan untuk melakukannya.
atribut status sosial di tengah masyarakat. Hal lain yang diperlukan oleh pelaku
Harga produk kriya semacam ini cenderung usaha kerajinan adalah pemahaman dan
mahal, jika dibandingkan dengan produk- penerapan manajemen desain. Karakter
produk kriya yang tidak dibebani berbagai perajin yang melakukan segala hal dalam
macam ketentuan yang mengacu pada nilai- pengelolaan usahanya menyebabkan
nilai tradisi. mereka kehilangan energi untuk melakukan
Kunci keberhasilan inovasi desain inovasi desain. Penyadaran terhadap
terletak pada faktor kapasitas sumber daya perilaku usaha perajin sangat diperlukan
manusia. Secara internal, kapasitas SDM agar mereka tidak kehilangan momentum
(pelaku usaha kerajinan) memegang kendali dalam melakukan inovasi yang tujuannya
utama dalam inovasi desain. Kemauan adalah meningkatkan daya saing di pasar.
untuk berkembang dengan cara melakukan Inovasi desain masih dianggap kegiatan
eksperimen-eksperimen kebaruan konsep yang tidak menguntungkan dari sisi
desain produk kriya adalah langkah awal pencapaian keuntungan. Langkah
yang diperlukan untuk keberlanjutan pragmatis dipandang lebih menguntungkan
inovasi desain. Pengembangan kapasitas daripada langkah yang memiliki nilai
perajin dapat dilakukan dengan proses strategis jangka menengah dan panjang.
Agung Wicaksono, Potensi Pengembangan Inovasi Desain Produk Kriya Kukm Indonesia... [ 107

Inilah faktor yang mengkhawatirkan bagi diperhatikan agar harga produk dapat
keberlangsungan kerajinan Indonesia terjangkau oleh segmen pasar yang dibidik.
dalam jangka panjang dari sisi ekonomi dan Konsumen yang memiliki tingkat sensitifitas
konservasi. pada harga tentu akan memiliki
pertimbangan utama pada kenaikan harga
Peningkatan Kualitas Produk Kriya produksi. Pada produk kriya dengan desain
Kualitas produk kriya ditentukan sederhana, atau banyak diproduksi oleh
oleh kualitas ide atau tema, bahan, perajin memiliki kompetisi pada harga yang
teknik/craftmanship, dan finishing. sangat tinggi. Meskipun demikian
Kapasitas ketrampilan SDM/perajin sangat peningkatan kualitas menjadi prioritas
menentukan tingkat kualitas produk kriya. utama untuk memenangkan pasar. Batik
Ini akan tercermin dari tingkat kerumitan tulis yang dikerjakan oleh tangan-tangan
pengerjaan produk kriya. Bahan berkualitas terampil pembatik selama berbulan-bulan
berpengaruh pada penampilan produk kriya sangat besar kemungkinannya memiliki
di samping memberikan kemudahan pada pangsa pasar kecil. Sementara batik cap
proses pengerjaan. Ukuran kualitas adalah memiliki pangsa pasar yang lebih luas
kesesuaian antara permintaan konsumen karena faktor harga produksi yang lebih
dengan spesifikasi produk yang dihasilkan rendah.
pelaku usaha kerajinan. Produk kerajinan Aspek teknologi tidak dapat
berbeda dengan produk manufaktur yang dilepaskan dari proses pembuatan produk
memiliki tingkat keseragaman tinggi. kriya yang menginginkan tercapainya
Produk manufaktur sangat tergantung pada kualitas produk. Teknologi dapat
kerja-kerja yang dilakukan mesin-mesin membantu perajin untuk memperoleh hasil
produksi dengan tingkat akurasi lebih tinggi. yang berkualitas karena terbantu dalam
Produk kerajinan merupakan hasil karya kemudahan pancapaian teknik-teknik
tangan-tangan terampil yang memiliki tertentu. Misalnya, kualitas ukiran sangat
tingkat akurasi berbeda-beda. Nilai kualitas dipengaruhi oleh kualitas material alat
produk kerajinan terletak pada nilai rasa ukirnya (tatah). Logam yang berkualitas
perajin yang terekspresikan pada elemen- tentu memudahkan bagi pembuat produk
elemen produk kerajinan. Nilai kriya untuk mewujudkan rancangan motif
craftmanship akan terlihat pada kerumitan dengan sempurna. Di Indonesia belum
proses produksi yang menghasilkan produk banyak dikembangkan kemitraan antara
dengan tingginya tingkat kesulitan dalam komunitas peneliti dengan perajin untuk
pengerjaan. Sebagai contoh dapat dilihat menghasilkan inovasi-inovasi yang dapat
pada produk kriya Indonesia yang memiliki meningkatkan kualitas produk. Perajin
tingkat kesulitan tinggi dalam pengerjaan banyak bereksperimen karena permintaan
dan sulit tertandingi oleh kemampuan konsumen dengan metode coba-coba (trial
mesin-mesin produksi. and error). Biasanya hasil eksperimen
Peningkatan kualitas biasanya tersebut tidak memiliki dampak besar pada
diiringi dengan peningkatan biaya produksi. perolehan profit karena tidak pernah
Dalam sebuah usaha kerajinan, hal ini perlu dilindungi dan dihargai sebagai hasil
108 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 5 No.2, Nopember 2016-April 2017

