Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“POTENSI DIRI (kompleksitas diri)”

Mata Kuliah : Komunikasi Interpersonal

Dosen Pengampu: Putri Rahmi Virani Lubis, M.Si

Disusun Oleh :

ANNI CHOLILAH

NIM : 1913000028

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Komunikasi
Dalam Keluarga yang berjudul “Potensi Diri” sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.

Makalah ini di susun untuk melengkapi salah satu tugas Komunikasi Dalam
Keluarga sesuai dengan ketentuan yang di berikan oleh Ibu Putri Rahmi Virani Lubis,
M.Si sebagai dosen pengampu.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam terselesainya makalah ini.

Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaaan,untuk itu
penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyampaian
materi dalam makalah ini.selanjutnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca,semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

A. Potensi diri ...............................………………………………………...

B. Identitas personal (self concept) ...................................

C. Kepercayaan diri .............................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Potensi manusia itu pada dasarnya sangat luar biasa, mungkin dapat diibaratkan
seperti air laut, semakin didayagunakan justru tidak semakin habis melainkan
semakin berkembang. Dan juga potensi diri dapat diibaratkan seperti tubuh (fisik)
kita, semakin didayagunakan justru semakin kokoh. Sebaliknya semakin tidak
didayagunakan justru akan semakin tidak berdaya. Potensi diri adalah
kemampuan, kekuatan yang terpendam pada diri setiap individu (pribadi), baik
yang belum terwujud maupun sudah terwujud tetapi belum sepenuhnya terlihat
atau dipergunakan secara maksimal terkadang membutuhkan waktu yang lama
untuk mengetahui potensi diri individu.
Dalam kehidupan modern ini, seringkali dalam melakukan kegiatan sehari-hari
setiap orang kurang mengenali dirinya sendiri, justru mereka tidak menjadi diri
sendiri melainkan mereka mengikuti orang lain baik dalam melakukan kegiatan
ataupun sikapnya.
Rumusan Masalah
1. Apa itu potensi diri?
2. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi konsep diri?
3. Apa itu kepercayaan diri?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Potensi Diri
1. Pengertian konsep diri
Menurut (Hurlock,1999:237) mengemukakan bahwa konsep diri memiliki dua
dimensi, yaitu : a. Fisik. Dimensi ini meliputi sejumlah konsep yang dimiliki
individu mengenai penampilan, kesesuaian dengan jenis kelamin, arti penting
tubuh, dan perasaan gengsi dihadapan orang lain yang disebabkan oleh keadaan
fisiknya. Hal penting yang berkaitan dengan keadaan fisik adalah daya tarik dan
penampilan tubuh di hadapan orang lain. Individu dengan penampilan yang
menarik cenderung mendapatkan sikap sosial yang menyenangkan dan
penerimaan sosial dari lingkungan sekitar yang akan menimbulkan konsep diri
yang positif bagi individu. b. Psikologis. Dimensi ini meliputi penilaian individu
terhadap keadaan psikis dirinya, seperti rasa percaya diri, harga diri, serta
kemampuan dan ketidakmampuannya. Sebagai contoh penilaian mengenai
kemampuan dan ketidakmampuan diri akan mempengaruhi rasa percaya diri dan
harga dirinya. Individu yang merasa mampu akan mengalami peningkatan rasa
percaya diri dan harga diri, sedangkan individu dengan perasaan tidak mampu
akan merasa negatif diri sehingga cenderung terjadi penurunan harga diri.
Ahli lain, yaitu Taylor (Rakhmat, 2005:100) mengemukakan bahwa konsep diri
terbentuk dari dua komponen yaitu komponen kognitif dan komponen afektif.
Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu tentang dirinya, misalnya :
“Saya ini anak pintar” atau “Saya ini anak nakal” dan sebagainya. Komponen
kognitif merupakan penjelasan dari siapa saya, yang akan membuat gambaran
objektif tentang diri saya (the picture about my self) serta menciptakan citra diri
(self image), Sedangkan komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap
dirinya. Penilaian tersebut akan membentuk penerimaan diri (selfacceptance) dan
harga diri (self-esteem) pada individu. Contoh pernyataan dari komponen afektif
adalah “Saya senang menjadi anak pintar di kelas” atau “Saya kecewa tidak bisa
menjadi ketua kelas” dan sebagainya. Jadi komponen afektif merupakan
gambaran subjektif seorang individu tentang dirinya sendiri.
Konsep diri menurut Calhoun dan Acocella (Ghufron&Riswanti, 2010: 17-18)
memiliki tiga dimensi, yaitu : a. Dimensi pengetahuan, merupakan pengetahuan
individu mengenai diri dan gambarannya yang berarti bahwa dalam aspek kognitif
individu yang bersangkutan mendapat informasi mengenai keadaan dirinya.
Seperti nama, usia, jenis kelamin, suku bangsa, dsb. b. Dimensi pengharapan,
harapan individu di masa mendatang yang disebut juga diri ideal, yaitu kekuatan
yang mendorong individu untuk menuju ke masa depan. Rogers (Calhoun,
1995:71) menyatakan pada saat kita mempunyai satu set pandangan tentang siapa
kita, kita juga mempunyai satu set pandangan lain yaitu tentang kemungkinan kita
menjadi apa dimasa mendatang. c. Dimensi penilaian terhadap diri sendiri yang
merupakan perbandingan antara pengharapan diri dengan standar diri yang akan
menghasilkan harga diri (self esteem). Eipsten (Calhoun, 1995:71) menyatakan
dimensi ketiga dari konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri sendiri. Kita
berkedudukan sebagai penilai tentang diri kita sendiri setiap hari, mengukur
apakah kita bertentangan dengan (1) “saya-dapat-menjadi apa”, yaitu
pengharapan kita bagi kita sendiri, dan (2) “saya-seharusnyamenjadi apa”, yaitu
standar kita bagi diri sendiri.
Dari teori dimensi konsep diri tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dimensi
konsep diri terdiri dari pengetahuan atau pemahaman terhadap diri sendiri,
dimana kita bisa mengenal beberapa daftar dalam diri kita contohnya adalah usia,
jenis kelamin, suku dan pekerjaan, dimensi selanjutnya yaitu bagaimana kita
menghargai diri sendiri atau berharap sesuatu yang kita inginkan dalam diri kita di
masa depan, dimensi ketiga adalah bagaimana kita menilai atau mengevaluasi diri
kita, dimana kita bisa mengukur suatu standar yang tepat bagi diri kita
2. Kompleksitas diri
Kompleksitas diri adalah pengetahuan yang dirasakan seseorang tentang dirinya
sendiri, berdasarkan jumlah struktur kognitif yang berbeda, atau aspek diri, yang
mereka yakini. Aspek diri ini dapat mencakup peran sosial yang bergantung pada
konteks, hubungan, aktivitas, dan tujuan individ.
[1] yang bergabung untuk membentuk jaringan asosiatif dari konsep diri mereka.
[2] Menurut teori kompleksitas diri, individu yang memiliki beberapa aspek diri
yang unik dalam atributnya akan memiliki dimensi yang lebih besar daripada
individu yang hanya memiliki sedikit aspek diri, atau aspek dirinya sangat dekat.
terkait satu sama lain.
3. Personality (kepribadian)
Kepribadian atau personality berasal dari kata persona. Kata tersebut merujuk
pada kedok atau topeng, yaitu sebuah penutup muka yang kerap digunakan oleh
pemain drama panggung. Dimana hal tersebut menggambarkan sebuah perilaku,
kepribadian, dan watak seseorang. Biasanya topeng tersebut digunakan oleh para
pemain drama di Zaman Romawi. Bagi bangsa Roma, “persona” memiliki arti
tentang bagaimana seseorang tampak di hadapan orang lain.
Secara umum, kepribadian seseorang merujuk pada bagaimana mereka tampil dan
memberikan kesan bagi orang lain. Jadi dapat kita simpulkan bahwa definisi
kepribadian secara umum itu bersifat lemah. Sebab, mereka hanya menilai
perilaku seseorang bisa diamati saja dan tidak menganggap bahwa mungkin ciri-
ciri tersebut akan berubah seiring berjalannya waktu.

