OLEH:
NI WAYAN SURATMINI
NIM. P07120320056
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) merupakan gagal jantung akut
yang didefinisikan sebagai serangan jantung yang cepat (rapid onset) dari gejala-
gejala atau tanda-tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Disfungsi ini dapat
berupa disfungsi sistolik maupun diastolic, abnormalitas irama jantung atau
ketidakseimbangan preload dan afterload. ADHF dapat merupakan serangan baru
tanpa kelainan katup jantung sebelumnya atau dapat merupakan dekompensasi dari
gagal jantung kronik (chronic heart failure) yang telah dialami sebelumnya. ADHF
muncul bila cardiac output tidak memenuhi kebutuhan metabolism tubuhe (Hanafiah,
2006).
Gagal jantung merupakan gejala-gejala dimana pasien memenuhi ciri-ciri
gejala–gejala gagal jantung, nafas pendek yang khas selama istirahat atau saat
melakukan aktivitas dan/atau kelelahan, serta tanda-tanda retensi cairan seperti
kongestif pulmonal atau pembengkakan tungkai (Crouch MA, DiDomenico RJ,
Rodgers Jo E, 2006).
2. Etiologi
Menurut Hanafiah (2006), faktor resiko tinggi tekena penyakit ADHF yaitu:
a. Orang yang menderita riwayat hipertensi
b. Obesitas
c. Pernah mengalami riwayat gagal jantung
d. Perokok berat
e. Aktivitas sangat berlebihan dan mengkonsumsi alkohol
3. Klasifikasi
Gagal jantung diklasifikasikan menurut American College of Cardiology (ACC)
dan American Heart Association (AHA) terbagi atas atas 4 stadium berdasarkan
kondisi predisposisi pasien dan derajat keluhannya yaitu :
a. Stage A : Risiko tinggi gagal jantung, tetapi tanpa penyakit jantung struktural atau
tanda dan gejala gagal jantung. Pasien dalam stadium ini termasuk mereka yang
mengidap hipertensi, DM, sindroma metabolik, penyakit aterosklerosis atau
obesitas.
b. Stage B : penyakit jantung struktural dengan disfungsi ventrikel kiri yang
asimptomatis. Pasien dalam stadium ini dapat mengalami LV remodeling, fraksi
ejeksi LV rendah, riwayat IMA sebelumnya, atau penyakit katup jantung
asimptomatik.
c. Stage C : Gagal jantung simptomatis dengan tanda dan gejala gagal jantung saat
ini atau sebelumnya. Ditandai dengan penyakit jantung struktural, dyspnea,
fatigue, dan penurunan toleransi aktivitas.
d. Stage D : Gagal jantung simptomatis berat atau refrakter. Gejala dapat muncul
saat istirahat meski dengan terapi maksimal dan pasien memerlukan rawat inap.
4. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis
Gejala Tanda
yang dominan
Edema Sesak napas, kelelahan, Edema perifer, peningkatan vena
perifer/kongesti anoreksia jugularis, edema pulmonal,
hepatomegaly, asites, overload cairan
(kongesti), kaheksia
Edema pulmonal Sesak napas yang berat Crackles atau rales pada paru-paru
saat istirahat bagian atas, efusi, takikardia dan
takipnea
Srok kardiogenik Konfusi, kelemahan, Perfusi perifer yang buruk, sistolik
(low output dingin pada perifer blood pressure (SBP) < 90 mmHg,
syndrome) anuria atau oliguria
Tekanan darah Sesak napas Biasanya terjadi peningkatan tekanan
tinggi (gagal darah, hipertensi ventrikel kiri
jantung
hipertensif)
Gagal jantung Sesak napas, kelelahan Bukti disfungsi ventrikel kanan,
kanan peningkatan JVP, edema perifer,
hepatomegaly dan kongesti usus
Sumber : Dickstein K, Cohen SA, Filippatos G, McMurray JJV, Ponikowsi P, Atar D
et al. ESC Guidelines for the diagnosis and threatment of acute and chronic heart
failure 2008. European Journal of Heart Failure.