penemuan. Christopher Jones (1979:19) pasar akibat dari penurunan kualitas produk
menyebutkan bahwa kelemahan perajin sudah banyak terjadi di Indonesia. Negara-
adalah menggunakan metode trial and negara di sekitar Asia Selatan dan Tenggara
error pada pembuatan produk kriya. Perajin serta Amerika Latin terus melakukan upaya
juga jarang yang dapat menjelaskan secara peningkatan kualitas komoditas
grafis dan argumentatif terhadap kerajinannya. Sementara di negara-negara
keputusan-keputusan yang diambil pada maju dikembangkan industri-industri
saat proses produksinya. Perkembangan kerajinan yang memiliki nilai tinggi dan
produk kriya berjalan secara evolutif kompatibel dengan produk-produk
sehingga sering kurang cepat manufaktur.
mengantisipasi perubahan selera
konsumen. Penguatan Branding Produk Kriya
Penataan sistem produksi juga Nilai craftmanship dalam seni kriya
merupakan faktor yang dapat terkait erat antara keterampilan tangan dan
meningkatkan kualitas produk. Pada sistem penghayatan perajin terhadap alat dan
produksi yang baik akan terjadi bahan. Keterampilan kriya termasuk juga
pengurangan kesalahan produksi, biaya kepandaian menggunakan peralatan sesuai
produksi bisa dikontrol dengan baik, dan dengan media yang dipakai. Sebagai contoh
kapasitas produksi juga dapat ditingkatkan. perajin ukir kayu sering langsung
Kunci utama pada kualitas produk adalah mengerjakan ukiran pada kayu tanpa
konsistensi produk, oleh karena itu menggunakan gambar-gambar pola.
pengendalian kualitas harus melekat pada Seakan-akan jiwa mereka menyatu dengan
manajemen produksi. Skala usaha perajin alat, bahan, dan metode pengerjaannya.
yang sebagian besar pada tingkat mikro dan Kebiasaan ini banyak terjadi pada perajin
kecil menyebabkan kesulitan dalam produk kriya tradisi lainnya. Perajin yang
berinvestasi sarana produksi. Sebenarnya mengerjakan sistem produksi seperti ini
usaha pelayanan teknis masih sangat dimungkinkan karena telah mengerjakan
diperlukan oleh perajin untuk menghasilkan selama bertahun-tahun pada pekerjaan
produk yang lebih baik. Usaha pelayanan yang sama. Namun juga dapat terjadi pada
teknis yang dapat mengikuti tuntutan perajin yang memiliki karakter pekerjaan
perajin dapat mendorong terjadinya yang membuat karya kriya dengan tidak
percepatan dalam upaya peningkatan merubah kondisi bahan, misalnya ukiran
kualitas produk. akar kayu. Ukiran akar kayu tergantung dari
Jika peningkatan kualitas produk bentuk akar yang didapat, sulit
tidak menjadi prioritas dalam strategi usaha mengharapkan hasil yang sama untuk
kerajinan maka dapat dipastikan perajin beberapa produk.
akan kehilangan pangsa pasar. Kompetisi Keunikan ini tidak akan dapat diterima oleh
yang ketat menyebabkan tuntutan pada konsumen jika tidak ada upaya pengenalan
peningkatan kualitas produk tidak dapat produk terhadap konsumen. Sering terjadi
ditunda lagi. Pengalaman dari beberapa konsumen tidak dapat membedakan antara
sentra kerajinan yang kehilangan pangsa produk kerajinan dengan produk
Agung Wicaksono, Potensi Pengembangan Inovasi Desain Produk Kriya Kukm Indonesia... [ 109