Selain itu, definisi tersebut juga tergolong lemah karena sifatnya yang evaluatif
atau menilai. Bagaimanapun, pada dasarnya kepribadian seseorang tidak bisa
dinilai dengan “baik” atau “buruk”. Sebab hal itu bersifat netral.
4. Self - awareness (kesadaran diri)
Self awareness atau kesadaran diri merupakan salah satu kemampuan seseorang
dalam memahami perasaan, pikiran, serta evaluasi diri. Sehingga hal itu akan
membantu seseorang dalam memahami kekuatan, kelemahan, dorongan, hingga
nilai yang ada di dalam dirinya sendiri dan juga orang lain.
Seseorang yang memiliki self awareness yang baik dapat memahami situasi
sosial, memahami orang lain, serta memahami harapan orang lain terhadap
dirinya. Jadi, kita akan lebih mudah untuk bisa merefleksikan diri, menggali
pengalaman, mengamati, dan juga mengendalikan emosi.
Ahli psikologi mengungkapkan bahwa istilah lain dari self awareness adalah
metamood atau metakognisi. Kata tersebut memiliki arti kesadaran seseorang
terhadap proses berpikir serta kesadaran emosinya sendirinya. Adanya proses
metakognisi mampu membuat seseorang bisa mengontrol semua aktivitas
kognitifnya. Sehingga hal itu bisa mengarahkan individu tersebut untuk memilih
situasi dan juga strategi yang tepat bagi dirinya sendiri di masa depan.
Kesadaran diri adalah salah satu pondasi untuk sebagian besar unsur kesadaran
emosional. Ini adalah langkah penting untuk memahami diri sendiri serta
perubahan diri. Self awareness merupakan salah satu ciri yang cukup unik dan
mendasar pada diri manusia. Dimana hal itulah yang nantinya akan membedakan
individu satu dan individu lainnya.

