Anda di halaman 1dari 15

Persepsi Terhadap Perkawinan Pada Dewasa Muda Yang Mengalami Perceraian

Prof. Dr. E. S. Margiantari, SE., MM.


(Rektor Universitas Gunadarma)
Dr. A. M. Heru Basuki, Msi.
(Dekan Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma)
Novia Miranti
(Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma)

________________________________________________________________________
Persepsi Terhadap Perkawinan Pada pasangan keluarga, kondisi keluarga,
Dewasa Muda Yang Mengalami dan mempertahankan identitas diri.
Perceraian Subjek mempersepsikan perkawinan
sebagai suatu hubungan yang sakral, sah
ABSTRAK secara hukum dan agama, masa dimana
subjek siap menghabiskan waktu untuk
Perkawinan adalah suatu kejadian hidup setia dengan pasangan dan
penting yang diharapkan dapat dialami keluarganya. Dimana perkawinan harus
oleh setiap orang dewasa. Tentunya bisa menyatukan dua karakter yang
setiap orang menginginkan keluarga berbeda, subjek harus bisa menerima
yang utuh dan bahagia selamanya. kelebihan dan kekurangan pasangan, dan
Namun pada kenyataannya tidak semua apapun masalah yang ada dalam rumah
orang dapat menjalani perkawinannya tangga harus dapat diselesaikan dengan
dengan baik, sehingga tidak mampu lagi baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi
untuk meneruskan perjalanan panjang subjek dalam mempersepsikan
tersebut. Ketika ketegangan terus perkawinan yaitu karakteristik subjek
memuncak dan tidak mereda, dan terjadi yang mengalami perceraian,
pada waktu yang cukup lama, tidaklah karakteristik objek yang dipersepsi,
mengherankan jika perceraian dilihat sedangkan faktor situasional tidak
sebagai alternative penyelesaian yang mempengaruhi persepsi subjek terhadap
baik (Miller & Siegel, 1972). Penelitian perkawinan.
ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal
yang menyebabkan perceraian, persepsi BAB I
terhadap perkawinan pada dewasa muda A. Latar Belakang Masalah
yang bercerai, dan faktor-faktor yang Masa dewasa muda merupakan masa
mempengaruhi persepsi. penyesuaian diri terhadap pola-pola
Penelitian ini menggunakan kehidupan baru dan harapan sosial baru.
pendekatan penelitian kualitatif Salah satu tugas perkembangan dewasa
berbentuk studi kasus, yang akan muda adalah belajar hidup bersama
memberi gambaran mendalam mengenai dengan pasangan, membentuk keluarga
suatu kasus yang tertentu. Subjek dalam bahagia, dan mengasuh anak, yang
penelitian ini berjumlah satu orang yaitu kesemuanya itu terbentuk oleh suatu
subjek yang mengalami perceraian, ikatan yang sah yang disebut dengan
berjenis kelamin laki-laki, dan berusia 32 perkawinan (Duvall & Miller, 1985).
tahun. Penelitian ini menggunakan Bagi masyarakat Indonesia,
metode wawancara terbuka dan perkawinan adalah suatu tahap penting
terstruktur, dan metode observasi yang yang diharapkan dapat dialami oleh
digunakan adalah metode observasi non setiap orang. Tentunya setiap orang
partisipan dan observasi non sistematik. menginginkan keluarga yang utuh dan
Hasil penelitian ini adalah bahwa bahagia sampai akhir hayatnya. Namun
subjek bercerai karena ketidakcocokan pada kenyataannya tidak semua orang
subjek dengan pasangan, tinggal secara dapat menjalani perkawinannya dengan
terpisah, selingkuh, meninggalkan baik, dan bahagia seperti yang
pasangan, pergi tanpa kabar, kebiasaan diharapkan (Miller & Siegel, 1972)
mabuk-mabukkan, kesiapan ekonomi saat Tidak semua pasangan dapat melalui
menikah, status ekonomi keluarga, model jalan yang mulus dalam perkawinannya,
sehingga tidak mampu lagi untuk 3. Mengapa subjek memiliki persepsi
meneruskan perkawinannya. Ketika yang demikian?
ketegangan terus memuncak dan tidak
mereda dalam waktu yang lama,tidaklah C. Tujuan Penelitian
mengherankan jika perceraian dilihat Penelitian ini bertujuan untuk
sebagai alternatif penyelesaian yang baik mengetahui faktor-faktor yang
(Miller & Siegel, 1972). menyebabkan perceraian, persepsi
Menurut Sudrajat (2006) banyak terhadap perkawinan pada dewasa muda
kasus perceraian merupakan dampak dari yang mengalami perceraian, dan faktor-
mudanya usia saat memutuskan untuk faktor yang mempengaruhi persepsinya.
menikah. Kebanyakan yang gagal karena
kawin muda. Namun dalam alasan
D. Manfaat Penelitian
bercerai tentu saja bukan karena alasan 1. Manfaat Teoritis
kawin muda, melainkan masalah Penelitian ini diharapkan dapat
ekonomi, ketidakcocokan, dll. Tetapi bermanfaat dan berguna sebagai
masalah itu sebagai salah satu dampak bahan yang dapat digunakan untuk
dari perkawinan yang dilakukan tanpa perkembangan ilmu pengetahuan
kematangan usia dan psikologis. khususnya Psikologi perkembangan
Dewasa muda yang bercerai memiliki dan Psikologi Klinis. Dan dapat
pengalaman yang tidak menyenangkan digunakan sebagai acuan bagi
dengan perkawinannya. Persepsi penelitian selanjutnya, terutama yang
seseorang tentang perkawinan penting berkaitan dengan masalah perceraian
diketahui karena persepsi yang baik dan dewasa muda.
menjanjikan awal yang baik bila
seseorang ingin menikah (Landis, 1971). 2. Manfaat Praktis
Pada umumnya dewasa muda yang Penelitian ini diharapkan dapat
mengalami perceraian merasa trauma bermanfaat bagi masyarakat secara
atau takut untuk memulai suatu hubungan umum, dan individu (orang tua, dan
baru atau sebuah komitmen, baik hanya dewasa muda) secara khusus. Pada
sebatas pacaran maupun pada saat umumnya masyarakat luas akan
memasuki dunia perkawinan yang baru menemukan pemahaman baru yang
(Noural & Kramer 1987 ; Roe, 1994). positif tentang persepsi terhadap
Oleh karena itu perceraian sangat perkawinan pada dewasa muda yang
berpotensi untuk mengubah pandangan mengalami perceraian. Dan bagi
atau persepsi seseorang tentang sebuah individu yang mengalami perceraian
perkawinan, terutama pada dewasa muda diharapkan dapat menyesuaikan diri
yang siap untuk memasuki dunia dengan kehidupan setelah perceraian
perkawinan (Wallerstein, 1983). sebagai single parent, dapat belajar
dari pengalaman dan memperbaiki
kesalahan agar dapat membina
B. Pertanyaan Penelitian hubungan yang lebih baik lagi
1. Apa faktor-faktor penyebab daripada sebelumnya.
perceraian pada subjek?
2. Bagaimana persepsi terhadap
perkawinan pada dewasa muda yang
mengalami perceraian?
BAB II 2) Tidak menetap, persepsi
A. Persepsi Terhadap Perkawinan seseorang dapat berubah bila ada
1. Persepsi pembuktian lain yang lebih baik.
a. Pengertian Persepsi d. Dimensi-dimensi dari Persepsi
Persepsi dalam psikologi adalah Persepsi memiliki dua dimensi
proses pencarian informasi untuk (Lane & Sears, 1985) yaitu :
dipahami. Alat untuk memperoleh 1) Arah, berkisar dari tidak setuju
informasi adalah penginderaan, yakni sampai setuju, sebenarnya dalam
seperti : penglihatan, pendengaran, dimensi ini tercakup juga kualitas
peraba (Sarlito, 1996). emosional dari individu.
Persepsi adalah proses 2) Intensitas, dalam suatu persepsi/
menyeleksi, menerima, menafsirkan, terdapat derajat keyakinan
mengorganisasikan,menginterpretasik individu akan jawabannya.
an kesan sensoris sehingga dapat e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
memberikan makna pada Persepsi
lingkungannya (Robbins, 1994).. Ada 3 faktor yang mempengaruhi
Menurut Wertheimer (1993) persepsi seseorang (Robbins, 1994) :
persepsi adalah suatu aktivitas yang 1) Karakteristik individu yang
konstruktif, dimana terjadi suatu mempersepsi
pengolahan informasi yang Karakter individu sangat
menghasilkan kesan terpadu tentang mempengaruhi interpretasinya,
hal-hal yang masuk dalam diantaranya : kepribadian, sikap,
pengalaman kita. motif, minat, pengalaman masa
a. Komponen-komponen Persepsi lalu, dan harapan dari individu.
Ada 3 komponen utama dalam 2) Karakteristik individu yang
proses persepsi (Subur, 1975), yaitu : dipersepsi
1) Seleksi adalah proses penyaringan Karakteristik dari individu
oleh indera terhadap rangsangan yang dipersepsi, baik berupa
dari luar. karakteristik personal, sikap dan
2) Interpretasi adalah proses tingkah lakunya.
mengorganisasikan informasi 3) Faktor situasional
sehingga mempunyai arti. Waktu dipersepsinya suatu
3) Interpretasi dan persepsi tersebut objek atau peristiwa dapat
diterjemahkan dalam bentuk mempengaruhi persepsi, seperti
tingkah laku sebagai reaksi. Jadi lokasi, cahaya, situasi tempat
proses persepsi adalah seleksi, terjadinya proses persepsi seperti
interpretasi, dan pembulatan tata nilai, pandangan masyarakat.
terhadap informasi yang sampai.
f. Jenis-jenis Persepsi
c. Sifat-sifat dari Persepsi Menurut Sarlito (1996), persepsi
Menurut Aronson (1988), terbagi atas dua macam, yaitu :
persepsi memiliki dua sifat yaitu : 1) Persepsi objek, yaitu persepsi
1) Lebih mencakup aspek kognitif, terhadap suatu objek atau benda.
jawaban yang diberikan 2) Persepsi sosial, yaitu persepsi
merupakan fakta dan tidak mengenai seseorang untuk
berkaitan dengan aspek evaluatif memahami orang lain.
dan emosional.
2. Perkawinan 2) Devitalized
a. Pengertian Perkawinan Pasangan merasa bosan dan
Perkawinan merupakan suatu merasa tidak bahagia dengan
hubungan sosial antara pria dan perkawinannya, tetapi mereka
wanita yang meliputi hubungan yang tetap yakin bahwa mereka masih
bersifat seksual, mengabsahkan saling mencintai.
kemampuan bereproduksi, tanggung 3) Passive congenial
jawab terhadap anak-anak secara Adanya ketidak-tergantungan
legal, dan menentukan pembagian dan ketidak-terlibatan dalam
tugas antara masing-masing suami pasangan mulai sangat dirasakan,
istri (Duvall & Miller, 1985). pasangan memperoleh kepuasan
Menurut Undang-Undang dari hubungan dengan orang lain.
Perkawinan no.1/1974 bab 1 pasal 1 4) Vital
bahwa perkawinan adalah ikatan lahir Pasangan terlibat secara aktif
batin antara pria dengan wanita dalam segala aspek kehidupan.
sebagai suami istri dengan tujuan Mereka menghabiskan waktu
membentuk keluarga yang bahagia bersama, menyelesaikan konflik
dan kekal berdasarkan keTuhanan dengan baik, dan saling dihargai.
Yang Maha Esa. 5) Total
Perkawinan menurut hukum dan Jenis perkawinan ini adalah
masyarakat didefinisikan oleh yang paling baik.
Santrock (1989) sebagai persetujuan d. Unsur-unsur yang Terdapat dalam
antar pasangan untuk menciptakan Perkawinan
suatu keluarga, bahwa perkawinan Stinett dan Kaye (1984) orang
harus bisa menyelesaikan suatu melangsungkan perkawinan karena :
hubungan dan fungsi penting hidup. 1) Commitment
b. Persepsi Terhadap Perkawinan Banyak orang ingin ada
Persepsi terhadap perkawinan di seseorang yang diperuntukkan
definisikan sebagai kesan yang bagi mereka sepenuhnya.
terpadu yang masuk dalam 2) One-to-One Relationship
pengalaman individu untuk memberi Banyak orang menginginkan
makna terhadap suatu ikatan lahir seseorang yang dapat memenuhi
batin antara seorang pria dan seorang kebutuhan dasar akan harga diri,
wanita yang diterima masyarakat,sah kasih sayang, penghargaan, dan
secara hukum negara dan agama, saling percaya.
mempunyai peran sebagai suami istri, 3) Companionship
dan orang tua bagi anak-anaknya Perkawinan memungkinkan
dengan tujuan membentuk keluarga kesempatan untuk mengatasi rasa
yang bahagia dan kekal. kesepian dengan aktivitas yang
c. Jenis-jenis Perkawinan dilakukan dengan pasangan.
Cuber dan Harrof (1996), ada 4) Love
lima jenis perkawinan, yaitu : Bagi banyak orang hidupnya
1) Conflict habituated akan memuaskan kalau mereka
Pertengkaran antar pasangan merasa berarti bagi orang lain.
dianggap hal yang biasa terjadi 5) Happiness
dan bukan alasan untuk bercerai. Banyak orang berusaha
mencari kebahagiaan dalam kanak
hidupnya. Perkawinandiharapkan Orang yang masa kecilnya
dapat membawa kebahagiaan. bahagia, biasanya akan memiliki
6) Legitimization of Sex and perkawinan yang berbahagia.
Children 3) Lamanya masa perkenalan
Perkawinan memberikan Semakin lama seseorang
kesempatan untuk melakukan mengenal pasangannya sebelum
hubungan seksual yang disetujui menikah maka penyesuaian diri
oleh norma-norma yang berlaku dalam perkawinan akan semakin
dalam masyarakat. mudah dan akan bahagia.
e. Fase-fase dalam Perkawinan 4) Usia dan kematangan
Mc Whirter dan Mattison (dalam Semakin muda usia waktu
Smolak, 1993) menyatakan bahwa menikah semakin besar
perkawinan terdiri dari 3 fase yaitu : kemungkinan akan bercerai
1) Blending Phase 5) Persetujuan dari orang tua
Fase ini terjadi pada tahun Pasangan yang mendapat
pertama dalam perkawinan. restu dari orang tua terbukti lebih
Pasangan belajar untuk hidup mudah menyesuaikan diri dalam
bersama dan merasa bahwa kehidupan perkawinan daripada
mereka saling tergantung. yang tidak mendapat persetujuan.
2) Nesting Phase 6) Alasan untuk menikah
Fase ini terjadi pada tahun Pasangan yang menikah
kedua dan ketiga dalam karena cinta, pengertian, dan
perkawinan. Pasangan dituntut tujuan yang baik akan memiliki
belajar menyesuaikan diri dan perkawinan yang berhasil.
membagi waktu dalam aktivitas. Syarat-syarat untuk mencapai
3) Maintaining phase perkawinan yang bahagia menurut
Fase ini terjadi pada tahun Blood (dalam Benokraitis, 1996):
keempat. Pasangan mulai dapat 1) Compability (kesesuaian)
menyesuaikan diri, saling Dua individu sebagai
memahami, dan mampu pasangan dapat saling menerima
menyelesaikan konflik. karakteristik yang berbeda.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi 2) Skill (keterampilan)
Keberhasilan dan Kegagalan Pasangan mau saling
dalam Perkawinan mendengarkan, mampu membuat
Faktor-faktor mempengaruhi keputusan bersama, dapat
keberhasilan perkawinan menurut mengekspresikan keinginan dan
Stinett dan Kaye (1984) adalah : kebutuhannya untuk saling
1) Keberhasilan perkawinan orang membahagiakan pasangannya.
tua 3) Effort (usaha)
Kalau perkawinan orang tua Usaha disini adalah mencoba
berbahagia, anaknya juga akan mendengarkan pasangan pada saat
mengalami kebahagiaan dalam sedang berbicara dan menjadi
perkawinannya dan lebih kecil pendengar yang baik.
kemungkinannya untuk bercerai. 4) Commitment (kesepakatan)
2) Kebahagiaan pada masa kanak- Banyak perkawinan yang
tidak sejalan dengan tujuan yang tentang perceraian kedua orang
ingin dicapai. Penyebabnya tuanya setelah salah satu orang
adalah tidak adanya kesepakatan. tua meninggalkan rumah.
5) Support (dukungan) b. The surprise divorce
Untuk mencapai keberhasilan Orang tua terlihat tertutup,
suatu perkawinan, dukungan dan tiba-tiba memutuskan untuk
memegang peranan penting. bercerai.
Perkawinan yang berhasil akan c. The violent divorce
membawa dampak yang baik pada Kekerasan terhadap pasangan
pasangan dan keluarga. Sebaliknya, dan anak paling banyak
perkawinan yang tidak bahagia atau menyebabkan perceraian
berakhir dengan perceraian akan d. The late divorce
membawa pengaruh yang buruk bagi Orang tua memaksakan
seluruh keluarga, terutama bagi anak. tinggal bersama, berusaha
menutupi semua masalah hanya
B. Perceraian agar anak-anaknya bahagia.
1. Pengertian Perceraian e. Protect the kids divorce
King (1992) perceraian adalah Orang tua memutuskan untuk
proses putusnya hubungan menyimpan informasi tentang
perkawinan secara hukum. Hal ini alasan kenapa mereka bercerai,
mempengaruhi hak asuh anak, hak dan cenderung untuk berbohong.
kunjungan orang tua, pembagian 3. Faktor Penyebab Perceraian
harta benda, dan tunjangan anak. Perceraian dapat disebabkan oleh
Perceraian biasanya diawali oleh berbagai hal. Miller (1996), yaitu :
adanya konflik antar pasangan suami a. Ketidaksesuaian
istri merupakan suatu proses yang b. Tinggal secara terpisah lebih dari
mengawali berbagai perubahan 18 bulan.
emosi, psikologis dan lingkungan. c. Selingkuh.
Fisher (1984) perceraian adalah d. Perkawinan kontrak.
kematian dari sebuah perkawinan, e. Meninggalkan pasangan secara
diawali dengan pertentangan yang sukarela lebih dari 1 tahun.
tidak dapat dihindari lagi, diikuti oleh f. Pergi tanpa kabar selama 7 tahun.
konflik diantara pasangan. Periode ini g. Kebiasaan mabuk-mabukan.
pertanda buruknya kelekatan h. Kekerasan.
emosional antar pasangan. i. Pasangan menjalani hukuman.
Perceraian adalah puncak dari j. Pasangan dalam perawatan karena
proses penyesuaian perkawinan yang gangguan mental.
buruk yang terjadi bila suami istri Hurlock (1996) mengemukakan
sudah tidak mampu lagi mencari cara stabilitas perkawinan yang dapat
penyelesaian masalah yang tepat mempengaruhi perceraian yaitu :
(Hurlock, 1996). a. Jumlah anak
2. Jenis-jenis Perceraian b. Kelas sosial
Fassel (dalam Benokraitis, 1996) c. Kemiripan latar belakang
ada 5 jenis perceraian, yaitu : d. Saat menikah
a. The disappearing parent e. Alasan untuk menikah
Anak menerima penjelasan f. Saat pasangan menjadi orang tua
g. Status ekonomi aman tentang masa depan..
h. Model pasangan sebagai orang c. Merasa ditolak kehadirannya oleh
tua orang tua yang meninggalkan
i. Posisi umum masa kecil keluarga mereka.
j. Mempertahankan identitas d. Marah dan rasa permusuhan,
Faktor-faktor ini memicu ditujukan pada salah satu orang
timbulnya konflik antara pasangan tua yang mereka salahkan atas
suami istri yang pada akhirnya perceraian yang terjadi.
menyebabkan terjadinya perceraian. e. Menyalahkan diri sendiri dan
4. Tahapan Perceraian perasaan bersalah.
Tahapan-tahapan tersebut adalah: f. Perasaan sedih dan kehilangan.
a. Emotional divorce. g. Bingung untuk memihak salah
Adanya perasaan tidak satu orang tua (konflik loyalitas).
bahagia, menolak kehadiran h. Cemburu dan resentful (benci,
pasangan. Mereka merasa marah).
disakiti, tetapi berusaha untuk Beberapa dampak perceraian
mempertahankan perkawinan. terhadap anak (Wallerstein & Kelly,
b. Legal divorce. dalam King, 1992) adalah :
Ini adalah pemutusan a. Prestasi akademik.
perkawinan secara resmi, yaitu Anak ymempunyai prestasi
melalui hukum (pengadilan). akademik yang rendah, tingkat
c. Economic divorce. dropout yang lebih tinggi, kurang
Perceraian bisa menyebabkan berprestasi.
turunnya kondisi ekonomi b. Stres.
keluarga secara drastis. Anak mengalami stres akibat
d. Coparental divorce. depresi dan kecemasan.
Keputusan hak asuh anak dan c. Masalah Emosi.
hak perkunjungan. Pasangan Anak cenderung kurang
suami istri dapat bercerai, tetapi bahagia, lebih cemas, cenderung
mereka tidak dapat menceraikan gelisah dan khawatir.
anak-anak mereka. d. Masalah hubungan sosial.
e. Community divorce. Anak cenderung menarik diri,
Perceraian meliputi berbagai mempunyai sedikit teman dekat.
perubahan dalam hubungan sosial e. Masalah tingkah laku.
dengan orang lain. Anak cenderung agresif,
f. Psychic / psychological divorce. nakal, menampilkan tingkah laku
Hal ini berkaitan dengan sosial yang tidak matang, tidak
penyesuaian diri pasangan orang efektif dan negatif.
tua yang mengalami perceraian.
5. Dampak Perceraian Orang tua C. Dewasa Muda
Pada Anak 1. Pengertian Dewasa Muda
Beberapa reaksi emosi dan Turner dan Helms (1995)
perasaan anak yang mengalami mengemukakan masa dewasa muda
perceraian orang tua (Rice, 1999): adalah awal dari suatu tahap baru
a. Shock dan tidak percaya. dalam perkembangan kehidupan.
b. Takut, cemas, dan perasaan tidak Individu telah menjalani masa remaja,
dan akan memasuki tahap pencapaian e. Masa dewasa muda sebagai masa
kedewasaan dengan segala tantangan keterasingan sosial
yang lebih beragam f. Masa dewasa muda sebagai masa
Masa dewasa awal adalah masa komitmen
penyesuaian diri terhadap pola g. Masa dewasa muda sebagai masa
kehidupan baru dan harapan baru. ketergantungan
Orang dewasa awal diharapkan dapat h. Masa dewasa muda sebagai masa
memainkan peran baru seperti peran perubahan nilai
suami istri, orang tua, mencari i. Masa dewasa muda sebagai masa
nafkah, mengembangkan sikap, dan penyesuaian diri hidup baru
keinginan baru yang sesuai dengan 4. Tahapan Perkembangan Masa
tugas-tugas baru (Hurlock, 1996). Dewasa Muda
Individu akan mengalami banyak Valliant (dalam Papalia & Olds,
perubahan dan perkembangan dalam 1992) menjabarkan tahapan
rentang usia 20-40 tahun, suatu perkembangan dewasa muda yaitu :
batasan usia yang digunakan untuk a. Masa membangun (20-30 tahun)
mendefinisikan dewasa muda 1) Melepaskan diri dari dominasi
(Papalia & Olds, 1992). orang tua
2.Tugas Perkembangan Dewasa Muda 2) Menemukan pasangan hidup
Havighurst (dalam Turner & 3) Membesarkan anak-anak
Helms, 1995; Smolak, 1993) 4) Mempererat persahabatan
mengemukakan tugas-tugas b. Masa konsolidasi (25-35 tahun)
perkembangan dewasa muda : 1) Melanjutkan apa yang sudah
a. Memilih pasangan hidup dilaksanakan
b. Belajar menyesuaikan diri hidup 2) Memantapkan karier
harmonis dengan pasangan 3) Memperkuat kehidupan
c. Mulai membentuk keluarga dan perkawinan
peran baru sebagai orang tua 4) Memiliki tujuan hidup
d. Membesarkan anak c. Masa transisi (sekitar 40 tahun)
e. Belajar memegang tanggung 1)Meninggalkan pekerjaan
jawab atas rumah tangga 2) Memfokuskan pada kehidupan
f. Meniti karier rohani
g. Memenuhi tanggung jawab
sebagai warga negara D. Persepsi terhadap Perkawinan pada
h. Menemukan kelompok sosial Dewasa Muda yang Mengalami
3. Ciri-ciri Masa Dewasa Muda Perceraian
Ciri-ciri masa dewasa muda Bagi masyarakat Indonesia,
(Hurlock, 1996), adalah : perkawinan merupakan suatu tahap
a. Masa dewasa muda sebagai masa penting yang diharapkan dapat
pengaturan dialami oleh setiap orang dewasa.
b. Masa dewasa muda sebagai masa Tentunya setiap orang menginginkan
usia reproduktif keluarga yang utuh dan bahagia
c. Masa dewasa muda sebagai masa sampai akhir hayatnya. Namun pada
bermasalah kenyataannya tidak semua orang
d. Masa dewasa muda sebagai masa dapat menjalani perkawinannya
ketegangan emosional dengan baik, atau mengembangkan
perkawinan yang bahagia seperti bagian tertentu pada faktor-faktor
yang diinginkan oleh setiap pasangan kasus (Narbuko & Achmadi, 2004).
suami-istri. Ketika ketegangan terus B. Ciri-ciri Studi Kasus
memuncak dan tidak mereda dalam a. Partikularistik
waktu yang cukup lama, tidaklah b. Naturalistik
mengherankan jika perceraian dilihat c. Data uraian rinci
sebagai alternatif penyelesaian yang d. Induktif
baik (Miller & Siegel, 1972). e. Heuristik
Pada umumnya dewasa muda C. Subjek Penelitian
yang mengalami perceraian merasa Subjek dalam penelitian ini
trauma atau takut untuk memulai adalah dewasa muda yang mengalami
suatu hubungan baru atau sebuah perceraian, berjenis kelamin laki-laki,
komitmen, baik hanya sebatas berusia 32 tahun.
pacaran maupun pada saat mulai D. Tahap Penelitian
memasuki dunia perkawinan yang Tahap penelitian ini terdiri dari
baru (Noural & Kramer, 1987 ; Roe, tahap persiapan penelitian, dan
1994). Oleh karena itu perceraian pelaksanaan penelitian.
sangat berpotensi untuk mengubah E. Teknik Pengumpulan Data
pandangan atau persepsi seseorang Menggunakan teknik wawancara
tentang arti sebuah perkawinan, terbuka dan berstruktur, bahwa
terutama pada dewasa muda yang subjek mengetahui bahwa dirinya
siap untuk memasuki dunia sedang diwawancarai dan mengetahui
perkawinan (Wallerstein, 1983). apa maksud dan tujuan dari
Orang dewasa muda yang dilakukannya wawancara. Selain itu
bercerai memiliki pengalaman yang peneliti juga menentukan sendiri
tidak menyenangkan dengan masalah dan pertanyaan-pertanyaan
perkawinan. Persepsi seseorang yang akan diajukan.
tentang perkawinan penting diketahui F. Alat Bantu Penelitian
karena persepsi yang baik Penelitian ini menggunakan alat tulis,
menjanjikan awal yang baik bila dan tape recorder.
seseorang ingin memasuki G. Keabsahan dan Keajegan
pernikahan. Penelitian
Peneliti menggunakan triangulasi
BAB III data, triangulasi pengamat, triangulasi
A. Pendekatan Penelitian teori dan triangulasi teori dengan
Penelitian ini menggunakan menggunakan wawancara dan
metode kualitatif yang berbentuk observasi.
studi kasus. H. Teknik Analisis Data
Studi kasus adalah penelitian Marshall dan Rossman (1995)
yang mendalam mengenai suatu memberikan beberapa tahapan dalam
kasus tertentu yang hasilnya berupa menganalisa data kualitatif, yaitu :
gambaran lengkap dan mendetail mengorganisasikan data,
mengenai kasus tersebut. Penelitian mengelompokkan data, menguji
ini mencakup keseluruhan siklus asumsi, mencari alternatif penjelasan,
kehidupan, yang terkadang meliputi dan hasil penelitian.
BAB IV dan kekurangan pasangan, dan
HASIL DAN ANALISA apapun masalah yang ada dalam
1. Faktor Penyebab Perceraian rumah tangga seharusnya dapat
Faktor penyebab perceraian pada diselesaikan dengan baik, sehingga
subjek adalah diantaranya karena dapat membentuk keluarga yang
ketidakcocokan subjek dengan bahagia dan harmonis selamanya.
pasangan, tinggal secara terpisah, Persepsi subjek terhadap
selingkuh, meninggalkan pasangan, perkawinan didukung oleh
pergi tanpa kabar, kebiasaan mabuk- pernyataan dari Duvall & Miller
mabukkan, kesiapan ekonomi yang (1985) bahwa perkawinan adalah
belum matang saat menikah, suatu ikatan yang sah dimana
status/ekonomi keluarga, model individu yang sudah menikah belajar
pasangan/kebahagiaan keluarga, hidup bersama sebagai suami-istri,
kondisi keluarga, dan saling membentuk keluarga yang bahagia,
mempertahankan identitas diri. Hal dan mengasuh anak. Dan menurut
tersebut seperti yang dikemukakan Herbert & Jarvis (1988) bahwa
oleh Miller (1996) yang menyatakan perkawinan adalah kesepakatan
bahwa faktor penyebab perceraian antara dua orang individu untuk
terbagi dalam beberapa kategori bertindak sebagai pasangan suami-
diantaranya yaitu ketidakcocokan, istri untuk mengarungi kehidupan
tinggal secara terpisah, selingkuh, berkeluarga dalam berbagai masalah
meninggalkan pasangan, pergi tanpa yang akan dihadapinya.
kabar, dan kebiasaan mabuk- 3. Faktor yang Mempengaruhi
mabukkan. Menurut Hurlock (1996) Persepsi Terhadap Perkawinan
ada berbagai kondisi yang dapat Pada umumnya dewasa muda
mempengaruhi stabilitas perkawinan yang mengalami perceraian merasa
yang menyebabkan perceraian, trauma atau takut untuk memulai
diantaranya karena kesiapan ekonomi suatu hubungan baru atau sebuah
yang belum matang saat menikah, komitmen, baik hanya sebatas
status ekonomi keluarga, model pacaran maupun pada saat mulai
pasangan keluarga, kondisi keluarga, memasuki dunia perkawinan yang
dan saling mempertahankan identitas baru (Noural & Kramer 1987 ; Roe,
diri, hal tersebut dapat menyebabkan 1994). Perceraian berpotensi untuk
perceraian subjek. mengubah pandangan atau persepsi
2. Persepsi Terhadap Perkawinan seseorang tentang sebuah
Pada Dewasa Muda yang Bercerai perkawinan, terutama pada dewasa
Subjeks mempersepsikan muda yang siap memasuki dunia
perkawinan sebagai suatu bentuk perkawinan (Wallerstein, 1983).
hubungan yang sakral, sah secara Menurut Robbins (1994) ada tiga
hukum dan agama, merupakan masa faktor yang dapat mempengaruhi
dimana subjek siap menghabiskan persepsi yaitu karakteristik individu
waktu untuk hidup setia bersama yang mempersepsi, karakteristik
pasangan dan keluarganya, dimana objek yang dipersepsi, dan faktor
perkawinan harus bisa menyatukan situasional. Berdasarkan hasil
dua karakter yang berbeda, dimana wawancara yang telah dilakukan
subjek harus bisa menerima kelebihan dengan subjek dan SO, maka dapat
diketahui bahwa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi subjek
mempengaruhi persepsi subjek adalah terhadap perkawinan. Faktor
karakteristik individu yang situasional seperti pandangan
mempersepsi (subjek yang masyarakat terhadap dewasa muda
mengalami perceraian), dan yang bercerai, dan hubungan subjek
karakteristik objek yang dipersepsi dengan lingkungan di sekitar subjek.
(persepsi terhadap perkawinan),
sedangkan faktor situasional tidak
B. Saran
mempengaruhi persepsi subjek. 1. Subjek disarankan agar menjadikan
pengalaman bercerainya sebagai
BAB V pelajaran agar dapat membina
A. Kesimpulan hubungan yang lebih baik ke
1. Faktor penyebab perceraian pada depannya dengan pasangan,
subjek diantaranya terjadi karena diharapkan subjek dapat membina
ketidakcocokan subjek dengan rumah tangga yang utuh, harmonis,
pasangan, tinggal secara terpisah, bahagia selamanya, dan dapat
selingkuh, meninggalkan pasangan, menyelesaikan masalah yang ada
pergi tanpa kabar, kebiasaan mabuk- dalam rumah tangganya dengan
mabukkan, kesiapan ekonomi saat sebaik mungkin, agar tidak terjadi
menikah, status ekonomi keluarga, perceraian untuk yang kedua kalinya.
model pasangan/kebahagiaan 2. Bagi masyarakat umum, terutama
keluarga, kondisi keluarga, dan dewasa muda yang menikah di usia
mempertahankan identitas diri. muda yang sedang menghadapi
2. Subjek berpendapat perkawinan masalah dalam rumah tangganya
adalah suatu hubungan yang sakral, diharapkan dapat menyelesaikan
sah secara hukum dan agama, masalahnya dengan baik sebelum
merupakan masa dimana subjek siap memutuskan untuk bercerai.
menghabiskan waktu untuk hidup Sedangkan bagi para orang tua dan
setia bersama pasangan dan pendidik disarankan memberikan
keluarganya. Menurut subjek pengarahan dan nasehat tentang
perkawinan harus bisa menyatukan perkawinan dan menanamkan nilai-
dua karakter yang berbeda, subjek nilai agama dalam keluarga dengan
harus bisa menerima kelebihan dan baik dan benar kepada dewasa muda
kekurangan pasangan. Dan masalah yang sedang mengalami hal tersebut.
yang ada dalam rumah tangga harus 3. Bagi penelitian selanjutnya yang
dapat diselesaikan dengan baik. berada dalam persepsi terhadap
3. Persepsi subjek terhadap perkawinan perkawinan, perceraian dan dewasa
dipengaruhi oleh karakteristik muda, disarankan agar lebih
individu yang mempersepsi yakni memperdalam teori yang digunakan
karakteristik subjek yang mengalami dan dapat membandingkan antara
perceraian, dan karakteristik objek satu dewasa muda dengan dewasa
yang dipersepsi yaitu dimana muda yang lain. Hal tersebut
pengalaman perceraian subjek dapat dimaksudkan untuk melihat dan
mempengaruhi persepsi subjek mengetahui bagaimana persepsi
terhadap perkawinan. Sedangkan terhadap perkawinan pada dewasa
faktor situasional tidak muda yang bercerai, yang akan lebih
baik apabila setiap dewasa muda Erikson, H. E. (1986). Childhood and
memiliki persepsi yang positif. society 2nd ed. New York : WW.
Norton.
DAFTAR PUSTAKA Fisher, E. O. (1984). Divorce : The new
freedom : A guide to divorcing
Amato, P. R. (1993). Children’s and divorcing counseling. New
adjustment to divorce : Theories, York : Harper & Row Publisher.
hypotheses, and empirical Frey, I. B. M. & Carlock. (1984). A
support. Journal of Marriage and methode for determining types of
The Family, 55, 23-28. self esteem. Journal of Social
Aronson, E. (1988). The social animal 5th Psychology, 36, 56-71.
ed. New York : Freeman Fursteinberg, G. (1982). Families support
Company. and intimate relationship. New
Atwater, E. (1983). Psychology of York : Basic Book.
adjustment : A personal growth in Havinghurst, R. J. (1995). Human
a changing world 2nd ed. New development task and education.
Jersey : Prentice-Hall. New York : David mc Kay.
Barnett, R. & Rivers, C. (1987). Life Herbert. & Javis, K. (1988). Life-long
prints : New pattern of love and human development. New York :
works today’s woman. New York The Mac Millan.
: Mc Graw-Hill Book, Co. Hurlock, E. B. (1996). Psikologi
Benokraitis, N. V. (1996). Marriages and perkembangan. Edisi kelima.
families : Changes, choices, and Jakarta : Erlangga.
constraints. New Jersey : King, E. H. (1992). The reaction of
Prentice-Hall. children to divorce 2nd ed. New
Brehm, S. S. (1992). Social psychology. York : John Wiley & Sons.
Boston : Houghton Mifflin. Kirkpatrick. (1983). Human intimacy,
Chaplin, J. P. (2001). Kamus lengkap marriage and the family. USA :
psikologi. Penterjemah : Kartini Prentice-Hall.
Kartono. Jakarta : Rajawali Pers. Kompas. (2005). Data perceraian di
Cox, F. D. (1983). Human intimacy, Jakarta. Jakarta
marriage, the family and It’s Lammana, M. A. & Riedman, A. (1985).
meaning. Minnesota : West Marriages and families, making
Publishing Co. choice throughout the life style
Dagun, S. M. (1990). Psikologi keluarga. 2nd ed. California : Wadsworth
Jakarta : Rieneka Cipta. Publishing, Co.
Demo, D. H. & Acock, A. C. (1988). The Landis, P. H. (1971). Your marriage and
impact of divorce on children. family living 2nd ed. New York :
Journal of Marriage and The Mc Graw-Hill.
Family, 28, 9-11. Lane, R. E. & Sears, D. D. (1985). Public
Duvall, E. M. & Miller, B. C. (1985). opinion. New Delhi : Prentice
Marriage and family development Hall of India Ltd.
6th ed. New York : Harper & Row Laver, R. H. & Laver, J. C. (2000).
Publisher. Marriage and family : The quest
for intimacy 4th ed. Boston : Mc
Graw-Hill.
Marshall, C. & Rossman. (1995). Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan
Designing qualitative research. kualitatif dalam penelitian
London : Sage Publications. perilaku manusia. Jakarta :
Matthews, D. W. (2000). Long-term Lembaga pengembangan sarana
effects of divorce on children. pengukuran dan pendidikan
New Jersey : PrenticeHall. psikologi (LPSP 3).
Miller, P. H. (1996). Theories of Rahmat, J. (1994). Psikologi komunikasi.
development psychology 3rd ed. Bandung: PT. Remaja
USA : W. H. Freeman. Rosdakarya.
Miller, P. H. & Siegel, L. S. (1972). Rice, F. P. (1999). The adolescence :
Families and intimate Development, relationship, and
relationship. USA : Mc Graw- culture 9th ed. Boston : Allyn &
Hill. Bacon.
Moleong, J. L. (1998). Metodologi Robbins, S. P. (1994). Essentials of
penelitian kualitatif. Bandung : organizational behaviour 4th ed.
Remaja Rosdakarya. New Jersey : Prentice-Hall.
Morgan, C. T. (1987). Introduction to Roe, R. (1994). Managing organizational
psychology 7th ed. Singapore : Mc behaviour 2nd ed. New York :
Graw-Hill Book Company. Dryden Press.
Mussen, P. H. (1993). Human Santrock, J. W. & Halonen, C. J. (1989).
development : A life-span Live-span development. Boston :
perspective. New York : Mc Mc Graw-Hill.
Graw-Hill. Sarwono, S. W. (1999). Psikologi
Narbuko, C. & Achmadi, A. (2004). perkembangan. Jakarta : PT.
Metodologi penelitian. Jakarta : Gramedia.
PT Bumi Aksara. Sarlito, S. (1996). Psikologi sosial, jilid
Nock, S. L. (1987). Sociology of the 1. Depok : Fakultas Psikologi UI.
family. New Jersey : Prentice- Schermerhon, J. R. (1985). Managing
Hall, Inc organizational behaviour 2nd ed.
Noural. & Kramer, J. M. (1987). The New York : John Willey & Sons,
effect of divorce on children. New Inc.
York : John Willey & Sons. Shaffer, D. R. (1996). Developmental
Olson, D. H. & DeFrain, J. (2000). psychology chillhood and
Marriage and the family : adolescence. Pasific Groove :
Diversity and strengths 3rd ed. Brooks/Cole Publishing
California : Mayfield. Company.
Papalia. & Old, F. (1992). Human Shaver, R. P. & Rubinstein. (1980). Self
development 5th ed. USA : Mc esteem : A self social construct.
Graw-Hill. Journal of Consulting and
Perlmutter, M. & Hall, E. (1985). Adult Clinical Psychology, 33, 84-95.
development and aging. New Skolnick, A. S. & Skolnick, J. H. (1983).
York : John Willey & Sons. Family in transition 4th ed. Boston
Pikiran Rakyat. (2006). Fenomena : Little, Brown & Company.
perceraian di kalangan artis. Smolak, L. (1993). Adult development.
Jakarta. New Jersey : Prentice-Hall.
Spanier. & Thompson, C. (1984). The
interpersonal theory psychology.
New York : John Willey & Sons.
Stinnett N., W. & Kaye. (1984).
Relationship in marriage & the
family. New York : Mc Millan
Publishing Co.
Strong. & Devault. (1995). The divorce
meaning of family. New York :
John Willey & Sons.
Subana, H. M. (2005). Dasar-dasar
penelitian ilmiah. Bandung :
Pustaka Setia.
Subur, A. (1975). Psikologi umum.
Bandung : Pustaka Setia.
Sudrajat, D. (2006). Perceraian dan
perkawinan di usia muda.
Yogyakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Turner, J. S. & Helms, D. B. (1995). Life-
span development 5th ed. USA :
Holt, Rinehart & Winston, Inc.
Wallerstein, J. S. (1983). Children of
divorce : Stress and development
task. Dalam Garmezy, Norman &
Rutter, Michael (eds). Stress,
coping, and development in
children. New York : Mc Graw-
Hill.
Wrightsman, L. S. (1994). Adult
personality development. Sage
Publications, Inc.
Yulia, D. (2007). Alasan-alasan konyol
untuk bercerai. Jakarta : PT.
Gramedia.
Young, K. (1978). Social psychology 3rd
ed. New York : Appleton Century
Crofts, Inc.

Anda mungkin juga menyukai