Anda di halaman 1dari 4

Pendampingan Pasien Sakratul Maut Menurut Islam

Dalam konsep Islam, fase sakaratul maut sangat menentukan


baik atau tidaknya seseorang terhadap kematiannya untuk
menemui Allah dan bagi perawat pun akan dimintai
pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat
pasien di rumah sakit. Dan fase sakaratul maut adalah fase
yang sangat berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan
Rasulullah tetapi akan sangat berbeda bagi orang yang
mengerjakan amal sholeh yang bisa menghadapinya dengan
tenang dan senang hati. Ini adalah petikan Al-Quran tentang
sakaratul maut,” Datanglah sakaratul maut dengan sebenar-
benarnya.”(QS.50:19).“ Alangkah dahsyatnya ketika orang-
orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul
maut.” (QS. 6:93). Dalam Al-hadits tentang sakaratul maut.
Al-Hasan berkata bahwa Rasulullah SAW pernah
mengingatkan mengenai rasa sakit dan duka akibat kematian.
Beliau bertutur, “Rasanya sebanding dengan tiga ratus kali
tebasan pedang.” (HR.Ibn Abi ad-Dunya)

Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga


perawat harus membimbing pasien dengan cara-cara,seperti
ini:
1. Menalqin (menuntun) dengan syahadat. Sesuai sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

2. Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan


dihadapannya kecuali kata-kata yang baik.

Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah


bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda. Artinya : “Apabila kalian mendatangi orang yang
sedang sakit atau orang yang hampir mati, maka hendaklah
kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para
malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.” Maka perawat
harus berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa
yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu memberikan
yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan
kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas dari jasadnya.

3. Berbaik Sangka kepada Allah

Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada


Allah SWT, seperti di dalam hadits Bukhari“ Tidak akan mati
masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada
Allah SWT.” Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan
seringkali seperti apa yang terjadi pada kita karena Allah
mengikuti perasangka umatNya.
4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul
maut

Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi


kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut
dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk
membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena
bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang
menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata.
Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa
sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut,
sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam
mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik
Ibnu Qudamah)

5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat

Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang


tengah sakaratul maut kearah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini
tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw.,
hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan
bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut. Para Ulama
sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap
kiblat :
a) Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan
kedua telapak kakinya dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu,
kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap
kearah kiblat.

b) Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah


sakaratul maut menghadap ke kiblat. Dan Imam Syaukai
menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling
benar. Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak,
maka biarkanlah orang tersebut berbaring kearah manapun
yang membuatnya selesai.

Anda mungkin juga menyukai