Anda di halaman 1dari 16

PENGERTIAN/ HAKEKAT ISLAM

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam I

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
2021
DAFTAR ISI
PENGERTIAN / HAKEKAT ISLAM.........................................................................................1

1
KATA PENGANTAR..............................................................................................................3
DAFTAR ISI..........................................................................................................................4
BAB I...................................................................................................................................6
PENDAHULUAN..................................................................................................................6
A. Latar Belakang........................................................................................................6
1.1..................................................................................................................................8
B. Rumusan Masalah..................................................................................................8
C. Tujuan....................................................................................................................8
BAB II..................................................................................................................................9
PEMBAHASAN....................................................................................................................9
A. Pengertian Agama dan Unsur-unsur......................................................................9
1. Pengertian agama..................................................................................................9
2. Unsur-Unsur Agama.............................................................................................11
3. Pengertian dan Hakikat Agama Islam...................................................................11
B. Pengertian Agama Islam yang Sempurna.............................................................12
C. Dalil dan Tafsir Islam Agama yang Sempurna.......................................................14
1. Penjelasan Al-Qur’an surat Al Maidah [5] : 3........................................................14
2. Makna Ayat..........................................................................................................14
3. Kandungan Ayat...................................................................................................15
D. Kesempurnaan Ajaran Agama Islam.....................................................................18
1. Ajaran Islam di Bidang Aqidah..............................................................................18
2. Ajaran Islam di Bidang Ibadah..............................................................................18
3. Ajaran Islam di Bidang Akhlak..............................................................................20
4. Ajaran Islam di Bidang Hukum Syariah.................................................................20
5. Ajaran Islam dalam Seluruh Aspek Kehidupan.....................................................22
BAB III...............................................................................................................................23
Penutup............................................................................................................................23
A. Kesimpulan...........................................................................................................23

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama merupakan salah satu aspek yang paling penting dari pada
aspek-aspek budaya yang di pelajari oleh para antropolog dan para
ilmuwan sosial lainnya. Sangat penting bukan saja yang di jumpai pada
setiap masyarakat yang sudah diketahui, tetapi karena juga penting saling
pengaruh mempengaruhi antara lembaga budaya satu dengan yang lainya.
Di dalam agama itu di jumpai ungkapan materi budaya dalam tabiat
manusia serta dalam sistem nilai, moral dan etika. Agama itu saling
pengaruh mempengaruhi dengan sistem organisasi kekeluaragaan,
perkawian, ekonomi, hukum, dan politik. Agama juga memasuki lapangan
pengobatan, sains dan teknologi. Serta agama itu memberikan inspirasi
untum memberontak dan melakukan peperangan dan terutama telah
memperindah dan memperhalus karya seni, tidak terdapat suatu instuisi
kebudayaan lainnya menyajikan suatu lapangan eksprresi dan implikasi
begitu halus seperti halnya agama. Ide-ide keagamaan dan konsep-konsep
keagamaan itu tidak dipaksa oleh hal-hal yang bersifat fisik sekirannya.
Segala macam formula itu tidak menjumpai keterbasan dibanding dengan
permasalahan spiritual yang dipertanyakan oleh manusia itu sendiri.
Islam memiliki sifat-sifat dasar yaitu kesempurnaan, penuh nikmat,
diridhai dan sesuai dengan fitrah. Sebagai agama, sifat-sifat ini dapat
dipertanggungjawabkan dan menjadikan pengikutnya dan penganutnya
tenang, selamat dan bahagia dalam menjalani hidup. Muslim menjadi
selamat karena Islam diciptakan sebagai diin yang sempurna. Ketenangan
yang dirasakan seorang muslim karena Allah memberikan segenap rasa
nikmat kepada penganut Islam, kemudian kepada mereka yang
mengamalkan Islam karena sesuai dengan fitrahnya.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Rum 30: 30).
Agama Islam ini telah merangkum semua bentuk kemaslahatan
yang diajarkan oleh agama-agama sebelumnya. Agama Islam yang beliau
bawa ini lebih istimewa dibandingkan agama-agama terdahulu karena
Islam adalah ajaran yang bisa diterapkan di setiap masa, disetiap tempat
dan di masyarakat manapun. Dalam permasalahan kali ini penulis akan
menjelaskan tentang Islam sebagai agama sempurna, sebagaimana yang
tertuang dalam firman Allah SWT berikut in:
“Pada hari ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama bagimu”(QS. Al-Maidah : 3)

3
B. Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang permasalahan yang sudah
digambarkan di atas, maka dapat diambil beberapa rumusan masalah yang
kemudian dibahas secara detail dalam makalah, sebagai berikut:
1. Apa itu pengertian agama islam dan unsur-unsur pokoknya?
2. Apa pengertian Islam Agama yang Sempurna?
3. Apa dalil islam agama yang sempurna?
4. Apa saja kesempurnaan islam agama yang sempurna?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang dapat dirumuskan berangkat dari rumusan
masalah di atas sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian agama dan unsur-
unsurmya
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian islam agama yang
sempurna
3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang dalil agama islam yang
sempurna
4. Mahasiswa dapat mengetahui tentang segi kesempurnaan agama islam
yang sempurna

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama dan Unsur-unsur

1. Pengertian agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau
prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa
atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban
yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Agama dalam bahasa Indonesia sama dengan kata din, millah,
syari’ah dalam bahsa Arab dan Semit, atau religion (Inggris), La religion
(Perancis), De religie(Belanda), die religion(Jerman). Secara bahasa kata
agama berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti tidak pergi, tetap di
tempat, diwarisi turun temurun. Adapun kata din mengandung arti
menguasai, menundukkan, kepatuhan, balasan, dan kebiasaan.
Din juga berarti peraturan-peraturan berupa hukum-hukum yang
harus dipatuhi baik dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan
maupun berupa larangan yang harus ditinggalkan.
Kata din dalam Al Qur’an disebut sebanyak 94 kali dalam berbagai makna
dan kontek, antara lain berarti :
1. Pembalasan (Q.S Al Fatihah (1) ayat 4)
2. Undang-undang duniawi atau peraturan yang dibuat oleh raja (Q.S
Yusuf (12)ayat 76)
3. Agama yang datang dari Allah SWT, bila dirangkaikan dengan kata
Allah (Q.SAli Imran (3) ayat 83)
4. Agama yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW sebagai
agama yang benar, yakni Islam, bila kata din dirangkaikan dengan kata al-
haq (Q.S AtTaubah (9) ayat 33)
5. Agama selain Islam (Q.S Al Kafirun(109) ayat 6 dan Q.S Ash Shaf
(61) ayat 9)

Menurut Abu Ahmadi agama menurut bahasa :


1. Agama berasal dari bahasa Sangsekerta yang diartikan dengan
haluan,peraturan, jalan atau kebaktian kepada Tuhan.
2. Agama itu terdiri dari dua perkataan yaitu A berarti tidak, Gama berarti
kacau balau, tidak teratur. Jadi agama berarti tidak kacau balau yang
berarti teratur.
Agama menurut istilah adalah undang-undang atau peraturan-peraturan
yang mengikat manusia dalam hubungannya dengan Tuhannya dan
hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan
alam. Maka orang yang beragama adalah orang yang teratur, orang yang

5
tenteram dan orang yang damai baik dengan dirinya maupun dengan orang
lain dari segala aspek kehidupannya.

6
Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu :
1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan
supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam.
2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan
dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau
pengakuan dan ketundukannya.
3. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya
atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinan nya tersebut.

2. Unsur-Unsur Agama
Unsur-unsur penting yang terdapat dalam agama adalah :
a. Adanya keyakinan kepada yang gaib. Manusia merasa dirinya lemah
dan oleh karenanya ia berhajat pada kekuatan gaib sebagai tempat
memohon pertolongan. Manusia merasa harus mengadakan
hubungan baik dengan keuatan gaib dengan cara mematuhi perintah
dan larangan nya.
b. Adanya keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia dan
kebahagaian hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan
baik dengan kekuatan gaib yag dimaksud. Tanpa adanya hubungan
yng baik itu, manusia akan sengsara hidupnya di dunia dan akhirat.
c. Adanya respon yang bersifat emosional dari manusia, baik dalam
perasaan takut atau perasaan cinta. Selanjutnya respon itu
mengambil bentuk pemujaan atau penyembahan dan tata cara hidup
tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.
d. Adanya paham/keyakinan tentang yang kudus (the sacred) dan suci
seperti kitab suci, tempat-tempat ibadah yang suci dan sebagainya.

3. Pengertian dan Hakikat Agama Islam


Menurut bahasa, Islam berasal dari kata salama yang atinya damai
atau selamat. Dalam Al-Qur’an kata tersebut digunakan dengan
beberapa perubahan dan tambahan.
a. Islam dengan kata salm yang berarti damai Q.S Muhammad : 35
Artinya : Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah
yang lebih unggul dan Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak
akan mengurangi pahala amal-amalmu.
Q.S Al-Anfaal : 61 Artinya : Dan jika mereka condong kepada
perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
b. Islam dengan kata aslama yang berarti menyerah Q.S Ali-Imran :
83

7
Artinya : Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama
Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di
langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya
kepada Allahlah mereka dikembalikan.
Q.S An-Nisaa’ : 125 Artinya : Dan siapakah yang lebih baik agamanya
dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah,
sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim
yang lurus ? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.

B. Pengertian Agama Islam yang Sempurna


Islam merupakan agama yang sempurna berarti lengkap, menyeluruh dan
mencakup segala hal yang diperlukan bagi panduan hidup manusia. Sebagai
petunjuk/ pegangan dalam hidupnya, sehingga dapat menjalani hidup dengan
baik, teratur dan sejahtera, mendapatkan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun
di akhirat.
Islam adalah sistem yang menyeluruh, mencakup seluruh sisi kehidupan.
Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan umat, akhlaq dan kekuatan, kasih
sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi
dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan
pemikiran. Ia adalah aqidah yang lurus, ibadah yang benar, tidak kurang tidak
lebih. Syumul (universalitas) merupakan salah satu karakter Islam yang sangat
istimewa jika dibandingkan dengan syariah dan tatanan buatan manusia, baik
komunisme, kapitalisme, demokrasi maupun yang lainnya. Universalitas Islam
meliputi waktu, tempat dan seluruh bidang kehidupan. Ulama besar Mesir Asy-
Syahid Hasan Al Banna berkata “Risalah Islam mempunyai jangkauan yang
sangat lebar sehingga berlaku bagi seluruh umat, dan jangkauan yang sangat
dalam sehingga mencakup seluruh urusan dunia dan akhirat”. (Sayid Sabiq, 2001 :
h. 19).
Kesempurnaan Islam ini ditandai dengan syumuliyatuz zaman (sepanjang
masa), syumuliyatul minhaj (mencakup semuanya) dan syumuliyatul makan
(semua tempat). Berikut penjelasannya :
1. Islam sebagai syumuliyatuz zaman (sepanjang masa) adalah agama masa
lalu, hari ini dan sampai akhir zaman nanti. Sebagaimana Islam merupakan agama
yang pernah Allah sampaikan kepada para Nabi terdahulu, “Dan sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan: “Sembahlah
Allah dan jauhilah Thaghut.” (QS. An Nahl 16: 36). Kemudian disempurnakan
oleh Allah melalui risalah nabi Muhammad SAW sebagai kesatuan risalah dan
nabi penutup. Islam yang dibawa nabi Muhammad SAW dilaksanakan sepanjang
masa untuk seluruh umat manusia hingga hari kiamat. “Dan Kami tidak mengutus
kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.” (QS. Saba’ 34: 28)

8
2. Islam sebagai syumuliyatul minhaj (mencakup semuanya) melingkupi
beberapa aspek lengkap yang terdapat dalam Islam itu sendiri, misalnya jihad dan
da’wah (sebagai penyokong/ penguat Islam), akhlaq dan ibadah (sebagai
bangunan Islam) dan aqidah (sebagai asas Islam). Aspek-aspek ini
menggambarkan kelengkapan Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai
oleh Allah SWT. Firman Allah SWT: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di
sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali ‘Imran 3: 19)
3. Islam sebagai syumuliyatul makan (semua tempat) karena Allah
menciptakan manusia dan alam semesta ini sebagai satu kesatuan. Pencipta alam
ini hanya Allah saja. Karena berasal dari satu pencipta, maka semua dapat
dikenakan aturan dan ketentuan kepada-Nya. Firman Allah SWT sebagai satu-
satunya Tuhan dan pencipta alam semesta: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang
Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu
Dia hidupkan bumi sesudah mati-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;
sungguh tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al Baqarah 2: 163-164)

9
C. Dalil dan Tafsir Islam Agama yang Sempurna

1. Penjelasan Al-Qur’an surat Al Maidah [5] : 3

‫يت لَ ُك ُم اِإْل ْساَل َم ِدينًا‬


ُ ‫ض‬ ُ ‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوَأ ْت َم ْم‬
ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي َو َر‬ ُ ‫ْاليَوْ َم َأ ْك َم ْل‬

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Kusempurnakan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhoi Islam sebagai agama
bagimu.” (QS : Al Maidah [5] : 3).
Ayat di atas turun kepada Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam ketika hari
Jumat sore bertepatan dengan hari Arofah, sebagaimana riwayat dari ‘Umar bin
Khattab Rodhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim melalui
jalan Thoriq bin Syihaab dalam kitab Shahih keduanya: (Asbabul wurud 2).
‫و ِد‬jُ‫ َر ْاليَه‬j‫ْش‬
َ ‫ت َمع‬ jَ ِ‫ير ْال ُمْؤ ِمن‬
ْ َ‫ َزل‬jَ‫ا ن‬jَ‫وْ َعلَ ْين‬jَ‫ا ل‬jَ‫ابِ ُك ْم تَ ْق َر ُءونَه‬jَ‫ين آيَةٌ فِي ِكت‬ َ ‫َجا َء َر ُج ٌل ِم ْن ْاليَهُو ِد ِإلَى ُع َم َر فَقَا َل يَا َأ ِم‬
‫ال‬َ َ‫ك ْاليَوْ َم ِعيدًا قَا َل َوَأيُّ آيَ ٍة ق‬ َ ِ‫اَل تَّخ َْذنَا َذل‬
‫ت‬ ْ َ‫زَ ل‬jjَ‫يت لَ ُك ُم اِإْل ْساَل َم ِدينًا فَقَا َل ُع َم ُر ِإنِّي َأَل ْعلَ ُم ْاليَوْ َم الَّ ِذي ن‬
ُ ‫ض‬ ُ ‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوَأ ْت َم ْم‬
ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي َو َر‬ ُ ‫ْاليَوْ َم َأ ْك َم ْل‬
‫ت فِي يَوْ ِم ُج ُم َع ٍة‬ ٍ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بِ َع َرفَا‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫ت َعلَى َرس‬ ْ َ‫فِي ِه َو ْال َم َكانَ الَّ ِذي نَ َزل‬
ْ َ‫ت فِي ِه نَ َزل‬

Seorang laki-laki dari kalangan yahudi datang kepada ‘Umar. Kemudian, dia
berkaata, “Wahai Amirul Mu’minin, ada sebuah ayat dalam kitab kalian dan
kalian membacanya, sekiranya ayat itu turun kepada kami orang-orang yahudi
sungguh akan kami jadikan hari dimana ayat itu turun sebagai hari ‘ied”. Umar
bertanya kepadanya, “Ayat manakah yang engkau maksudkan?” Orang yahudi
tersebut mengatakan,
‫يت لَ ُك ُم اِإْل ْساَل َم ِدينًا‬
ُ ‫ض‬ ُ ‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوَأ ْت َم ْم‬
ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي َو َر‬ ُ ‫ْاليَوْ َم َأ ْك َم ْل‬

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku
sempurnakan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhoi Islam sebagai agama
bagimu.”
Maka, ‘Umar mengatakan, “Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui hari dan
tempat ketika ayat itu turun kepada Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam,
yaitu ketika hari jumat bertepatan dengan hari Arofah”. (HR. Bukhori dan
Muslim).
2. Makna Ayat
ُ ‫ ْاليَوْ َم َأ ْك َم ْل‬: kesempurnaan dien (agama) yang dimaksudkan dalam ayat
‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم‬
ini mencakup perkara aqidah, syari’atnya, sumbernya yang berupa Al-Kitab dan
As-Sunnah, dan apa yang ditunjukkan oleh Al Kitab dan As Sunnah (Syaikh
Sholeh Alu Syaikh, syarah fadil islam hal. 14). Dengan kata lain, seluruh bagian
dari ajaran Islam telah Allah ‘Azza wa Jalla sempurnakan. Hal ini merupakan
kelebihan yang hanya ada pada Islam. Umat-umat agama terdahulu pun memiliki
kewajiban untuk mengikuti agama Islam yang dibawa Nabi kita, Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sekiranya mereka menemui beliau shallallahu

10
‘alaihi wa sallam dalam keadaan telah diangkat menjadi Nabi, mereka tidaklah
dikatakan Islam alias kekal dalam neraka kecuali dengan mengakui kerasulan
Nabi Muhammad. Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam (Asbabul wurud 2)
« ‫ْؤ ِم ْن بِالَّ ِذي‬jُ‫وت َولَ ْم ي‬j
ُ j‫ َرانِ ٌّي ثُ َّم يَ ُم‬j‫َص‬ ٌّ ‫و ِد‬jjُ‫ ِذ ِه اُأْل َّم ِة يَه‬jَ‫ ٌد ِم ْن ه‬j‫ َم ُع بِي َأ َح‬j‫ ِد ِه اَل يَ ْس‬jَ‫َوالَّ ِذي نَ ْفسُ ُم َح َّم ٍد بِي‬
ْ ‫ي َواَل ن‬
ِ ‫ت بِ ِه ِإاَّل َكانَ ِم ْن َأصْ َحا‬ ‫ُأ‬
ُ ‫» رْ ِس ْل‬
ِ َّ‫ب الن‬
‫ار‬
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, tidaklah salah seorang
dari umat ini yang mendengar ajaranku, baik ia yahudi maupun nashrani,
kemudian ia mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang aku diutus
untuknya melainkan ia termasuk ke dalam penghuni neraka” (HR. Muslim).
Kemudian, firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam ayat berikutnya:
ُ ‫وَأ ْت َم ْم‬:
‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي‬ َ Nikmat ini adalah nikmat yang terbesar dan yang paling patut
untuk kita syukuri bahkan ia adalah nikmat terbesar yang Allah ‘azza wa jalla
berikan dan sempurnakan bagi umat Islam ini. Nikmat mencakup nikmat diniyah
berupa jelasnya jalan bagi orang yang ingin mencari kebenaran dan nikmat
duniawiyah berupa janji kehidupan yang baik (hayyatan thoyyiban) dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala kepada orang yang berpegang teguh dengan Islam,
sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla
‫صالِحًا ِم ْن َذ َك ٍر َأوْ ُأ ْنثَى َوه َُو ُمْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهُ َحيَاةً طَيِّبَة‬
َ ‫َم ْن َع ِم َل‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik”.(QS. An Nahl [16] : 97).
Kehidupan yang baik di dunia mencakup ketenangan di dunia, rasa aman,
lapangnya rizki, ridho dan lain-lain yang tidak akan terwujud kehidupan yang baik
kecuali dengannya.
Kemudian firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam lanjutan ayat,
‫اَل َم ِدينًا‬jj‫يت لَ ُك ُم اِإْل ْس‬
ُ jj‫ض‬
ِ ‫ َو َر‬: Allah Subhanahu wa Ta’ala ridho kepada orang yang
menjadikan Islam sebagai agamanya dan yang istiqomah di dalamnya. Ridho
Allah kepada mereka, yaitu orang-orang Islam, berupa taufik dan kebersamaan
yang khusus dari Allah ‘Azza wa Jalla. Kata-kata ‫يت لَ ُك ُم‬ ُ ‫ض‬
ِ ‫“ َو َر‬Allah ridho kepada
mereka” dalam ayat ini menunjukkan bahwa yang Islam yang dimaksudkan dalam
ayat ini adalah Islam yang khusus yaitu Islam yang dibawa Nabi kita Muhammad
Shollallahu ‘alaihi wa Sallam. Demikian juga, Islam yang dimaksudkan dalam
ayat ini adalah Islam yang tercakup di dalamnya islam, iman dan ihsan.
3. Kandungan Ayat

Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa sempurnanya syari’at Islam telah
mencukupi apa yang dibutuhkan oleh seorang hamba untuk beribadah kepada
Allah ‘Azza wa Jalla. Ini sebagaimana yang dapat kita ketahui dari firman Allah
yang mulia:

11
َ ‫ت ْال ِج َّن َواِإْل ْن‬
ِ ‫س ِإاَّل لِيَ ْعبُد‬
‫ُون‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬

“Dan tidaklah Kami ciptakan seluruh jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepadaKu”. (QS. Adz Dzariyat [51] : 56).
Karena kesempurnaan Islam tersebut, Islam tidak membutuhkan tambahan
dan pengurangan. Ibnu Katsir Asy Syafi’i Rohimahullah berkata dalam kitab
tafsirnya, “Ayat ini merupakan kenikmatan terbesar yang Allah Subhanahu wa
Ta’ala berikan kepada umat ini. Allah telah sempurnakan bagi mereka agamanya
sehingga mereka tidak membutuhkan agama dan nabi yang lain. Oleh karena itu,
Allah menjadikan Rasul kita -shollallahu ‘alaihi wa Sallam– sebagai penutup para
Nabi yang diutus kepada seluruh manusia dan jin. Maka, tidaklah ada suatu yang
halal kecuali apa yang beliau halalkan, tidaklah ada suatu yang haram kecuali
yang telah beliau haramkan, dan tidaklah ada agama kecuali yang beliau
syari’atkan”.
Ayat yang mulia ini merupakan dalil yang sangat tegas yang menunjukkan
haramnya bid’ah bahkan bisa jadi ia kafir jika meyakini belum sempurnanya
ajaran Islam dengan mendustakan ayat ini. Maka, ayat ini merupakan penutup
segala jalan bagi bid’ah dan merupakan hujjah (argumentasi-ed) yang nyata bagi
para pelaku bid’ah karena tidaklah ada suatu hal yang merupakan kebaikan dalam
agama yang belum diajarkan oleh Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam, padahal
Allah ‘Azza wa Jalla telah sempurnakan Islam baginya dan umatnya, ditambah
lagi lisan beliau yang mulia sendirilah yang mengatakan,
« ‫» ِإنَّهُ لَ ْم يَ ُك ْن نَبِ ٌّي قَ ْبلِي ِإاَّل َكانَ َحقًّا َعلَ ْي ِه َأ ْن يَ ُد َّل ُأ َّمتَهُ َعلَى خَ ي ِْر َما يَ ْعلَ ُمهُ لَهُ ْم َويُ ْن ِذ َرهُ ْم َش َّر َما يَ ْعلَ ُمهُ لَهُ ْم‬
“Sesungguhnya tidak ada Nabi sebelumku kecuali wajib bagi mereka
menunjukkan kebaikan yang ia ketahui pada umatnya dan memperingatkan
keburukan yang ia yang ia ketahui kepada mereka” (HR. Muslim).
Jika demikian keadaan para nabi sebelum beliau shollallahu ‘alaihi wa
sallam, tentulah beliau lebih utama untuk melakukannya karena Dzat Yang Maha
Hikmah telah mengabarkan kepada kita melalui firmanNya :
ٌ ‫َزي ٌز َعلَ ْي ِه َما َعنِتُّ ْم َح ِريصٌ َعلَ ْي ُك ْم بِ ْال ُمْؤ ِمنِينَ َر ُء‬
‫وف َر ِحي ٌم‬ ِ ‫لَقَ ْد َجا َء ُك ْم َرسُو ٌل ِم ْن َأ ْنفُ ِس ُك ْم ع‬
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan hidayah
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (QS.
At taubah [9] : 128).
Hal ini dipertegas lagi dalam sabda Beliau shollallahu ‘alaihi wa Sallam (Ilmu
ushul bida. hal. 19).

ِ َّ‫اع ُد ِمنَ ْالن‬


« ‫ار ِإالَّ َو قَ ْد بُيِّنَ لَ ُك ْم‬ ِ َ‫» َما بَقِ َي َش ْي ٌء يُ ْقرِّبُ ِمنَ ْال َجنَّ ِة َو يُب‬
“Tidaklah tersisa suatu perkara yang dapat mendekatkan ke surga dan menjauhkan
diri dari neraka kecuali telah dijelaskan (oleh Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam)
kepada kalian” (HR. Thobroni).

12
D. Kesempurnaan Ajaran Agama Islam

1. Ajaran Islam di Bidang Aqidah

Kata aqidah berasal dari kata bahasa Arab ‘aqad, yang berarti ikatan.
Menurut ahli bahasa, definisi aqidah adalah sesuatu yang dengan diikatkan hati
dan perasaan halus manusia atau yang dijadikan agama oleh manusia dan
dijadikan pegangan.
Aqidah Islam adalah aqidah yang lengkap dari sudut manapun. Islam
mampu menjelaskan persoalan-persoalan besar kehidupan ini. Aqidah Islam
mampu dengan jelas menerangkan tentang Tuhan, manusia, alam raya, kenabian,
dan bahkan perjalanan akhir manusia itu sendiri.
Islam tidak hanya ditetapkan berdasarkan instink/ perasaan atau logika
semata, tetapi aqidah Islam diyakini berdasarkan wahyu yang dibenarkan oleh
perasaan dan logika. Iman yang baik adalah iman yang muncul dari akal yang
bersinar dan hati yang bercahaya. Dengan demikian, aqidah Islam akan mengakar
kuat dan menghujam dalam diri seorang muslim. Meyakini secara benar bahwa
tiada Tuhan selain Allah dengan meyakini dalam hati, mengucapkan secara lisan
dan dibuktikan dengan mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan Allah.
Aqidah Islam adalah aqidah yang tidak bisa dibagi-bagi. Iman seorang
mu’min adalah iman 100% tidak bisa 99% iman, 1% kufur. Allah SWT
berfirman:
“Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab dan ingkar terhadap
sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian
daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat
mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa
yang kamu perbuat.” (QS. Al Baqarah 2: 85).
2. Ajaran Islam di Bidang Ibadah

Ibadah dalam Islam menjangkau keseluruhan wujud manusia secara


penuh. Seorang muslim beribadah kepada Allah dengan lisan, fisik, hati, akal, dan
bahkan kekayaannya. Lisannya mampu berdzikir, berdoa, tilawah, amar ma’ruf
nahi munkar. Fisiknya mengiringi dengan berdiri, ruku’ dan sujud, puasa dan
berbuka, berjihad dan berolah raga, membantu mereka yang membutuhkan.
Hatinya beribadah dengan rasa takut (khauf), berharap (raja’), cinta
(mahabbah) dan bertawakal kepada Allah. Ikut berbahagia atas kebahagiaan
sesama, dan berbela sungkawa atas musibah sesama. Akalnya beribadah dengan
berfikir dan merenungkan kebesaran dan ciptaan Allah. Hartanya diinfakkan
untuk pembelanjaan yang dicintai dan diperintahkan Allah serta membawa
kemaslahatan bersama.

13
Maha Suci Allah yang telah mengatur segala sesuatunya dengan baik dan
menenteramkan. Seluruh aktivitas seorang muslim akan bernilai ibadah di mata
Allah, apabila dijalankan dengan ikhlas dan diniatkan hanya untuk mengharap
ridha-Nya. Sehingga kita patut mencontoh Rasulullah SAW dan para sahabat
yang selalu berlomba-lomba dalam kebaikan (ibadah), karena mereka yakin
bahwa Allah akan membalasnya dengan limpahan pahala dan sesuatu yang jauh
lebih baik di dunia maupun di akhirat (jannah).
3. Ajaran Islam di Bidang Akhlak

Akhlak Islam memberikan sentuhan kepada seluruh sendi kehidupan


manusia dengan optimal. Akhlak Islam menjangkau ruhiyah, fisik, agama,
duniawi, logika, perasaan, keberadaannya sebagai wujud individu, atau wujudnya
sebagai elemen komunal (masyarakat). Akhlak Islam meliputi hal-hal yang
berkaitan dengan pribadi, seperti kewajiban memenuhi kebutuhan fisik dengan
makan dan minum yang halalan thoyiban serta menjaga kesehatan, seruan agar
manusia mempergunakan akalnya untuk berfikir akan keberadaan dan kekuasaan
Allah, seruan agar manusia membersihkan jiwanya, “Sesungguhnya beruntunglah
orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.” (QS. Asy Syams 91: 9-10).
Hal-hal yang berkaitan dengan keluarga, seperti hubungan suami istri
dengan baik, hubungan anak dan orang tua, hubungan dengan kerabat dan sanak
saudara. Semuanya diajarkan dalam Islam untuk saling berkasih sayang dalam
mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.Hal-hal yang
berkaitan dengan masyarakat, seperti seruan untuk memuliakan tamu dan etika
bertamu, mengajarkan bahwa tetangga merupakan keluarga dekat, hubungan
muamalah yang baik dengan saling menghormati, seruan untuk berjual beli
dengan adil, dsb. Menjadikan umat manusia dapat hidup berdampingan dengan
damai dan harmonis.
Kesempurnaan Islam juga mengatur pada akhlaq Islam yang berkaitan
dengan menyayangi binatang, tidak menyakiti dan membunuhnya tanpa alasan.
Akhlaq Islam yang berkaitan dengan alam raya, sebagai obyek berfikir, merenung
dan belajar, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal.” (QS. Ali ‘Imran 3: 190), sebagai sarana berkarya dan pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari.
Lebih dari itu semua adalah akhlaq muslim kepada Allah SWT, Pencipta,
dan Pemberi nikmat, dengan bertahmid, bersyukur, berharap (raja’), dan takut
(khauf) terpinggirkan apalagi dijatuhi hukuman, baik di dunia maupun di akhirat.
4. Ajaran Islam di Bidang Hukum Syariah

Syariah Islam tidak hanya mengurus individu tanpa memperhatikan


masyarakatnya, atau masyarakat tanpa memperhatikan individunya. Syariah Islam
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Ada aturan ibadah, yang mengatur

14
hubungan manusia dengan Allah. Ada halal dan haram (bahaya-berguna) yang
mengatur manusia dengan dirinya sendiri. Ada hukum keluarga, nikah, thalaq,
nafkah, persusuan, warisan, perwalian, dsb. Ada aturan bermasyarakat, seperti:
jual beli, hutang-piutang, pengalihan hak, kafalah, dsb. Ada aturan tentang tindak
kejahatan, minuman keras, zina, pembunuhan, dsb.
Dalam urusan negara ada aturan hubungan negara terhadap rakyatnya,
loyalitas ulil amri (pemerintah) yang adil dan bijaksana, bughot (pemberontakan),
hubungan antar negara, pernyataan damai atau perang, dsb. Untuk mewujudkan
negara yang adil dan sejahtera sesuai dengan tatanan hidup Islam, maka syariah
Islam harus diterapkan secara kaffah dalam kehidupan bernegara.
5. Ajaran Islam dalam Seluruh Aspek Kehidupan

Islam adalah agama yang sempurna. Salah satu bukti kesempurnaannya


adalah Islam mencakup seluruh peraturan dan segala aspek kehidupan manusia.
Oleh karena itu Islam sangat sesuai dijadikan sebagai pedoman hidup. Di antara
kelengkapan Islam yang digambarkan dalam Al Qur’an adalah mencakup konsep
keyakinan (aqidah), moral, tingkah laku, perasaan, pendidikan, sosial, politik,
ekonomi, militer, hukum/ perundang-undangan (syariah).
Kesempurnaan Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia
dan merupakan satu-satunya diin yang diridhai Allah SWT menjadikannya satu-
satunya agama yang benar dan tak terkalahkan. Sesuai dengan firman Allah SWT:
“Dialah yang Telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran)
dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun
orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS. At Taubah 9: 33).
Beruntunglah bagi setiap manusia yang diberikan hidayah oleh Allah SWT
untuk dapat merasakan nikmat ber-Islam dan menjauhkannya dari kesesatan hidup
jahiliyah. Rawat dan jagalah nikmat iman dan Islam dengan tarbiyah Islamiyah
serta menerapkan Islam secara kaffah, sehingga terwujud kesejahteraan hidup di
dunia dan di akhirat.

15
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Hakikatnya agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan manusia, maka sangat perlu dipahami secaraseksama
oleh setiap manusia. Agama juga membawa peraturan-peraturan berupa hukum-
hukum yang harus dipatuhi baik dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan
maupun berupa larangan yang harus ditinggalkan.
Setiap agama pada dasarnya terdiri dari empat unsur, yaitu:
1. Ajaran (= teori; konsep) sebagai sisi gaib
2. Iman sebagai interaksi antara pelaku dan konsep,
3. Ritus (= upacara) sebagai sistem lambang, dan
4. Praktik ( = amal) sebagai perwujudan konsep dalam segala segi kehidupan
individu dan masyarakat.
Agama itu saling pengaruh mempengaruhi dengan sistem organisasi
kekluaragaan, perkawinan, ekonomi, hukum dan politik. Agama juga memasuki
lapangan pengobatan, sains dan teknologi. Serta agama itu telah memberikan
inspirasi untuk memberontak dan melakukan peperanagan dan terutama telah
memperindah dan memperhalus karya seni. Tidak terdapat suatu institusi
kebudayaan lain yang menyajikan suatu lapangan ekspresi dan implliksi begitu
halus seperti halnya agama.Dari uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut
Pertama, ajaran Islam bersifat universal dalam artian seluruh aturan ada
dan mengikat untuk seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Tidak seperti agama
lain yang diturunkan untuk umat agamanya saja, segenap peraturan yang ada
dalam Islam tidak hanya untuk umat Islam saja tetapi mengikat juga ke umat lain.
Kedua, Ajaran Islam sempurna, mengingat Islam sebagai agama terakhir
telah disempurnakan oleh Alloh sehingga mencakup berbagai dimensi kehidupan
baik akidah, politik kemasyarakatan, kebudayaan, pertahanan dan keamanan,
sosial kemasyarakatan, ekonomi dan sebagainya.
Ketiga, Ajaran Islam berwatak harmonis dan seimbang, yakni
keseimbangan yang tidak goyah, selaras dan serasi sehingga membentuk ciri khas
yang unik. Karenanya ada hukum wajib sebagai bandingan haram, sunah dengan
makruh dan ditengahi oleh hukum mubah. Hal lainnya adalah menempatkan
kewajiban seiring dengan penuntutan hak, menggunakan harta benda tidak terlalu
banyak dan tidak terlalu sedikit, dan sebagainya.

16

Anda mungkin juga menyukai