Oleh
NIM 19402017
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi sosial yang berupa sistem simbol bunyi
yang dihasilkan dari ucapan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial
membutuhkan sarana untuk berinteraksi dengan manusia lainnya di masyarakat.
Untuk kepentingan interaksi sosial itu, maka dibutuhkan suatu wahana
komunikasi yang disebut bahasa. Oleh karena itu, bahasa itu tidak pernah lepas
dari manusia. Kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa akan rumit. Belum
pernah ada angka yang pasti berapa jumlah bahasa yang ada di dunia ini, (Crystal
dalam Chaer, 2014:33). Begitu juga dengan jumlah bahasa yang ada di Indonesia.
Bahasa terdiri menjadi tiga bahasa asing, bahasa daearah dan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan resmi di seluruh Indonesia. Ini
merupakan bahasa komunikasi resmi, diajarkan di sekolah-sekolah dan digunakan
untuk disiarkan di media elektronik dan digital. Bahasa Indonesia adalah bahasa
kebanggaan warga negara tanah ibu Pertiwi yang diresmikan sebagai bahasa
nasional setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 18 Agustus 1945.
Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran umum di sekolah baik itu SD,
SMP dan SMA. Pembelajaran bahasa Indonesia mendapatkan peran penting untuk
pendidikan di Indonesia karena merupakan bahasa resmi di semua bidang.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Komunikasi itu diharapkan terjadi baik secara lisan maupun tertulis. Untuk
pembelajaran sendiri merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat
terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.
2
merasa tidak mampu berbicara di depan umum. Berbicara di bagi menjadi dua
sastra dan non sastra.
Berbicara sastra adalah berbicara yang berkaitan dengan ragam sastra yaitu
bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gesture, dan mimik yang
tepat, bercerita dengan alat peraga, menanggapi pembacaan cerpen, menjelaskan
hubungan latar suatu cerpen dengan realitas sosial, sedangkan berbicara non sastra
merupakan berbicara yang tidak berkaitan dengan ragam sastra, yaitu:
menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan
pilihan kata dan kalimat efektif, menyampaikan informasi dengan intonasi yang
tepat.
3
Faktor-faktor penyebab problematika siswa dalam pembelajaran berbicara
ada dua, yaitu hambatan internal dan hambatan eksternal. Hambatan internal yang
dihadapai siswa, yaitu yang pertama penempatan tekanan, nada, jeda, intonasi,
dan ritme. Siswa belum terlalu mengerti dimana menempatkan tekanan, nada,
jeda, intonasi, dan ritme dalam berbicara. Hambatan internal yang dihadapi siswa
yang kedua, yaitu pemilihan kata dan ungkapan yang baik, kongkret, dan
bervariasi. Siswa dalam berbicara belum terlalu bisa memilih ungkapan yang baik,
kongkret dan bervariasi. Hal tersebut terlihat pada siswa yang kurang
menggunakan ragam bahasa indonesia dalam berbicara. Hambatan internal yang
ketiga, yaitu merasa malu. Rasa malu pada siswa terlihat pada siswa yang
menundukkan kepalanya dan berbicara dengan tersendat-sendat. Hambatan
internal yang keempat, yaitu rasa takut. Rasa takut ini terlihat pada siswa yang
disuruh berbicara di depan kelas oleh guru terlihat takut untuk berbicara. Rasa
takut ini bisa berarti takut ditertawakan oleh teman-teman, takut salah, ataupun
pun takut bila salah mengucapkan kata. Hambatan internal yang terakhir, yaitu
rasa kurang percaya diri. Rasa kurang percaya diri ini terlihat pada siswa yang
disuruh maju ke depan kelas untuk berbicara, tetapi siswa tersebut sepertinya
enggan untuk maju ke depan. Ketika siswa tersebut sudah berada di depanpun,
siswa tidak juga memulai berbicara tetapi hanya diam.
