Disusun Oleh :
ANNI CHOLILAH
NIM : 1913000028
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Komunikasi
Dalam Keluarga yang berjudul “Potensi Diri” sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini di susun untuk melengkapi salah satu tugas Komunikasi Dalam
Keluarga sesuai dengan ketentuan yang di berikan oleh Ibu Putri Rahmi Virani Lubis,
M.Si sebagai dosen pengampu.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam terselesainya makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaaan,untuk itu
penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyampaian
materi dalam makalah ini.selanjutnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca,semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi manusia itu pada dasarnya sangat luar biasa, mungkin dapat diibaratkan
seperti air laut, semakin didayagunakan justru tidak semakin habis melainkan
semakin berkembang. Dan juga potensi diri dapat diibaratkan seperti tubuh (fisik)
kita, semakin didayagunakan justru semakin kokoh. Sebaliknya semakin tidak
didayagunakan justru akan semakin tidak berdaya. Potensi diri adalah
kemampuan, kekuatan yang terpendam pada diri setiap individu (pribadi), baik
yang belum terwujud maupun sudah terwujud tetapi belum sepenuhnya terlihat
atau dipergunakan secara maksimal terkadang membutuhkan waktu yang lama
untuk mengetahui potensi diri individu.
Dalam kehidupan modern ini, seringkali dalam melakukan kegiatan sehari-hari
setiap orang kurang mengenali dirinya sendiri, justru mereka tidak menjadi diri
sendiri melainkan mereka mengikuti orang lain baik dalam melakukan kegiatan
ataupun sikapnya.
Rumusan Masalah
1. Apa itu potensi diri?
2. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi konsep diri?
3. Apa itu kepercayaan diri?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Potensi Diri
1. Pengertian konsep diri
Menurut (Hurlock,1999:237) mengemukakan bahwa konsep diri memiliki dua
dimensi, yaitu : a. Fisik. Dimensi ini meliputi sejumlah konsep yang dimiliki
individu mengenai penampilan, kesesuaian dengan jenis kelamin, arti penting
tubuh, dan perasaan gengsi dihadapan orang lain yang disebabkan oleh keadaan
fisiknya. Hal penting yang berkaitan dengan keadaan fisik adalah daya tarik dan
penampilan tubuh di hadapan orang lain. Individu dengan penampilan yang
menarik cenderung mendapatkan sikap sosial yang menyenangkan dan
penerimaan sosial dari lingkungan sekitar yang akan menimbulkan konsep diri
yang positif bagi individu. b. Psikologis. Dimensi ini meliputi penilaian individu
terhadap keadaan psikis dirinya, seperti rasa percaya diri, harga diri, serta
kemampuan dan ketidakmampuannya. Sebagai contoh penilaian mengenai
kemampuan dan ketidakmampuan diri akan mempengaruhi rasa percaya diri dan
harga dirinya. Individu yang merasa mampu akan mengalami peningkatan rasa
percaya diri dan harga diri, sedangkan individu dengan perasaan tidak mampu
akan merasa negatif diri sehingga cenderung terjadi penurunan harga diri.
Ahli lain, yaitu Taylor (Rakhmat, 2005:100) mengemukakan bahwa konsep diri
terbentuk dari dua komponen yaitu komponen kognitif dan komponen afektif.
Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu tentang dirinya, misalnya :
“Saya ini anak pintar” atau “Saya ini anak nakal” dan sebagainya. Komponen
kognitif merupakan penjelasan dari siapa saya, yang akan membuat gambaran
objektif tentang diri saya (the picture about my self) serta menciptakan citra diri
(self image), Sedangkan komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap
dirinya. Penilaian tersebut akan membentuk penerimaan diri (selfacceptance) dan
harga diri (self-esteem) pada individu. Contoh pernyataan dari komponen afektif
adalah “Saya senang menjadi anak pintar di kelas” atau “Saya kecewa tidak bisa
menjadi ketua kelas” dan sebagainya. Jadi komponen afektif merupakan
gambaran subjektif seorang individu tentang dirinya sendiri.
Konsep diri menurut Calhoun dan Acocella (Ghufron&Riswanti, 2010: 17-18)
memiliki tiga dimensi, yaitu : a. Dimensi pengetahuan, merupakan pengetahuan
individu mengenai diri dan gambarannya yang berarti bahwa dalam aspek kognitif
individu yang bersangkutan mendapat informasi mengenai keadaan dirinya.
Seperti nama, usia, jenis kelamin, suku bangsa, dsb. b. Dimensi pengharapan,
harapan individu di masa mendatang yang disebut juga diri ideal, yaitu kekuatan
yang mendorong individu untuk menuju ke masa depan. Rogers (Calhoun,
1995:71) menyatakan pada saat kita mempunyai satu set pandangan tentang siapa
kita, kita juga mempunyai satu set pandangan lain yaitu tentang kemungkinan kita
menjadi apa dimasa mendatang. c. Dimensi penilaian terhadap diri sendiri yang
merupakan perbandingan antara pengharapan diri dengan standar diri yang akan
menghasilkan harga diri (self esteem). Eipsten (Calhoun, 1995:71) menyatakan
dimensi ketiga dari konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri sendiri. Kita
berkedudukan sebagai penilai tentang diri kita sendiri setiap hari, mengukur
apakah kita bertentangan dengan (1) “saya-dapat-menjadi apa”, yaitu
pengharapan kita bagi kita sendiri, dan (2) “saya-seharusnyamenjadi apa”, yaitu
standar kita bagi diri sendiri.
