Anda di halaman 1dari 21

Makalah Marketing Management

“Desain Produk: Produk, Merek, dan Kemasan”


Dosen : Tandi Kadang SE., MAB

Disusun Oleh:
Sahrul (216221025)
Alyu Novaul Karim (216221026)

Jurusan Administrasi Bisnis


Politeknik Negeri Samarinda
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Produk adalah barang dan jasa yang dihasilkan dan dijual oleh perusahaan kepada
konsumennya. Agar barang dan jasa dapat dinikmati atau diperoleh oleh konsumen, maka
diperlukan desain produk. Perancangan produk atau dapat dikatakan desain produk juga
membawa konsekuensi pada perancangan proses produksi sehingga memerlukan mesin-
mesin dan sparepart mesin agar proses produksi dapat berjalan dengan baik. Sebab, proses
desain produk diperlukan dalam setiap proses manufaktur dengan tujuan untuk
menghasilkan produk akhir dengan biaya produksi yang optimal karena sebagian besar biaya
produksi ditentukan pada tahap proses desain. Dengan memerhatikan sebuah produk yang
dijualkan, merek, dan kemasan yang unik supaya konsumen tertarik dengan produk tersebut.
Setelah produk jadi maka diperlukan upaya pendistribusikan kepada konsumen.

2. Rumusan Masalah
a. Apa Itu Hakikat Pada Produk
b. Macam-Macam Klasifikasi Produk
c. Pengertian Merek (Brand)
d. Pengertian Kemasan (Packaging)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Produk
1. Terimonologi Desain

Desain merupakan suatu proses yang dapat dikatakan telah seumur dengan keberadaan
manusia di bumi. Hal ini sering tidak kita sadari. Akhirnya, sebagian dari kita
berpendapat seolah-olah desain baru dikenal sejak zaman modern dan merupakan bagian
dari kehidupan modern.

Dalam bahasa sehari-hari desain sering di artikan sebagai sebuah perencanaan, rencana
atau gagasan. Pengertian seperti ini tidak sepenuhnya salah tetapi juga tidak sepenuhnya
benar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan baha desain sepadan dengan kata
perencanaan. Namun demikian, kita merancang/rancang atau rancang bangun yang sering
disepadankan dengan kata desain ini nampaknya belum dapat mengartikan desain secara
lebih luas. Kata “Desain” yang sebenarnya merupakan kata baru yang merupakan peng-
Indonesia-an dari kata design tetap dipertahankan. Kata desain ini menggeser kata
rancang bangun karena kata tersebut tidak dapat mewadahi kegiatan, keilmuan, keluasan
dan pamor profesi atau kompetensi.

Pengertian desain dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan konteksnya. Desain dapat
juga diartikan sebagai suatu kreasi seniman untuk memenuhi kebutuhan tertentu dan cara
tertentu pula. Desain juga dapat merupakan pemecahan masalah dengan suatu target yang
jelas. Sedangkan menurut Alexander (1963) desain merupakan temuan unsur fisik yang
paling objektif. Atau desain merupakan tindakan dan inisiatif untuk merubah karya
manusia (Jones, 19730).

Perkembangan selanjutnya pengertian desain amat bervariatif karena tumbuhnya profesi


ini diberbagai Negara. Salah satu tokoh yang mengevaluasi pengertian desain adalah
Bruce Archer, menurutnya desain adalah salah satu bentuk kebutuhan badani dan rohani
manusia yang dijabarkan melalui berbagai bidang pengalaman, keahlian dan pengetahuan
yang mencerminkan perhatia pada apresiasi dan adaptasi terhadap sekelilingnya, terutama
yang berhubungan dengan bentuk, komposisi, arti, niai dan berbagai tujuan benda buatan
manusia.

Jika istilah “desain” maknanya adalah “rencana”, maka “rencana” adalah bendanya
(benda yang dihasilkan dalam proses perencanaan). Kegiatannya disebut “merencana”
atau “merencanakan”. Pelaksananya disebut “perencana”, sedangkan segala sesuatu yang
berkaitan erat dengan proses pelaksanaan pembuatan suatu rencana, disebut
“perencanaan”. Jadi kata “mendesain” mempunyai pengertian yang secara umum setara
dengan “merencana”, merancang, rancang bangun, atau merekayasa, yang artinya setara
dengan “designing”. Istilah mendesain mempunyai makna : melakukan
kegiatan/aktivitas/proses untuk menghasilkan suatu desain (palgunadi, 2007).

Dengan demikian, pengertian desain selalu mengalami perubahan sejalan dengan


perkembangan peradaban manusia. Hal ini membuktikan bahwa desain sebenarnya
mempunyai arti yang penting dalam kebudayaan manusia secara keseluruhan baik
ditinjau dari usaha memecahkan masalah fisik dan rohani manusia, maupun sebagai
bagian kebudayaan yang memberi nilai-nilai tertentu sepanjang perjalanan sejarah umat
mansia.

Berdasarkan definisi tersebut diatas, bahwa desain tidak semata-mata racangan diatas
kertas, tetapi juga proses secara keseluruhan sampai karya tersebut terwujud dan memiliki
nilai. Desain merupakan aktivitas praktis yang meliputi juga unsur-unsur ekonomi,
global, sosial, teknologi dan budaya dalam berbagai dinamikanya.

2. Ruang Lingkup Desain Produk

Desain produk merupakan salah satu bidang ke ilmuan yang terintegrasi dengan segala
bentuk aspek kehidupan manusia dari masa kemasa. Memadukan unsur khayal/imajinasi
dan orientasi penemuan solusi untuk berbagai masalah yang dihadapi manusia dengan
menjembatani estetika serta teknologi yang masing-masingnya dinamis dan memiliki
pola tertentu dalam perkembangannya.

