Anda di halaman 1dari 9

AGAMA ISLAM

KELOMPOK 1
DISUSUN
O
L
E
H

NAMA
ULI ARTAHA DEMONITA
SYAHVIRA REVIYANI
SABRINA NADILA
RAUDATUL JANNAH
SINTIYA YUNISYAH
AQIDAH (Keimanan Islam)

A. PENGERIAN

Aqidah (bahasa Arab: ‫العقي دة‬, translit. al-'aqīdah) dalam istilah Islam yang berarti iman.

Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu akidah. Fondasi

akidah Islam didasarkan pada hadits Jibril, yang memuat definisi Islam, rukun Islam, rukun

Iman, ihsan dan peristiwa hari akhir.

Aqidah adalah sebuah istilah yang tidak asing lagi bagi umat Islam. Bahkan bisa dibilang

pemahaman tentang aqidah adalah landasan dari ajaran Islam. Dalam istilah agama Islam, aqidah

juga bisa dimaknai sebagai iman.

Setiap umat muslim diharuskan untuk memiliki aqidah yang benar terlebih dahulu. Namun,

sebelum itu kamu tentunya perlu mengenali dan memahami apa itu aqidah secara mendalam.

Pasalnya, aqidah adalah keyakinan dasar seseorang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aqidah adalah kepercayaan dasar atau keyakinan

pokok. Dalam bahasa Arab, aqidah adalah kata yang berasal dari al-'aqdu yang berarti ikatan, at-

tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang artinya

mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat.

Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu

kepercayaan hati dan pembenaran terhadap sesuatu.

Sementara itu, menurut istilah atau terminologi, aqidah adalah iman yang teguh dan pasti,

yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Jadi, secara bahasa aqidah

adalah keyakinan yang kokoh atas sesuatu sehingga tidak ada keraguan yang mengiringinya.

Keyakinan ini tentu saja harus sesuai dengan realita agar aqidah yang dimiliki menjadi benar.
Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah SWT dengan

segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepadaNya, beriman kepada para

malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hari Akhir, takdir baik dan buruk. Semua hal

tersebut memiliki sumber Al-Qur’an dan hadis.

Etimologi

Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (ُ‫)ال َع ْق د‬ ْ yang berarti ikatan, at-
ْ yang
tautsiiqu (ُ‫ )التَّوْ ثِ ْيق‬yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (‫)اِإل حْ َكا ُم‬
artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (‫ )ال َّر ْبطُ بِقُ َّو ٍة‬yang berarti mengikat
dengan kuat. Sedangkan menurut istilah (terminologi),

akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang
yang meyakininya.[1]

Jadi, Akidah 1Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah
dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid[2] 2dan taat kepadaNya, beriman kepada para
malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani
seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara
yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma' (konsensus) dari salafush shalih, serta
seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah
ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma' salaf as-shalih.[3]3

Pengertian Aqidah menurut Para Ahli:

Pengertian Aqidah Menurut Hasan al-Banna

Aqidah adalah perkara yang harus dan wajib untuk di yakini oleh hati seseorang. hal
tersebut menyangkut tentang ketentraman hati dan jiwa dan tidak ada sedikitpun keraguan di
dalamnya.
1
Lisaanul 'Arab (IX/311: ‫ )عقد‬karya Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H) t dan Mu'jamul Wasiith (II/614: ‫)عقد‬.
2
dalam Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma' wa Shifat Allah
3
Lihat Buhuuts fii 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 11-12) oleh Dr. Nashir bin 'Abdul Karim al-'Aql, cet. II/
Daarul 'Ashimah/ th. 1419 H, Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim
al-Hamd dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah fil 'Aqiidah oleh Dr. Nashir bin 'Abdul Karim al-'Aql.
Pengertian Aqidah Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy

Aqidah merupakan kebenaran yang dapat di terima oleh manusia berdasarkan akal,
wahyu dan fitrah. semua kebenaran tersebut terpatri dalam hati manusia dan di yakini
kesahihannya secara pasti.4

Pengertian Aqidah Menurut Imam Al-Ghazali

Menurut Imam Al-Ghazali, aqidah telah tumbuh dalam jiwa seseorang, maka orang
tersebut akan merasa bahwa hanya allah swt lah yang penguasa seluruh alam semesta, dan semua
yang ada di dalamnya hanyalah makhluk belaka.5

Pengertian Aqidah Menurut Ibnu Taimiyah

Aqidah adalah suatu perkara dalam hati dan jkiwa yang harus di benarkan dan di luruskan agar
menjadi tenang, tentram tanpa ada keraguan apapun di dalamnya6.

Pengertian Aqidah Menurut Abdullah Azzam

Aqidah merupakan iman dengan semua rukun-rukunnya, yang di maksud adalah rukun iman
yang berjumlah 6 rukun, yaitu kepercayaan akan adanya allah swt, malaikat-malaikat allah,
kitab-kitab allah, nabi-nabi allah, hari akhir, serta qadha dan qadar.7

B. POSISI AQIDAH DALAM AJARAN ISLAM

Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan,
aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq, adalah
sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan
yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau
menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.