B. Identitas personal (self concept)


1. Definisi konsep diri
Self concept atau konsep diri adalah cara dan sikap seorang individu
dalam memandang dirinya sendiri. Pandangan atau perspektif diri meliputi
aspek fisik maupun psikis, seperti mengenal karakteristik individu itu
sendiri, tingkah laku atau perbuatannya, kemampuan dirinya, dan
sebagainya. Tak hanya mencakup kekuatan diri individu itu saja,
melainkan kelemahan dan kegagalan yang ada pada dirinya.
Sebagai contoh, apabila individu menganggap bahwa dirinya memiliki
kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, akan terbentuk
self concept yang baik atau positif pada dirinya. Namun, sebaliknya,
apabila individu itu menganggap bahwa dirinya tidak mampu atau dalam
artian pesimis sebelum mencoba, akan terbentuk self concept yang negatif
pada dirinya.
Oleh sebab itu, sebagai individu sangat penting untuk engenali dirinya
sebaik mungkin untuk mengembangkan dirinya menggapai cita-cita dan
tujuan hidup di masa depan.
2. Dimensi dan faktor yang mempengaruhi konsep diri
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi self-concept seseorang selain
pola asuh orang tua, diantaranya:
1. Kegagalan
Disadari atau tidak, kegagalan yang terjadi secara terus menerus akan
memberikan pertanyaan besar pada kemampuan diri sendiri yang berujung
pada anggapan lemah dan tidak berguna.
2. Depresi
Ketika seseorang dilanda depresi, ia akan cenderung memikirkan hal yang
negatif.
3. Overthinking
Bersikap overthinking sangatlah tidak baik karena bisa mengarah ke
pikiran yang buruk, terlebih pada penilaian diri sendiri. Seseorang
cenderung menilai diri sendiri ke arah yang negatif sehingga berpikir
terlalu berlebihan harus segera dihentikan.
3. Pengembangan konsep diri
Perkembangan Konsep Diri. Jadi dapat di simpulkan bahwa
perkembangan konsep diri tersusun atas 2 tahap, yaitu konsep diri primer
dan konsep diri sekunder.
Di mana konsep diri primer adalah konsep diri yang terbentuk atas dasar
pengalaman anak di lingkungan rumahnya sendiri, berhubungan dengan
anggota keluarga dirumah seperti orang tua, nenek, paman, ataupun
saudara-saudara sekandung yang lainnya.
Sedangkan, konsep diri sekunder adalah konsep diri yang terbentuk atas
dasar pengalaman anak di lingkungan luar rumah, seperti teman sebaya
atau teman bermain.
Dengan demikian dapat di katakan bahwa proses pertumbuhan dan
perkembangan individu menuju kedewasaan sangat di pengaruhi oleh
lingkungannya karena individu belajar dari lingkungan.
4. Aspek dan karakteristik konsep diri
Menurut tokoh yang bernama Jalaluddin Rahmat (1986:104), ia
mengatakan bahwa dalam proses menilai dirinya, terdapat seorang
individu yang menilai dirinya positif dan ada juga yang menilai dirinya
negatif. Maksudnya adalah, orang-orang tersebut memiliki konsep diri
positif, namun tidak dipungkiri bahwa terdapat seseorang yang memiliki
konsep diri negatif.