Lingkup desain produk dapat dikatakan hampir tidak terbatas, melingkupi semua aspek
yang memungkinkan untuk dipecahkan oleh profesi/kompetensi ini. Namun demikian
jika mengacu pada perkembangan internasional, terdapat wilayah profesi yang tegas
terdiri atas desain produk, desain grafis dan desain interior. Wilayah desain yang
disebutkan ini wilayah desain yang diletakkan pada bidang seni rupa. Berdasarkan
pembagian wilayah desain tersebut, desain produk merupakan salah satu dari wilayah
desain yang ada.

Desain produk merupakan terjemahan dari Industrial Design. Sebagian parah ahli
menerjemahkan Industrial Design dengan desain produk. Sebagian yang lain
menerjemahkan dengan desan industri. Penerjemahan yang terakhir dirasa kurang tepat,
karena yang didesain bukanlah industrinya melainkan produknya (Adhi Nugroho, 1989).

Dalam perkembangan selanjutnya profesi ini terbagi atas beberapa kelompok kompetensi
(mungkin juga dapat berubah sesuai perkembangan zaman), yaitu :

a) Desain produk peralatan


b) Desain perkasas lingkungan
c) Desain alat transportasi
d) Desain produk kerajinan

Meski dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, namun secara umum mendesain
produk mempunyai mekanisme yang sama dalam berpikir kreatif dalam perancangan
sebuah produk, sehingga produk tersebut memenuhi nilai-nilai fungsional yang tepat dan
menjadi solusi bagi masalah yang dihadapi manusia dengan tidak meninggalkan aspek
kenyamanan user/pengguna melalui teknik-teknik dan ketentuan-ketentuan tertentu dan
pada akhirnya diteruskan menjadi siklus hidup produk yang ditentukan oleh pola
perancangan awal baik itu inovasi, modifikasi maupun duplikasi.

Desain produk adalah pioner dan kuci kesuksesan sebuah produk menembus pasar
sebagai basic bargain marketing, mendesain produk berarti membaca sebuah pasar,
kemauan mereka, kemampuan mereka, pola pikir mereka serta banyak aspek lain yang
akhirnya mesti diterjemahkan dan di aplikasikan dalam perancangan sebuah produk.

Kemampuan sebuah produk bertahan dalam siklus sebuah pasar dientukan oleh
bagaimana sebuah desain mampu beradaptasi akan perubahan-perubahan dalam bentuk
apapun yang terjadi dalam pasar yang dimasuki produk tersebut, sehingga kemampuan
tersebut menjadi nilai keberhasilan bagi produk itu sendiri dikemudian hari. Dengan
krusialnya bentuk tanggung jawab seorang desainer produk industri dalam perancangan
sebuah produk, desainer produk harus memiliki pengetahuan dan riset yang baik sebelum
merancang sebuah produk, proses tersebut tidak ayal lagi membutuhkan waktu yang
kadang-kadang tidak singkat dalam perancangannya. Ketajaman berpikir dan membaca
peluang sangatlah dominan dalam menentukan rating desainer tersebut.

Ketika seseorang membuat desain harus merumuskan sasaran setepat-tepatnya: apa,


mengapa, siapa, bagaimana, dimana dan kapan. Hal ini dalam ilmu desain dikenal dengan
tahapan identifikasi permasalahan merupakan kuci menentukan. Selain menentukan
sasaran, selanjutnya dalam proses desain harus menentukan pengembangan produk.
Dalam pengembagan produk ini, bergantung pada masalah yang telah dirumuskan diatas
itu. Selain itu ditentukan pula faktor-faktor yang perlu dikaji. Secara keseluruhan faktor-
faktor tersebut meliputi:

a) Faktor Performansi, suatu desain itu harus praktis, ekonomis, aman sesuai dengan
kondisi psikologis dan fisiologis manusia (ergonomic) maka perlu
mempertimbangkan:
 Kenyamanan
 Kepraktisan
 Keselamatan/keamanan
 Kemudahan dalam penggunaan
 Kemudahan dalam pemeliharaan
 Kemudahan dalam perbaikan.
b) Faktor Fungsi, suatu desain secara fisik dan teknis harus bekerja sesuai dengan
fungsi yang dituntut. Oleh karena itu pula mempertimbangkan:
 Kelayakan
 Kehandalan
 Spesifikasi dari material
 Struktur penggunaan atau sistem tenaga
c) Faktor Produksi, desain harus memungkinkan untuk diproduksi sesuai dengan
metode dan proses yang tela ditentukan. Untuk itu perlu mempertimbangkan:
 Permesinan
 Bahan baku
 Sistem proses produksi
 Tingkat ketrampilan tenaga kerja
 Biaya produksi
 Standarisasi
d) Faktor Pemasaran, desain dapat dikatakan berhasil jika jangkauan pasar semakin luas
dan masa hidup design lifa dapat bertahan dalam waktu yang lama. Untuk itu
dipertimbangkan, meliputi:
 Selera konsumen
 Citra produk
 Sasaran pasar
 Penentuan harga
 Saluran distribusi
e) Faktor Kepentingan Produsen, desain produk yang dihasilkan harus bertujuan
menghasilkan keuntungan atau laba, sehingga akan menjamin kelangsungan hidup
produsen. Dengan demikian perlu mempertimbangkan:
 Identitas Perusahaan
 Status (swasta, pemerintah, yayasan, dan lain-lain)
f) Faktor Kualitas Bentuk, suatu desain harus dibuat sedemikian rupa agar menarik
sehingga menimbulkan kenikmatan estetis. Hal ini penting dalam meningkatkan cita
rasa seseorang/ masyarakat/ konsumen. Untuk itu perlu diperhatikan:
 Spirit dan gaya jaman, senantiasa menandai style suatu desain produk. Sebagai
contoh pada jaman terjadi gerakan seni dan kriya atau lebih dikenal dalam bahasa
Inggris sebagai art and craft movement (suatu gerakan pada akhir masa revolusi
industry yang mementingkan komitmen kerja dan keindahan), yang menolak
estetika yang dihasilkan oleh produksi secara missal, karena dianggap sebagai
penyebab utama hilangnya keindahan individual. Pada gerakan ini, mesin
dianggap menghantui seni dari pertukangan (industry) karena barang yang
dikerjakan mesin sudah menjadi standarisasi sendiri. Gerakan ini ingin
menjadikan seni sebagai bagian dari komunitas dan seniman seharusnya juga
seorang perajin kriya. Setiap karya digarap dengan serius dan teliti.
 Estetika dan Daya tarik, desain tidak sekedar membuat struktur, konstruksi dan
bentuk saja, sebagaimana pendapat plato dalam Bertram (1938) bahwa prinsip
pembuatan benda dihubungkan dengan segi keindahan dan keserasian, yang
merupakan factor penting dalam desain, karena sekuat apapun kontruksinya,
sebagus apapun bahannya, jika tidak memiliki sentuhan keindahan maka tidak
akan diminati oleh konsumen.
 Penyelesaian detail dan finishing, sebuah desain merupakan rencana yang akan
diimplitasikan dalam karya jadi. Jika sebuah prodk dikerjakan secara
serampangan akan terlihat tidak propesional.
g) Karakteristik Produk, merupakan hal yang penting untuk diketahui dalam
menganalisis hubungan antara konsumen dengan produk yang digunakan. Sebagian
dari karakteristik tersebut terbukti dapat mempengaruhi keberhasilan suatu produk
atau merek. Menurut Peter Paul & Jerry C Olson (2008:170) mengenai karakteristik
produk yaitu :
 Kompabilitas Adalah sejauh mana suatu produk konsisten dengan afeksi, kognisi,
dan perilaku konsumen saat ini.
 Kemampuan untuk di uji coba Kemampuan untuk di uji coba menjelaskan sejauh
mana suatu produk dapat dicoba dalam jumlah yang terbatas atau dipilah-pilah ke
dalam jumlah-jumlah yang lebih kecil jika untuk melakukan uji coba ternyata
membutuhkan biaya yang tinggi.
 Kemampuan untuk ditelitiMengacu pada sejauh mana produk atau dampak yang
dihasilkan produk tersebut dapat dirasakan oleh konsumen lain. Produk baru yang
dikenal masyarakat dan sering didiskusikan cenderung diadopsi lebih cepat.
 Kecepatan Adalah seberapa cepat manfaat suatu produk dipahami oleh konsumen,
karena sebagian konsumen masih berorientasi pada kepuasan yang dengan cepat
dirasakan ketimbang yang ditunda, produk yang dapat memberikan manfaat lebih
cenderung berkemungkinan lebih tinggi untuk paling tidak dicoba oleh konsumen.
 Kesederhanaan Adalah sejauh mana suatu produk dengan mudah dimengerti dan
digunakan konsumen.
 Manfaat relative Adalah sejauh mana produk memiliki keunggulan bersaing yang
bertahan atas kelas produk, bentuk produk, dan merek lainnya.
 Simbolisme produk Apakah makna suatu produk atau merek bagi konsumen dan
bagaimanakah pengalaman konsumen ketika membeli dan menggunakannya.
B. Klasifikasi Produk

Product classification adalah cara mengatur produk ke dalam beberapa kategori yang
didasarkan pada perilaku pembelian konsumen, kesamaan dengan merek kompetitor, dan
kisaran harga, menurut HubSpot.

Proses klasifikasi produk tersebut dapat membantu marketer untuk menargetkan kebutuhan
konsumen dengan lebih spesifik. Product classification juga bisa menjadi acuan marketer
saat merancang iklan atau kampanye untuk produk atau layanan mereka.

1. Jenis Product Classification

Matrix Marketing menjelaskan bahwa cara yang berguna untuk mengklasifikasikan


produk yaitu didasarkan pada kebiasaan belanja konsumen. Selain itu, harga dan
karakteristik produk juga menjadi acuan untuk klasifikasi produk. Maka, berikut empat
jenis klasifikasi produk yang wajib dipahami marketer, yaitu:

 Convenience goods, adalah barang kebutuhan sehari-hari yang dibeli konsumen.