Dari teori dimensi konsep diri tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dimensi
konsep diri terdiri dari pengetahuan atau pemahaman terhadap diri sendiri,
dimana kita bisa mengenal beberapa daftar dalam diri kita contohnya adalah usia,
jenis kelamin, suku dan pekerjaan, dimensi selanjutnya yaitu bagaimana kita
menghargai diri sendiri atau berharap sesuatu yang kita inginkan dalam diri kita di
masa depan, dimensi ketiga adalah bagaimana kita menilai atau mengevaluasi diri
kita, dimana kita bisa mengukur suatu standar yang tepat bagi diri kita
2. Kompleksitas diri
Kompleksitas diri adalah pengetahuan yang dirasakan seseorang tentang dirinya
sendiri, berdasarkan jumlah struktur kognitif yang berbeda, atau aspek diri, yang
mereka yakini. Aspek diri ini dapat mencakup peran sosial yang bergantung pada
konteks, hubungan, aktivitas, dan tujuan individ.
[1] yang bergabung untuk membentuk jaringan asosiatif dari konsep diri mereka.
[2] Menurut teori kompleksitas diri, individu yang memiliki beberapa aspek diri
yang unik dalam atributnya akan memiliki dimensi yang lebih besar daripada
individu yang hanya memiliki sedikit aspek diri, atau aspek dirinya sangat dekat.
terkait satu sama lain.
3. Personality (kepribadian)
Kepribadian atau personality berasal dari kata persona. Kata tersebut merujuk
pada kedok atau topeng, yaitu sebuah penutup muka yang kerap digunakan oleh
pemain drama panggung. Dimana hal tersebut menggambarkan sebuah perilaku,
kepribadian, dan watak seseorang. Biasanya topeng tersebut digunakan oleh para
pemain drama di Zaman Romawi. Bagi bangsa Roma, “persona” memiliki arti
tentang bagaimana seseorang tampak di hadapan orang lain.
Secara umum, kepribadian seseorang merujuk pada bagaimana mereka tampil dan
memberikan kesan bagi orang lain. Jadi dapat kita simpulkan bahwa definisi
kepribadian secara umum itu bersifat lemah. Sebab, mereka hanya menilai
perilaku seseorang bisa diamati saja dan tidak menganggap bahwa mungkin ciri-
ciri tersebut akan berubah seiring berjalannya waktu.
Selain itu, definisi tersebut juga tergolong lemah karena sifatnya yang evaluatif
atau menilai. Bagaimanapun, pada dasarnya kepribadian seseorang tidak bisa
dinilai dengan “baik” atau “buruk”. Sebab hal itu bersifat netral.
4. Self - awareness (kesadaran diri)
Self awareness atau kesadaran diri merupakan salah satu kemampuan seseorang
dalam memahami perasaan, pikiran, serta evaluasi diri. Sehingga hal itu akan
membantu seseorang dalam memahami kekuatan, kelemahan, dorongan, hingga
nilai yang ada di dalam dirinya sendiri dan juga orang lain.
Seseorang yang memiliki self awareness yang baik dapat memahami situasi
sosial, memahami orang lain, serta memahami harapan orang lain terhadap
dirinya. Jadi, kita akan lebih mudah untuk bisa merefleksikan diri, menggali
pengalaman, mengamati, dan juga mengendalikan emosi.
Ahli psikologi mengungkapkan bahwa istilah lain dari self awareness adalah
metamood atau metakognisi. Kata tersebut memiliki arti kesadaran seseorang
terhadap proses berpikir serta kesadaran emosinya sendirinya. Adanya proses
metakognisi mampu membuat seseorang bisa mengontrol semua aktivitas
kognitifnya. Sehingga hal itu bisa mengarahkan individu tersebut untuk memilih
situasi dan juga strategi yang tepat bagi dirinya sendiri di masa depan.
Kesadaran diri adalah salah satu pondasi untuk sebagian besar unsur kesadaran
emosional. Ini adalah langkah penting untuk memahami diri sendiri serta
perubahan diri. Self awareness merupakan salah satu ciri yang cukup unik dan
mendasar pada diri manusia. Dimana hal itulah yang nantinya akan membedakan
individu satu dan individu lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Potensi Diri adalah kemampuan, kekuatan yang terpendam pada diri setiap
individu (pribadi), baik yang belum terwujud maupun sudah terwujud tetapi
belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal terkadang
membutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui potensi diri individu.
Cara untuk mengenali kelebihan dan kekurangan adalah kita harus
mengintropeksi diri sendiri, tidak menganggap rendah orang lain, tidak
menganggap dirinya paling hebat. Dengan cara untuk melakukan intropeksi
diri, dan harus menerima semua kritikan yang bisa membangun kelebihan
yang kita miliki.
Cara untuk mengembangkan potensi diri adalah dengan cara membaca banyak
buku yang berguna untuk menunjang potensi diri kita, dan terus berlatih setiap
hari untuk mencapai hasil yang memuaskan.
B. Saran
Diharapkan agar semua orang bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan
yang ada pada dirinya sendiri.
Diharapkan untuk semua teman-teman agar selalu mengembangkan kelebihan
dan potensi yang dimilikinya agar menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinso, Rita L. 1999. Pengantar Psikologi . Jakarta : Interaksara
Hartono, Ny. B. Agung dan Sunarto. Perkembangan Peserta Didik. 2006.
Jakarta: Rineka Cipta
Hutagalung, Inge. 2007 . PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN; Tinjuan Praktis
Menuju Pribadi Positif. Jakarta : PT. Macanan Jaya Cemerlang
Mujib, Abdul. 2005. Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. 2005.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sunarto dan B. Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Suryabrata ,Sumadi. 1982. Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada
Tim Pustaka Yustisia. 2007. Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka
Yustisia
Zalyana. Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab. 2010. Pekanbaru: Al-
Mujtahadah Press.
18