manufaktur. Ini terjadi pada salah memerlukan penyebarluasan citra kepada


pengertian terhadap batik oleh masyarakat khalayak di seluruh dunia. Globalisasi
luas. Tidak jarang terjadi, konsumen menghasilkan pemahaman lebih mendalam
membandingkan harga antara batik tulis terhadap keanekaragaman budaya semua
dengan kain printing bermotif seperti batik. bangsa.
Ketidakmengertian ini menyebabkan
terjadinya kerancuan apresiasi terhadap Modal Budaya
produk kerajinan. Hal serupa juga terjadi Produk kriya adalah salah satu hasil
pada para perajin yang sering kreativitas manusia yang diciptakan dengan
membandingkan karyanya dengan produk tangan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manufaktur. Jahitan halus pada produk hidupnya. Manusia diciptakan dengan
manufaktur sering dibandingkan dengan kemampuan akal dan keterampilannya
jahit tangan pada produk kerajinan. Nilai sehingga mampu belajar dari pengalaman
pada kerajinan tangan berbeda dengan dalam membuat produk kriya dengan
produk manufaktur, karena produk menggunakan tangannya sebagai alat
kerajinan tangan dapat mengekspresikan utamanya. Pengalaman tersebut semakin
kesungguhan perajin pada karyanya. memperkaya pengetahuan dan
Branding adalah upaya untuk keterampilannya. Tangan-tangan mereka
membuat persepsi masyarakat agar selalu semakin terampil dan dapat merangsang
ingat terhadap suatu produk. Produk kriya kreativitas dalam menciptakan karya kriya.
yang memiliki kekhasan pada proses Keterampilan tangan dan penguasaan
produksi dan nilai estetikanya perlu teknologi proses, serta pengetahuan
dilakukan upaya pengembangan branding material menjadi sarana utama dalam
dengan strategi khusus. Upaya pameran penguasaan teknik kriya secara
merupakan salah satu langkah yang perlu komprehensif.
dilakukan. Pameran yang baik adalah Penguasaan teknik kriya
pameran yang telah terseleksi dampaknya berkembang selaras dengan perkembangan
dan melalui persiapan yang komprehensif. pengetahuan terhadap bahan dan alat yang
Dengan demikian konsumen atau pasar digunakan. Pengenalan karakter bahan
akan dapat menemukan apa yang mereka mutlak diperlukan dalam mengembangkan
inginkan, atau bahkan lebih dari apa yang inovasi produk. Pengenalan alat dan bahan
diinginkan. merupakan salah satu bentuk kearifan lokal
Kekurangan pada produk kriya (local genius) yang diturunkan secara
Indonesia adalah narasi yang dapat sistematis pada masyarakat. Inilah bentuk
menjelaskan kepada konsumen tentang modal budaya yang dapat dikembangkan
produk tersebut. Produk kriya Indonesia dari masyarakat. Pengembangan teknik
adalah produk berbasis pada budaya kriya juga dapat dikatakan sebagai salah
bangsa. Budaya bangsa Indonesia perlu satu modal budaya yang biasanya diberikan
diperkenalkan atau disebarluaskan ke secara turun temurun pada masyarakat
seluruh dunia agar pasar dapat menerima tradisi. Pada masyarakat modern, ini dapat
produk tersebut. Industri kreatif
110 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 5 No.2, Nopember 2016-April 2017