Biasanya konsumen tidak akan berpikir panjang saat akan membeli produk jenis
ini karena dibutuhkan untuk kegiatan sehari-hari. Contohnya adalah sabun
mandi, pasta gigi, tisu, produk pembersih rumah, dll. Selain itu, menurut Chron
makanan pokok juga termasuk dalam kategori ini. Perusahaan yang menjual
produk-produk ini lebih gencar melakukan promosi karena konsumen selalu
membutuhkan produknya. Namun, usaha promosi juga menjadi tantangan
karena banyak produk serupa yang bersaing untuk mendapatkan perhatian
konsumen.
 Shopping goods. Berbeda dengan convenience goods, untuk jenis shopping
goods biasanya konsumen akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk
berpikir dan membandingkan harga sebelum membeli. Contoh dari jenis product
classification ini adalah pakaian, perabotan rumah, hingga kendaraan. Saat akan
membeli barang-barang tersebut biasanya konsumen akan melakukan riset harga
dan kualitas. Bagi marketer yang menjual shopping goods sebaiknya membuat
konten iklan yang bisa meyakinkan konsumen agar segera membeli produknya.
Karena itu perlu untuk menonjolkan nilai dan kualitas yang dimiliki produk serta
apa bedanya dengan produk pesaing.
 Specialty goods, merupakan sebuah produk khusus yang dipromosikan kepada
target konsumen tertentu. Produk-produk ini biasanya berupa produk yang
inovatif, mahal, dan tahan lama. Misalnya, perhiasan, mobil, atau alat elektronik
yang mewah. Specialty goods biasanya juga sudah memiliki penggemar dan
pelanggan yang setia. Jadi, saat ada produk jenis baru yang dirilis, konsumen
setia tersebut tidak perlu berpikir lama untuk membelinya. Karena itu, bentuk
promosi dari perusahaan yang menjual barang jenis ini juga lebih spesifik
kepada segmen tertentu. Selain itu, strategi marketing yang bisa diterapkan
adalah customer retention agar hubungan dengan pelanggan selalu terjaga
dengan baik.
 Unsought goods, adalah barang yang biasanya tidak banyak dicari dan dibeli
oleh konsumen. Biasanya konsumen tidak berpikir untuk membeli sampai
melihat iklan atau memang sangat butuh. Contoh dari barang unsought goods
adalah alat pemadam kebakaran (APAR), detector asap, filter udara, atau bahkan
baterai. Produk yang seperti itu membutuhkan upaya pemasaran yang lebih
kompleks. Pasalnya, barang yang dijual terkadang masih tak terpikirkan
gunanya oleh konsumen. Jadi, sebaiknya tingkatkan brand awareness agar
konsumen menyadari eksistensi dari produk tersebut. Lalu, yakinkan mereka
bahwa produk tersebut dibutuhkan sehingga harus dibeli.
2. Mengapa Perlu Melakukan Product Classification?
Perusahaan melakukan klasifikasi produk karena berbagai alasan seperti:
a) mengambil keputusan untuk product life cycle
b) menyusun strategi untuk memasarkan
c) menentukan harga dan target pasar
d) mengetahui jumlah permintaan produk

Tak hanya itu, ada beberapa manfaat lain dari melakukan product classification di
antaranya adalah:

a) Proses pemasaran, product classification bisa menjadi panduan untuk menentukan


strategi pemasaran yang paling efektif. Klasifikasi produk juga bisa mengubah
rencana anggaran pemasaran dan fokus tujuan dari kampanye yang akan dilakukan.
b) Penetapan harga, manfaat selanjutnya dari melakukan product classification adalah
kemudahan dalam menentukan harga produk atau layanan. Klasifikasi produk akan
mengubah cara supplier dan distributor dalam menentukan harga barang. Misalnya
untuk convenience goods seringkali cenderung lebih murah daripada specialty
goods.
c) Mengetahui permintaan produk, permintaan akan suatu produk sering bervariasi
tergantung pada klasifikasi produknya. Produk untuk kebutuhan sehari-hari
memiliki permintaan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produk untuk
kebutuhan tersier. Fakta tersebut memengaruhi cara perusahaan memproduksi
barang dan cara mempromosikannya.
d) Membuat inovasi, manfaat selanjutnya dari product classification adalah untuk
acuan membuat inovasi produk baru. Keputusan perusahaan untuk membuat inovasi
baru dipengaruhi oleh permintaan suatu produk. Bisa dikatakan jika product
classification adalah hal penting dalam bisnis karena berhubungan dengan
perancangan strategi marketing hingga penetapan harga.
C. Merek (Brands)

Merek atau brand adalah suatu tanda atau simbol yang terdiri dari nama, istilah, gambar,
logo, lambang, desain atau kombinasi dari semua itu yang ditujukan untuk mengidentifikasi,
mendefinisi atau memberi identitas kepada suatu barang atau layanan (jasa) dari suatu
penjual serta membedakannya dari pesaing.

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merk dan Indikasi Geografis,
menyebutkan bahwa merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Merek merupakan suatu tanda pengenal dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa yang
sejenis dan sekaligus merupakan jaminan mutunya bila dibandingkan dengan produk barang
atau jasa sejenis yang dibuat pihak lain. Merek mengandung janji perusahaan untuk secara
konsisten memberikan ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli.

Berikut definisi dan pengertian merek dari beberapa sumber buku:

 Menurut Kotler dan Armstrong (2008), merek adalah nama, istilah, tanda,
lambang, atau desain atau kombinasi dari semua ini yang memperlihatkan
identitas produk atau jasa dari satu penjual atau sekelompok penjual dan
membedakan produk itu dari produk pesaing.
 Menurut Tjiptono (2008), merek adalah logo, instrument legal (hak
kepemilikan), perusahaan, shorthand notation, risk reducer, positioning,
kepribadian, rangkaian nilai, visi, penambah nilai, identitas, citra, relasi dan
evolving entity.
 Menurut Simamora (2001), merek adalah nama, tanda, simbol, desain atau
kombinasinya yang ditunjukan untuk mengidentifikasi dan mendefenisi barang
atau layanan suatu penjual dari barang dan layanan penjual lain.
 Menurut Rangkuti (2002), merek adalah nama dan simbol yang bersifat
membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) dengan maksud
mengidentifikasi barang dan jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok
penjual tertentu.
 Menurut Alma (2007), merek adalah suatu tanda atau simbol yang memberikan
identitas suatu barang atau jasa tertentu yang dapat berupa kata-kata, gambar
atau kombinasi keduanya.
1. Bagian-bagian Merek

Menurut Kotler dan Keller (2009), suatu merek umumnya terdiri dari beberapa bagian,
yaitu:
 Nama merek (brand name), adalah sebagian dari merek dan yang diucapkan.
 Tanda merek (brand merk), adalah sebagian dari merek yang dapat dikenal,
tetapi tidak dapat diucapkan, seperti lambang, desain, huruf, atau warna khusus.
 Tanda merek dagang (trademark), adalah merek atau sebagian dari merek yang
dilindungi hukum karena kemampuannya menghasilkan sesuatu yang istimewa.
 Hak cipta (copyright), adalah hak istimewa yang dilindungi undang-undang
untuk memproduksi, menertibkan, dan menjual karya tulis, karya musik, atau
karya seni.
2. Fungsi dan Manfaat Merek