Tanda-tanda bahwa individu memiliki konsep diri positif adalah sebagai


berikut :
 Ia yakin terhadap kemampuan mereka dalam mengatasi problem
 Ia memiliki perasaan setara terhadap orang lain
 Ia dapat menerima pujian orang lain tanpa rasa malu
 Ia sadar bahwa tiap-tiap orang memiliki berbagai perasaan serta
keinginan dan juga perilaku yang sebagiannya tidak disetujui
masyarakat
 Ia mampu dan mau memperbaiki diri sendiri karena ia merasa sanggup
mengungkapkan berbagai aspek kepribadian diri yang tidak disenangi
dan ia berusaha mengubahnya
Sedangkan tanda-tanda bahwa seseorang memiliki konsep diri yang
negatif adalah :
 Ia sangat peka terhadap berbagai kritik
 Ia sangat responsif menerima pujian
 Ia over kritis, serta tidak mampu menghargai dan mengakui kelebihan
dari orang lain
 Ia lebih banyak merasa tidak disukai orang lain
 Ia kerap bersikap pesimis mengenai kompetisi, tandanya rasa enggan
terhadap persaingan (Jalaluddin Rahmat,1986:105)
5. Komunikasi yang mempengaruhi konsep diri
Ada beberapa Pengaruh konsep diri pada komunikasi interpersonal,
diantaranya adalah sebagai berikut.

A. Nubuat yang dipenuhi sendiri


Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep diridisebut
sebagai nubuat yang dipenuhi sendiri. Bila diri kita berpikir bahwa kita
bodoh, maka kita akan menjadi benar-benar bodoh. Bila pribadi kita
merasa memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan,maka persoalan
apa pun yang kita hadapi pada akhirnya dapat andaatasi. Kita berusaha
hidup sesuai dengan label yang kita lekatkan pada diri kita.
Suksesnya komunikasi interpersonal banyak tergantung dari kualitas
konsep diri anda : positif atau negatif. Menurut William D. Brooksdan
Philip Emmert (1976) ada 4 tanda orang yang memiliki konsepdiri negatif,
yaitu :
1). Peka pada kritik
Orang tersebut sangat tidak tahan terhadap kritik yangditerimanya, dan
mudah marah atau naik pitam. Koreksi atau kritikan dipresepsikan sebagai
usaha untuk menjatuhkan hargadirinya.
2). Responsif terhadap pujian
Tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima
pujian, walaupun mungkin berpura-pura untuk menghindari pujian dan
senang terhadap pujian yang diterimanya.
3). Hiperkritis
Selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dansiapapun. Mereka
tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan dan
pengakuan pada kelebihan orang lain.
4). Merasa tidak disenangi orang lain
Merasa tidak diperhatikan. Karena itulah ia bereaksi pada oranglain
sebagai musuh, sehingga tidak dapat menghadirkan kehangatan dan
keakraban persahabatan. Ia tidak mempersalahkan dirinya, tetapi
mengangap dirinya sebaga korbandan sistem sosial yang tidak beres.
5). Pesimis terhadap kompetisi
Terungkap dari keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam
membuat prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan
persaingan yang merugikan dirinya.
Konsep diri yang positif ditandai dengan :
1. Merasa setara atau sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak
tinggi tidak rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuannya
tertentu, latar belakang keluarga, dan sikap orang lain terhadapnya.
2. Menerima pujian tanpa rasa malu, atau berpura-pura rendah hati,dan
menerima penghargaan tanpa merasa bersalah.
3. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan prilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.
4. Mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
5. Menyakini nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia
mempertahankannya, walaupun menghadapi kelompok yang kuat. Tetapi
ia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsip-prinsip itu
bila pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan dia salah.
6. Mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa
bersalah yang berlebihan atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak
menyetujui tindakannya.
7. Tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa
yang terjadi besok, apa yang telah terjadi waktu lalu, dan apa yang terjadi
pada waktu sekarang.
8. Memiliki kenyakinan pada kemampuan mengatasi persoalan, bahkan
ketika ia menghadapi kegagalan atau kemunduran.
9. Sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai
bagi orang lain.
10.Cenderung menolak orang lain untuk mendominasi.
11.Sanggup mengaku kepada orang lain, bahwa ia mampu merasakan
berbagi dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari
sedih sampai bahagia, dari kecewa yang mendalam, sampai kepuasan yang
mendalam pula.
12.Mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai
kegiatanmeliputi pekerjaan, permaianan, ungkapan diri yang kreatif,
persahabatan atau sekedar mengisi waktu.
13.Peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah
diterima, terutama pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-senang
dengan mengorbankan orang lain.
C. Kepercayaan diri
1. Pengertian kepercayaan diri
Pengertian kepercayaan diri adalah suatu sikap atau keyakinan atas
kemampuan diri sendiri, sehingga dalam melakukan tindakan tidak
terlalu sering merasa cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang
sesuai dengan keinginan, dan memiliki tanggung jawab atas keputusan
dan tindakan yang dilakukan.
Kepercayaan diri juga bisa diartikan sebagai suatu sikap disertai
penilaian atas kemampuan diri sendiri yang didasari dari pencapaian
yang telah berhasil dilakukan sehingga memiliki kemampuan lebih dalam
menilai kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Orang yang percaya diri
mampu mendorong dirinya sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik
lagi setiap harinya.
2. Ciri-ciri kepercayaan diri
Orang yang memiliki kepercayaan diri mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
 Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu
 Mempunyai potensi dan kemampuan memadai
 Mandiri, yaitu orang yang memandang segala sesuatu sendiri tanpa
menunggu perintah orang lain
 Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi
 Memiliki keahlian atau keterampilan
 Memiliki kemampuan bersosialisasi
 Optimis, yaitu orang yang memandang segala sesuatu dari segi yang
mengandung harapan baik dan bereaksi positif dalam menghadapi
masalah
 Bertanggung jawab, yaitu kesediaan memikul bagian terhadap urusan
dirisendiri sehingga dapat memikul kepercayaan dengan baik
 Tidak mementingkan diri sendiri yaitu merupakan suatu tindakan
untuk memikirkan orang lain bukan untuk memusatkan perhatian
terhadap kepentingan sendiri
 Tidak memerlukan dukungan orang lain yaitu seseorang yang
memiliki pribadi yang matang ialah orang yang dapat menguasai
lingkungan secara aktif dan mandiri tanpa menuntut banyak dari
orang lain.
3. Faktor penghambat kepercayaan diri
 Takut pada kesalahan
 Menganggap kalau berani beda itu sebagai hal yang aneh
 Terlalu membanding-bandingkan antara diri sendiri dengan orang
lain
 Tidak bisa move on dari masa lalu
 Sering diremehkan orang lain
 Pengaruh lingkungan pertemanan
4. Aspek dan unsur unsur kepercayaan diri
a. Yakin akan kemampuan diri sendiri, yaitu sikap positif seseorang
tentang dirinya bahwa ia mengerti sungguh-sungguh akan apa yang
dilakukan
b. Optimisme, yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan
baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuan
c. Objektif, yaitu sikap sesorang yang memandang permasalahan ataupun
segala sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut
kebenaran dirinya sendiri
d. Bertanggung jawab, yaitu kesediaan sesorang untuk menanggung
segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya
5. Pengembangan kepercayaan diri
1. Bangun pola pikir positif
2. Kenali kekurangan dan kelebihan
3. Fokus pada langkah atau perubahan kecil
4. Lakukan hal yang disukai
5. Berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain
6. Bergaul dengan orang-orang yang positif
6. Komunikasi yang mempengaruhi kepercayaan diri
kepercayaan diri dalam berkomunikasi adalah keyakinan untuk
melakukan sesuatu pada diri subjek sebagai karakteristik pribadi yang
didalamnya terdapat keyakinan akan kemampuan diri untuk melakukan
interaksi dan menjalin hubungan dengan orang lain