dilakukan dengan cara belajar baik secara mengalami perlakuan pada suhu dan
formal maupun non formal. kelembabannya. Pengalaman ini diteruskan
Budaya dapat dikaitkan dengan oleh nenek moyang untuk menghasilkan
kebiasaan yang telah dilakukan berulang- benda-benda guna, seperti tempat air atau
ulang dalam suatu komunitas atau alat memasak. Teknik-teknik
masyarakat dengan rentang waktu panjang. pembuatannya mengalami perkembangan
Aktivitas seperti ini terjadi pada masyarakat yang cukup beragam. Jika dilihat pada
tradisi yang masih memegang norma- teknik keramik yang dikembangkan pada
norma yang tertanam di dalamnya. Norma- beberapa daerah terdapat kekhasan
norma tersebut terbentuk karena adanya masing-masing. Teknik putar banyak
kolektivitas ide dalam masyarakat yang dilakukan oleh perajin dari Singkawang dan
berkembang menjadi salah satu sarana Pleret. Di Yogyakarta, khususnya Kasongan,
pengikat di dalamnya. Ide dan aktivitas Bantul, banyak menggunakan teknik pilin
dapat memunculkan karya-karya, termasuk dan tempel untuk membuat produk-produk
kerajinan yang menjadi ikon bagi keramik berbentuk binatang. Perempuan-
masyarakat pendukungnya. perempuan di Bayat, Klaten, Jawa Tengah,
Kekayaan alam merupakan sumber banyak membuat keramik dengan cara
ide yang paling banyak mempengaruhi diputar dengan kemiringan tertentu.
masyarakat. Di daerah Singkawang, Sekarang banyak dikembangkan teknik
Kalimantan Barat, banyak masyarakat yang cetak dalam pembuatan keramik yang
membuat keramik dengan memanfaatkan berakibat pada semakin bervariasinya
tanah di sekitarnya. Pengaruh ornamen bentuk keramik.
Cina sangat kental dalam keramik Demikian juga yang terjadi pada
buatannya. Keramik yang dibuat oleh produk-produk kriya lainya, biasanya
masyarakat Singkawang terdiri dari guci- perajin mengembangkannya terkait dengan
guci besar dengan teknik putar dan glasir. ketersediaan bahan baku dan kebiasaan-
Masyarakat di daerah ini mayoritas terdiri kebiasaan (adat budaya) yang ada di
dari masyarakat yang berasal dari etnis sekitarnya. Inilah modal budaya yang dapat
Cina, tentu mereka membuat produk kriya dijadikan kegiatan yang bernilai ekonomi.
sesuai dengan latar belakang budayanya. Latar belakang budaya merupakan nilai
Inilah kekayaan karya kriya di Indonesia tersendiri bagi hasil karya masyarakat
yang bermula dari modal budaya setempat. Indonesia. Pada saat ini banyak produk-
Tanah liat merupakan bahan baku produk dari negara-negara maju yang
keramik, baik untuk keramik bakaran terinspirasi dari nilai-nilai dan artefak
rendah (earthen ware) maupun bakaran budaya Nusantara. Kriya kontemporer
tinggi (stone ware). Keramik termasuk banyak mengambil nilai-nilai budaya lokal
produk kriya yang memiliki umur sudah untuk dihadirkan menjadi karya masa kini
sangat tua. Manusia membuat keramik yang dapat memenuhi kebutuhan
karena adanya interaksi dengan tanah liat masyarakat.
dan air. Tanah liat memiliki sifat mudah Pengembangan modal budaya
dibentuk dan akan mengeras jika dapat dikaitkan dengan pariwisata seperti
Agung Wicaksono, Potensi Pengembangan Inovasi Desain Produk Kriya Kukm Indonesia... [ 111