Merek berfungsi untuk memberi identitas pada barang atau jasa dan berfungsi menjamin
kualitas suatu barang dan jas bagi konsumen. Merek juga berfungsi sebagai penbeda
dari produk barang atau jas yang dibuat oleh seseorang atau badan hukum dengan
produk barang atau jasa yang dibuat oleh seseorang atau badan hukum lain. Menurut
Saidin (2004), fungsi merek antara lain adalah sebagai berikut:

 Fungsi indikator sumber. Merek berfungsi untuk menunjukkan bahwa suatu


produk bersumber secara sah pada suatu unit usaha dan karenanya juga
berfungsi untuk memberikan indikasi bahwa produk itu dibuat secara
profesional.
 Fungsi indikator kualitas. Merek berfungsi sebagai jaminan kualitas khususnya
dalam kaitan dengan produk-produk bergengsi.
 Fungsi sugestif. Merek memberikan kesan akan menjadi kolektor produk
tersebut.

Sedangkan menurut Tjiptono (2005), manfaat merek adalah sebagai berikut:

 Sarana identifikasi untuk mempermudah proses penanganan atau pelacakan


produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan
pencatatan akuntansi.
 Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. Merek bisa
diproteksi melalui merek dagang terdaftar (registered trade marks), proses
pemanufakturan bisa dilindungi melalui hak paten, dan kemasan bisa diproteksi
melalui hak cipta (copyrights) dan desain. Hak-hak properti intelektual ini
memberikan jaminan bahwa perusahaan dapat berinvestasi dengan aman dalam
merek yang dikembangkannya dalam meraup manfaat dari riset bernilai tersebut.
 Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa
dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu. Loyalitas merek
seperti ini menghasilkan predictability dan security permintaan bagi perusahaan
dan menciptakan hambatan masuk yang menyulitkan perusahaan lain untuk
memasuki pasar.
 Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari
para pesaing.
 Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas
pelanggan, dan citra unik untuk yang terbentuk dalam benak konsumen.
 Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa datang.
3. Jenis-jenis Merek

Menurut Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, secara umum merek
terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

 Merek Dagang, yaitu merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum
untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
 Merek Jasa, yaitu merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
 Merek Kolektif, yaitu merek yang digunakan pada barang dan atau jasa dengan
karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan
hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan atau jasa
sejenis lainnya.

Berdasarkan wujudnya, merek dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

 Merek lukisan. Bentuk ini mempunyai daya pembeda dalam wujud lukisan atau
gambar antara barang atau jasa yang satu dengan barang atau jasa yang lain yang
sejenis. Contoh: merek cat Kuda Terbang, yaitu lukisan atau gambar kuda
bersayap yang terbang.
 Merek kata. Merek ini mempunyai daya pembeda dalam bunyi kata antara
barang atau jasa yang satu dengan barang atau jasa yang lain yang sejenis.
Contoh: Pepsodent untuk pasta gigi, Ultraflu untuk obat flu, Toyota untuk mobil.
 Merek huruf atau angka. Bentuk ini mempunyai daya pembeda dalam wujud
huruf atau angka antara barang atau jasa yang satu dengan barang atau jasa yang
lain yang sejenis. Contoh: ABC untuk kecap dan sirup, 555 untuk buku tulis.
 Merek nama. Bentuk ini mempunyai daya pembeda dalam wujud nama antara
barang atau jasa yang satu dengan barang atau jasa yang lain yang sejenis.
Contoh: Louis Vuiton untuk tas, Vinesia untuk dompet.
 Merek kombinasi. Bentuk ini mempunyai daya pembeda dalam wujud
lukisan/gambar dan kata antara barang atau jasa yang satu dengan barang atau
jasa yang lain yang sejenis. Contoh: jamu Nyonya Meneer yang merupakan
kombinasi gambar seorang nyonya dan kata-kata nyonya Meneer.
Menurut Harahap (1996), berdasarkan tingkatannya merek dibagi menjadi tiga
tingkatan, yaitu:

 Merek biasa (normal marks)


