Anda di halaman 1dari 10

Nama Anggota : Ayudia Febrihartini (C1C020114)

Fiona Agnesia Br Sidauruk (C1C020121)


Villya Marsheela Putri (C1C020124)
Alvin Andika Putra (C1C020141)
Kelompok :4
Kelas : R-013 Akuntansi
Mata Kuliah : Akuntansi Perbankan 1
Dosen Pengampu : Fredy Olimsar, S.E., M.Si

“Kas dan Rekening Giro Bank Indonesia”

a. Kas
Kas merupakan salah satu rekening yang digunakan untuk menampung seluruh
uang kertas atau uang logam rupiah maupun valuta asing yang masih berlaku sebagai alat
pembayaran yang sah juga termasuk di dalamnya berupa mata uang rupiah yang ditarik
dari peredaran dan masih dalam tenggang untuk penukarannya ke Bank Indonesia.
Kas juga memiliki makna lain yang berupa aset perusahaan yang siap digunakan
untuk diubah menjadi jenis aset yang lain misalkan digunakan untuk membeli persediaan
barang membeli aset tetap seperti tanah gedung mesin dan sebagainya juga mempunyai
sifat yang mudah digelapkan dan disembunyikan karena sifat yang demikian kas
merupakan aset perusahaan yang sangat rentan terhadap kecurangan selain itu karena
volume transaksi kas sangat besar berbagai kemungkinan kekeliruan bisa terjadi dalam
melaksanakan transaksi kas dan pencatatannya untuk mengamankan kas dan menjamin
ketelitian pencatatan akuntansi untuk kas maka prinsip pengendalian intern terhadap kas
harus dterapkan dengan ketat.
Adapun penerapan prinsip pengendalian intern pada penerimaan kas untuk
pengendalian penerimaan kas yang pertama yaitu :
 Penetapan pertanggungjawaban
 Pemisahan tugas
 Prosedur dokumentasi
 Pengamanan fisik
 Verifikasi internal secara independen
 Mengendali pengendalian sumber daya manusia
Penerimaan kas pada umumnya berasal dari dua sumber yaitu penjualan tunai dan
penerimaan kas dari piutang namun selain dari penjualan, penerimaan kas juga dapat
berasal dari pendapatan lain-lain, penjualan aset perusahaan dan pinjaman.

b. Giro Bank Indonesia


Giro Bank Indonesia merupakan rekening giro milik bank komersial dalam valuta
asing maupun valuta rupiah di Bank Indonesia. Dengan Giro BI, bank data membiayai
transaksi antara cabang maupun antarbank melalui penyelesaian kliring, transfer.
Disamping itu dapat digunakan untuk membayar penarikan deposito yang relatif besar,
pemberian kredit.
Transaksi Giro BI lebih banyak berkaitan dengan transaksi kliring (nota debet/nota
kredit), pemindahbukuan, pengambilan dan penyetoran uang tunai ke BI oleh bank
komersial.

