Anda di halaman 1dari 15

ABSTRAK

Masih kurang atau terbatasnya variasi dan inovasi souvenir pada Universitas
Islam Indonesia memberikan sebuah gambaran untuk menciptakan dan membuat
sebuah desain souvenir Universitas Islam Indonesia berupa sebuah Tas Tote Bag.
Tujuan daripada penelitian ini adalah Mengidentifikasi kebutuhan konsumen
terdahap produk Tote Bag serta merancang sebuah desain produk Tote Bag
berdasarkan kebutuhan konsumen (Costumer Needs). Metode penelitian yang
digunakan adalah QFD (Quality Function Deployment) Metode ini digunakan
untuk mengembangkan kualitas desain suatu produk. Dengan mengembangkan
metode QFD, diharapkan dapat meningkatkan kepuasan konsumen karena dengan
metode ini dilakukan penerjemahan customer needs ke dalam karakteristik teknis
dan hasil pada penelitian ini berupa sebuah desain dan prototipe sesuai spesifikasi
kebutuhan konsumen sehingga dapat membangun dan memberikan kualitas
produk atau layanan dengan memfokuskan setiap kepuasan pelanggan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia telah menggunakan tas sejak dahulu dengan berbagai
desain yang sesuai dengan tingkatan usia yang berbeda. Dengan adanya
perkembangan teknologi yang ada, tas pun juga mengalami perkembangan
dari masa ke masa mulai dari bahan dan tampilan. Semakin majunya teknologi
dapat menciptakan produk yang lebih berkualitas.
Tas merupakan sebuah barang yang berguna untuk mendukung kegiatan
sehari hari seperti digunakan untuk bersekolah, bekerja, bertamasya, dll.
Karena banyaknya yang menggunakan tas untuk kegiatan sehari hari dapat
membuat para produsen untuk menciptakan inovasi baru yang sesuai dengan
trend bahkan menjadi sebuah sovenir yang unik dan cocok untuk sebuah
Universitas ataupun instirusi institusi lainnya salah satunya adalah Tote Bag.
Tas yang sesuai dengan trend masa kini yakni Tote Bag, dengan gaya yang
simple yang bisa dibawa kemana saja saat ini yang sedang digandrungi anak
muda membuat Tote Bag cocok dijadikan sebagai souvenir. Tetapi banyak
yang menjual dan memproduksi dengan model yang mainstream dengan
bahan yang sama dan kurangnya variasi.
Pada kota Yogyakarta telah banyak beredar Tote Bag yang dijadikan
sebagai sebuah souvenir suatu institusi, akan tetapi masih kurangnya
pengembangan model dan variasi tampilan pada produk Tote Bag ini. Maka
dari itu kami mendesain sebuah souvenir Universitas Islam Indonesia dengan
berupa Tote Bag yang sesuai trend dan kebutuhan penggunanya.

1.2 Tujuan Penelitian


a. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen (customer needs) pada produk Tote
Bag.
b. Membuat desain Souvenir UII berupa Tote Bag berdasarkan kebutuhan
konsumen (customer needs)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Product Design