4
Abu Bakar Jabir bin Musa bin Abdul Qadir ibn Jaber seorang sarjana islam Sunni Aljazir
5
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’I seorang filsuf dan teolog muslim persia
6
Abu Abbas Taqiyuddin Ahmad bin Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salim bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani
seorang pemikir dan ulama islam dari Harran, Turki
7
Dr. Abdullah Yusuf, dikenal dengan nama Syekh Azzam, seorang figur utama dalam perkembangan islam
perkembangan pergerakan islam. “Ratusan tulisan dan piadatonya mampu menghidupkan ruh baru dalam diri
umat
Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya
suatu amal. Allah swt berfirman,

.‫ك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه َأ َحدًا‬ َ ً‫فَ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا لِقَآ َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َملْ َع َمال‬
ُ ‫صالِحًا َوالَيُ ْش ِر‬

Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), maka


hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada
Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110)

Allah swt juga berfirman,

. َ‫ك َولَتَ ُكون ََّن ِّمنَ ْالخَ ا ِس ِرين‬


َ ُ‫ك لَِئ ْن َأ ْش َر ْكتَ لَيَحْ بَطَ َّن َع َمل‬ َ ‫َولَقَ ْد ُأو ِح َى ِإلَ ْي‬
َ ِ‫ك َوِإلَى الَّ ِذينَ ِمن قَ ْبل‬

Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu, bahwa
jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur, dan kamu
benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65)

Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul mendahulukan
dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah saw
berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-nilai
aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga
belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan minoritas di
Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian terbukti
menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh
bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran dan penegakan hukum-
hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang lebih
selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa penting dan teramat
pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran Islam.

C. RUKUN IMAN

Iman dalam Islam merupakan dasar atau pokok kepercayaan yang harus diyakini setiap
muslim. Jika tak memiliki iman, maka seseorang dianggap tidak sah menganut Islam.
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Umar bin Khattab RA, ketika malaikat Jibril menyaru
menjadi seorang laki-laki, ia bertanya kepada Nabi Muhammad SAW:

" ... 'Beritahukan kepadaku tentang Iman' Rasulullah SAW menjawab 'Engkau beriman kepada
Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat
dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.' Orang tadi [Jibril] berkata, 'Engkau benar',"
(H.R. Muslim).8

Hadis di atas menjelaskan enam rukun Iman yang mesti diyakini seorang muslim sebagai
berikut:

1. Iman pada adanya Tuhan Allah Yang Maha Esa.


2. Iman pada adanya malaikat Allah SWT.
3. Iman pada adanya kitab-kitab Allah SWT.
4. Iman pada adanya rasul-rasul Allah SWT.
5. Iman pada adanya hari kiamat.
6. Iman pada qada dan qadar, adanya takdir baik dan buruk ciptaan Allah SWT.

Dalam buku Rukun Iman (2012), Hudarrohman menjelaskan bahwa iman menjadi sah ketika
dilakukan dalam tiga hal, yaitu iman yang diyakini dalam hati, kemudian diikrarkan dengan
lisan, dan diamalkan dengan anggota badan.

Aspek-aspek rukun iman dalam Islam dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:

1. Iman kepada Allah SWT

Iman kepada Allah SWT dilakukan dengan mempercayai dan meyakini bahwa Allah itu
benar-benar ada, kendati seseorang tidak pernah melihat wujud-Nya atau mendengar suara-Nya.

Untuk beriman kepada-Nya, seorang muslim harus mengetahui sifat-sifat-Nya, baik itu sifat-sifat
wajib, jaiz, atau mumkin, atau dapat juga dilakukan dengan mengenal 99 Asmaul Husna yang
tertuang dalam Alquran atau hadis.9

8
Disebutkan bahwa Hadis itu disebut Hadis Jibril
9
Seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga dia mengimani 4 hal: Mengimani adanya Allah,
Mengimani Rububiyah Allah, Mengimani Uluhiyah Allah, Mengimani asma dan sifat Allah
2. Iman kepada Malaikat Allah SWT

Iman kepada malaikat Allah SWT dilakukan dengan mempercayai bahwa malaikat itu
benar-benar ada. Seorang muslim mesti meyakini adanya malaikat kendati tidak pernah melihat
wujudnya, mendengar suaranya, atau menyentuh zatnya10.

Perintah mengimani malaikat ini tertera dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 285:

"Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya,"


(QS. Al-Baqarah [2]: 285).

3. Iman kepada Kitab-kitab Allah SWT

Iman kepada kitab-kitab Allah SWT dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah
menurunkan kitab kepada utusan-Nya. Kitab ini merupakan pedoman, petunjuk kebenaran dan
kebahagiaan, baik itu di dunia maupun akhirat.