c. Giro Wajib Minimum Bank Indonesia


Giro wajib minimum adalah dana atau simpanan minimum yang harus dipelihara
oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro yang ditempatkan di Bank Indonesia.
Besaran Giro Wajib Minimum (GWM) ditetapkan oleh bank sentral berdasarkan
persentase dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan.
Sejatinya, GWM adalah instrumen moneter atau makroprudensial untuk mengatur
uang beredar di masyarakat yang secara langsung berpengaruh terhadap indeks inflasi.
Menurut data bank sentral, di Indonesia diterapkan tiga jenis kebijakan GWM sebagai
instrumen kebijakan moneter maupun kebijakan makroprudensial. Pertama, GWM primer
yakni simpanan minimum (rupiah) yang wajib dipelihara oleh bank dalam rekening giro
di BI yang besarannya ditetapkan dalam rasio terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun
perbankan.
Setelah ditetapkan pada 16 Maret 2016, saat ini besaran GWM primer adalah 6,5%
dari sebelumnya 7,5%. GWM primer merupakan alat untuk ekspansi atau menambah
likuiditas bank apabila diturunkan.
Sebaliknya, untuk mengerem penyaluran kredit perbankan apabila dinaikkan atau
mengurangi likuiditas bank. Kebijakan GWM ditujukan untuk mempengaruhi likuiditas
sehingga dapat mempengaruhi suku bunga maupun kapasitas penyaluran kredit bank.
GWM perbankan sempat dipangkas mencapai 5% pada krisis 2008 untuk melonggarkan
likuiditas yang kala itu tengah mengetat. Kemudian dinaikkan hingga menjadi 8% pada
2010. Perlahan GWM diturunkan hingga menjadi 6,5%.
Kedua adalah GWM sekunder, yakni cadangan minimum (rupiah) yang wajib
dipelihara oleh bank berupa surat berharga, seperti Sertifikat Bank Indonesia, Sertifikat
Deposito Bank Indonesia, dan Surat Berharga Negara). Besaran GWM sekunder
ditetapkan dalam rasio dana pihak ketiga. Per Maret 2016 besaran GWM sekunder
ditetapkan 4% dalam rupiah dan untuk valas tidak ada.
Kebijakan GWM sekunder ditujukan untuk mempengaruhi cadangan likuiditas
bank sekaligus pendalaman sektor keuangan. Apabila dinaikkan tujuannya adalah untuk
mengurangi kapasitas kredit bank. Sebaliknya, jika diturunkan, tujuannya untuk
menambah kapasitas kredit bank.
Ketiga, adalah GWM berdasarkan rasio kredit terhadap seluruh penghimpunan
dana bank (loan to funding ratio/LFR), yakni simpanan minimum rupiah yang wajib
dipelihara oleh bank dalam rekening giro di bank sentral sebesar persentase tertentu yang
dihitung berdasarkan selisih antara realisasi LFR bank dan LFR target yang ditetapkan
BI. Target LFR rupiah pada 24 Agustus 2016 diubah menjadi 80%-92% dari sebelumnya
78%-92%. Untuk Valas tidak ada.
Tujuan dari GWM-LFR ini untuk mendorong penyaluran kredit bank tetap berada
dalam rentang yang ditentukan agar mendorong intermediasi sehingga pertumbuhan
ekonomi terpacu, tetapi tetap menjaga prinsip kehati-hatian. Pada posisi Juli 2016 dana
pihak ketiga perbankan mencapai Rp4.585,38 triliun. Dengan ketentuan GWM primer
6,5% berarti dana giro bank yang ditempatkan di bank sentral sebesar Rp298,05 triliun.
Dana itu belum termasuk GWM sekunder dan GWM-LFR.

d. Kriteria Pemenuhan Giro Wajib Minimum


Terdapat pada Peraturan Bank Indonesia Nomor: 15/15/PBI/2013 , yaitu :
Pasal 2
(1)Bank wajib memenuhi GWM dalam Rupiah.
(2)GWM dalam Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari GWM Primer,
GWM Sekunder, dan GWM LDR.
(3)Bank Devisa selain wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
juga wajib memenuhi GWM dalam valuta asing.
Pasal 3
Pemenuhan GWM dalam Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
ditetapkan sebagai berikut:
a. GWM Primer dalam Rupiah sebesar 8% (delapan persen) dari DPK (Dana Pihak
Ketiga) dalam Rupiah.
b. GWM Sekunder dalam Rupiah sebesar 4% (empat persen) dari DPK dalam Rupiah.
c. GWM LDR dalam Rupiah sebesar hasil perhitungan antara Parameter Disinsentif
Bawah atau Parameter Disinsentif Atas dengan selisih antara LDR Bank dan LDR
Target dengan memperhatikan selisih antara KPMM Bank dan KPMM Insentif.

Pasal 4
(1) Bank Indonesia dapat memberikan kelonggaran atas kewajiban pemenuhan GWM
Primer dalam Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a kepada Bank
yang melakukan merger atau konsolidasi.
(2) Kelonggaran atas kewajiban pemenuhan GWM Primer dalam Rupiah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebesar 1% (satu persen) untuk jangka waktu 1
(satu) tahun terhitung sejak merger atau konsolidasi berlaku efektif.
(3) Kelonggaran atas kewajiban pemenuhan GWM dalam Rupiah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku terhadap kewajiban pemenuhan GWM
Sekunder dan GWM LDR.
(4) Pemberian kelonggaran GWM Primer dalam Rupiah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan atas permintaan Bank kepada Bank Indonesia yang disertai
persetujuan dari OJK mengenai pemberian insentif merger atau konsolidasi berupa
kelonggaran atas kewajiban pemenuhan GWM Primer dalam Rupiah.

Pasal 5
GWM dalam valuta asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) ditetapkan
sebesar 8% (delapan persen) dari DPK dalam valuta asing.

