Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK MATERNITAS


SECTIO CAESAREA

Disusun Oleh:
ANITA VEBIANI
NIM. 211133001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK
PROFESI NERS
2021/2022
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KLINIK MATERNITAS

Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Akademik


(Clinical Teacher)dan Pembimbing Klinik (Clinical Instructure).

Telah disetujui pada :


Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing akademik pembimbing klinik

Mahasiswa
A. Konsep Dasar

1. Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2016). Sedangkan menurut (Gulardi & Wiknjosastro, 2017)
Sectio caesarea adalah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
di atas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh.
Menurut (Mansjoer,2017) Sectio caesarea ialah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding parut dan dinding rahim.
Kesimpulan bahwa Sectio Caesarea adalah suatu tindakan
pembedahan yang menjadi alternatif bila ibu dan janin terganggu untuk
mengeluarkan janin dengan cara melakukan sayatan pada dinding abdomen
dan dinding uterus.
2. Etiologi
Menurut Manuaba (2016) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea
adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi
4.000 gram> Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan
beberapa penyebab sectio sebagai berikut :
a. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu
tidak dapat melahirkan secara normal. Tulang-tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul
yang merupakan jalan yang harus dilalau oleh janin ketika akan lahir
secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan normal sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan
patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternatal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KDP ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian
besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.
d. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara sectio
caesarea. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi
komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu,
bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya
jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor
dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit
bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1. Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemerikasaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya
kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau
mati, kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian
kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang
terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %. c) Presentasi dahi, posisi kepala antara
fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap
paling depan. Pada penempatan dagu, biasnya dengan sendirinya
akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
2. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi
bokong, presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong tidak
sempurna dan presentasi kaki.
3. Patofisiologi
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat di atas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih
utuh. Indikasi dilakukan tindakan sc yaitu distorsi kepala panggul,
disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan janin lintang
setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik aspek
kognitif berupa kurang pengetahuan.
Akibat kurang informasi dari aspek fisiologis yaitu produk oxitosin
yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit,
luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu
perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah satu utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa
nyaman. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum.
Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin
maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam
keadaan upnou yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin
bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap
tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk
pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret
yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anastesi ini
juga mempengaruhi saluran pencarnaan dengan menurunkan mobilitas
usus. Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancur dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari
mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada
di lambung akan menumpung dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sengat motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan
pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo,
2017).
4. Tanda dan gejala
Menurut Saifuddin (2017), manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu :
a. Pusing
b. Mual muntah
c. Nyeri sekitar luka operasi
d. Peristaltic usus menurun.
5. Komplikasi
Menurut Cunningham (2016) yang sering terjadi pada ibu SC :
a. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas dibagi atas :
1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung.
3) Berat, peritonealis, sepsisi dan usus paralitik.
b. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabang-cabang arteri ikut terbuka atau karena atonia uteri.
c. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
d. Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur.
Yang sering terjadi pada bayi : Kematian perinatal.
6. Web Of Caution (WOC)