yang telah dilakukan di Bali. Sejarah keramik di Kasongan juga membuat replika
perkembangan kerajinan Indonesia dapat kepala Budha dari tanah liat dan dibakar
menembus pasar dunia tidak terlepas dari menjadi keramik.
perkembangan pariwisata di Indonesia. Kehidupan masyarakat Kalimantan
Pariwisata secara langsung membawa tidak lepas dari anyaman rotan yang banyak
dampak pada kedatangan pembeli dari luar tumbuh di hutan-hutan tropisnya.
negeri. Mereka membeli kerajinan Masyarakat Kalimantan telah mengenal
Indonesia untuk dijual lagi ke negara lain. pembuatan tas atau wadah untuk
Pulau Bali yang merupakan tujuan utama membawa barang-barang yang materialnya
pariwisata mancanegara juga merupakan dari rotan. Rotan dianyam dengan motif-
simpul pemasaran produk kerajinan motif indah yang terinspirasi dari flora dan
Indonesia ke pasar internasional. Gangguan fauna setempat. Di rumah-rumah mereka
yang terjadi pada pariwisata di Bali langsung juga banyak terdapat anyaman rotan yang
berdampak pada penurunan omset dijadikan alas duduk (tikar). Benda-benda
kerajinan Indonesia. Hal ini pernah tersebut digunakan oleh masyarakat
dirasakan pada beberapa tahun yang lalu Kalimantan dalam kehidupan sehari-hari.
ketika terjadi peristiwa Bom Bali. Banyak Produk mereka ternyata banyak disukai
wisatawan mancanegara yang juga buyer oleh konsumen dari berbagai daerah di
potensial pergi keluar dari Indonesia. dalam dan luar negeri. Menurut Yekti
Ikon-ikon budaya seperti Maunati (2006:272), bahwa masyarakat
Borobudur turut mendorong optimalisasi Dayak berubah menjadi produsen barang-
modal budaya untuk menghasilkan karya- barang cindera mata yang berasal dari
karya kriya dengan estetika tinggi. Keunikan barang-barang tradisional yang mereka
bangunan ini dapat menginspirasi perajin- pergunakan sehari-hari. Mereka memiliki
perajin ukir batu di sekitar Borobudur kegiatan ekonomi memproduksi cindera
menghasilkan produk-produk kerajinan mata disamping pergi ke ladang. Banyak
dengan nilai jual tinggi. Beberapa negara di warga dayak yang bermukim di Malaysia
Eropa dan Amerika banyak memesan hasil membeli cindera mata tersebut sebagai
karya mereka. Kepandaian mengukir batu atribut mereka untuk menunjukkan
yang berasal dari proses vulkanik Gunung identitasnya. Hal seperti ini disebut
Merapi diteruskan oleh perajin di wilayah komodifikasi kebudayaan yang memiliki
ini. Tidak hanya masyarakat di sekitar ekses positif dan negatif.
Borobudur yang mampu mengambil Jika pengembangan produk kriya
kesempatan membuat karya ukir batu, dilakukan dengan berbasis pada budaya
tetapi banyak perajin lainnya yang lokal, maka sulit bagi negara lain untuk
mengambil ikon-ikon Borobudur sebagai membuat hal yang sama dengan perajin
ide pembuatan produk kerajinannya. Tidak Indonesia. Identitas lokal tidak mungkin
kalah indahnya perajin perak di Kotagede diambil oleh negara lain. Meskipun
membuat kerajinan perak dengan teknik kekayaan budaya Indonesia sangat
filigri (susunan kawat-kawat perak) melimpah, namun perlu dilakukan upaya
berbentuk maket Borobudur. Perajin komprehensif agar masyarakat dunia dapat
112 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 5 No.2, Nopember 2016-April 2017

melihat potensi ini. Modal budaya adalah Wicaksono, Agung, “Eksistensi Seni Kriya
kekayaan yang terus menginspirasi perajin Indonesia di Era Gelombang
Indonesia untuk berkarya. Pasar industri Ekonomi Kreatif”, dalam Sri
kreatif mengharapkann hadirnya produk- Kresnanto, dkk. (ed.), Seni Kriya dan
produk berbasis budaya lokal disertai Kearifan Lokal dalam Lintasan
dengan narasi-narasi yang membangun Ruang dan Waktu, BIDISI,
kesadaran dan pencitraan positif. Yogyakarta, 2009.

PENUTUP
Inovasi produk kriya merupakan
kekuatan kompetitif yang diperlukan untuk
meraih pangsa pasar dalam dan luar negeri.
Produk kriya Indonesia masih menghadapi
tantangan pada ketersediaan SDM yang
mampu menginovasi desainnya untuk
dapat memenuhi selera pasar. Modal
budaya dan crafmanship adalah dua hal
yang mampu menjadi faktor pendukung
untuk pencitraan produk kriya berbasis
budaya lokal yang diperlukan pada era
industri kreatif.

DAFTAR PUSTAKA

Jones, Christopher J., Design Methods: Seed


of Human Being, John Wiley & Sons
Ltd., London, 1979.

Maunati, Yekti, Identitas Dayak


Komodifikasi dan Politik
Kebudayaan, LkiS, Yogyakarta, 2006

Soedarso Sp., Trilogi Seni: Penciptaan


Eksistensi dan Kegunaan Seni, BP ISI
Yogyakarta, Yogyakarta, 2006.

Soerjono, Soekanto, Sosiologi Suatu


Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta,
2010.

Anda mungkin juga menyukai