Pasal 6
Persentase GWM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 5 dapat disesuaikan
dari waktu ke waktu.
e. Tata Cara Pemeliharaan dan Perhitungan Giro Wajib Minimum
Tata cara pemeliharaan dan perhitungan giro wajib minimum telah diatur dalam
peraturan bank indonesia nomor 6/15/PBI/2004 tentang GIRO WAJIB MINIMUM
DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM YANG
MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH,
yang berisi sebagai berikut :
1. Bank wajib memelihara giro wajib minimum secara harian
2. Ketentuan mengenai kewajiban pemeliharaan giro wajib minimum oleh bank
indonesia berlaku untuk giro wajib minimum dalam rupiah dan giro wajib minimum
dalam valuta asing.
Formula perhitungan persentase GWM adalah sebagai berikut:

Jumlah harian saldo Rekening Giro Bank yang tercatat di


Bank Indonesia setiap hari dalam 1 (satu) masa laporan
X 100%
Rata-rata harian jumlah DPK Bank dalam 1 (satu) masa
laporan pada 2 (dua) masa laporan sebelumnya

Persentase GWM Bank dalam rupiah atau valuta asing sebagaimana dimaksud diatas
didasarkan pada DPK Bank sebagai berikut:

a. GWM harian untuk masa laporan sejak tanggal 1 sampai dengan 7 adalah sebesar
persentase GWM yang ditetapkan dari rata-rata DPK dalam masa laporan sejak
tanggal 16 sampai dengan tanggal 23 bulan sebelumnya;

b. GWM harian untuk masa laporan sejak tanggal 8 sampai dengan tanggal 15
adalah persentase GWM yang ditetapkan dari rata-rata DPK dalam masa laporan
sejak tanggal 24 sampai dengan akhir bulan sebelumnya;

c. GWM harian untuk masa laporan sejak tanggal 16 sampai dengan tanggal
23 adalah sebesar persentase GWM yang ditetapkan dari rata- rata DPK dalam
masa laporan sejak tanggal 1 sampai dengan tanggal 7 bulan yang sama;

d. GWM harian untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai dengan


tanggal akhir bulan adalah sebesar persentase GWM yang ditetapkan dari rata-
rata DPK dalam masa laporan sejak tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 bulan
yang sama.
3. Kewajiban pemeliharaan giro wajib minimum dan pemenuhan persentase giro
wajib minimum dihitung dengan membandingkan jumlah saldo Rekening Giro
Bank pada Bank Indonesia setiap hari dalam satu masa laporan terhadap rata-rata
harian jumlah DPK (dana pihak ketiga) dalam satu masa laporan pada dua
masa laporan sebelumnya.
4. Informasi mengenai saldo Rekening Giro Bank pada Bank Indonesia diperoleh
dari sistem akunting Bank Indonesia. Saldo Rekening Giro Bank pada Bank
Indonesia terdiri dari:
a. saldo Rekening Giro Rupiah Bank pada Bank Indonesia;
b. saldo Rekening Giro Valas Bank pada Bank Indonesia.
5. Informasi mengenai DPK (dana pihak ketiga) diperoleh dari data DPK yang
disampaikan Bank kepada Bank Indonesia, sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia tentang Laporan Berkala Bank Umum.
DPK (dana pihak ketiga ) terdiri dari:
a. jumlah DPK dalam rupiah pada seluruh kantor Bank di Indonesia;
b. jumlah DPK dalam valuta asing pada seluruh kantor Bank di Indonesia.
6. DPK dalam rupiah meliputi kewajiban dalam rupiah kepada pihak ketiga bukan
bank, baik kepada penduduk maupun bukan penduduk, yang terdiri dari:
a. Giro, yang dimaksud dengan giro dalam rupiah adalah komponen giro
sebagaimana dimaksud dalam penjelasan komponen Dana Pihak Ketiga Dalam
Rupiah dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang Laporan
Berkala Bank Umum.
b. Simpanan berjangka, yang dimaksud dengan simpanan berjangka dalam rupiah
adalah komponen simpanan berjangka sebagaimana dimaksud dalam penjelasan
komponen Dana Pihak Ketiga Dalam Rupiah dalam ketentuan Bank Indonesia
yang berlaku tentang Laporan Berkala Bank Umum.
c. Tabungan, yang dimaksud dengan tabungan dalam rupiah adalah komponen
tabungan sebagaimana dimaksud dalam penjelasan komponen Dana Pihak
Ketiga Dalam Rupiah dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang
Laporan Berkala Bank Umum.
d. Kewajiban-kewajiban lainnya, yang dimaksud dengan kewajiban-kewajiban
lainnya dalam rupiah adalah kewajiban-kewajiban lainnya kepada pihak
ketiga bukan bank sebagaimana dimaksud dalam penjelasan komponen Dana
Pihak Ketiga Dalam Rupiah dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
tentang Laporan Berkala Bank Umum.