Hambatan eksternal yang dihadapi siswa yang pertama, yaitu suara atau
bunyi. Suara atau bunyi bisa mempengaruhi konsentrasi dalam berbicara. Hal ini
terlihat pada ada beberapa siswa yang terlihat kehilangan konsentrasi dalam
berbicara ketika suasana di luar kelas ribut. Hambatan eksternal yang kedua, yaitu
media. Tidak dipergunakannya media sebagai alat bantu dalam pembelajaran
menyebabkan siswa belum sepenuhnya termotivasi dalam belajar. Masih ada
beberapa siswa yang kurang bersemangat dalam belajar.
4
metode mengajar ini, guru melatih siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar.
Salah satu caranya ialah siswa ditugaskan untuk menceritakan pengalaman yang
mengesankan di depan umum. Dengan metode ini siswa dapat mengeksplor
kemampuan atau keterampilan berbicaranya. Namun juga banyak siswa yang
tidak berani berbicara di depan umum dan memiliki kecemasan komunikasi yang
berlebihan.
5
peneliti tidak akan memberikan pertanyaan melainkan maju di depan umum dan
menceritakan pengalaman yang mengesankan agar siswa di latih berbicara di
depan umum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan
dilaksanakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
6
Manfaat bagi guru, memperkaya media dalam pembelajaran keterampilan
berbicara khususnya bercerita, dan dapat mengembangkan keterampilan guru
Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dalam menerapkan pembelajaran
keterampilan berbicara di depan umum tentang pengalaman yang mengesankan
Manfaat bagi penulis sendiri yaitu untuk lebih terampil dan lebih kreatif
dalam mengajar di kelas.
7
BAB II
LANDASAN TEORETIS
8
lain. Belajar Bahasa Indonesia di sekolah merupakan pokok dari proses
pendidikan di sekolah. Belajar merupakan alat utama dalam mencapai tujuan
pembelajaran sebagai unsur proses pendidikan di sekolah. Untuk mencapai tujuan
tersebut, kita harus mengetahui tujuan dan peran pembelajaran Bahasa Indonesia.
2. Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk makna, dan fungsi,
serta menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan
keperluan dan keadaan.
9
Dari pendapat diatas pembelajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa
mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa dan agar siswa memiliki disiplin dengan berpikir dan
berbahasa (berbicara dan menulis).
B. Keterampilan Berbicara
1. Pengertian Keterampilan
10
mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat (Sri Widiastuti, 2010: 49).
Sedangkan menurut Hari Amirullah (2003: 17) istilah terampil juga diartikan
sebagai suatu perbuatan atau tugas, dan sebagai indikator dari suatu tingkat
kemahiran.
2. Pengertian Berbicara
11
aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa,
yaitu setelah aktivitas mendengarkan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan, (2008: 16) yang menyatakan
berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar ( audible ) dan
yang kelihatan ( visible ) yang memanfaatkan sejumalah otot dan jaringan otot
tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang
dikombinasikan. Dengan demikian berbicara itu lebih dari pada hanya sekedar
mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan pendengar atau penyimak.
Dalam kegiatan berbicara tidak hanya suara yang dapat didengar secara lisan
oleh penyimak tetapi dapat pula dilihat penyimak gerakan-gerakan atau mimik si
pembicara yang menunjang pokok pembicaraan sehingga yang diutarakan
pembicara dapat dipahami pendengar/penyimak. Pemahaman penyimak tentang
sesuatu yang dibicarakan merupakan hal yang sangat diperlukan, karena hal
tersebut dapat menimbulkan hubungan timbal balik antara pembicara dengan
penyimak.
12
kepercayaan diri, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan menghilangkan
masalah psikologis seperti malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain
lain.
13
Kemampuan berbicara yang baik adalah kecakapan seseorang dalam
menyampaikan sebuah informasi dengan bahasa yang baik, benar dan menarik
agar dapat dipahami pendengar.
4. Tujuan Berbicara
1. Memberitahukan, melaporkan.
2. Menjamu, menghibur.
14
Dari tiga tujuan umum berbicara tersebut, jika diuraikan, dapat dibedakan
menjadi lima tujuan berbicara. Kelima tujuan itu akan diuraikan sebagai berikut.