sumber: Mansjoer,2017
7. Pemeriksaan diagnostic
a. Elektroensefalogram (EEG) Untuk membantu menetapkan jenis dan
fokus dari kejang.
b. Pemindaian CT Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti Resonance Imaging (MRI) Menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah-daerah otak yang tidak jelas terlihat bila
menggunakan pemindaian CT.
d. Uji laboratorium
1) Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
3) Panel elektrolit
4) Skrining toksik dari serum dan urin
5) AGD
6) Kadar kalsium darah
7) Kadar natrium darah
8) Kadar magnesium darah
8. Penatalaksanaan Medik
Menurut Cunningham (2016) penatalaksanaan klien post Sectio
Caesarea ialah :
Keperawatan
a. Perawatan awal
1) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.
2) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
3) Transfusi darah jika perlu
4) Jika tanda vital dan hematikrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinanan terjadi perdarahan pasca
bedah.
b. Diet Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu di mulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah bleh dilakukan
pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar.
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler).
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
d. Fungsi gastrointestinal
1) Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
2) Jika ada tanda infeksi, tunggu bising usus timbul
3) Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
4) Pemberian infis diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik.
5) Perawatan funsi kandung kemih
6) Pembalutan dan perawatan luka
Medis
a. Cairan IV sesuai indikasi.
b. Anestesi regional atau general
c. Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesarea.
d. Tes laboratorium sesuai indikasi
e. Pemberian oksitosin sesuai indikasi
f. Tanda vital per protokol ruang pemulihan
g. Persiapan kulit pembedahan abdomen
h. Persetujuan ditandatangani
i. Pemasangan kateter fole.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesarea, data yang ditemukan
meliputi distres janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi
janin, prolaps tali pusat, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit,
nomor registrasi, dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan
untuk menentukan prioritas intervensi keperawatan, keluhan utama pada
post operasi SC biasanya adalah nyeri dibagian abdomen, pusing dan
sakit pinggang.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelum inpartus di
dapatkan cairan yang keluar pervaginan secara spontan kemudian
tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
2) Riwayat kesehatan dahulu Didapatkan data klien pernah riwayat SC
sebelumnya, panggul sempit, serta letak bayi sungsang. Meliputi
penyakit yang lain dapat juga mempengaruhi penyakit sekarang.
3) Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit turunan dalam keluarga
seperti jantung, HT, TBC, DM, penyakit kelamin, abortus yang
mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Rambut Bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan
rambut, dan apakah ada benjolan.
b) Mata Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sclera kuning.
c) Telinga Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihannya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
d) Hidung Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum
kadangkadang ditemukan pernapasan cuping hidung.
e) Mulut dan gigi Mulut bersih / kotor, mukosa bibir kering /
lembab.
2) Leher Saat dipalpasi ditemukan ada / tidak pembesaran kelenjar
tiroid, karna adanya proses penerangan yang salah.
3) Thorak
a) Payudara Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada
payudara, areola hitam kecoklatan, putting susu menonjol, air
susu lancer dan banyak keluar.
b) Paru-paru I : Simetris / tidak kiri dan kanan, ada / tidak terlihat
pembengkakan. P : Ada / tidak nyeri tekan, ada / tidak teraba
massa P : Redup / sonor A : Suara nafas Vesikuler / ronkhi /
wheezing
c) Jantung I : Ictus cordis teraba / tidak P : Ictus cordis teraba /
tidak P : Redup / tympani A : Bunyi jantung lup dup
4) Abdomen I : Terdapat luka jahitan post op ditutupi verban,
adanya strie gravidarum P : Nyeri tekan pada luka,konsistensi
uterus lembek / keras P : Redup A : Bising usus
5) Genetalia Pengeluaran darah bercampur lender, pengeluaran air
ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang
dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan
letak anak.
6) Eksremitas Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan
karena membesarkan uterus, karena pre eklamsia atau karena
penyakit jantung atau ginjal.
7) Tanda-tanda vital Apabila terjadi perdarahan pada post partum
tekana darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh
turun.

2. Diagnosis yang muncul


a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik dibuktikan dengan tampak
meringis.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan dengan
merasa lemah.
d. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dibuktikan
dengan tidak mampu mandi/berpakaian secara mandiri.
e. Gangguan mobilitan fisik berhubungan dengan efek agen farmakologis
(anestesi) dibuktikan dengan fisik lemah.
f. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan prosedur
pembedahan dibuktikan dengan perdarahan.

Rencana asuhan keperawatan


no Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan (SIKI)
Keperawatan (SDKI) (SLKI)