Desain merupakan suatu proses yang dapat dikatakan telah seumur dengan
keberadaan manusia di bumi. Hal ini sering tidak kita sadari. Akibatnya,
sebagian dari kita berpendapat seolah-olah desain baru dikenal sejak jaman
modern dan merupakan bagian dari kehidupan modern.
Dalam bahasa sehari-hari kata desain sering di artikan sebagai sebuah
perancangan, rencana atau gagasan. Pengertian seperti ini tidak sepenuhnya
salah tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia dikatakan bahwa desain sepadan dengan kata perancangan. Namun
demikian, kata merancang/rancang aau rancang bangun yang sering
disepadankan dengan kata desain ini nampaknya belum dapat mengartikan
desain secara lebih luas. Kata Desain yang sebenarnya merupakan kata baru
yang merupakan peng-Indonesia-an dari kata design(bahasa Inggris) tetap
dipertahankan. Katadesain ini menggeser kata rancang bangun karena kata
tersebut tidak dapat mewadahi kegiatan, keilmuan, keluasan dan pamor
profesi atau kompetensi,( Sachari, 2000).
Pengertian desain dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan
konteksnya. Desain dapat juga diartikan sebagai suatu kreasi seniman untuk
memenuhi kebutuhan tertentu dan cara tertentu pula. Desain juga dapat
merupakan pemecahan masalah dengan suatu target yang jelas (Archer,
1965). Sedangkan menurut Alexander (1963) desain merupakan temuan unsur
fisik yang paling objektif. Atau desain merupakan tindakan dan inisiatif untuk
merubah karya manusia (Jones, 1970).
Desain produk merupakan salah satu bidang ke ilmuan yang terintegrasi
dengan segala bentuk aspek kehidupan manusia dari masa kemasa.
Memadukan unsur khayal dan orientasi penemuan solusi untuk berbagai
masalah yang dihadapi manusia dengan menjembatani estetika serta teknologi
yang masing-masingnya dinamis dan memiliki pola tertentu dalam
perkembangannya. Desain produk merupakan terjemahan dari Industrial
Design. Sebagian para ahli menerjemahkan Industrial Design dengan desain
produk. Sebagian yang lain menerjemahkan dengan desain industri.
Penerjemahan yang terakhir dirasa kurang tepat, karena yang didesain
bukanlah industrinya melainkan produknya. (Adhi Nugraha,1989).
Desain produk adalah pioner dan kunci kesuksesan sebuah produk
menembus pasar sebagai basic bargain marketing, mendesain sebuah produk
berarti membaca sebuah pasar, kemauan mereka, kemampuan mereka, pola
pikir mereka serta banyak aspek lain yang akhirnya mesti diterjemahkan dan
di-aplikasikan dalam perancangan sebuah produk.
Oleh karena itu seorang pendesain sebaiknya harus bisa memuaskan
konsumen dengan cara menerjemahkan keinginan konsumen untuk menjadi
poin utama target desain , salah satu aplikasi atau metode yang dapat
digunakan adalah metode QFD (Quality Function Development ).

2.2 Metode QFD


2.2.1 Definisi
Quality Function Development dikembangkan oleh Yoji Akao di Jepang pada
tahun 1996. Menurut Akao, QFD adalah metode untuk mengembangkan
kualitas desain yang bertujuan untuk memuaskan konsumen dan kemudian
menerjemahkan permintaan konsumen menjadi target desain dan poin utama
kualitas jaminan untuk digunakan di seluruh tahap produksi. QFD adalah cara
untuk menjamin kualitas desain sedangkan produk yang masih dalam tahap
desain merupakan sisi yang sangat penting. Manfaat produk ditunjukan ketika
tepat diterapkannya QFD yang telah menunjukan pengurangan pembangunan
waktu dengan satu setengah sampai sepertiga.(Akao,1990) Fokus utama
QFD adalah melibatkan pelanggan dalam proses pengembangan produk
sedini mungkin, karena pealnggan tidak akan pus dengan suatu produk,
meskipun suatu produk telah dihasilkan secara sempurna. Menurut Oakland
J.S (1995), QFD adalah suatu sistem untuk mendesain sebuah produk atau
jasa yang berdasarkan permintaan pelanggan, dengan melibatkan partisipasi
fungsi-fungsi yang terdapat dalam organisasi tertentu.

2.2.2 Tujuan
Ada 3 tujuan utama dalam menerapkan QFD adalah:
Memprioritaskan keinginan dan kebutuhan pelanggan secara lisan dan
tidak lisan.
Menerjemahkan kebutuhan ke dalam karakteristik teknis dan spesifikasi.
Membangun dan memberikan kualitas produk atau layanan dengan
memfokuskan setiap kepuasan pelanggan.