Merek biasa adalah merk yang tidak memiliki reputasi tinggi. Merek yang
berderajat biasa ini dianggap kurang memberi pancaran simbolis gaya hidup,
baik dari segi pemakaian dan teknologi. Masyarakat atau konsumen melihat
merk tersebut kualitasnya rendah. Merk ini dianggap tidak memiliki drawing
power yang mampu memberi sentuhan keakraban dan kekuatan mitos (mysical
power) yang sugesif kepada masyarakat dan konsumen dan tidak mampu
membentuk lapisan pasar dan pemakai.
 Merek terkenal (well known mark)
Merek terkenal biasa disebut sebagai well known mark. Merek jenis ini memiliki
reputasi tinggi karena lambangnya memiliki kekuatan untuk menarik perhatian.
Merek yang demikian itu memiliki kekuatan pancaran yang memukau dan
menarik, sehingga jenis barang apa saja yang berada dibawah merek ini
langsung menimbulkan sentuhan keakraban (familiar attachment) dan ikatan
mitos (famous mark).
 Merek termashyur (famous mark)
Tingkat derajat merek yang tertinggi adalah merek termasyur. Derajat merek
termahsyurpun lebih tinggi daripada merek biasa, sehingga jenis barang apa saja
yang berada dibawah merek ini langsung menimbulkan sentuhan mitos. Oleh
karena definisi tersebut bagi yang mencoba, besar sekali kemungkinannya akan
terjebak dengan perumusan tumpang tindih merek terkenal.
 Tahapan Perkembangan Merek
Menurut Rangkuti (2008), sebuah merek biasanya mengalami beberapa fase atau
tahapan perkembangan, yaitu sebagai berikut:
 Produk yang tidak memiliki merek (unbranded goods)
Pada tahap ini, produk dikelola sebagai komoditi sehingga merek hampir
tidak diperlukan. Kondisi ini sangat mendukung apabila permintaan
(demand) lebih banyak dibandingkan dengan dengan pasokan (supply)
yang biasanya sering terjadi dalam situasi perekonomian yang bersifat
monopolistic. Contoh: beras murah, BBM, obat generik dll.
 Merek yang dipakai sebagai referensi (brand as reference)
Pada tahap ini sudah terjadi persaingan sedikit-sedikit, meskipun
tingkatnya belum begitu ketat. Persaingan ini merangsang produsen
untuk membuat diferensiasi produk yang dihasilkan. Tujuannya adalah
agar produk yang ia hasilkan memiliki perbedaan dari produk perusahaan
lain. Contoh: sepatu olahraga, sepatu ke kantor, buku tulis, buku gambar
dll.
 Merek sebagai personality
Pada tahap ini, diferensiasi antar merek berdasarkan atribut fungsi
menjadi semakin sulit menjadi semakin sulit dilakukan. Karena hampir
sebagian perusahaan melakukan kegiatan yang sama. Untuk
membedakan produk yang dihasilkan dari produk pesaing, perusahaan
melakukan tambahan nilai-nilai personality pada masing-masing merek.
Contoh: sabun mandi kesehatan, sabun mandi untuk bayi dll.
 Merek sebagai simbol (icon)
Pada tahap ini, Merek menjadi milik pelanggan. Pelanggan memiliki
pengetahuan yang lebih mendalam mengenai merek yang ia gunakan.
Pada umumnya merk yang masuk pada tahap ini sudah bersifat
internasional dan pelanggan yang menggunakan merk ini dapat
mengekspresikan dirinya atau dapat menunjukkan jati dirinya. Contoh:
rokok Marlboro.
 Merek sebagai sebuah perusahaan
Iklan pada tahap ini memiliki identitas yang sangat kompleks dan lebih
bersifat interaktif, sehingga pelanggan dapat dengan mudah
menghubungi merek. Karena merek perusahaan tersebut merupakan
wakil perusahaan sehingga merek=perusahaan, semua direksi dan
karyawan memiliki persepsi yang sama tentang merek yang dimilikinya.
Komunikasi yang keluar dari perusahaan telah terintegrasi ke semua lini
kegiatan operasional, sehingga informasi mengalir secara lancar baik dari
manajemen ke pelanggan maupun sebaliknya, dari pelanggan ke
manajemen. Contohnya, Microsoft Software dimana pelanggan dapat
berkomunikasi secara langsung setiap saat melalui internet dengan
perusahaan, begitu juga sebaliknya perusahaan dapat menginformasikan
produknya kepada pelanggan kapan saja.
 Merek sebagai kebijakan moral
Saat ini hanya ada beberapa perusahaan yang telah berada pada tahap ini,
yaitu perusahaan yang telah mengoperasikan kegiatannya secara
transparan baik mulai dari bahan baku yang digunakan, proses produksi,
dan operasionalnya sampai produk maupun jasa dan pelayanan purna
jualnya kepada pelanggan. Informasi disampaikan secara transparan,
jelas dan tidak ada yang ditutup-tutupi secara etika bisnis, sosial maupun
politisnya. Contohnya adalah iklan Body Shop dan Benetton.
D. Kemasan (Packaging)

Kemasan produk tidak dapat dipisahkan dari proses distribusi ataupun pemasaran. Melalui
kemasan produk, masyarakat bisa mendapatkan banyak manfaat yang menghasilkan rasa
aman dan kenyamanan dalam penggunaannya.

Secara umum, kemasan dapat berarti suatu material pembungkus suatu produk yang
digunakan untuk melindungi dari terjadinya kerusakan dari produk tersebut. Maka dari itu,
peran kemasan produk sangatlah penting bagi produk itu sendiri.

1. Kemasan Produk

Kemasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bungkus pelindung dalam
suatu barang dagangan yang dihasilkan dari kegiatan mengemas. Rodrigues berpendapat
bahwa kemasan produk adalah kemasan yang mengubah kondisi dari bahan pangan dengan
penambahan senyawa aktif sehingga mampu memperpanjang usia simpan dari bahan pangan
yang dikemas dan juga meningkatkan keamanan serta tetap mempertahankan kualitas.

2. Jenis Kemasan Produk

Kemasan produk memiliki beberapa jenis yang dikelompokkan berdasarkan:

a) Struktur Isi

Berdasarkan struktur isinya, kemasan dibedakan menjadi tiga jenis, yakni:

 Kemasan Primer, yakni bahan yang diolah menjadi wadah langsung untuk bahan
makanan, seperti botol minum dan kaleng susu.
 Kemasan Sekunder, yakni kemasan yang berfungsi untuk memberikan
perlindungan pada kemasan primer, seperti kotak kardus dan kotak peti kayu.
 Kemasan Tersier, yakni kemasan yang dapat digunakan untuk melindungi
produk dalam proses penyimpanan, identifikasi, atau pengiriman.
b) Frekuensi Pemakaian

Jenis kemasan berdasarkan frekuensi pemakaian juga dibedakan menjadi beberapa


macam, seperti:

 Kemasan Disposable, yaitu kemasan yang hanya bisa digunakan satu kali,
seperti kemasan daun pisang dan plastik.
 Kemasan Multi Trip, yaitu kemasan yang bisa digunakan berkali-kali dan bisa
dikembalikan kepada penjual untuk digunakan kembali, seperti botol kaca pada
saus atau galon air minum.
 Kemasan Semi Disposable, yaitu kemasan yang bisa digunakan kembali oleh
konsumen, seperti botol kaca sirup atau kaleng biskuit.
c) Tingkat Kesiapan Pakai