7. DPK dalam valuta asing meliputi kewajiban dalam valuta asing kepada pihak
ketiga, termasuk bank di Indonesia, baik kepada penduduk maupun bukan
penduduk, yang terdiri dari:

a. Giro, yang dimaksud dengan giro dalam valuta asing adalah komponen giro
sebagaimana dimaksud dalam penjelasan komponen Dana Pihak Ketiga
Dalam Valuta Asing dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang
Laporan Berkala Bank Umum.

b. Simpanan berjangka, yang dimaksud dengan simpanan berjangka dalam


valuta asing adalah komponen simpanan berjangka sebagaimana dimaksud
dalam penjelasan komponen Dana Pihak Ketiga Dalam Valuta Asing dalam
ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang Laporan Berkala Bank Umum.

c. Kewajiban-kewajiban lainnya, Yang dimaksud dengan kewajiban-kewajiban


lainnya dalam valuta asing adalah kewajiban-kewajiban lainnya kepada pihak
ketiga termasuk bank sebagaimana dimaksud dalam penjelasan komponen
Dana Pihak Ketiga Dalam Valuta Asing dalam ketentuan Bank Indonesia
yang berlaku tentang Laporan Berkala Bank Umum.

f. Jasa Giro Bank Indonesia

1) Bank Indonesia memberikan jasa giro setiap hari kerja terhadap bagian saldo
Rekening Giro Rupiah Bank yang diperuntukkan untuk pemenuhan kewajiban
tambahan GWM dalam rupiah sebesar 3% (tiga perseratus) per-tahun.

2) Tingkat bunga sebesar 2,5% merupakan tingkat bunga efektif tahunan (efective
annual rate) yang ditentukan berdasarkan periode compounding harian selama 360
hari. Metode perhitungan persentase jasa giro harian dengan menggunakan tingkat
bunga sebesar 2,5% sebagai berikut :
Persentase Jasa Giro Harian
= [1 + tingkat bunga efektif tahunan] (1/360) – 1
= [1 + 2,5%] (1/360) – 1
= 0,00686%
Hasil perhitungan persentase jasa giro harian dibulatkan menjadi 5 angka
dibelakang koma.
3) Kebijakan pemberian jasa giro dan atau persentase jasa giro dapat disesuaikan dari
waktu ke waktu dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian dan arah
kebijakan Bank Indonesia.
Pemberian jasa giro tidak berlaku bagi:
a. bagian saldo Rekening Giro Rupiah Bank untuk pemenuhan ketentuan

b. bagian saldo Rekening Giro Rupiah Bank yang melebihi kewajiban GWM

c. bagian saldo Rekening Giro Rupiah Bank yang melebihi kewajiban


tambahan GWM
d. bagian saldo Rekening Giro Rupiah Bank yang merupakan kewajiban tambahan
pemeliharaan GWM dalam rupiah yang tidak memenuhi ketentuan.

g. Sanksi Pelanggaran Giro Wajib Minimum


Dalam sanksi pelanggaran giro wajib minimum ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Pendebetan giro bank sebagai akibat pembebanan sanksi pelanggaran gwm dilakukan
pada hari kerja berikutnya setelah tanggal terjadinya pelanggaran gwm
2. Dalam hal tanggal-tanggal untuk pendebetan rekening giro bank jatuh pada hari libur
maka pendebitan saldo rekening giro bank dilakukan oleh Bank Indonesia pada hari
kerja berikutnya
3. Dalam hal terjadi kekurangan atau kelebihan dalam penerbitan yang terkait dengan
penggunaan sanksi pelanggaran gwm oleh Bank Indonesia Bank Indonesia dapat
langsung mendebit ataupun mengkredit rekening giro bank bank yang bersangkutan.