1. Menghibur
2. Menginformasikan
3. Menstimulasikan
15
4. Meyakinkan
5. Menggerakkan
Berbicara di depan umum merupakan salah satu teknik atau seni berbicara
yang harus dimiliki oleh pembicara untuk mampu menarik perhatian audiens. Bila
diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis
berbicara. Antara lain : diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato
menghibur, ceramah, dan sebagainya. Secara garis besar jenis-jenis berbicara
dibagi dalam dua jenis, yaitu berbicara di muka umum dan berbicara pada
16
konferensi. Guntur Tarigan (1981: 22-23) memasukkan beberapa kegiatan
berbicara ke dalam kategori tersebut, salah satunya berbicara di depan umum.
Kemampuan dan keahlian untuk berbicara di depan audiens dan untuk
mempersuasi audiens untuk melakukan sesuatu melalui seni berbicara adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari pelatihan seorang intelektual (Johnstone,
1995).
17
perasaan tidak enak yang disebabkan oleh beberapa hal seperti kesehatan individu,
hubungan sosial, ketika hendak menjalankan ujian sekolah, masalah pekerjaan,
hubungan internal dan lingkungan sekitar. Selain itu juga,
18
menunjang keefektifan berbicara. Sujanto (1988:192) membagi faktor
penghambat kemampuan bercerita menjadi tiga, yaitu:
1. Faktor fisik, yang merupakan faktor dalam dan luar diri partisipan.
2. Faktor media, yang terdiri dari segi linguisitik dan non linguistik (misal:
tekanan, ucapan, gesture).
19
audience akan merasa bahwa Anda masih gugup sehingga akan menghilangkan
kesan percaya diri dan tegas.
Kontak mata atau eye contact adalah hal penting dalam berbicara dengan
orang lain, baik dalam forum besar maupun kelompok kecil. Dengan adanya
kontak mata, akan tercipta suasana komunikasi yang nyaman. Selain itu, audience
akan merasa lebih dihargai. Memang tidak semua orang dapat melakukan kontak
mata. Jika tidak bisa, dapat diakali dengan menatap dahi atau hidung audience.
Selain itu hal yang perlu diingat adalah saat berbicara jangan pernah menatap
lantai ataupun langit-langit. Hal ini akan menunjukkan bahwa Anda masih kurang
percaya diri. Karena sorot dan pancaran mata menampilkan kesiapan serta
kemantapan seseorang saat berbicara. Beranikan diri menatap orang-orang di
depan Anda, maka keberanian pun akan bertambah.
Maksud dari berbicara dengan santai di sini adalah berbicara dengan ritme
yang santai tanpa mengurangi kesan formal. Salah satu caranya adalah dengan
berbicara secara perlahan. Berbicara dengan ritme yang tidak terlalu cepat akan
menciptakan suasana yang nyaman dan mengalir. Memang biasanya saat gugup,
secara spontan akan berbicara dengan cepat. Saat hal tersebut terjadi, segera
kendalikan diri dengan mengambil napas sedalam mungkin dan hembuskan secara
perlahan. Berbicara dengan begitu cepat akan merusak performa, karena audience
akan merasa bahwa Anda masih belum menguasai materi dan terlalu gugup.
20
mampu menunjukkan perasaan dan emosi. Dengan adanya ‘rasa’ saat berbicara,
akan menghidupkan suasana dan terlihat meyakinkan.
D. Talking Stick
Adapun teknik dari model pembelajaran Talking Stick adalah salah satu teknik
yang dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Talking stick
merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan sebuah tongkat sebagai
alat penunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan
ataupun tugas. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ketangan siswa
lainnya secara bergiliran, demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat
tongkat. Dalam pembelajaran guru menggunakan konsep belajar sambil bermain,
karena dengan bermain siswa memperoleh dan memproses informasi belajar hal-
hal baru dan melatih keterampilan yang ada.