Palpitasidantakikardi
Menurunnyaisisekuncup
Menurunnyakekuatankontrak
siototjantung Kegagalanjantungberkompensasi
Penurunancurahjantung
Gagalventrikelkiri
Gagalventrikelkanan
Kongestiparu
Penurunansirkulai
Kongestivisera&jaringanperifer
Cairandarahperifertida O2kejaringan&meningkatnyae
Cairanterdorongked
kterangkut nergi yang
alamparu
Pembesaran vena di hepar digunakanuntukbernafas
Gangguan
pertukaran gas
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Hematologi : Hb, Ht, Leukosit
2) Elektrolit: K, Na, Cl, Mg
3) Enzim Jantung (CK-MB, Troponin, LDH)
4) Gangguan fungsi ginjal dan hati : BUN, Creatinin, Urine Lengkap, SGOT,
SGPT.
5) Gula darah
6) Kolesterol, trigliserida
7) Analisa Gas Darah
b. Elektrokardiografi, untuk melihat adanya :
1) Penyakit jantung koroner : iskemik, infark
2) Pembesaran jantung (LVH : Left Ventricular Hypertrophy )
3) Aritmia
4) Perikarditis
c. Foto rontgen thoraks, untuk melihat adanya :
1) Edema alveolar
2) Edema interstitiels
3) Efusi pleura
4) Pelebaran vena pulmonalis
5) Pembesaran jantung
d. Echocardiogram
Menggambarkan ruang-ruang dan katup jantung
e. Radionuklir
1) Mengevaluasi fungsi ventrikel kiri
2) Mengidentifikasi kelainan fungsi miokard
f. Pemantauan hemodinamika (kateterisasi arteri pulmonal multilumen), bertujuan
untuk :
1) Mengetahui tekanan dalam sirkulasi jantung dan paru
2) Mengetahui saturasi O2 di ruang-ruang jantung
3) Biopsi endomiokarditis pada kelainan otot jantung
4) Meneliti elektrofisiologis pada aritmia ventrikel berat recurrent
5) Mengetahui beratnya lesi katup jantung
6) Mengidentifikasi penyempitan arteri koroner
7) Angiografi ventrikel kiri (identifikasi hipokinetik, aneurisma ventrikel, fungsi
ventrikel kiri)
8) Arteriografi koroner (identifikasi lokasi stenosis arteri koroner)
Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan pada kriteria utama dan atau
tambahan.
a. Kriteria utama :
1) Ortopneu
2) Paroxysmal nocturnal dyspneu
3) Kardiomegali
4) Gallop
5) Peningkatan JVP
6) Refleks hepatojuguler
b. Kriteria tambahan :
1) Edema pergelangan kaki
2) Batuk malam hari
3) Dyspneu on effort
4) Hepatomegali
5) Efusi pleura
6) Takhikardi
Diagnosis ditegakkan atas dasar adanya 2 kriteria utama,atau 1 kriteria utama
disertai 2 kriteria tambahan.
7. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah :
a. Mendukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
b. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-bahan
farmakologis
c. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik, diet
dan istirahat.
d. Menghilangkan faktor pencetus (anemia, aritmia, atau masalah medis lainnya)
e. Menghilangkan penyakit yang mendasarinya baik secara medis maupun bedah.
Penatalaksanaan sesuai klasifikasi gagal jantung adalah sebagai berikut :
a. FC I : Non farmakologi
b. FC II & III : Diuretik, digitalis, ACE inhibitor, vasodilator, kombinasi diuretik,
digitalis.
c. FC IV: Kombinasi diuretik, digitalis, ACE inhibitor seumur hidup.
2) Dispnea
Dispnea, di karakteristikan dengan pernafasan cepat, dangkal, dan keadaan
yang menunjukkan bahwa klien sulit mendapatkan udara yang cukup,
yang menekan klien. Terkadang klien mengeluh adanya insomnia, gelisah,
atau kelemahan, yang disebabkan oleh dispnea.
3) Ortopnea
4) Batuk
Batuk iritatif adalah salah satu gejala kongesti vascular pulmonal yang
sering terlewatkan, tetapi dapat merupakan gejala dominan. Batuk ini
dapat produktif, tetapi biasanya kering dan pendek. Gejala ini
dihubungkan dengan kongesti mukosa bronkial dan berhubungan dengan
peningkatan produksi mukus.