Waktu dikenakannya sanksi terhadap pelanggaran pemenuhan GWM dalam Rupiah :


a. Sanksi yang terkait dengan pelanggaran pemenuhan GWM Utama dikenakan sejak tanggal
24 Oktober 2008 dan sanksi yang terkait dengan pelanggaran pemenuhan GWM Sekunder
dikenakan sejak hari kerja pertama setelah implementasi tanggal 24 Oktober 2009.
b. Sanksi dikecualikan bagi Bank yang mendapatkan insentif kelonggaran pemenuhan GWM
Rupiah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai insentif dalam rangka
konsolidasi perbankan.

Bank yang melanggar kewajiban pemenuhan GWM dalam Rupiah dikenakan sanksi kewajiban
membayar sebesar 125% dari rata-rata suku bunga jangka waktu 1 (satu) hari overnight dari
JIBOR pada hari terjadinya pelanggaran, terhadap kekurangan GWM dalam rupiah, untuk setiap
hari pelanggaran
h. Contoh Kasus Perhitungan GWM, Jasa Giro, dan Sanksi Pelanggaran GWM
1) Contoh Kasus Perhitungan Giro Wajib Minimum
Bank mempunyai DPK dalam rupiah Rp 5.000.000.000.000 (lima triliun
rupiah). Bank wajib memelihara GWM sebesar 5% dalam rupiah. Maka GWM yang
wajib dipelihara bank sebesar:
a. 5% dari Rp 5.000.000.000.000 (lima triliun rupiah) yaitu sebesar
Rp250.000.000.000 (dua ratus lima puluh miliar rupiah) ditambah dengan
b. 1% dari Rp 5.000.000.000.000 (lima triliun rupiah) yaitu Rp 50.000.000.000
(lima puluh miliar rupiah),
Maka Rp 250.000.000.000 + Rp 50.000.000.000 = Rp 300.000.000.000 (tiga ratus
miliar rupiah) .

2) Contoh Kasus Perhitungan Jasa Giro


Bank memiliki rata-rata harian total DPK (Dana Pihak Ketiga) dalam Rupiah
dalam masa laporan sejak tanggal 24 Januari sebesar Rp 50.000.000.000.000 (lima
puluh triliun rupiah).
Perhitungan jasa giro untuk tanggal 24 Januari 2014 adalah sebagai berikut :
= Persentase jasa giro harian X Bagian saldo rekening giro rupiah yang mendapat jasa giro
= 0,00686% X (3% X Rp. 50.000.000.000.000)
= 0,00686% X Rp 1.500.000.000.000 (satu triliun lima ratus miliar rupiah)
= Rp 102.900.000 (seratus dua juta sembilan ratus ribu rupiah) .

3) Contoh Kasus Perhitungan Sanksi Pelanggaran Giro Wajib Minimum


Bank A memiliki rata-rata harian DPK (Dana Pihak Ketiga) dalam rupiah
dalam masa laporan sejak tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 bulan Januari sebesar
Rp 20.000.000.000.000 (dua puluh triliun rupiah).
GWM harian untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai dengan tanggal akhir bulan
Januari adalah sebesar:
a. 5% dari Rp 20.000.000.000.000 (dua puluh triliun rupiah) yaitu sebesar Rp
1.000.000.000.000 (satu triliun rupiah) ditambah dengan
b. 2% dari Rp 20.000.000.000.000 (dua puluh triliun rupiah) yaitu sebesar Rp
400.000.000.000 (empat ratus miliar rupiah)
Saldo rekening giro rupiah Bank A pada Bank Indonesia pada tanggal 24 Januari
adalah sebesar Rp 1.200.000.000.000 (satu triliun dua ratus miliar rupiah) atau 6%
dari DPK dalam rupiah, sehingga terdapat kekurangan pemenuhan GWM sebesar Rp
200.000.000.000 (dua ratus miliar rupiah).
Suku bunga JIBOR (Jakarta Interbank Offerred Rate) pada tanggal 24 Januari adalah
sebesar 6%. Perhitungan sanksi kewajiban membayar atas pelanggaran GWM rupiah
untuk Bank A pada tanggal 24 Januari adalah sebagai berikut:

Kekurangan GWM X 125% X Suku bunga JIBOR X Hari kerja


360 X 100
yaitu

Rp 200.000.000.000 X 125% X 6 X 1
360 X 100

= Rp 41.666.666,67

Anda mungkin juga menyukai