Kemasan produk jenis ini terbagi menjadi dua, yakni:

 Kemasan Siap Pakai adalah kemasan yang siap diisi dan digunakan yang sejak
pertama kali diproduksi sudah berbentuk atau berwujud, misalnya kaleng atau
botol.
 Kemasan Siap Dirakit adalah kemasan produk yang membutuhkan perakitan
ulang sebelum akhirnya bisa diisi dengan produk tersebut, misalnya adalah
aluminium foil, kertas kemas, dan plastik.
3. Kriteria Kemasan Produk yang Baik

Setelah mengetahui berbagai jenis kemasan produk, saatnya mengetahui apa syarat
pengemasan produk atau kriteria kemasan produk yang baik. Penggunaan kemasan yang
baik diyakini mampu membantu perusahaan untuk membangun ekuitas merek dan
mendorong terjadinya peningkatan dalam penjualan. Kemasan produk bisa dikatakan
baik apabila telah memenuhi sepuluh kriteria kemasan yang berkualitas berikut ini:

a) Praktis
Kemasan sangat diperlukan untuk memudahkan pengiriman yang dilakukan oleh
perusahaan, memudahkan pengangkutan produk, dan mempermudah dalam proses
penyimpanan serta penataannya.
b) Bersifat non toxic atau inert
Kemasan dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi produk yang ada didalamnya
baik dari segi warna, rasa, aroma, serta tidak menimbulkan reaksi kimia yang dapat
merusak kondisi produk.
c) Aman
Aman di sini dapat berarti penggunaan kemasan mampu melindungi keamanan
internal produk dan menghindari gangguan eksternal yang mungkin terjadi, seperti
panas atau dingin, sinar matahari, bau tidak sedap, benturan, gesekan, dan lain
sebagainya.
d) Kedap air
Kemasan yang akan digunakan harus mampu mempertahankan kelembaban di
bawah tekanan tertentu supaya air tidak masuk ke dalam kemasan yang nantinya
bisa mengganggu atau merusak internal produk.
e) Tidak mudah bocor
Agar tidak terjadi kebocoran, pengemasan perlu dilakukan dengan baik dan
kemasan yang digunakan memiliki kepadatan bahan yang baik. Sehingga, produk
internal terjaga saat terjadi guncangan atau gangguan eksternal lainnya.
f) Tahan panas
Kemasan yang baik membutuhkan ketahanan panas yang baik pula. Tujuannya
adalah agar produk yang ada didalamnya dapat terjaga kondisinya dengan
maksimal.
g) Efisien
Kemasan yang baik akan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas yang
dibutuhkan untuk menggunakannya. Semakin mudah digunakan, semakin sedikit
waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkannya.
h) Menarik
Selain berfungsi untuk melindungi isi produk, kemasan produk juga harus mampu
menciptakan daya tarik bagi konsumennya. Sebagai brand image dari suatu
perusahaan, kemasan pada produk yang digunakan bisa menjadi media promosi
yang efektif.
i) Ekonomis
Hal ini mengacu pada kebutuhan ekonomi masyarakatnya. Dengan kata lain,
pengemasan haruslah dapat memenuhi permintaan pasar, kelompok sasaran, dan
tujuan pembelinya.
j) Terstandarisasi
Pengemasan yang baik membutuhkan waktu untuk memenuhi standar yang telah
ditetapkan, termasuk pada ukuran, bentuk, berat, serta mudah ditangani dan diolah
kembali.
4. Tips Membuat Kemasan Produk yang Baik

Setelah memahami komponen penting dari kemasan produk, kini saatnya memberikan
beberapa tips untuk membuat kemasan produk yang menarik.

a) Desain Kemasan yang Unik


Salah satu hal yang penting dalam pembuatan kemasan produk adalah kamu harus
mendesain kemasan dengan lebih inovatif, unik, dan berbeda dari yang lainnya.
Dengan membuat kemasan yang unik, maka minat masyarakat terhadap produk
yang kamu tawarkan akan meningkat.
b) Sesuaikan dengan Target Pasar
Pastikan ketika kamu membuat desain kemasan produk disesuaikan dengan target
pasar yang ingin kamu capai. Jika target pasarmu adalah mereka yang berusia 5-12
tahun, maka sebaiknya kamu membuat kemasan produk yang disukai oleh mereka
dengan rentang usia tersebut. Begitu pula jika target pasar yang kamu tuju adalah
orang-orang berusia 30-50 tahun.
c) Diferensiasi Ukuran
Ada baiknya jika produk yang ingin kamu pasarkan memiliki berbagai variasi
ukuran. Terlebih lagi jika produk yang ingin dijual adalah produk baru. Variasi
ukuran seperti small, medium, atau large ini disediakan agar konsumen yang masih
ragu dengan produk tersebut bisa mencicipinya dengan membeli produk dengan
ukuran yang lebih kecil.
d) Mencantumkan Informasi Produk yang Lengkap
Mencantumkan informasi produk pada setiap kemasan juga merupakan hal yang
penting. Dengan menuliskan komposisi produk, jenis, cara konsumsi, hingga
tanggal kadaluarsa ini akan sangat membantu konsumen untuk menyesuaikan
kebutuhan mereka dengan produk yang ingin dikonsumsi.

Pada dasarnya, kemasan produk merupakan satu hal yang yang sama pentingnya dengan
produk itu sendiri. Memberikan kemasan pada produk berguna untuk melindungi dan
mencegah terjadinya kerusakan pada produk, mempertahankan kondisi produk, dan
meningkatkan nilai jual produk tersebut. Kemasan produk juga bisa digunakan sebagai
identitas suatu perusahaan yang akan memudahkan masyarakat mengenali produk yang
ditawarkan oleh perusahaan tersebut. Peran kemasan produk tidak hanya sampai di situ.
Terbukti dengan desain kemasan produk yang menarik, penggunaan kemasan pada produk
mampu meningkatkan penjualan dan memberi kemudahan dalam mempromosikannya.