5) Edema pulmonal
B2 (Blood)
1) Inspeksi
Inspeksi tentang adanya parut pada dada, keluhan kelemahan fisik, dan
adanya edema ekstermitas
2) Palpasi
Denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya ditemukan.
3) Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurunkan akibat penurunan volume sekucup.
Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya ditemukan apabila
penyebab gagal jantung adalah kelainan katup
4) Perkusi
Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya hipertrofi
jantung (kardiomegali)
7) Disritmia
Karena peningkatan frekuensi jantung adalah respons awal jantung
terhadap stress, sinus takikardia mungkin dicurigai dan sering ditemukan
pada pemeriksaan klien dengan kegagalan pompa jantung. Irama lain yang
berhubungan dengan kegagalan pompa meliputi konstraksi atrium
prematur, takikardia atrium proksimal, dan denyut vertikel prematur.
Kapan pun abnormalitas irama terdeteksi, seseorang harus berupaya untuk
menemukan mekanisme dasar patofisiologisnya, kemudian terapi dapat
direncanakan dan diberikan dengan tepat.
9) Kulit dingin
Kegagalan arus darah ke depan (forward failure) pada ventrikel kiri
menimbulkan tanda-tanda yang menunjukkan berkurangnya perfusi ke
organ-organ. Karena darah dialihkan dari organ-organ nonvital ke organ-
organ vital seperti jantung dan otak untuk mempertahankan perfusi organ-
organ seperti kulit dan otot-otot rangka. Kulit tampak pucat dan terasa
dingin karena pembuluh darah perifer mengalami vasokonstriksi dan kadar
hemoglobin yang tereduksi meningkat. Sehingga akan terjadi sianosis.
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
1) Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan
dalam pembuluh portal meningkat, sehingga cairan terdorong keluar rongga
abdomen, yaitu suatu kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan
dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafargma dan
distress pernapasan.
2) Anoreksia
Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi akibat pembesaran vena
dan statis vena di dalam rongga abdomen.
B6 (Bone)
1) Edema
2) Mudah lelah
Klien dengan gagal jantung akan cepat merasa lelah, hal ini terjadi akibat
curah jantung yang berkurang yang dapat menghambat sirkulasi normal dan
suplai oksigen ke jaringan dan menghambat pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
Perfusi yang kurang pada otot-otot rangka menyebabkan kelemahan dan
keletihan. Gejala-gejala ini dapat dipicu oleh ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit atau anoreksia.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b.dperubahan kontraktilitas
b. Pola nafastidakefektif b.d penurunanenergi
c. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbanganventilasi-perfusi
d. Hipervolemia b.d gangguanaliranbalik vena
e. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbanganantarasuplai dan kebutuhanoksigen
3. IntervensiKeperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
Keperawatan
1 Penurunan curah Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan Jantung
jantung b.d selama …. x …. jam, diharapkan tidak Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
perubahan terjadi penurunan curah jantung dengan (meliputi dyspnea, ortopnea, PND, peningkatan CVP)
kontraktilitas kriteria hasil : Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah
Curah jantung: jantung (meliputi peningkatan berat badan,
Tidak ada bradikardia hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
Tidak ada takikardia basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
Tidak ada gambaran EKG aritmia Monitor tekanan darah
Tidak mengalami lelah Monitor intake dan output cairan
Tidak ada edema Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
Tidak ada distensi vena jugularis Monitor saturasi oksigen
Tidak ada dyspnea Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi,
Tidak ada oliguria radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri)
Tidak terjadi Paroxysmal nocturnal Monitor aritmia (kelaian irama dan frekuensi)
dyspnea (PND) Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit,
Tidak terjadi ortopnea enzim jantung, BNP, NTpro-BNP)
Tidak terdengar suara jantung S3& S4 Posisikan semifowler atau fowler dengan kaki ke bawah
Tidak ada murmur jantung atau posisi nyaman
CRT <3 detik Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan
kafein, natrium, kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
>94%
Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen jalan nafas