2.2.3 Manfaat
Manfaat QFD bagi perusahaan yang berusaha meningkatkan daya saingnya
melaui perbaikan kualitas dan produktifitasnya secara berkesinambungan
adalah sebagai berikut :
Meningkatkan keandalan produk
Meningkatkan kualitas produk
Meningkatkan kepuasan konsumen
Memperpendek time to market
Mereduksi biaya perancangan
Meningkatkan komunikasi
Meningkatkan produktivitas
Meningkatkan keuntungan perusahaan

2.3 Gambar Teknik


Sebelum mengenal gambar teknik lebih jauh sebaiknya kita mengetahui dulu
pengertian dari gambar itu sendiri. Menurut Oemar Hamalik (1986:43)
berpendapat bahwa gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara
visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran
.Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 329) gambar
adalah tiruan barang, binatang, tumbuhan dan sebagainya. Sejak dahulu kala
gambar sudah dipakai untuk berkomunikasi antar individu manusia dan
sampai sekarang cara berkomunikasi dengan gambar ini masih dipakai
bahkan dikembangkan dengan diterapkannya sebagai standar komunikasi
orang-orang teknik.

2.4 Diagram Teknik Industri


2.4.1 OPC
Menurut Wignjosoebroto (2006), peta proses operasi (operation process
chart) atau disingkat OPC adalah peta kerja yang menggambarkan urutan
kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut ke dalam elemen-elemen
operasi secara detail. Sutalaksana (1979) berpendapat bahwa peta proses
operasi menggambarkan langkah-langkah operasi dan pemeriksaan yang
dialami bahan dalam urutan-urutannya sejak awal sampai menjadi produk
utuh maupun sebagai bahan setengah jadi. Jadi dapat dikatakan peta proses
operasi merupakan peta yang menggambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan memuat informasi yang diperlukan untuk analisis lebih
lanjut, seperti waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan mesin
yang dipakai.
Informasi-informasi yang dicatat melalui peta proses operasi ini
memiliki banyak kegunaan. Kegunaan tersebut antara lain dapat
mengetahui kebutuhan mesin dan penganggarannya, memperkirakan
kebutuhan material, membantu menentukan tata letak pabrik, serta untuk
pelatihan kerja.
a. Manfaat OPC
Untuk mengetahui kebutuhan mesin dan penganggarannya,
Untuk memperkirakan kebutuhan bahan baku,
Salah satu alat untuk menentukan tataletak pabrik,
b. Prinsip Penyusunan OPC
1. Pada baris paling atas terdapat kepala peta Operation Process
Chart, dan identifikasi lain: nama objek yang dipetakan, nama
pembuat peta, tanggal dipetakan, cara lama atau cara sekarang,
nomor peta, dan nomor gambar.
2. Material yang akan diproses diletakkan di atas garis
horizontal, untuk menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke
dalam proses.
3. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang
menunjukkan terjadinya perubahan proses
4. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara
berurutan, sesuai dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk
pembuatan produk tersebut, atau sesuai dengan proses yang
terjadi
5. Penomoran terhadap suatu kegiatan inspeksi diberikan secara
tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan
operasi.
6. Pada bagian bawah OPC dibuat ringkasan yang memuat informasi:
jumlah operasi, jumlah inspeksi, serta jumlah waktu yang
diperlukan.

2.4.2 BOM (Bill Of Material)


Bill of Material (BOM) merupakan daftar dari semua material, parts, dan
subassemblies, serta kuantitas dari masing-masing yang dibutuhkan untuk
memproduksi satu unit produk atau parent assembly. BOM juga
didefinisikan sebagai cara komponen-komponen itu bergabung ke dalam
suatu produk selama proses produksi. Struktur produk typical akan
menunjukkan bahan baku yang dikonversi ke dalam komponen-komponen
fabrikasi, kemudian komponen-komponen itu bergabung secara bersama
untuk membentuk subassemblies, kemudian subassemblies saling
bergabung membentuk assemblies, dan seterusnya
sampai membentuk produk akhir. Berdasarkan definisi di atas
maka BOM juga dapat digunakan sebagai suatu standar susunan
komponen produk untuk digunakan lebih lanjut untuk perhitungan biaya
produk. Struktur produk pada umumnya ditampilkan dalam bentuk gambar
(Gaspersz, 2001).
Menurut Scott (1994), Bill of Material memliki arti yang lebih
luas lagi, BOM merupakan sebuah kunci dalam manufaktur dalam
menghubungkan struktur produk dan materials planning systems. Produk
yang akan dibuat atau dirakit sebaiknya dipresentasikan oleh Bill of
Material produk tersebut. BOM adalah penggambaran komponen-
komponen atau part produk dalam sebuah hubungan parent atau child, atau
penggambaran komponen dengan level-level yang lebih rendahlagi. Jadi
BOM merupakan gambaran hirarki, dimana terdapat banyak level untuk
subassemblies dari produk. Hubungan parent/child tersebut menunjukkan
jumlah setiap komponen child untuk satu komponen parent. Pada
umumnya material yang harus dibeli atau sebagai bahan baku merupakan
level yang paling rendah dalam struktur BOM.
BOM juga merupakan suatu struktur yang dapat digunakan oleh
Master Production Schedule dalam penentuan gross requirement
subassemblies, komponen, dan part untuk suatu produk. Dalam BOM juga
berhubungan dengan part numbering system yang menjadi identitas yang
akan membedakan antara produk jadi, atau antara komponen, atau antara
subassemblies, sehingga dapat memudahkan dalam database BOM (Scott,
1994).

2.4.3 AC ( Assembly Chart)


Assembly Chart merupakan diagram yang menggambarkan hubungan
antara komponen-komponen yang akan dirakit menjadi sebuah produk.
Assembly Chart bermanfaat untuk menunjukkan komponen penyusun
suatu produk dan menjelaskan urutan perakitan komponen-komponen
tersebut.
Assembly Process Chart (APC) menurut Sutalaksana (1979)
merupakan peta yang menggambarkan langkah-langkah proses perakitan
yang akan dialami komponen berikut pemeriksaannya dari awal sampai
produk jadi selesai. APC atau peta proses perakitan memiliki beberapa
manfaat diantaranya dapat menentukan kebutuhan operator, mengetahui
kebutuhan tiap komponen, untuk menentukan tata letak fasilitas, dan
membantu menentukan perbaikan cara kerja.

2.4.4. Usability Testing


Usability berasal dari kata usable yang berarti dapat digunakan dengan
baik. Usability sendiri lebih tepat dikatagorikan sebagai paradigma dari
sebuah aplikasi (baik dari sisi perangkat lunak maupun perangkat keras)
yang menggambarkan tingkat kenyamanan pemakaiaan dari sisi pengguna.
Definisi dari usability sendiri menurut ISO (inter nasional Standart
Organization) adalah effectiveness, efficiency and satisfaction with which
a specified set of users can achieve a specified set of task in particular
environment.
Kemudahan dan kenyamanan pengguna sendiri merupakan suatu hal
yang relatif jika dibandingkan berdasarkan opini, karenanya dibutuhkan
criteria dari ukuran kemudahan penggunaan yaitu (Golien, 2004) :