5. Fungsi Kemasan Produk

Kemasan produk memiliki fungsi yang beragam. Tidak hanya sebagai tempat, namun
juga bisa menjadi sebuah identitas bagi perusahaan. Adapun fungsi kemasan produk
yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:

a) Fungsi Protektif
Fungsi ini berkaitan dengan proteksi pada produk, perbedaan iklim, prasarana
transportasi, dan saluran distribusi yang berdampak pada pengemasan. Dengan
penggunaan kemasan yang mampu melindungi, konsumen tidak perlu
mengkhawatirkan produk yang diterima akan rusak atau cacat. Fungsi protektif juga
bisa menjadi jawaban pertanyaan “Apa fungsi kemasan terkait dengan pengemasan
produk?” yang sering muncul ketika membahas kemasan produk.
b) Fungsi Promosional
Untuk mempermudah dalam melakukan proses promosi, perusahaan akan
mempertimbangkan kecenderungan konsumen terhadap beberapa aspek seperti
warna, ukuran, serta penampilan produk.

Kemasan produk yang digunakan dalam proses promosi memiliki fungsi untuk:

a) Self service, kemasan produk dapat menjelaskan ciri khas dari sebuah produk yang
dijual, hal ini memungkinkan setiap produk akan memiliki bentuk kemasan yang
berbeda-beda.
b) Consumer Affluence, desain kemasan produk yang kreatif, kenyamanan, keandalan,
tampilan, dan prestise dari kemasan yang berkualitas tinggi terbukti mampu
mempengaruhi konsumen untuk membeli produk meskipun harus membayar
dengan harga yang tinggi.
c) Company and Brand Image, kemasan merupakan brand image dari perusahaan.
Kemasan yang dirancang dengan baik dapat memberikan kekuatan bagi
perusahaan, dengan demikian konsumen akan lebih mudah mengenali perusahaan
atau merek produk yang ditawarkan.
d) Innovation Opportunity, inovasi yang dilakukan berkaitan dengan kemasan produk
akan memberikan manfaat baik bagi konsumen maupun perusahaan. Tentunya hal
ini juga bisa menguntungkan bagi perusahaan tersebut.
6. Tujuan Kemasan Produk

Selain memiliki fungsi, kemasan produk juga memiliki bermacam-macam tujuan,


beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

a) Physical Production yang artinya kemasan memiliki tujuan untuk melindungi


produk dari getaran, suhu, guncangan, atau tekanan.
b) Barrier Protection yang artinya penggunaan kemasan bertujuan untuk melindungi
dari hambatan, oksigen, uap air, atau debu.
c) Containment or Agglomeration adalah suatu benda yang dikelompokkan dalam satu
paket sehingga proses transportasi dan penanganannya lebih efisien.
d) Reducing Theft, yaitu kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau kemasan
yang akan rusak secara fisik, ini digunakan untuk menghindari tindakan pencurian
ketika produk ada dalam perjalanan.
e) Convenience, yakni fitur yang menambah kenyamanan dalam proses distribusi,
penanganan, penjualan, pembukaan, penutupan kembali, penggunaan, digunakan
kembali, dan tampilannya.
f) Marketing yaitu kemasan dan label yang bertujuan untuk memasarkan produknya
dan mengajak konsumen membeli produk tersebut.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Merek atau brand adalah suatu tanda atau simbol yang terdiri dari nama, istilah, gambar,
logo, lambang, desain atau kombinasi dari semua itu yang ditujukan untuk mengidentifikasi,
mendefinisi atau memberi identitas kepada suatu barang atau layanan (jasa) dari suatu
penjual serta membedakannya dari pesaing. Menurut Kotler dan Armstrong (2008), merek
adalah nama, istilah, tanda, lambang, atau desain atau kombinasi dari semua ini yang
memperlihatkan identitas produk atau jasa dari satu penjual atau sekelompok penjual dan
membedakan produk itu dari produk pesaing. Merek berfungsi sebagai penbeda dari produk
barang atau jas yang dibuat oleh seseorang atau badan hukum dengan produk barang atau
jasa yang dibuat oleh seseorang atau badan hukum lain. Selanjutnya membuat kriteria
kemasan produk yang baik setelah mengetahui berbagai jenis kemasan produk, saatnya
mengetahui apa syarat pengemasan produk atau kriteria kemasan produk yang baik.
Kemasan produk dapat menjelaskan ciri khas dari sebuah produk yang dijual, hal ini
memungkinkan setiap produk akan memiliki bentuk kemasan yang berbeda-beda.

2. Saran
Untuk Mendapatkan hasil produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, maka
diperlukan desain produk yang pas supaya dapat menarik konsumen untuk menggunakan
produk tersebut. Tetapi, harus juga mendukung dalam hal kualitas sehingga tidak
mengecewakan atau menurunkan minat konsumen dalam menggunakan produk tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/25416720/Makalah_desain_produk

http://gudangilmusyariah.blogspot.com/2015/04/desain-produk-dalam-manajemen-
pemasaran.html

https://www.studocu.com/id/document/institut-teknologi-sepuluh-nopember/manajemen-
proyek/permasalahan-dan-tantangan-desain-produk/47014708

https://www.ekrut.com/media/desain-produk

https://glints.com/id/lowongan/product-classification-adalah/#.Y_Q4ibd8oVE

https://kledo.com/blog/klasifikasi-produk/

https://majoo.id/solusi/detail/fungsi-kemasan-produk

Anda mungkin juga menyukai