efektif b.d selama ….. x … jam, diharapkan pola Pemantauan respirasi
penurunan napas efektif dengan kriteria hasil : Monitor pola napas
energi Pola napas Monitor bunyi napas tambahan
Ventilasi semenit normal Posisikan semi fowler atau fowler
Tidak ada dyspnea Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Tida ada pemanjangan fase ekspirasi Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Tidak ada pernapasan pursed-lip Monitor saturasi oksigen
Tidak ada pernapasan cuping hidung Monitor nilai AGD
Tidak ada penggunaan otot bantu Monitor hasil x-ray toraks
pernapasan Berikan oksigen, jikaperlu
Frekuensi napas normal Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
Kedalaman napas normal mukolitik, jikaperlu
3 Gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pemantauan respirasi
pertukaran gas selama ….. x …. jam, diharapkan tidak Terapioksigen
b.d terjadi gangguan pertukaran gas dengan
ketidakseimbang kriteria hasil : Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
anventilasi- Pertukaran gas: Monitor pola nafas
perfusi Tingkat kesadaran baik Auskultasi bunyi nafas
Tidak ada dispnea Monitor saturasi oksigen
Tidak ada bunyi nafas tambahan Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. Oksimetri,
Tidak pusing Analisa gas darah)
Penglihatan tidak kabur Monitor tanda-tanda hipoventilasi
PCO2 normal (35 – 45 mmHg) Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea, jik perlu
PO2 normal (80 – 100 mmHg) Pertahankan kepatenan jalan nafas
pH arteri normal (7.35 – 7.45) Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Tidak sianosis Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau
Pola nafas normal (frekuensi, kwalitas) tidur
Warna kulit normal
4 Hipervolemia Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen hipervolemia
b.d gangguan selama … x … jam, diharapkantidak Pemantauan cairan
aliran balik vena terjadi hipervolemia dengan kriteria hasil : Periksa tanda dan gejala hipervolemia
Keseimbangan cairan Monitor intake dan output cairan
Keluaran urin normal Timbang berat badan secara teratur
Tidak ada edema Batasi asupan cairan garam
Tidak mengalami asites Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
Tekanan darah dalam batas normal Kolaborasi pemberian diuretik
Denyut nadi radial dalam batas normal Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuret
Turgor kulit baik Kolaborasi pemberian continuous renal replacement
Berat badan mengalami penurunan teraphy
Monitortanda – tanda vital
Monitor elastisitas atau turgor kulit
Monitor kadar albumin dan protein total
5 Intoleransi Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemenenergi
aktivitas b.d selama …. x …. jam, diharapkan pasien Dukungan perawatan diri
ketidakseimbang dapat beraktivitas secara normal dengan Lakukanlatihanrentanggerakpasif dan/atauaktif
an antara suplai kriteria hasil : Damping dalam melakukan perawatan diri sampai
dan kebutuhan Toleransi aktivitas mandiri
oksigen Frekuensi nadi normal Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
Saturasi oksigen normal melakukan perawatan diri
Frekuensinafas normal Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Mudahan dalam melakukan aktifitas Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sehari-hari sesuai kemampuan
Tidak ada keluhan lelah Anjurkantirah baring
Tidak ada dispnea saat dan setelah Anjurkanmelakukanaktivitassecarabertahap
beraktivitas Kolaborasi dengan ahligizitentang cara
Tidak ada aritmia saat dan meningkatkanasupanmakanan
setelahberaktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Dickstein K, Cohen SA, Filippatos G, McMurray JJV, Poikowski P, Atar D et al. ESC
Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2008.
European journal of heart failure [serial on the internet].2008.aug (diakses 17 Oktober
2019) Available fromhttp://eurjhf.oxforfjournals.org/content/10/10/1993.full.pdf
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s.2000. Textbook of Medical – Surgical
Nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC.
Suyono, S, et al. 2001. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
IndikatorDiagnostik. Jakarta: DPP PersatuanPerawatNasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. StandarIntervensiKeperawatan Indonesia Definisi dan
TindakanKeperawatan. Jakarta: DPP PersatuanPerawatNasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. StandarLuaranKeperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PersatuanPerawatNasional Indonesia.
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Pembimbing / CT