1. Mudah dipelajari : Dalam konsep yang lain dinyatakan bahwa sebuah


system dianggap mudah dipelajari (Searman, 2005), jika seseorang
pengguna kategori menengah dapat memahami desain hanyay dalam
waktu kurang lebih sepuluh menit.
2. Mudah diingat : Dengan tampilan yang familiar dan sederhana akan
sangat membantu pengguna untuk mudah mengingat komposisi desain.
3. Mudah dioperasikan : Sebuah system yang mudah dipelajari serta
diingat, secara psikologis akan memberi kesan bahwa system mudah
dioperasikan
4. Mudah dieksplorasikan : Khusus bagi para pangguna yang dengan
kategori mahir, mampu melakukan eksplorasi lebih lanjut dari system.
Terutama untuk fasilitas-fasilitas yang dianggap mampu mampu
mempercepat sistem.
5. Kepuasan Pengguna : Meski kepuasan panggunana tidak memiliki
ukuran yang baku, tetapi dapat diukur dari kemudahan dan kenyamanan
pengguna dalam mencapai tujuan dari sistem yang dijalankan, misalkan
seperti pengguna akan merasa puas setelah melakukan proses
pencetakan yang hasilnya sama dengan yang diketik dari sebuah
aplikasi wor processor.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Objek pada penelitian ini adalah berupa Tote Bag yang telah kami rancang
dengan menyesuaikan kebutuhan ataupun keinginan dari konsumen.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian kali ini adalah responden yang telah bersedia
mengisi kuisioner serta menyampaikan keinginannya pada produk Tote
Bag.
3.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa :
a. Kuisioner, yang berupa googleform yang disebar melalui media sosial.
b. Kertas, printer dan Lem yang berguna dalam pembuatan prototipe
3.4 Alur Penelitian
Alur pada penelitian dapat dilihat seperti gambar di bawah ini :

Gambar 3.1 Alur penelitian


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Desain Produk


4.1.1 Metode Product Design
Dalam perancangan produk Tote Bag, metode yang digunakan adalah
metode Quality Function Deployment (QFD). Metode ini digunakan
untuk mengembangkan kualitas desain suatu produk. Dengan
mengembangkan metode QFD, diharapkan dapat meningkatkan
kepuasan konsumen karena dengan metode ini dilakukan penerjemahan
customer needs ke dalam karakteristik teknis dan spesifikasi sehingga
dapat membangun dan memberikan kualitas produk atau layanan
dengan memfokuskan setiap kepuasan pelanggan.

4.1.2 Hasil dan Analisa Olah Data


A. Hasil Kuisioner 1 Kriteria Tote Bag

Gambar 4.1 Kriteria produk Tote Bag souvenir UII

Berdasarkan hasil survey pada kuisioner 1 diperoleh beberapa


kriteria atau atribut dan dipilih 5 atribut dengan pilihan terbanyak
oleh terhadap souvenir Tote Bag. Yakni Colourfull, Desain
Menarik, Awet, Simple, dan Elegant.
B. Hasil Kuisioner 2 Tingkat Kepentingan Terhadap Kriteria Tote Bag

Gambar 4.2 Tingkat kepentingan kriteria Simple

Gambar 4.3 Tingkat kepentingan kriteria Desain menarik

Gambar 4.4 Tingkat kepentingan kriteria Awet


Gambar 4.5 Tingkat kepentingan kriteria Colourfull

Gambar 4.6 Tingkat kepentingan kriteria Elegant


Dari hasil kuisioner kedua Tingkat kepentingan kriteria didapat
hasil kriteria Simpel memiliki tingkat kepentingan = 3, kriteria
Desain menarik memiliki tingkat kepentingan = 5, kriteria Awet
memiliki tingkat kepentingan = 4, kriteria Colourfull memiliki
tingkat kepentingan = 4, kriteria elegant memiliki tingkat
kepentingan = 4

C. Analisa Metode Quality Function Deployment


Gambar 4.7 Perhitungan QFD
4.1.3 Gambar Kerja

4.2 Desain Proses


4.2.1 OPC (Operational Process Chart)

Gambar 4.8 OPC (Operational Process Chart)

4.2.2 BOM (Bill of Material)


4.2.3 AC (Assembly Chart)
4.3 Evaluasi Prototype
4.3.1 Metode Usability Testing

BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Sachari, 2002. Desain produk sebuah pengantar. Bandung : ITB

Nugraha,Adhi, 1989. Ds-281 desain produk I: catatan kuliah. Bandung : ITB

Alexander,Cristopher.Design methods. Reprinted by permission of Doubleday and


Company Inc.and of penguin Books Ltd.

Akao, Yoji.Quality function deployment.Japan

Anda mungkin juga menyukai