Keberadaan kitab-kitab Allah SWT ini tertera dalam Alquran surah Al-Hadid ayat 25:

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata
dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca [keadilan] supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan," (QS.Al-Hadid [57]: 25).

Dengan beriman kepada kitab Allah, seorang muslim membenarkan secara mutlak bahwa kitab-
kitab itu merupakan firman Allah SWT. Isinya adalah kebenaran yang wajib diikuti dan
dilaksanakan.

Dalam buku Rukun Iman (2007) yang diterbitkan Universitas Islam Madinah, disebutkan


bahwa beriman kepada kitab Allah dapat dilakukan dengan dua hal, yaitu beriman secara umum
dan terperinci. Pertama, beriman secara umum artinya meyakini bahwa Allah SWT menurunkan
kitab-kitab kepada rasul-Nya. Jumlahnya, tiada yang tahu kecuali Allah SWT sendiri. Kedua,
beriman secara terperinci artinya mengimani kitab-kitab yang disebutkan Allah SWT secara
spesifik dalam Alquran, seperti Taurat, Injil, Zabur, Alquran, serta Suhuf Ibrahim dan Musa.

4. Iman kepada Rasul-rasul Allah SWT

10
Orang Islam wajib mengimani 10 malaikat
Iman kepada rasul-rasul Allah SWT dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah benar-
benar menurunkan rasul-Nya kepada suatu masyarakat tertentu untuk menyampaikan ajaran-
Nya. Siapa saja yang mengikuti rasul-rasul itu akan memperoleh hidayah dan petunjuk.
Sebaliknya, yang mengingkari Rasul-Nya akan tersesat.

Juga wajib mengakui setiap nabi dan rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita
ketahui namanya1112

Keberadaan rasul Allah SWT ini tertera dalam Alquran surah Al-Hajj ayat 75:

“Allah memilih utusan-utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia, sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat," (QS.Al-Haj [22]:75).

5. Iman kepada Hari Kiamat

Iman kepada hari kiamat dilakukan dengan mempercayai bahwa suatu hari kehidupan di
semesta akan musnah. Selepas itu, manusia akan dibangkitkan dari kubur, dikumpulkan di
padang mahsyar, dan diputuskan ke surga atau neraka.

Dalam surah Al-Infithar ayat 14 dan 15, Allah SWT berfirman:

“Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. Mereka
masuk ke dalamnya pada hari pembalasan [hari kiamat]," (QS. Al-Infithar [82]:14-15).

6. Iman kepada Qada dan Qadar

Iman kepada qada dan qadar dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah SWT telah
menetapkan takdir manusia, baik itu yang buruk maupun yang baik.

Pertama, qada merupakan takdir atau ketetapan yang tertulis di lauh al-mahfuz sejak
zaman azali.

Takdir dan ketetapan ini sudah diatur oleh Allah SWT bahkan sebelum Dia menciptakan
semesta berdasarkan firman-Nya dalam surah Al-Hadid ayat 22:

“Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian, melainkan sudah
tersurat dalam kitab [lauh al-mahfuz] dahulu sebelum kejadiannya," (QS. Al-Hadid [57]: 22).
11

12
Disebutkan dalam QS. Al-Mu’minun:78
Artinya, qada merupakan ketetapan Allah SWT terhadap segala sesuatu sebelum sesuatu itu
terjadi. Hal ini juga tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW:

"Allah SWT telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum
penciptaan langit dan bumi," (H.R. Muslim).

Kedua, qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Artinya, adalah ketetapan atau
keputusan Allah SWT yang memiliki sifat Maha Kuasa (qudrah dan qadirun) atas segala
ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik, maupun takdir yang buruk.

Jika qada itu ketetapan yang belum terjadi, maka qadar adalah terwujudnya ketetapan
yang sudah ditentukan sebelumnya itu.

Dilansir dari NU Online, karena qada dan qadar adalah perkara gaib, keduanya tidak bisa
menjadi alasan seorang muslim bersikap pasif dan pasrah dengan takdirnya. Dengan beriman
kepada qada dan qadar, seorang muslim tetap harus berikhtiar, berusaha, dan mengupayakan
potensinya agar dapat terwujud, serta produktif di kehidupan sehari-hari.

Sumber

https://id.wikipedia.org/wiki/Akidah_Islam

https://hot.liputan6.com/read/4575537/aqidah-adalah-iman-yang-teguh-tanpa-keraguan-pahami-
penjabarannya

https://brainly.co.id/tugas/14453704

https://rabbani75.wordpress.com/2011/10/13/pengertian-dan-kedudukan-aqidah-dalam-islam/

https://amp-tirto-id.cdn.ampproject.org/v/s/amp.tirto.id/pengertian-rukun-iman-dan-penjelasan-
6-aspeknya-dalam-agama-islam-gays?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16285152109965&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Ftirto.id%2Fpengertian-rukun-iman-dan-
penjelasan-6-aspeknya-dalam-agama-islam-gays

Anda mungkin juga menyukai