Anda di halaman 1dari 5

Apa itu Kepemimpinan Otentik?

Kepemimpinan otentik merupakan gaya kepemimpinan yang berfokus pada


penyelarasan karakter seseorang dengan nilai yang ada di dalam kelompok
atau organisasi agar berjalan secara efektif. Seseorang dengan gaya
kepemimpinan ini harus mampu jujur pada dirinya sendiri dan pengikutnya
terkait nilai apa yang hendak dibawa agar dapat bekerja sama secara
maksimal.
 

Sejarah singkat
Sejarah mengenai gaya kepemimpinan ini dapat dilacak secara
bahasa. Otentik atau authentic berasal dari bahasa Yunani yang dalam filosofi
Yunani berarti menjadi dirimu yang sesungguhnya (to thine own self be true).
Sebelum menuntut kebenaran dari orang lain, pemimpin harus mulai dengan
kebenaran diri sendiri, pengenalan, dan pengendalian diri. Pada tahun 1960-
an, wacana tentang gaya kepemimpinan ini mulai ramai dikaji dan
didiskusikan. Pertanyaan sentral dalam diskusi kepemimpinan ini yaitu,
“Bagaimana para pemimpin menentukan peran mereka dalam konteks
kebenaran dalam kehidupan organisasi?” Wacana tentang kepemimpinan
otentik terus berkembang hingga seorang profesor dari Harvard University
bernama Bill George dalam bukunya Authentic Leadership  dan ditindaklanjuti
dengan buku best selling pada tahun 2007 (ditulis  bersama dengan Peter
Sims) berjudul True North: Discover Your Authentic Leadership,  menganjurkan
agar setiap pemimpin mencari dan menemukan esensi kepemimpinan otentik
dalam dirinya dan melaksanakannya untuk kehidupan organisasi yang  lebih
bermakna dalam jangka panjang.
 

Kepemimpinan ini dinilai dibutuhkan di zaman modern yang dicirikan dengan


lingkungan yang berubah secara dramatis. Maka dari itu, kepemimpinan
otentik dinilai menjadi gaya kepemimpinan yang lebih dapat
dipersonalisasikan dibanding gaya kepemimpinan lain seperti
kepemimpinan karismatik.
 

Karakteristik
Terdapat beberapa karakteristik dari kepemimpinan otentik (Kruse, 2013),
yaitu
1. Authentic leaders are self-aware and genuine
Pemimpin-pemimpin yang otentik adalah individu yang mengaktualisasikan
dirinya dengan memiliki self-awareness  (kesadaran diri). Mereka mengetahui
kekuatan dan kelemahan pada diri mereka sendiri dan emosi mereka. Mereka
juga tidak berperilaku berbeda di berbagai kondisi, dengan kata lain mereka
menjadi diri mereka di hadapan para pengikutnya. Mereka juga tidak takut
untuk terlihat lemah dengan mengakui kesalahan-kesalahan yang pernah
dilakukan dan kegagalan yang pernah mereka lalui. 
2. Authentic leaders are mission-driven and focused on results 
Mereka mampu menempatkan misi-misi untuk mencapai tujuan orang banyak
atau organisasi di atas tujuan pribadi. Mereka melakukan pekerjaan mereka
untuk mencapai hasil bukan untuk kekuasaan, ego, dan keinginan materi
pribadi. 
 Authentic leaders lead with their heart
Mereka tidak takut untuk menunjukkan emosi-emosi yang mereka miliki,
kerentanan mereka terhadap karyawan. Namun bukan berarti mereka
“lembek”, akan tetapi dapat mengomunikasikan apa yang dirasakan dengan
tata cara yang tepat secara empatik. 
 Authentic leaders focus on the long term
Mereka fokus untuk hasil jangka panjang, bersedia untuk membimbing setiap
orang dan memelihara organisasi dengan sabar dan kerja keras karena
mereka yakin dengan hasil yang akan bertahan untuk jangka waktu yang lama
 

Dimensi 
Aspek-aspek kepemimpinan otentik menurut Walumbwa et al. (2008) di
antaranya adalah sebagai berikut: 
1. Self-Awareness (Kesadaran Diri) 
Cara seseorang memandang dan memahami dirinya sendiri dari waktu ke
waktu, serta kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Hal ini mencakup
wawasan mengenai dirinya berdasarkan sudut pandang orang lain (Kernis,
dalam Winbaktur & Sutono, 2019). Misalnya, seorang pemimpin menyadari
bahwa ucapan dan tindakan tertentu dapat memberikan dampak bagi orang
lain. 
2. Relational Transparency (Relasi yang Transparan) 
Persepsi pengikut terhadap perilaku pemimpin yang menampilkan dirinya
secara asli dalam berinteraksi dengan orang lain, bukan pencitraan diri
maupun perubahan bentuk diri. Misalnya, seorang pemimpin menampilkan
sifatnya secara  orisinal dan tanpa dibuat-buat dengan maksud pencitraan
(Kernis, dalam Winbaktur & Sutono, 2019). Contoh, seorang pemimpin
mengakui kesalahan yang telah dilakukannya. 
3. Balanced Processing (Pemprosesan yang Seimbang) 
Menunjukkan seorang pemimpin yang secara objektif menganalisis semua
informasi dan data yang ada secara relevan sebelum mengambil keputusan.
Misal, seorang pemimpin ketika akan mengambil keputusan melihat dari
berbagai sudut pandang serta menganalisis berbagai informasi terlebih
dahulu (Gardner, Avolio, Luthans, dkk., 2005). Contoh, seorang pemimpin akan
memperhatikan dengan seksama sudut pandang yang berbeda sebelum
mengambil keputusan. 
4. Internalized Moral Perspective (Perspektif Moral yang Terinternalisasi) 
Merupakan gambaran bawahan terhadap atasan mengenai internalisasi dan
regulasi diri, artinya adalah apabila atasan membuat suatu keputusan maka
keputusan tersebut sesuai dengan regulasi diri atau tidak bertentangan
dengan nilai moral yang dianutnya. Misalnya, pemimpin yang ketika
mengambil keputusan berdasarkan standar nilai moral/etika yang telah
ditetapkan (Ryan & Deci, dalam Winbaktur & Sutono, 2019). Contoh, seorang
pemimpin mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai hidup yang
diyakininya
 

Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan
 Peningkatan keterlibatan relasional yang dihasilkannya. 
Pemimpin dengan gaya ini akan fokus pada tujuan dan perilaku serta nilai-nilai
batin seseorang. Pemimpin lebih mampu menjaga kepercayaan dan kohesi di
antara kelompok. Fokusnya adalah memberdayakan karyawan dan
membimbing mereka melalui tugas dengan cara yang empatik dan jujur. 
 Fokus pada hubungan karyawan-pemimpin adalah pada
pengembangan dan mendengarkan ide dan pemikiran orang. 
Hubungan terbuka, yang tidak berarti semuanya selalu kebahagiaan dan
kesepakatan, menciptakan lingkungan yang otentik, sehingga orang-orang
mengetahui tempat mereka dalam organisasi dan arah kerja tim. 
 Konsistensi gaya kepemimpinan otentik yang dapat diberikan untuk
organisasi. 
Ini adalah nilai-nilai batin pemimpin, dikombinasikan dengan tujuan
operasional organisasi, yang merupakan inti dari cara kerja tim. Ini berarti
bawahan tahu apa yang diharapkan di saat-saat sulit dan senang.
 Cenderung menjamin standar etika dan moral yang tinggi. 
Gaya ini menekankan penggunaan moralitas sebagai pedoman
kepemimpinan, sehingga organisasi dapat memiliki pijakan etika yang lebih
kuat. 
 
Kekurangan 
1. Teori kepemimpinan otentik tidak memiliki teori yang koheren atau
terpadu
Penulis yang berbeda menambahkan cita rasa mereka sendiri pada apa
artinya menjadi pemimpin sejati. Oleh karena itu, analisis yang tepat tentang
manfaat dan pengukuran keaslian bisa jadi sulit.
 

2. Komponen moral dapat menyebabkan tujuan yang bertentangan dalam


suatu organisasi
Nilai pemimpin mungkin tidak selalu sejalan dengan apa yang benar untuk
organisasi atau pemegang sahamnya. Padahal, kebutuhan bawahan dan
pemangku kepentingan lainnya mungkin tidak selalu dapat dipenuhi. Oleh
karena itu, seorang pemimpin mungkin mendapati dirinya dalam situasi yang
menuntut mereka mengorbankan nilai batin mereka dengan memberikan
bonus karyawan atau menumbuhkan potensi penjualan perusahaan.
 

3. Kepemimpinan otentik mungkin menghalangi kemampuan organisasi


untuk membuat keputusan cepat
Pemimpin ingin mengumpulkan umpan balik dan mendengarkan pendapat
lain sebelum menggunakan penilaiannya, sehingga kecepatan pengambilan
keputusan dapat terancam.
 

Contoh
 Howard Schultz di Starbucks
Howard Schultz bisa dibilang memenuhi standar “authentic leaders lead with
their heart”.  Sepanjang kariernya di Starbucks, perhatian utama Schultz adalah
pada kesejahteraan karyawannya. Hal tersebut mungkin dikarenakan
pengalaman ayahnya saat mendapat kecelakaan dan tidak memiliki asuransi
kesehatan, untuk itu kemudian Schultz memberikan fasilitas kesehatan dan
kepemilikan saham kepada semua karyawannya, termasuk karyawan paruh
waktu (part-time). Bahkan Starbucks di AS juga memberikan uang
penggantian biaya bagi karyawan yang melanjutkan kuliah
 Bob Sadino
Bob Sadino memiliki cara yang berbeda dalam mengawasi karyawannya, yaitu
dengan ikut bekerja seperti rekan kerja yang lain tanpa membedakan
karyawannya dari top sampai karyawan paling rendah. Bahkan beliau sering
mengajak istri dan anaknya untuk “nongkrong” di tempat kerja. Ini
menggambarkan ciri-ciri “authentic leaders are self-aware and genuine”,  sebab
terlihat bahwa Bob Sadino tampil apa adanya sebagai seorang pemimpin dan
sekaligus manusia.

https://pemimpin.id/definisi-pemimpin-yang-bekerja-dengan-hati-
kepemimpinan-otentik-authentic-leadership-theory/#:~:text=Kepemimpinan
%20otentik%20merupakan%20gaya%20kepemimpinan,organisasi%20agar
%20berjalan%20secara%20efektif.

Anda mungkin juga menyukai