1. Nyeri akut Setelah dikakukan Observasi :


berhubungan dengan tindakan keperawatan • Identifikasi lokasi, karakteristik,
agen cedera fisik 1x24jam diharapkan frekuensi, intensitas nyeri
Tingkat nyeri menurun. • Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil : • Identifikasi factor penyebab nyeri
• Keluhan nyeri menurun • Monitor efek samping penggunaan
(5) analgetik
•Tampak meringis Terapeutik :
menurun (5) • Berikan teknik nonfarmakologis
• Sikap protektif menurun (tarik nafas dalam, kompre hangat
(5) atau dingin)
• Kontrok lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu,
pencahayaan, kebisingan)
• Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi :
• Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi pereda nyeri
• Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
• Anjurkan teknik nonfarkamkologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian analgetik
(jika perlu)
2. Resiko infeksi Setelah melakukan Observasi :
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1x 8 • Monitor tanda dan gejala
kerusakan integritas jam diharapkan Tingkat infeksi local dan sistemik
kulit. infeksi menurun. Kriteria Terapeutik :
Hasil : • Batasi jumlah pengunjung
• Kebersihan tangan • Berikan perawatan kulit pada area
meningkat (5) edema
• Kebersihan badan • Cuci tangan sebelum dan sesudah
meningkat (5) kontak dengan pasien dan
• Nyeri menurun (5) lingkungan pasien
• Pertahankan teknikn aseptic pada
pasein beresiko tinggi
Edukasi :
• Jelaska tanda dan gejala infeksi
• Ajarkan cuci tangan dengan benar
• Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
• Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian antibiotok
ataupun imusisasi (jika perlu)
3. Intoleransi aktivitas Setelah melakukan Observasi :
berhubungan dengan tindakan keperawaran • Identifikasi keterbatasan fungsi dan
imobilitas 1x24 jam diharapkan gerak sendi
Toleransi aktivitas • Monitor lokasi dan sifat
meningkat. Kriteria Hasil : ketidaknyamanan atau rasa sakit
• Kemudahan dalam selama bergerak atau beraktivitas
melakukan aktivitas Terapeutik :
sehari-hari meningkat (5) • Lakukan pengendalian nyeri sebelum
• Kecepatan berjalan memulai latihan
meningkat (5) • Berikan posisi tubuh optimal untuk
• Jarak berjalan meningkat gerakan sendimpasif atau aktif
(5) • Fasilitasi menyusun jadwal
• Perasaan lemah menurun latihan rentang gerak aktif atau
(5) pasif
• Berikan penguatan positif untuk
melakukan latihan bersama
Edukasi :
• Jelaskan kepada pasien atau keluarga
tujuan dan rencanakan latihan
bersama
• Anjurkan pasien duduk ditempat
tidur, disisi tempat tidur (menjuntai)
atau di kursi
• Anjurkan melakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif secara
sistematis
4. Defisit perawatan diri Setelah dikakukan Observasi :
berhubungan dengan tindakan keperawatan • Monitor tingkat kemandirian
kelemahan fisik 1x24 jam diharapkan • Identifikasi kebutuhan alat bantu
Perawatan diri meningkat. dlam melakukan kebersihan diri,
Kriteria Hasil : berpakaian, berhias, dan makan.
•Kemampuan mandi • Monitor integritas kulit pasien.
meningkat (5) Terapeutik :
• Kemampuan • Dampingi dalam melakukan
mengenakan pakaian perawatan diri
secara mandiri meningkat • Fasilitasi kemandirian klien
(5) • Jadwalkan rutinitas perawatan diri
• Mempertahankan Edukasi :
kebersihan diri meningkat • Anjurkan melakukan perawatan diri
(5) secara konsisten sesuai kemampuan
• Anjurkan ke toilet secara mandiri
5. Gangguan mobilitan Setelah dikakukan Observasi :
fisik berhubungan tindakan • Identifikasi adanya nyeri atau
dengan efek agen keperawatan 1x24 jam keluhan fisik lainnya
farmakologis diharapkan • Identifikasi toleransi fisik
(anestesi) Mobilitas fisik meningkat. melakukan pergerakan
Kriterian Hasil : Terapeutik :
• Nyeri menurun (5) • Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan
• Kelemahan fisik alat bantu
menurun (5) • Libatkan keluarga untuk membantu
• Kekuatan otot meningkat pasien dalam meningkatkan
(5) pergerakan
• Gerakan terbatas Edukasi :
menurun (5) • Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
• Anjurkan mobilisasi dini
• Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, pindah dari tempat
tidur ke kursi)
6. Resiko Setelah dikakukan Observasi :
ketidakseimbangan tindakan • Monitor frekuensi dan kekuatan
cairan berhubungan keperawatan 1x24 jam nadi
dengan prosedur diharapkan • Monitor tekana darah
pembedahan Keseimbangan cairan • Monitor jumlah dan warna urin
meningkat. • Monitor inteka dan output cairan
Kriteria Hasil : Terapeutik :
• Asupan cairan meningkat • Atur waktu pemantauan sesuai
(5) dengan kondisi klien
• Kelembaban membrane • Dokumentasikan hasil pemantauan
mukosa meningkat (5) Edukasi :
• Membrane mukosa • Jelaskan tujuan dan prosedur
membaik pemantauan
(5) • Informasikan hasil pemantauan
• Turgor kulit membaik (5)
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, 2016. Penatalaksanaan Post SC

Ilmu Kebidanan, 2016. Buku Masa Nifas. Jakarta

Sarwono, 2016. Buku Ibu Post Partum. Jogjakarta : Mitra Cendika Press

Gulardi & Wiknjosastro, 2017. Buku Sistem Organ Reproduksi pada Post
Partum. Jakarta

Manuba Ida, Bagus, Gde, Prof. Dr. SpOG, 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta

Mansjoer,2017. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta : EGC

PPNI, 2017, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Indikator Diagnostik, Cetakan III, Jakarta : DPP PPNI

Saifuddin, 2017. Buku Maternitas Dasar. Jakarta:EGC

Tim Pokja SDKI PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai