a. Kas
Kas merupakan salah satu rekening yang digunakan untuk menampung seluruh
uang kertas atau uang logam rupiah maupun valuta asing yang masih berlaku sebagai alat
pembayaran yang sah juga termasuk di dalamnya berupa mata uang rupiah yang ditarik
dari peredaran dan masih dalam tenggang untuk penukarannya ke Bank Indonesia.
Kas juga memiliki makna lain yang berupa aset perusahaan yang siap digunakan
untuk diubah menjadi jenis aset yang lain misalkan digunakan untuk membeli persediaan
barang membeli aset tetap seperti tanah gedung mesin dan sebagainya juga mempunyai
sifat yang mudah digelapkan dan disembunyikan karena sifat yang demikian kas
merupakan aset perusahaan yang sangat rentan terhadap kecurangan selain itu karena
volume transaksi kas sangat besar berbagai kemungkinan kekeliruan bisa terjadi dalam
melaksanakan transaksi kas dan pencatatannya untuk mengamankan kas dan menjamin
ketelitian pencatatan akuntansi untuk kas maka prinsip pengendalian intern terhadap kas
harus dterapkan dengan ketat.
Adapun penerapan prinsip pengendalian intern pada penerimaan kas untuk
pengendalian penerimaan kas yang pertama yaitu :
Penetapan pertanggungjawaban
Pemisahan tugas
Prosedur dokumentasi
Pengamanan fisik
Verifikasi internal secara independen
Mengendali pengendalian sumber daya manusia
Penerimaan kas pada umumnya berasal dari dua sumber yaitu penjualan tunai dan
penerimaan kas dari piutang namun selain dari penjualan, penerimaan kas juga dapat
berasal dari pendapatan lain-lain, penjualan aset perusahaan dan pinjaman.
Pasal 4
(1) Bank Indonesia dapat memberikan kelonggaran atas kewajiban pemenuhan GWM
Primer dalam Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a kepada Bank
yang melakukan merger atau konsolidasi.
(2) Kelonggaran atas kewajiban pemenuhan GWM Primer dalam Rupiah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebesar 1% (satu persen) untuk jangka waktu 1
(satu) tahun terhitung sejak merger atau konsolidasi berlaku efektif.
(3) Kelonggaran atas kewajiban pemenuhan GWM dalam Rupiah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku terhadap kewajiban pemenuhan GWM
Sekunder dan GWM LDR.
(4) Pemberian kelonggaran GWM Primer dalam Rupiah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan atas permintaan Bank kepada Bank Indonesia yang disertai
persetujuan dari OJK mengenai pemberian insentif merger atau konsolidasi berupa
kelonggaran atas kewajiban pemenuhan GWM Primer dalam Rupiah.
Pasal 5
GWM dalam valuta asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) ditetapkan
sebesar 8% (delapan persen) dari DPK dalam valuta asing.
Pasal 6
Persentase GWM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 5 dapat disesuaikan
dari waktu ke waktu.
e. Tata Cara Pemeliharaan dan Perhitungan Giro Wajib Minimum
Tata cara pemeliharaan dan perhitungan giro wajib minimum telah diatur dalam
peraturan bank indonesia nomor 6/15/PBI/2004 tentang GIRO WAJIB MINIMUM
DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM YANG
MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH,
yang berisi sebagai berikut :
1. Bank wajib memelihara giro wajib minimum secara harian
2. Ketentuan mengenai kewajiban pemeliharaan giro wajib minimum oleh bank
indonesia berlaku untuk giro wajib minimum dalam rupiah dan giro wajib minimum
dalam valuta asing.
Formula perhitungan persentase GWM adalah sebagai berikut:
Persentase GWM Bank dalam rupiah atau valuta asing sebagaimana dimaksud diatas
didasarkan pada DPK Bank sebagai berikut:
a. GWM harian untuk masa laporan sejak tanggal 1 sampai dengan 7 adalah sebesar
persentase GWM yang ditetapkan dari rata-rata DPK dalam masa laporan sejak
tanggal 16 sampai dengan tanggal 23 bulan sebelumnya;
b. GWM harian untuk masa laporan sejak tanggal 8 sampai dengan tanggal 15
adalah persentase GWM yang ditetapkan dari rata-rata DPK dalam masa laporan
sejak tanggal 24 sampai dengan akhir bulan sebelumnya;
c. GWM harian untuk masa laporan sejak tanggal 16 sampai dengan tanggal
23 adalah sebesar persentase GWM yang ditetapkan dari rata- rata DPK dalam
masa laporan sejak tanggal 1 sampai dengan tanggal 7 bulan yang sama;
7. DPK dalam valuta asing meliputi kewajiban dalam valuta asing kepada pihak
ketiga, termasuk bank di Indonesia, baik kepada penduduk maupun bukan
penduduk, yang terdiri dari:
a. Giro, yang dimaksud dengan giro dalam valuta asing adalah komponen giro
sebagaimana dimaksud dalam penjelasan komponen Dana Pihak Ketiga
Dalam Valuta Asing dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang
Laporan Berkala Bank Umum.
1) Bank Indonesia memberikan jasa giro setiap hari kerja terhadap bagian saldo
Rekening Giro Rupiah Bank yang diperuntukkan untuk pemenuhan kewajiban
tambahan GWM dalam rupiah sebesar 3% (tiga perseratus) per-tahun.
2) Tingkat bunga sebesar 2,5% merupakan tingkat bunga efektif tahunan (efective
annual rate) yang ditentukan berdasarkan periode compounding harian selama 360
hari. Metode perhitungan persentase jasa giro harian dengan menggunakan tingkat
bunga sebesar 2,5% sebagai berikut :
Persentase Jasa Giro Harian
= [1 + tingkat bunga efektif tahunan] (1/360) – 1
= [1 + 2,5%] (1/360) – 1
= 0,00686%
Hasil perhitungan persentase jasa giro harian dibulatkan menjadi 5 angka
dibelakang koma.
3) Kebijakan pemberian jasa giro dan atau persentase jasa giro dapat disesuaikan dari
waktu ke waktu dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian dan arah
kebijakan Bank Indonesia.
Pemberian jasa giro tidak berlaku bagi:
a. bagian saldo Rekening Giro Rupiah Bank untuk pemenuhan ketentuan
b. bagian saldo Rekening Giro Rupiah Bank yang melebihi kewajiban GWM
Bank yang melanggar kewajiban pemenuhan GWM dalam Rupiah dikenakan sanksi kewajiban
membayar sebesar 125% dari rata-rata suku bunga jangka waktu 1 (satu) hari overnight dari
JIBOR pada hari terjadinya pelanggaran, terhadap kekurangan GWM dalam rupiah, untuk setiap
hari pelanggaran
h. Contoh Kasus Perhitungan GWM, Jasa Giro, dan Sanksi Pelanggaran GWM
1) Contoh Kasus Perhitungan Giro Wajib Minimum
Bank mempunyai DPK dalam rupiah Rp 5.000.000.000.000 (lima triliun
rupiah). Bank wajib memelihara GWM sebesar 5% dalam rupiah. Maka GWM yang
wajib dipelihara bank sebesar:
a. 5% dari Rp 5.000.000.000.000 (lima triliun rupiah) yaitu sebesar
Rp250.000.000.000 (dua ratus lima puluh miliar rupiah) ditambah dengan
b. 1% dari Rp 5.000.000.000.000 (lima triliun rupiah) yaitu Rp 50.000.000.000
(lima puluh miliar rupiah),
Maka Rp 250.000.000.000 + Rp 50.000.000.000 = Rp 300.000.000.000 (tiga ratus
miliar rupiah) .
Rp 200.000.000.000 X 125% X 6 X 1
360 X 100
= Rp 41.666.666,67