21
Manfaat Metode Talking Stick
Menurut Huda 2013:225 ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari
penggunaan metode tongkat berbicara, antara lain
22
Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Kelas VI SD Negeri Bumi Rahayu Tahun Pelajaran
2017/2018. Perbedaan penelitain Winda Noviasari dengan penelitian ini adalah
mata penelitian ini tentang berbicara di depan umum menggunakan metode
talking stick. Persamaan penelitian ini ialah sama-sama menggunakan metode
talking stick dalam pembelajaranya. Bedasarkan hasil penelitian Winda
Noviasari(talking stick) dapat di ambil kesimpulan bahwa dengan metode talking
stick berpengaruh terhadap siswa. Siswa lebih senang karena dalam pembelajaran
ada permainannya. Sehubungan dengan hasil penelitian tersebut maka peneliti
mengembangkan penelitian dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
menerapkan metode talking stick dalam berbicara di depan umum.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Menurut Sugiono, penelitian kualitatif adalah penelitian dimana peneliti
ditempatkan sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
penggabungan dan analisis data bersifat induktif (Sugiono. 2010 : 9). Menurut
Poerwandari (2005), penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang
sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara dan observasi. Kirk dan Miller
(dalam Moloeng) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai cara untuk
melakukan pengamatan langsung pada individu dan berhubungan dengan orang-
orang tersebut untuk mendapatkan data yang digalinya (Moleong, J.L.2002 : 3).
Sementara itu, penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang
ada, baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia. Menurut Nazir dalam
bukunya Metode penelitian, Metode deskrptif adalah satu metode dalam meneliti
status kelompok manusia, suatu subjek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
atau pun kelas peristiwa pada masa sekarang.
Adapun penjelasan mengenai penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif menurut Winartha (2006:155), metode analisis deskriptif kualitatif
yaitu untuk menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi,
situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara atau
berasal dari pengamatan mengenai masalah yang diteliti di lapangan. Menurut I
Made Winartha (2006:155), metode analisis deskriptif kualitatif adalah
menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari
berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil wawacara atau pengamatan
mengnai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan.
Dasar pemikiran digunakannya metode ini adalah karena penelitian ini ingin
mengetahui tentang fenomena yang ada dan dalam kondisi yang alamiah, bukan
dalam kondisi terkendali, labolatoris atau eksperimen. Jadi dengan kata lain
24
bahwa, penelitian dengan metode deskriptif adalah metode penelitian yang
bersifat mengamati secara langsung kejadian apa yang sebenarnya terjadi di
lapangan, yang kemudian ditarik kesimpulan mengenai hal apa yang telah
diteliti.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Wawancara tidak terstruktur
Peneliti menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur dengan cara tanya
jawab secara langsung kepada responden di mana peneliti tidak lagi menggunakan
panduan wawancara yang telah tersusun untuk memperoleh datanya (Sugiyono,
2008:194). Teknik ini digunakan agar dapat mempermudah peneliti dan dapat
mempersingkat waktu untuk bisa mengumpulkan data yang diperlukan.
b. Observasi
Obsevasi adalah proses yang kompleks suatu proses yang tersususn dari
proses biologis, psikologis, tapi yang terpenting adalah proses-proses pengamatan
dan ingatan atau bisa di katakan observasi adalah penelitian yang dilakukan
dengan mengumpulkan data dan mengamati langsung di tempat. Observasi
dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam melakukan
observasi, peneliti akan dibantu oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Hal
ini disebabkan guru tersebut lebih memahami karakter siswa dan mengetahui
kemampuan dan keterampilan individual siswa.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 13
Dumoga.
D. Lokasi Penelitian
SMP Negeri 13 Dumoga ini merupakan salah satu sekolah Negeri yang
berada di kecamatan Dumoga kabupaten Bolaang Mongondow. SMP Negeri 13
Dumoga masih aktif melaksanakan proses belajar mengajar sampai saat ini dan
proses belajar mengajar SMP ini berjalan dengan baik.
25
Identitas Sekolah :
a. Nama Sekolah : SMP NEGERI 13 DUMOGA
b. Alamat Sekolah : Tumokang Baru
c. NPSN : 69901083
d. Kabupaten/Kota : Bolaang Mongondow
e. Jenjang Akreditas :B
f. Bentuk Sekolah : Gedung
g. Status Sekolah : Negeri
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Noviasari, Winda. 2018, “Penggunaan Metode Talking Stick Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”,
https://repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/1256/1/SKRIPSI%20WINDA
%20NOVIASARI.pdf, diakses pada 26 januari 2022 pukul 12.00 WITA.
28