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Potensi Diri adalah kemampuan, kekuatan yang terpendam pada diri setiap
individu (pribadi), baik yang belum terwujud maupun sudah terwujud tetapi
belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal terkadang
membutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui potensi diri individu.
Cara untuk mengenali kelebihan dan kekurangan adalah kita harus
mengintropeksi diri sendiri, tidak menganggap rendah orang lain, tidak
menganggap dirinya paling hebat. Dengan cara untuk melakukan intropeksi
diri, dan harus menerima semua kritikan yang bisa membangun kelebihan
yang kita miliki.
Cara untuk mengembangkan potensi diri adalah dengan cara membaca banyak
buku yang berguna untuk menunjang potensi diri kita, dan terus berlatih setiap
hari untuk mencapai hasil yang memuaskan.
B. Saran
Diharapkan agar semua orang bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan
yang ada pada dirinya sendiri.
Diharapkan untuk semua teman-teman agar selalu mengembangkan kelebihan
dan potensi yang dimilikinya agar menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinso, Rita L. 1999. Pengantar Psikologi . Jakarta : Interaksara
Hartono, Ny. B. Agung dan Sunarto. Perkembangan Peserta Didik. 2006.
Jakarta: Rineka Cipta
Hutagalung, Inge. 2007 . PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN; Tinjuan Praktis
Menuju Pribadi Positif. Jakarta : PT. Macanan Jaya Cemerlang
Mujib, Abdul. 2005. Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. 2005.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sunarto dan B. Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Suryabrata ,Sumadi. 1982. Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada
Tim Pustaka Yustisia. 2007. Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka
Yustisia
Zalyana. Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab. 2010. Pekanbaru: Al-
Mujtahadah Press.

18

Anda mungkin juga menyukai